HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

I. PENDAHULUAN. Menengah) di Indonesia sangat penting dan strategis. UMKM telah lama diyakini

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank mempunyai peranan yang sangat penting di dalam membantu dan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan di Indonesia saat ini mengalami perubahan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

*) Dosen STIE Dharmaputra Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB V PEMBAHASAN. ketahui hasil nya adalah sebagai berikut: Indonesia pada Periode Tahun

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan indikator-indikator

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

Boks 2 SURVEI INDIKATOR PERBANKAN RIAU TAHUN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan bank dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung kepada

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGARUH FEE BASED INCOME TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS) DI BRI SYARIAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berusaha. Kredit menurut IAI (dalam, Yuwono: 2012):

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

% yoy. Jan*

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semua sektor perekonomian selalu membutuhkan jasa perbankan. Perbankan merupakan salah satu institusi keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL AKUNTANSI ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT TERHADAP RETURN ON ASSETS

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

Ekonomi moneter ( PROFIT, CAR, NPR dan CREDIT MACET)

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan menjadi Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan yang telah penulis kemukakan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Evaluasi Kinerja Kredit UMKM Bank Pemerintah (Data Bank Indonesia) Perkembangan dunia perbankan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kinerja bisnis perbankan bertumbuh signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Tingkat persaingan semakin ketat dimana dunia perbankan nasional semakin agressif mengembangkan bisnis dalam upaya untuk meningkatkan aset dan return yang tinggi. Perbankan secara agressif melakukan penghimpunan dana dari masyarakat untuk selanjutnya disalurkan kepada masyakat. Penyaluran kredit masih menjadi salah satu Core Business bank karena return yang diperoleh memberikan kontribusi terbesar dalam perolehan laba. Berbagai langkah strategis dilakukan oleh perbankan dalam upaya meningkatkan kinerja bisnis, mulai dari re-organisasi, reformasi organisasi dan bisnis (new business model), penambahan jaringan kantor maupun pengembangan produk produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam hal ini nasabah. Disamping itu, stabil dan kondusifnya kondisi perekonomian yang ditunjukkan oleh nilai kurs dan tingkat inflasi telah mendorong peningkatan penyaluran kredit. Kondisi ekonomi makro yang semakin baik berimplikasi pada semakin baiknya iklim usaha di berbagai sektor ekonomi yang tentu saja berperan dalam peningkatan taraf hidup masyarakat dan daya beli. Seiring dengan hal tersebut, perbankan semakin memberikan ruang bagi masyarakat luas untuk dapat diakses dengan mudah terutama dalam memberikan fasilitas pinjaman bagi masyarakat umum baik itu untuk kebutuhan perorangan maupun perusahaan. Perkembangan kinerja penyaluran kredit perbankan dapat dilihat pada tabel. 2, tabel. 3 dan tabel. 4 : 27

