PERKEMBANGAN SOSIOLOGI HUKUM MODERN MAX WEBER

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI INISIASI KEEMPAT: BIROKRASI ORGANISASI

Ida Nurnida. School of Communication & Business Telkom University

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

KEKUASAAN DAN WEWENANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial

TEORI BIROKRASI WEBER Kuliah Minggu ke-5 dan 6

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

Kekuasaan dan Wewenang. Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

CERITAKAN MENGENAI JURNAL (+-5 ) KAITKAN DENGAN MATERI, SEBANYAK MUNGKIN PENGKAITAN YANG BENAR ANTARA MATERI JURNAL DENGAN TEORI MAKA MENDAPAT

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

Pengertian Birokrasi. Ciri-ciri Birokrasi. Aparat birokrasi

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

BAB I PENDAHULUAN. informasi sehingga mempengaruhi orientasi dan nilai hidup di segala bidang;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila secara formal dalam organisasi maka proses

BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

Kritik terhadap Doktrin Positivisme Hukum

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi

Definisi tentang Hukum Berbagai pandangan ahli tentang hukum dipaparkan sebagai berikut:

BUDAYA HUKUM (LEGAL CULTURE) 9/8/2012 Budaya Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan disiplin para pekerja itu sendiri. Penelitian ini sangat penting untuk di lakukan, karena:

Konsep-Konsep Dasar dalam Ilmu Politik (bagian 1)

Latar Belakang Lahirnya Sosiologi Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) kesuksesan suatu organisasi. Banyak organisasi menyadari bahwa

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah dan

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

Karyawan Manusia. Material Needs. Social Needs. Makhluk Sosial KELOMPOK FORMAL KELOMPOK INFORMAL. Kinerja Organisasi

sepenuhnya mempengaruhi dinamika dalam sistem. Dengan demikian, pastinya terdapat perilaku politik yang lebih beragam pula.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

KOMENTAR UMUM 9 Pelaksanaan Kovenan di Dalam Negeri 1

Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 14 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu pakar hukum, Roscoe Pound mengemukakan paradigma

KEADILAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM: JOHN RAWL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh : NOVIALDI ZED

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

BIROKRASI. Andhyka Muttaqin, S.AP, MPA

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

Pendekatan Studi Perbandingan Pemerintah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR BILA TERJADI INSIDER TRADING DALAM PASAR MODAL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK

METODE PENELITIAN HUKUM

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini merupakan sifat dasar masyarakat. Perubahan masyarakat tiada hentinya, jika

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SEB E U B A U H H MAT A A T KULIAH

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

ILMU HUKUM DIPANDANG DARI ASPEK PENGEMBANGAN PARADIGMA ILMU

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang

PENGERTIAN ETIKA PROFESI

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI PEMERINTAHAN DESA

Social/Network Power:

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB V PENUTUP. Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari. Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

Transkripsi:

PERKEMBANGAN SOSIOLOGI HUKUM MODERN MAX WEBER Nurhidayati STAIN Jurai Siwo Metro Email : nurhidayati0911@gmail.com Abstract As well as Durkheim, Weber also to know how the new law is formed using the Sociology of law as a starting point the human condition in primitive societies. Author of this article Sociology of Law: A.A.G. Peters (University Utracht). This paper on Legal and Social development and Rational Development of Modern Law schools of Max Weber. Max Weber is an expert on Sociology of Law in addition to Karl Marx and Emil Durkheim. His most important work is the Economy and Society, published in 1925 which includes Legal Sociology. According to Weber the rules of the new law can be formed in two ways: namely appears bertahab or can be created deliberately. In terms of the new law appears bertahab, where people began to make use of a new way of existing rules that generate bertahab shift in the sense of the rules. While the new law can be created through coercion from above. Various kinds of influence on the formation of the new law is, such as: the existence of economic interests, as well as the influence of power that has played a decisive role in the formation of the law. In its emphasis to the importance of ideas in the formation of society and the law, Weber analyzes different from other Sociology tend to understate the role of ideas.