Tabel 2. Perkembangan Baki Debet Kredit Perbankan Nasional berdasarkan Kategori Bank selama 5 tahun terakhir (Rp Juta) KATEGORI BANK 2006 2007 2008 2009 Sep-10 Bank Pemerintah 336.334.155 417.792.226 556.536.000 656.551.035 735.690.970 Bank Swasta Nasional 320.413.962 423.233.812 542.316.975 590.184.832 694.883.352 Bank Asing dan Bank Campuran 120.144.014 142.948.171 190.205.844 172.145.443 206.876.515 Bank Perkreditan Rakyat 17.455.145 21.263.261 26.391.849 29.132.567 34.010.145 Grand Total 794.347.276 1.005.237.470 1.315.450.668 1.448.013.877 1.671.460.982 Tabel 3. Perkembangan Baki Debet Kredit Perbankan Nasional berdasarkan Jenis Kredit selama selama 5 tahun terakhir (Rp Juta) JENIS KREDIT 2006 2007 2008 2009 Sep-10 Modal Kerja 413.744.435 529.615.809 681.791.597 701.745.665 817.075.661 Investasi 149.225.694 185.267.278 256.517.252 297.735.583 330.439.240 Konsumsi 231.377.148 290.354.383 377.141.819 448.532.629 523.946.081 Grand Total 794.347.276 1.005.237.470 1.315.450.668 1.448.013.877 1.671.460.982 Tabel 4. Perkembangan Baki Debet Kredit Perbankan Nasional berdasarkan Sektor Ekonomi selama selama 5 tahun terakhir (Rp Juta) SEKTOR EKONOMI 2006 2007 2008 2009 Sep-10 Jasa Dunia Usaha 78.136.639 108.886.495 152.285.111 151.824.783 162.804.127 Jasa Sosial Masyarakat 11.709.984 13.561.631 15.287.431 16.655.012 46.369.121 Konstruksi 32.471.321 43.356.385 57.676.414 63.211.324 63.612.773 Lain-lain 236.607.431 295.945.378 384.559.613 456.320.105 580.818.503 Listrik, Gas dan Air 7.027.664 7.446.181 18.089.703 23.806.645 27.974.513 Pengangkutan 26.289.263 36.420.362 61.806.170 72.787.890 74.219.799 Perdagangan 166.151.229 217.929.538 263.249.594 305.702.321 325.235.164 Perindustrian 178.364.796 200.251.051 265.452.598 240.389.154 254.136.587 Pertambangan 13.705.282 25.007.195 30.561.290 41.568.506 52.868.468 Pertanian 43.883.667 56.433.253 66.482.744 75.748.137 83.421.927 Grand Total 794.347.276 1.005.237.470 1.315.450.668 1.448.013.877 1.671.460.982 Tabel di atas menggambarkan bahwa kinerja penyaluran kredit perbankan nasional mengalami trend pertumbuhan yang cukup signifikan selama 5 (lima) tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 29%. Berdasarkan kategori bank, Bank Pemerintah berada di urutan pertama 28

sebagai bank yang memberikan kontribusi tertinggi selama 5 (lima) tahun terakhir dalam menyalurkan kredit yaitu sebesar Rp 735,6 Trilyun. Secara berurutan Bank Swasta Nasional berada di posisi ke-2 sebesar Rp 694,8 Trilyun, Bank Asing dan Campuran berada di posisi ke-3 sebesar Rp 206,8 Trilyun dan Bank Pekreditan Rakyat di posisi ke-4 yaitu sebesar Rp 34 Trilyun dengan trend sebagaimana gambar. 3 di bawah ini. 800.000.000 700.000.000 600.000.000 500.000.000 400.000.000 300.000.000 200.000.000 100.000.000-2006 2007 2008 2009 Sep-10 Bank Pemerintah Bank Asing dan Bank Campuran Bank Swasta Nasional Bank Perkreditan Rakyat Gambar 3. Trend Pertumbuhan Baki Debet Kredit Perbankan Nasional berdasarkan Kategori Bank selama selama 5 tahun terakhir Berdasarkan jenis kredit, Kredit Modal Kerja merupakan komposisi terbesar kredit yang disalurkan oleh perbankan nasional yaitu sebesar Rp 817 T, Kredit Konsumsi sebesar Rp 300 T dan Kredit Konsumsi sebesar Rp 524 T, sebagaimana terlihat pada gambar.4 di bawah ini : Sep-10 817,075,661 330,439,240 523,946,081 2009 701,745,665 297,735,583 448,532,629 2008 2007 681,791,597 256,517,252 529,615,809 185,267,278 377,141,819 290,354,383 Modal Kerja Investasi Konsumsi 2006 2005 413,744,435 149,225,694 352,705,949 132,637,492 211,556,967 231,377,148 Gambar 4. Komposisi Baki Debet Kredit Perbankan Nasional berdasarkan Jenis Kredit selama 5 tahun terakhir 29

Ditinjau dari sektor ekonomi, sektor Lain-lain merupakan sektor dengan konsentrasi penyerapan kredit tertinggi yang disalurkan oleh perbankan nasional, selanjutnya sektor perdagangan merupakan sektor ekonomi kedua tertinggi yang menyerap kredit perbankan nasional dan secara berurutan sektor lainnya yang cukup tinggi adalah sektor perindustrian, Jasa Dunia Usaha, Pertanian, Pengangkutan, Konstruksi, Pertambangan, Jasa Sosial Masyarakat serta Listrik, Gas dan Air, sebagaimana dapat dilihat pada gambar.5. 2.500.000.000 2.000.000.000 1.500.000.000 1.000.000.000 500.000.000 - Sep-10 2009 2008 2007 2006 Gambar 5. Baki Debet Kredit Perbankan Nasional berdasarkan Sektor Ekonomi selama 5 tahun terakhir Dari total penyaluran kredit perbankan nasional di atas, porsi kredit yang telah disalurkan kepada sektor UMKM sampai dengan September 2010 tergambar pada tabel. 5, tabel. 6 dan tabel. 7 : Tabel 5. Perkembangan Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Nasional berdasarkan Kategori Bank selama selama 5 tahun terakhir (Rp juta) KATEGORI BANK 2006 2007 2008 2009 Sep-10 Bank Pemerintah 189.543.111 236.214.293 312.871.534 384.353.385 447.948.700 Bank Swasta Nasional 190.556.228 232.244.082 282.579.625 312.618.587 394.036.406 Bank Asing dan Bank Campuran 12.722.392 14.225.766 21.857.823 20.222.728 66.772.482 Bank Perkreditan Rakyat 11.515.081 13.526.431 25.188.944 18.053.830 20.550.242 Grand Total 404.336.812 496.210.572 642.497.926 735.248.530 929.307.830 30

Tabel 6. Perkembangan Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Nasional berdasarkan Jenis Kredit selama selama 5 tahun terakhir. (Rp juta) JENIS KREDIT 2006 2007 2008 2009 Sep-10 Modal Kerja 161.628.019 194.114.931 246.115.330 272.839.478 345.073.094 Investasi 35.777.926 42.686.785 53.767.178 62.560.229 81.030.545 Konsumsi 206.930.867 259.408.856 342.615.417 399.848.823 503.204.191 Grand Total 404.336.812 496.210.572 642.497.926 735.248.530 929.307.830 Tabel 7. Perkembangan Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Nasional berdasarkan Sektor Ekonomi selama selama 5 tahun terakhir (Rp juta) SEKTOR EKONOMI 2006 2007 2008 2009 Sep-10 Jasa Dunia Usaha 23.521.262 29.927.624 42.022.352 43.813.982 54.458.313 Jasa Sosial Masyarakat 5.942.638 6.554.676 7.526.709 8.695.154 29.071.282 Konstruksi 9.851.225 12.926.105 16.724.669 18.818.613 21.737.327 Lain-lain 208.602.108 261.193.077 345.753.017 401.957.601 534.786.961 Listrik, Gas dan Air 219.179 252.448 446.045 656.264 857.246 Pengangkutan 6.228.772 6.683.245 8.190.433 8.876.865 12.033.060 Perdagangan 107.607.956 129.909.913 162.785.958 190.306.482 197.513.201 Perindustrian 26.811.604 30.850.286 36.750.371 36.775.342 53.457.049 Pertambangan 965.196 1.144.580 1.461.266 1.560.458 6.194.198 Pertanian 14.586.873 16.768.617 20.837.107 23.787.770 19.199.193 Grand Total 404.336.812 496.210.572 642.497.926 735.248.530 929.307.830 Total kredit UMKM yang telah disalurkan kepada sektor UMKM sampai dengan bulan September 2010 adalah sebesar Rp 929, 3 T. Selama 5 (lima) tahun terakhir kinerja penyaluran kredit UMKM perbankan nasional juga menunjukkan trend pertumbuhan yang cukup signifikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 21,3%. Bank Pemerintah memberikan kontribusi tertinggi dalam menyalurkan kredit di sektor UMKM yaitu sebesar Rp 447,9 Trilyun, diikuti oleh Bank Swasta Nasional sebesar Rp 394 Trilyun, Bank Asing dan Campuran sebesar Rp 66,7 Trilyun dan Bank BPR sebesar sebagaimana gambar. 6. Rp 20,5 Trilyun. Trend pertumbuhan kredit 31