94 Nurhidayati Key Word: Law, Sociology, Max Weber Abstrak Seperti halnya Durkhein, Weber juga untuk mengetahui bagaimana hukum baru terbentuk menggunakan Sosiologi hukumnya sebagai titik tolak kondisi manusia dalam masyarakat primitif. Pengarang Tulisan Sosiologi Hukum ini : A.A.G. Peters (Universitas Utracht). Tulisan ini mengenai Hukum dan perkembangan Sosial Perkembangan Hukum Modern dan Rasional faham Max Weber. Max Weber adalah seorang ahli Sosiologi Hukum disamping Karl Mark dan Emil Durkheim. Karyanya yang paling penting adalah Economy and Society, yang diterbitkan tahun 1925 yang mencakup juga Sosiologi Hukumnya. Menurut Weber aturan-aturan hukum baru dapat terbentuk dengan dua cara : yaitu muncul secara bertahab atau dapat diciptakan secara sengaja. Dalam hal hukum baru muncul secara bertahab, dimana orang mulai membuat cara pemakaian baru dari aturan-aturan yang ada yang menghasilkan pergeseran bertahab dalam arti aturan-aturan tersebut. Sedangkan hukum baru dapat diciptakan melalui pemaksaan dari atas. Berbagai macam pengaruh terhadap pembentukan hukum baru adalah, seperti: adanya kepentingan-kepentingan ekonomis, maupun pengaruh kekuasaan yang telah memainkan peranan menentukan dalam pembentukan hukum. Dalam penekanannya kepada pentingnya arti ide-ide dalam pembentukan masyarakat dan hukum, analisis Weber berbeda dari Sosiologi lain yang cenderung mengecilkan peranan ide-ide tersebut. Kata Kunci: Hukum, Sosiologi, Max Weber Pendahuluan A. Konsep Sosiologi Hukum Di dalam masyarakat modern, biasanya petugas penegakan adalah pengadilan dari salah satu instansi negara tertentu, yang bilamana perlu bisa minta bantuan kekuasaan polisi lebih lanjut ADZKIYA MARET 2015

Perkembangan Sosiologi Hukum Modern Max Weber 95 untuk memaksakan keputusan- keputusannya. Adanya hukum yang dijamin, timbul karena kemungkinan saat kelompok akan mengajukan protes bila ada pelanggaran, terhadap suatu aturan yang kemudian akan menghasilkan suatu keputusan dari suatu badan resmi yang wewenang hukumnya untuk mengambil keputusan dalam kasus-kasus demikian cukup dihormati dalam masyarakat sehingga keputusannya akan dihormati. Dewasa ini pemaksaan hukum melalui kekerasan menjadi monopoli negara. Suatu hak dalam kerangka negara dijamin oleh kekuasaan pemaksa dari otoritas pejabat-pejabat politik. Pemaksaan hak dengan kekerasan yang dilakukan oleh aparat pemaksa komonitas politik sering kali hasilnya buruk dibanding dengan kekerasan pemaksa lainnya, misalnya : agama. Menurut Weber tidak semua hukum yang efektif dalam masyarakat adalah hukum negara, ada juga yang bukan hukum negara, sebagai contoh hukum agama yang seringkali lebih besar pengaruhnya terhadap individu dibanding dengan hukum yang ditegakkan oleh kekuasaan politik. Anggapan bahwa negara hanyalah ada jika alat-alat pemaksa komonitas politiknya unggul diatas semua alat-alat lainnya, adalah anti sosiologi. Hukum gerejani masih merupakan hukum, juga jika ia berbenturan dengan hukum negara sekalipun. Di dalam komonitas modern hukum dijamin oleh seorang hakim atau suatu lembaga lain yang merupakan wasit yang tidak memihak dan tidak berkepentingan dibandingkan dengan orang yang biasa dinilai sebagai mempunyai hubungan khusus dengan salah satu pihak. Hukum, konvensi atau kebiasaan, menurut Weber tergolong kedalam sesuatu yang berkelanjutan dengan peralihan-peralihan kecil yang menuju dari yang satu kepada yang lain. Kebiasaan sebagai kegiatan seragam tertentu yang terus berlangsung hanya karena orang sudah terbiasa karenanya dan terus menyatakannya berdasarkan peniruan tanpa berpikir. Konvensi dikatakan ada jika tingkah laku tertentu diusahakan supaya bisa berlaku, tetapi tanpa menggunakan pemaksaan apapun baik pisik maupun psikologis. Kebiasaan Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1