500.000.000 450.000.000 400.000.000 350.000.000 300.000.000 250.000.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 50.000.000 - Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Bank Campuran Bank Perkreditan Rakyat Gambar 6. Trend Pertumbuhan Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Nasional berdasarkan Kategori Bank selama selama 5 tahun terakhir Berdasarkan jenis kredit, Kredit Konsumsi mendominasi komposisi kredit jenis UMKM yang disalurkan oleh perbankan nasional yaitu rata-rata 53% selama 5 (lima) tahun terakhir, sebagaimana dapat dilihat pada grafik gambar. 7 di bawah ini : Sep-10 37% 9% 54% 2009 37% 9% 54% 2008 38% 8% 53% Modal Kerja Investasi 2007 39% 9% 52% Konsumsi 2006 40% 9% 51% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Gambar 7. Komposisi Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Nasional berdasarkan Jenis Kredit selama 5 tahun terakhir Bila dilihat dari konsentrasi serapan kredit UMKM berdasarkan sektor ekonomi, kredit UMKM tertinggi disalurkan oleh Perbankan Nasional 32

pada sektor lain-lain sama halnya dengan konsentrasi total penyaluran kredit perbankan nasional, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 8. Hal ini mengindikasikan bahwa penggolongan sektor ekonomi untuk kredit konsumsi lebih dominan dikelompokkan pada sektor lain-lain (gambar. 8). 2.500.000.000 2.000.000.000 1.500.000.000 1.000.000.000 500.000.000 - Sep-10 2009 2008 2007 2006 2005 Gambar 8. Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Nasional berdasarkan Sektor Ekonomi selama 5 tahun terakhir Tabel 8. Prosentase Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Nasional terhadap Total Baki Debet Kredit Perbankan Nasional (Rp juta) KREDIT 2006 2007 2008 2009 Sep-10 rata-rata TOTAL BAKI DEBET KREDIT UMKM 404.336.812 496.210.572 642.497.926 735.248.530 929.307.830 641.520.334 TOTAL BAKI DEBET KREDIT 794.347.276 1.005.237.470 1.315.450.668 1.448.013.877 1.671.460.982 1.246.902.055 % Share Baki Debet Kredit UMKM 50.90% 49.36% 48.84% 50.78% 55.60% 51.45% Tabel 9. % Share Kredit UMKM Bank Pemerintah terhadap Total Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Nasional dan Total Baki Debet Kredit Perbankan Nasional (Rp juta) KREDIT 2006 2007 2008 2009 Sep-10 rata-rata KREDIT UMKM Bank Pemerintah 189.543.111 236.214.293 312.871.534 384.353.385 447.948.700 314.186.205 Total Baki Debet Kredit UMKM 404.336.812 496.210.572 642.497.926 735.248.530 929.307.830 641.520.334 Total Baki Debet Kredit Perbankan Nasional 794.347.276 1.005.237.470 1.315.450.668 1.448.013.877 1.671.460.982 1.246.902.055 % Share UMKM Bank Pemerintah thd Total Baki Debet Kredit UMKM 47% 48% 49% 52% 48% 49% % Share UMKM Bank Pemerintah thd Total Baki Debet Kredit Perbankan Nasional 24% 23% 24% 27% 27% 25% 33

Tabel. 8 dan Tabel.9 mengggambarkan bahwa, share baki debet kredit UMKM terhadap total baki debet perbankan nasional mengalami trend pertumbuhan meskipun tidak signifikan setiap tahunnya dengan ratarata prosentase share selama 5 (lima) tahun terakhir mencapai 51,45%. Dari total baki debet kredit UMKM perbankan nasional, Bank pemerintah menguasai pangsa kredit UMKM sebesar Rp 447,8 T atau sebesar 48%. Bila dibandingkan dengan total baki kredit perbankan nasional, prosentase share kredit UMKM Bank Pemerintah sampai dengan akhir September 2010 mencapai 27% rata-rata % share selama 5 (lima) tahun terkahir masing-masing sebesar 49% dan 25%. 2. Hasil Penelitian Kinerja Kredit UMKM Pada tabel. 8 telah dipaparkan bahwa berdasarkan data Bank Indonesia, kinerja penyaluran kredit perbankan nasional pada sektor UMKM telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan sebagaimana Gambar. 9, Gambar 10 dan Gambar. 11 : Gambar 9. % Share Kredit UMKM thd total baki debet kredit Perbankan Nasional 34

Gambar 10. % Share Kredit UMKM perbankan nasional thd total baki debet kredit Perbankan Nasional Gambar 11. % Share Kredit UMKM Bank Pemerintah thd total baki debet kredit UMKM Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa porsi baki debet kredit UMKM perbankan nasional telah mencapai 56% dibandingkan total baki kredit perbankan nasional, sedangkan porsi baki kredit UMKM Bank Pemerintah mencapai 27% dari total baki kredit perbankan nasional serta 35

telah mencapai 48% dari total baki debet kredit UMKM Perbankan Nasional. Bila diteliti lebih lanjut bahwa dari total porsi kredit UMKM tersebut, kredit konsumsi mendominasi komposisi kredit UMKM yaitu masing-masing sebesar 54% dari total baki debet kredit UMKM Perbankan Nasional dan 60% dari total baki debet kredit UMKM Bank Pemerintah, lebih besar dari prosentase porsi Kredit Modal Kerja (37% baki debet kredit perbankan nasional dan 35% dari baki debet kredit UMKM perbankan nasional) dan porsi kredit Investasi (9% dari baki debet kredit perbankan nasional dan 5% dari baki debet kredit UMKM perbankan nasional) sebagaimana dapat dilihat pada gambar. 12. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 31% 20% 49% 54% 60% 9% 5% 37% 35% Konsumsi Investasi Modal Kerja Baki Debet Kredit Perbankan Nasional Baki Debet Kredit UMKM Perbankan Nasional Baki Debet Kredit UMKM Bank Pemerintah Gambar 12. Komposisi baki debet kredit UMKM Perbankan Nasional dan baki debet kredit UMKM Bank Pemerintah (september 2010) mengingat : Kondisi tersebut tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya 1. Berdasarkan penggunaannya, kredit konsumsi adalah kredit untuk keperluan barang-barang konsumsi yang diperlukan debitur. 2. Kredit UMKM adalah kredit untuk keperluan usaha baik kredit untuk tambahan modal (Kredit Modal Kerja) maupun untuk pembelian aktiva tetap (Kredit Investasi) antara lain mesin, lahan untuk usaha, bangunan untuk menunjang usaha dan kemampuan membayar kembali debitur diukur dari laba aktivitas usaha. 3. Pengelompokan kredit UMKM dalam laporan Bank Indonesia masih mengacu kepada segmentasi kredit dimana kredit UMKM 36

dikelompokkan berdasarkan maksimum kredit yang diberikan (Kredit Mikro maks Rp 50 juta, Kredit Kredit yang diberikah > Rp 50 juta, < Rp 500 juta dan Kredit Menengah > Rp 500 juta, < Rp 5 Milyar) tanpa mempertimbangkan penggunaannya. Disampain itu, beberapa hal yang menjadi pertimbangan Bank dalam menyalurkan kredit konsumsi dengan porsi yang lebih besar adalah : 1. Penyaluran Kredit Konsumsi merupakan salah satu alternatif dan upaya Bank Pemerintah dalam menyebarkan risiko kredit dimana daya beli masyarakat yang semakin tinggi menstimulus tingkat konsumsi masyarakat. 2. Kredit Konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kredit UMKM yang bersifat produktif (Modal Kerja dan Investasi), karena : a. Maksimum kredit yang diberikan mengacu pada nilai agunan atau colateral yang diberikan dengan memperhitungkan repayment capacity debitur melalui penghasilan tetap yang diterima setiap bulannya. b. Sistem angsuran yang diberlakukan oleh bank sistem Aplofend (Angsuran Bunga + Pokok). c. Untuk yang tidak memiliki agunan berupa harta tetap dapat berupa dokumen berharga lainnya seperti (SK, Jamsostek dan lainnya yang sejenis) dengan sistem pembayaran melalui payroll atau (autodebet). 3. Track record penyaluran kredit konsumsi / konsumer selama beberapa tahun terkahir dinilai cukup baik dan menjanjikan dengan tingkat NPL yang masih rendah (< 5%). Indikasi lain yang menyebabkan tingginya porsi penyaluran pada jenis kredit konsumsi adalah pengalihan skim kredit atau penggunaan produk kredit konsumtif namun dalam implementasinya, kredit tersebut digunakan untuk modal usaha (produktif). Hal ini dapat disebabkan antara lain : 1. Pengalihan skim kredit produktif ke skim konsumtif lebih kepada subjektifitas petugas kredit dimana pertimbangan risiko yang lebih rendah menjadi faktor utama untuk mengalihkan skim dimaksud dimana 37