96 Nurhidayati berbeda dari pada hukum karena : 1. Tidak ada persyaratan normatif untuk menaati tipe aktifitas. 2. Tidak ada alat untuk menegakkannya. Sedangkan perbedaan antara hukum dan konvensi yaitu suatu tipe aktifitas uniforn yang berbeda dari kebiasaan disyaratkan secara normatif, akan tetapi tidak ditegakkan oleh suatu alat khusus. Hukum formal hanyalah merupakan satu faktor saja yang menentukan suatu tata sisoal medern, meskipun sifatnya sangat khas. B. Pengaruh Ide-Ide: Peranan Ahli-Ahli Hukum Untuk membentukan pendidikan hukum profesional yang berfikir spesifik hukum, terdapat kemungkinan dua jalur yang berbeda. Yang pertama berupa pendidikan empiris dalam hukum sebagai suatu keterampilan, dengan cara magang untuk belajar dari praktuisi sambil melakukan praktek hukum yang sesungguhnya. Sedangkan yang kedua, hukum diajarkan disekolah yang khusus, dimana tekanannya diberikan pada teori hukum dan ilmu pengetahuan, artinya fenomena hukum diperlakukan secara rasional dan sistimatis. Tipe pertama diatas, diberikan oleh metode Inggris yang mirip kumpulan pengrajin dimana hukum diajarkan oleh ahli-ahli hukum. Dalam pengadilan-pengadilan di Inggris para pengacara selalu diambil dari kalangan orang-orang yang biasa menulis yaitu dari ulama-ulama dan merupakan penghasilan utama mereka, sedangkan tipe kedua merupakan tipe yang paling murni dengan melalui cara pendidikan hukum di universitas-universitas, dan hanya lulusan-lulusan ini yang diperbolehkan melakukan praktek hukum dan akhirnya universitas-universitas yang menikmati monopoli atas pendidikan hukum. Suatu tipe pendidikan hukum rasional yang sangat khas, walaupun tidak formal, yuridis, dalam bentuknya yang paling murni digambarkan dalam pengajaran hukum dalam seminari- ADZKIYA MARET 2015

Perkembangan Sosiologi Hukum Modern Max Weber 97 seminari untuk pendidikan pastor atau sekolah-sekolah hukum yang berkaitan dengan seminari-seminari itu. C. Pembentukan Hukum Rasional Secara Historis: Pengaruh Bentuk Otoritas Politik Pembentukan hukun nasional secara historis dapat dibedakan menjadi empat fase : 1. Disingkirkannya secara tahab demi tahab acara-acara hukum primitif oleh otoritas politis dan keagamaan. 2. Pengaruh organisasi otoritas politik atas hukum. 3. Rasionalisasi hukum dan administrasi oleh penguasa politik demi kemajuan kepentingan-kepentingan administrasi mereka sendiri demi kepentingan komersial dari golongan borjuasi yang sedang muncul. 4. kodifikasi hukum secara sistimatis oleh ahli-ahli hukum yang berpendidikan universitas. Prosedur hukum yang primitif menurut Weber ada tiga macam acara hukum yang orisinil, yaitu : 1. Ada peradilan kecil keagamaan, yang dipergunakan oleh komunitas yang merasa dirinya terancam oleh bahayabahaya magis sebagai akibat perilaku anggotanya. 2. Ada tata cara perdamaian antara kelompok-kelompok yang bertali persaudaraan. 3. Ada arbitrase dalam pertikaian oleh kepala rumah tangga, yang tidak diikat oleh batasan-batasan resmi atau prinsipprinsip resmi. Rasionalisasi cara berpikir menurut hukum dan hubunganhubungan sosial yang dimulai oleh doktrin hukum kaum agama dapat mengambil dua bentuk : 1. Pemisahan hukum suci dari hukum sekunder untuk penyelesaian konflik-konflik antar manusia yang tidak ada sangkut paut keagamaan. 2. Kombinasi teakratis dari ketentuan-ketentuan keagamaan dan ritualistis dengan aturan-aturan hukum. Di India segolongan ulama yang dominan mampu untuk Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1