kredit konsumtif menggunakan pola angsuran pokok dan bunga (aplofend). 2. Proses penyaluran kredit konsumtif lebih sederhana dibandingkan dengan proses penyaluran pada kredit Produktif (Modal Kerja dan Investasi) yaitu dengan sistem scoring komputerisasi disamping percepatan layanan (service level) kepada nasabah menjadi salah satu pertimbangan utama. 3. Kurangnya varian/derivatif produk kredit yang dimiliki oleh Bank Pemerintah sesuai dengan kebutuhan dan bidang usaha debitur (sebelum munculnya kredit KUR dan kredit program lainnya), sehingga untuk sementara maupun permanen, nasabah/debitur diberikan pinjaman dalam bentuk skim kredit konsumsi. Berdasarkan kondisi di atas, Kredit Konsumsi idealnya tidak digolongkan sebagai jenis Kredit UMKM. Dengan demikian, Performance riil Bank Pemerintah terhadap pembiayaan sektor UMKM tanpa Kredit Konsumsi dapat digambarkan pada Tabel. 10 dan Tabel. 11, yaitu : Tabel 10. Total Baki Debet Kredit UMKM excl. Kredit Konsumsi selama 5 (lima) tahun terkahir (Rp Juta) KATEGOR BANK 2006 2007 2008 2009 Sep-10 Bank Pemerintah 81.697.156 98.583.375 129.361.170 159.640.683 179.142.026 Bank Swasta Nasional 106.726.573 127.589.333 148.010.112 160.014.722 200.952.501 Bank Asing dan Bank Campuran 2.568.151 3.575.828 7.916.490 6.644.502 35.776.981 Bank Perkreditan Rakyat 6.414.065 7.053.180 14.594.736 9.099.801 10.232.131 Grand Total 197.405.945 236.801.716 299.882.508 335.399.708 426.103.639 Tabel 11. % Share Kredit UMKM excl. Kredit Konsumsi posisi bulan September 2010 terhadap baki debet per kategori bank (Rp Juta) KATEGORI BANK Baki Debet UMKM (Sept 2010) Baki Debet Kredit Perbankan Nasional (Sept 2010) % Porsi Kredit UMKM thd Masing2 Baki Debet Bank Pemerintah 179.142.026 735.690.970 24% Bank Swasta Nasional 200.952.501 694.883.352 29% Bank Asing dan Bank Campuran 35.776.981 206.876.515 17% Bank Perkreditan Rakyat 10.232.131 34.010.145 30% Grand Total 426.103.639 1.671.460.982 100% 38

Gambar 13. % Share Kredit UMKM excl. Kredit Konsumsi thd total baki debet kredit Perbankan Nasional Gambar 14. % Share Kredit UMKM Bank Pemerintah excl. Kredit Konsumsi thd total baki debet kredit UMKM Perbankan Nasional 39

Gambar 15. % Share Kredit UMKM Bank Pemerintah excl. Kredit Konsumsi thd total baki debet kredit UMKM Perbankan Nasional Bank Asing dan Bank Campuran ; 2% Bank Perkreditan Rakyat ; 1% Bank Pemerintah; 11% Bank Swasta Nasional; 12% Gambar 16. % Share Kredit UMKM Bank Pemerintah dan Non Pemerintah thd total baki debet kredit Perbankan Nasional 40