98 Nurhidayati mengatur keseluruhan bidang kehidupan secara ritualistis, dengan demikian mampu mengendalikan seluruh sistem hukum secara sangat luas. Dalam negara-negara Islam setidak-tidaknya dalam teori tidak ada satu bidang kehidupanpun dalam mana hukum sekular dapat terbentuk secara mandiri terlepas dari nama-nama suci. Menurut Weber ada dua bentuk otoritas politik tradisional, yaitu : 1. Otoritas yang patriarkal dan variasi-variasi feodel dari patrimonalisme. 2. Variasi-variasi feodel dari patrimonial. Bentuk paling murni dari otoritas tradisional digambarkan oleh pemerintahan patriarkal oleh kepala suatu rumah tangga atas anggota-anggotanya. Tipe ideal dari peradilan patriarkal yang informal yang bertujuan untuk mendapatkan penyelesaian perkara-perkara secara adil yang material adalah peradilan kadi. Kadi adalah sebutan bagi seorang hakim di negara-negara Islam, yaitu wakil gubernur setempat yang menjalankan peradilan, berdasarkan adat setempat atau hukum Islam. Peradilan Kadi menentang sistem peradilan modern yang rasional secara formal berdasarkan penataan aturan-aturan hukum dengan secara sangat patuh. Beberapa ciri Peradilan Kadi, akan membedakannya dari sistem peradilan rasional formal yaitu : 1. Kebijakan yang memiliki kwalitas karismatik lebih penting artinya dari pada ekspertise hukum yang formal. 2. Bukti dari fakta-fakta tidak diatur secara prosedural, tetapi diserahkan kepada kebijakan hakim. 3. Perkara yang diputuskan tidak berdasarkan aturan-aturan formal. 4. Keputusan dicapai tidak melalui berpikir secara formal, tetapi secara intuitif. 5. Terdapat suatu pembauran antara aktifitas-aktifitas administratif dan aktifitas-aktifitas peradilan. Sedangkan sistem peradilan patrimonial rasionalisasi, seperti di Inggris, raja lebih senang menggunakan juri dari pada ADZKIYA MARET 2015

Perkembangan Sosiologi Hukum Modern Max Weber 99 bertempur untuk keadilan dan cara-cara pembuktian irrasional lainnya yang tidak dapat diterima oleh kaum borjuis. Pada mulanya peradilan patrimonial harus bersaing dengan peradilan lokal dari komunikasi. Bentuk-bentuk kuno dari peradilan rakyat berasal dari tata cara peradamaian antara kelompok-kelompok kekeluargaan. Irrasional formalistik dari peradilan bentuk-bentuk lama ini telah dihapuskan dibawah dampak kekuasaan dua pangeran atau magistrat-magistrat atau dalam keadaan tertentu oleh organisasi ulama. Semakin rasional wewenang yang mengelola administrasi para pangeran atau pemimpin agama, makin luas digunakan pejabat administratif dalam melaksanakan kekuasaannya. Dengan peningkatan rasionalitas dari organisasi otoritas, maka bentuk-bentuk prosedur yang irrasional akan hilang, terjadi sisteminasi hukum material, artinya hukum sebagai satu keseluruhan telah dirasionalkan. Kepentingan para pejabat, dunia usaha kaum borjuis dan monarki dalam tujuan fiskal dan administratif merupakan faktor pendorong terjadinya kodifikasi. Kodifikasi hukum yang sistematis bisa merupakan hasil dari suatu orientasi kembali kehidupan hukum secara sadar dan universal. Pencatatan hukum secara sistematis bisa juga terjadi demi kepentingan keamanan hukum sesudah terjadi konflik sosial. D. Hukum dan Otoritas : Administrasi Yang diatur Dengan Aturan Rasional Kesahihan suatu kekauasaan untuk memerintah dapat dinyatakan pertama, dalam sutu sistem peraturan-peraturan rasional yang dibentuk secara sadar, yang ditaati sebagai normanorma yang mengikat secara umum. Akan tetapi kesahihan kekuasaan untuk memerintah dapat juga bersandar kepada otoritas pribadi. Otoritas diatas dirumuskan sebagai kemungkinan bahwa pemisah-pemisah khusus tertentu dari sumber akan ditaati oleh kelompok orang-orang tertentu. Biasanya otoritas kegiatan sejumlah besar orang memerlukan adanya kontrol oleh sekelompok Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1

100 Nurhidayati orang. Ada tiga tipe murni yang sah, kesahihan tuntutan-tuntutan mereka akan legitimasi dapat bersandar pada : 1. Alasan-alasan rasional, yaitu berdasarkan atas kepercayaan dalam legalitas pola-pola aturan normatif (otoritas berdasarkan hukum). 2. Alasan-alasan tradisional, yaitu bersandar kepada kepercayaan yang muncul mengenai kesucian tradisitradisi (otoritas tradisional). 3. Alasan-alasan karismatik, yaitu bersandar pada kesetiaan kepada kesucian yang khusus dan luar biasa, heroisme, atau watak seseorang yang patut dijadikan contoh (otoritas karismatik). Dalam hal otoritas berdasarkan hukum ketaatan diwajibkan terhadap tata tertip bukan perorangan yang ditegakkan secara hukum. Berlakunya hukum berdasarkan pada diterimanya kesahihan gagasan-gagasan yang saling tergantung, sebagai berikut : 1. Setiap norma-norma hukum bisa dibuat melalui persetujuan atau pemaksaan. 2. Setiap badan hukum pada hakekatnya terdiri dari satu sistem konsisten dari peraturan-peraturan abstrak yang dibuat dengan sengaja. 3. Orang yang tipikal memiliki otoritas itu menduduki suatu jabatan. 4. Orang yang menaati suatu otoritas, berbuat demikian secara anggota kelompok perhimpunan yang ditaatinya hanyalah hukumnya. 5. Anggota-anggota kelompok perhimpunan sepanjang mereka menaati seorang yang memiliki otoritas, tidak wajib taat kepadanya sebagai seorang individu melainkan tata kepada tata tertib yang bukan perseorangan. Adapun kategori-kategori fundamental dari otoritas menurut hukum yang rasional adalah sebagai berikut : 1. Suatu organisasi berkesinambungan dari fungsi-fungsi resmi yang dilihat oleh aturan-aturan. ADZKIYA MARET 2015

Perkembangan Sosiologi Hukum Modern Max Weber 101 2. Suatu lingkungan yang kompetensi yang khusus. 3. Pengorganisasian jabatan-jabatan mengikuti prinsip hirarki. 4. Peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku suatu jabatan mungkin berupa peraturan-peraturan teknis atau norma-norma. 5. Dalam tipe rasional adalah soal penting bahwa anggotaanggota staf administratif sepenuhnya harus dipisahkan dari pemilik alat-alat produksi atau administratif. 6. Dalam kasus tipe rasional juga terdapat ketiadaan cara memperoleh posisi jabatan oleh orang yang sedang menjabat. 7. Tindakan keputusan dan peraturan administratif dirumuskan dan dicatat dalam tulisan. 8. Mereka digaji dengan bayaran tetap dalam uang, untuk sebagian terbesar dengan mempunyai hak pensiun. 9. Jabatan itu diperlakukan sebagai satu-satunya, atau setidaktidaknya pekerjaan utama dari pemegangnya. 10. Jabatan merupakan suatu karier. 11. Pejabat tunduk pada disiplin yang ketat dan sistematis serta pengawasan pengawasan dalam melaksanakan jabatannya. 12. Otoritas birokrasi diterapkan dalam bentuknya yang paling murni. 13. Pengangkatan melalui kontrol bebas yang memungkinkan adanya seleksi bebas, adalah soal pokok bagi demokrasi modern. Tipe administrasi menurut hukum yang rasional sanggup untuk dipekerjakan dalam segala macam situasi dan konteks. Sumber utama dari superioritas administrasi birokrasi terletak dalam penerapan pengetahuan tehnik. Birokrasi merupakan sarana yang paling tepat untuk mengubah kegiatan komunitas menjadi kegiatan organisasi sosial yang disusun secara rasional. Administrasi birokrasi pada dasarnya berarti melakukan pengawasan atas dasar pengetahuan tentang fakta konkrit dalam lingkungan kepentingan sendiri. Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1