Bank Perkreditan Rakyat 30% Bank Pemerintah 24% Bank Asing dan Bank Campuran 17% Bank Swasta Nasional 29% Gambar 17. % % Porsi Kredit UMKM Perbankan Nasional thd masing-masing baki debet kredit Dari Gambar. 13, Gambar. 14, Gambar. 15, Gambar. 16 dan Gambar. 17 di atas dapat dijelaskan kondisi baki debet kredit UMKM sebagai berikut : 1. Porsi baki debet kredit UMKM perbankan nasional hanya mencapai 25% dari total baki debet kredit Perbankan Nasional. 2. Porsi baki kredit UMKM Bank Pemerintah mencapai 42% dari total baki debet kredit UMKM perbankan nasional, sedangkan 3. Porsi kredit UMKM Bank Pemerintah hanya mencapai 11% dari total kredit perbankan nasional. 4. Dibandingkan dengan Bank Lainnya (Non Pemerintah), pada kenyataan porsi pembiayaan UMKM Bank Swasta Nasional lebih tinggi dari Bank Pemerintah yaitu sebesar 12% dari total baki debet kredit perbankan nasional. 5. Bila dibandingkan dengan masing-masing baki debet kredit per kategori Bank, porsi kredit UMKM tertinggi yang disalurkan oleh bank secara berurutan yaitu BPR sebesar 30% dari total baki debet kredit BPR, Bank Swasta Nasional sebesar 29%, Bank Pemerintah sebesar 24% dan Bank Asing Campuran sebesar 17%. 41

3. Perspektif Kredit Konsumsi sebagai Kredit Non UMKM Beberapa dasar pertimbangan mengapa Kredit Konsumsti tidak digolongkan sebagai kredit UMKM adalah sebagai berikut : a. Mengacu Undang-undang No. 20 tahun 2008, tentang UMKM Berdasarkan undang-undang dimaksud disebutkan bahwa baik Kredit Mikro, Kredit Kecil dan Kredit Menengah secara tegas didefinisikan sebagai usaha produktif milik perorangan maupun badang usaha dengan kekayaan dan omzet penjualan yang diatur dengan jumlah tertentu sesuai kriterianya. b. Mengacu pada definisi UMKM Bank Indonesia sendiri. Berdasarkan definisi Bank Indonesia bahwa Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah adalah usaha yang dapat menerima kredit sesuai dengan jumlah/besaran yang ditetapkan berdasarkan kriterianya. Yang perlu digarisbawahi adalah yang dapat menerima kredit dalam definisi Bank Indonesia ini adalah aktivitas usaha (baik orang perorangan maupuan badan usaha) bukan orang/perorangan yang tidak memiliki aktivitas usaha (bekerja sebagai pegawai atau dipekerjakan). Dalam konteks ini, perlu perlu dilakukan sinkronisasi untuk menghindari dispute dalam mendefinisikan dan mengelompokkan kredit UMKM. Kredit Mikro, Kredit Kecil dan Kredit Menengah yang didefinisikan sebagai kredit dengan maksimal atau lebih besar/kecil sama dengan sesuai dengan jumlahnya seyogyanya selaras dengan pengertian/definisi UMKM yang dijabarkan baik oleh Bank Indonesia itu sendiri maupuan Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang UMKM. c. Berdasarkan penggunaannya Kredit Konsumsi yang diberikan oleh Perbankan adalah kredit yang digunakan untuk keperluan barang konsumtif antara lain ; pembelian rumah, pembelian kendaraan dan barang lainnya yang bersifat tidak produktif atau tidak digunakan untuk modal usaha/investasi untuk menunjang kegiatan usaha serta kredit untuk penggunaan lainnya seperti biaya pendidikan, biaya rumah sakit, dan lainnya yang sejenis. 42

Disamping itu penerima kredit konsumsi belum tentu merupakan pelaku UMKM (bisa Pegawai negeri atau swasta). d. Kredit pada sektor UMKM adalah kredit yang diberikan untuk modal usaha yang dapat memberikan dampak langsung terhadap sektor tersebut. Artinya terdapat perputaran ataupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh profit dari aktivitas usaha yang dibiayai. Berbeda dengan kredit konsumsi, dimana pembiayaan digunakan untuk membeli produk hasil usaha besar (misal kendaraan) sehingga tidak memberikan dampak langsung terhadap UMKM. 4. Hasil pengujian terhadap variabel yang mempengaruhi kinerja Bank Pemerintah dalam Menyalurkan Kredit UMKM Berdasarkan hasil analisis regresi berganda (multiple regression) menunjukkan adanya hubungan dan variasi arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel independen. Pengaruh dan arah hubungan tersebut dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 12. Pengaruh variabel bebas (X) X) secara bersama-sama dan Parsial terhadap Variabel terikat (Y) Variabel bebas Koefisien regresi (Constant) 0,00000953 Arah Pengaruh Uji teori terhadap variabel bebas X1 % rata-rata suku bunga 0,003028005 Positif Berpengaruh X2 % NPL 0,816885187 Positif Berpengaruh R2 (Determinasi) - 0.64957279 berpengaruh Sumber : data yang diolah Variabel rata-rata suku bunga kredit Bank Pemerintah dan jumlah NPL menunjukkan pengaruh positif terhadap kinerja Kredit UMKM Bank Pemerintah. Dari hasil analisis tersebut maka disusun persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,00000953+ 0,03020805X 1 + 0,816885187X 2 Dari hasil persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut : a) Nilai koefisien regresi rata-rata suku bunga (X 1 ) = 0,03020805, mengandung tanda (+) yang berarti bahwa jika variabel lainnya tidak 43

berubah, maka perubahan variabel jumlah rata-rata suku bunga kredit Bank Pemerintah (X 1 ) 1% memberikan pengaruh yang searah sebesar 0,03020805 % terhadap kinerja penyaluran kredit UMKM Bank Pemerintah. b) Nilai koefisien regresi jumlah NPL (X 2 ) = 0,816885187, mengandung tanda (+) yang berarti bahwa jika variabel lainnya tidak berubah, maka perubahan variabel jumlah NPL kredit UMKM Bank Pemerintah (X 2 ) 1% memberikan pengaruh yang searah sebesar 0,03020805 % terhadap kinerja penyaluran kredit UMKM Bank Pemerintah. 5. Pengujian terhadap Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebanyak dua hipotesis adapun alat analisis yang diajukan adalah hipotesis pertama dengan uji F (secara bersama-sama) dan hipotesis uji t (secara parsial). Adapun pembuktian terhadap hipotesis yang diajukan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 13. Pengujian hipotesis pengaruh variabel jumlah X 1 dan X 2 terhadap variavel Y Variabel Independen Pengujian 0,00001653 bersamasama 0 Pengujian secara parsial Rata-rata Suku Bunga Kredit (X1) NPL Kredit UMKM (X2) Sumber : Data yang diolah a. Uji Simultan F- hitung F- tabel t- hitung t- tabel Sig. Kesimpulan 0,050 - - 0,00000953 Signifikan 0,00302 0,8168 0,00000953 0,00000953 signifikan Tdk signifikan Berdasarkan tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa F- hitung sebesar 0,000016530 sedangkan nilai F- tabel pada = 0.05 dan df = 9 Adalah sebesar 4.76 sehingga F- hitung lebih kecil dari pada F- tabel (0,000016530 < 4.76). Sehingga H o diterima dan tolak H 1 yang berarti bahwa ratarata suku bunga kredit Bank Pemerintah dan jumlah NPL kredit UMKM Bank Pemerintah tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja kredit UMKM yang disalurkan oleh Bank Pemerintah. 44

b. Uji Parsial Pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t bertujuan menentukan variabel mana dari variabel independen rata-rata suku bunga kredit Bank Pemerintah (X 1 ) dan jumlah NPL Kredit UMKM Bank Pemerintah (X 2 ) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen Kinerja Kredit UMKM Bank Pemerintah (Y). berdasarkan hasil pengujian pada tabel. 13 sebelumnya, menunjukkan bahwa jumlah rata-rata suku bunga kredit Bank Pemerintah (X 1 ), berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Kredit UMKM Bank Pemerintah, sedangkan jumlah NPL kredit UMKM Bank Pemerintah secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja kredit UMKM Bank Pemerintah. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai t -hitung lebih kecil dari t- tabel pada tingkat signifikan = 0.05, sehingga H o diterima dan H 1 ditolak. 45