102 Nurhidayati Semangat birokrasi rasional secara normal memiliki sifatsifat umum yaitu : 1. Formalisme, yang diinginkan semua kepentingan yang berhubungan dengan pengamanan keadaan pribadi mereka sendiri, apapun isinya. 2. Ada suatu kecendrungan lain, yang nampaknya bertentangan dengan hal tersebut diatas, suatu kontradiksi yang untuk sebagian memang benar. E. Sistem Peradilan Rasional Menurut Weber ada dua macam hubungan antara birokrasi dengan sistem peradilan, yaitu : 1. Birokrasi sebagai sesuatu bentuk organisasi dari kegiatan resmi dapat juga diterapkan kepada peradilan. 2. Organisasi birokrasi semacam itu dari sistem peradilan memciptakan suatu landasan bagi realisasi suatu lembaga hukum yang rasional yang dirasionaliasasi secara konseptual. Birokrasi memberikan sistem peradilan suatu landasan untuk mewujudkan suatu lembaga hukum rasional yang disistematisasi secara konseptual atas dasar undang-undang. Peradilan rasional atas dasar konsep-konsep hukum formal yang ketat harus dihadapkan kepada tipe peradilan yang terutama dituntun oleh tradisi-tradisi suci, tanpa menemukan di dalamnya suatu landasan yang jelas untuk mengambil keputusan atas kasuskasus yang konkrit. F. Modal Hukum Rasional Yang Formal dan Kritiknya Meskipun hukum rasional suatu fenomena berkultural yang memiliki arti penting secara universal, yaitu tidak hanya baik untuk Barat, tetapi juga baik untuk masyarakat-masyarakat modern pada umumnya, namum pada waktu yang sama, fenomena kultural dari hukum rasional merupakan prestasi tidak stabil dan sangat tidak pasti. Jadi meskipun hukum rasional yang formal mempunyai arti ADZKIYA MARET 2015

Perkembangan Sosiologi Hukum Modern Max Weber 103 unuversal bagi masyarakat-masyarakat modern pada umumnya, namun eksistensinya, belum ada, pemunculannya menuju ke eksistensi sama sekali belum pasti. Model hukum rasional formal, seperti yang telah muncul di Barat juga telah menjumpai kritik yang makin mengikat dalam kepustakaan ilmu sosial yang membahas hukum dan organisasi formal. Suatu asumsi mengenai hukum rasional adalah bahwa kekuasaan yang bijak akan dikendalikan yang menundukkannya kepada aturan-aturan. Dalam masyarakat modern dihadapkan pada jenis-jenis hukum yang efektifitasnya tidak bergantung kepada diturutinya hukum tersebut secara harfiah, melainkan disesuaikan kepada jiwa dan tujuan nya. Birokrasi menurut Weber paling cocok bagi administrasi rutin, akan tetapi dalam kondisi-kondisi yang ditimbulkan oleh perubahan sosial permanen, maka makin sedikitlah tugas-tugas yang dapat ditangani secara rutin. Dan makin lama makin disadari bahwa organisasi birokrasi memiliki kekurangan-kekurangan teknis yang mendasar. Hukum sering kali bukannya memajukan stabilitas dan kepastian, malahan justru mengakibatkan ketidakstabilan dan ketidak pastian. Hukum diartikan dalam konteks suatu oposisi antara masyarakat, sebagai tempat asli dari kehidupan sosial dan negara sebagai kekuasaan politik yang terorganisasi dengan segala kepentingannya yang bertindak diatas kehidupan sosial, jadi hukum berperan sebagai pedang negara yang membelah dan memisah kebiasaan. Efek-efek yang merusak dari hukum formal ini paling kuat terdapat dalam daerah-daerah jajahan. Sesungguhnya pemerintahan pribumi adalah bentuk pemerintahan yang disukai oleh rakyat, dan melakukan apa yang mereka inginkan dengan cara yang mereka mengerti. Dominasi kolonial melambangkan hukum yang represif yang tidak mengabdi kepada kepentingan rakyat yang dijajah. Dari kritik diatas hukum rasional yang formil ini, dapat disimpulkan bahwa, hukum formal tidak berarti sudah mencakup segala- Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1

104 Nurhidayati galanya namun demikian formal sangat berharga. Simpulan Lahirnya hukum modern, yang pertama terbentuk di Eropa Barat, menurut Weber adalah merupakan konsep hukum modern, yang menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Aturan-aturan hukum memiliki suatu kwalitas normatif yang umum dan kurang lebih abstrak. 2. Hukum modern adalah hukum positif hasil keputusankeputusan yang diambil secara sadar. 3. Hukum modern diperkuat oleh kekuasaan yang memaksa dari negara dalam bentuk sanksi yang diberikan dengan sengaja. 4. Hukum modern adalah Sistematis aturan-aturannya, prinsip-prinsipnya konsep-konsep dan dokrin-dokrinnya yang berbeda-beda. 5. Hukum modern adalah Sekuler substansinya sama sekali terpisah dari pertimbangan-pertimbangan keagamaan dan etis. DAFTAR PUSTAKA A. G. Peters (Universitas Utracht). Hukum dan perkembangan Sosial Perkembangan Hukum Modern dan Rasional faham Max Weber,1925. ADZKIYA MARET 2015