BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Penelitian Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia didefinisikan sebagai kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut terasa penuh yang dirasakan sekurang-kurangnya dalam 3 bulan terakhir, dengan permulaan sakit sejak 6 bulan dari awal diagnosis (Chang, 2006). Terdapat 2 subgrup yaitu Postprandial Distress Syndrome dan Epigastric Pain Syndrome. Pada postprandial distress syndrome, keluhan yang didapatkan antara lain, rasa perut terlalu penuh yang sangat mengganggu (meskipun penderita makan dengan porsi biasa), dimana keluhan tersebut muncul beberapa kali dalam seminggu. Didapatkan juga keluhan menjadi mudah kenyang, sehingga pasien sering kali tidak mampu menghabiskan porsi makan biasanya, hal itu terjadi beberapa kali dalam seminggu. Kriteria suportif pada subgrup ini antara lain rasa tertekan pada perut bagian atas atau rasa mual setelah makan. Pada subgrup epigastric pain syndrome keluhan utamanya adalah rasa nyeri atau seperti terbakar derajat menengah yang terlokalisir didaerah epigastrium yang dirasakan paling tidak sekali dalam seminggu, rasa nyeri tersebut hilang timbul, keluhan tersebut tidak terlokalisasi ke bagian lain dari perut maupun dada, tidak berkurang dengan buang air besar maupun buang angin, 1
serta tidak memenuhi kriteria untuk gangguan pada kandung empedu maupun sphincter Oddi (Shmuely et al., 2003). Diperkirakan 20-40% dari populasi mengalami keluhan dispepsia. Keluhan dispepsia tidak menggambarkan kelainan yang melatarbelakangi, bisa suatu gastritis, ulkus gaster, ulkus duodenum, kanker gaster, kelainan pankreas, atau bahkan tidak didapatkannya kelainan (dispepsia fungsional) (Abahu ssain et al., 1998). Sebanyak 60-73% dari penderita dispepsia didapatkan Helicobacter pylori (H pylori) seropositif. Infeksi H pylori terjadi pada 80% populasi di negara berkembang, sedangkan di negara maju terjadi pada <40% populasi (Shmuely et al., 2003). Infeksi H pylori lebih banyak didapatkan pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Infeksi H pylori di negara maju semakin menurun seiring majunya tingkat kebersihan dan sanitasi serta adanya eradikasi aktif penderita karier (Kusters et al., 2006). Frekuensi infeksi H pylori di RSUP Dr. Sardjito dari penelitian antara September 2009 sampai September 2010 sebesar 15,6% (Arrosy et al., 2012). Infeksi H pylori berkaitan dengan risiko terjadinya penyakit saluran cerna seperti gastritis kronik aktif, ulkus peptikum (10%), adenokarsinoma gaster (1-3%), atau MALT (Mucosa Associated Lymphoid Tissue) limfoma (<0,1 %) (Kusters et al., 2006). 2
Helicobacter pylori merupakan penyebab utama infection-related cancer, sehingga disebut karsinogen tipe 1 (definite) sejak tahun 1994 (Wroblewski et al., 2010). Infeksi H pylori menyebabkan peradangan mukosa gaster, sehingga epitel gaster melepaskan interleukin-1β, interleukin-2, interleukin-6, interleukin-8, dan tumor necrosis factor-α. Interleukin-8 atau Human Neutrophil Activating Factor (NAP-1) merupakan neutrophil activating chemokine paling penting yang diekspresikan sel epitel gaster berkaitan dengan rekruitmen neutrofil karena metabolit toksik dan enzim lisosom yang dilepaskan neutrofil menciptakan kerusakan mukosa gaster (Suerbaum et al., 2000). Sekresi IL-8 terjadi pada kondisi normal dalam kadar yang rendah tanpa disertai infiltrasi neutrofil, hal ini diperkirakan karena mukosa saluran cerna terpapar produk bakteri (lipopolisakaridase) dari daerah proksimal seperti rongga mulut (Andersen et al., 2005). Helicobacter pylori memicu respon humoral sistemik dan lokal yang menghasilkan antibodi, namun antibodi tersebut tidak berfungsi membersihkan patogen, melainkan menyebabkan kerusakan jaringan dengan merusak H + /K + - ATPase sel parietal penghasil asam lambung yang menyebabkan atropi korpus dan kondisi achlorhidria (Suerbaum et al., 2000). Pada pasien dengan sekresi asam lambung yang menurun distribusi H pylori lebih banyak ditemukan pada gaster bagian korpus sehingga secara histologis didapatkan gambaran gastritis predominan korpus. Gastritis predominan 3
korpus berisiko mengalami ulkus gaster, gastritis atropi, intestinal metaplasia, gastric cancer (1-2%) (Kusters et al., 2006). Belum ada penelitian tentang perbedan ekspresi IL-8 antara penderita dispepsia dengan atau tanpa infeksi H pylori di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. B Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat perbedaan proporsi pola ekspresi interleukin-8 pada penderita dispepsia dengan infeksi H pylori dibandingkan tanpa infeksi H pylori? C Tujuan Penelitian Untuk mengetahui proporsi pola ekspresi interleukin-8 pada penderita dispepsia dengan infeksi H pylori di RSUP Dr. Sardjito. D Keaslian Penelitian Dengan menggunakan Pubmed ( www.ncbi.nih.gov/entrez) dilakukan penelusuran lebih lanjut dengan kriteria pencarian : dyspesia, interleukin-8 expression, Helicobacter pylori infection, dan didapatkan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan penulis sebagai acuan dan referensi bagi penelitian yang akan dilakukan, antara lain seperti disebutkan pada tabel 1. 4
Tabel 1. Penelitian terdahulu tentang interleukin-8 pada dispesia dan gastritis terkait infeksi Helicobacter pylori Peneliti Judul Desain Hasil Crabtree, 1994 Holck, 2003 Xuan, 2005 Mariadi, 2011 Interleukin-8 Expression In Helicobacter pylori Infection, Normal, and Neoplastic Gastroduodenal Mucosa Gastric Mucosal Cytokine Response In Helicobacter pylori Infected Patients With Gastritis And Peptic Ulcers. Association With Inflamatory Parameters And Bacterial Relationship Between Gastric Mucosal IL-8 Levels and Histological Gastritis In Patients With Helicobacter pylori Infection Interleukin-8 Berhubungan Dengan Derajat Gastritis Pada Pasien Terinfeksi Helicobacter pylori n = 42 n = 55 n = 200 n = 63 Didapatkan variasi ekspresi IL-8 berdasar topografi mukosa gastroduodenal Didapatkan kadar IL-8 lebih tinggi pada pasien dengan infeksi H pylori Kadar IL-8 di antrum dan korpus lebih tinggi pada infeksi H pylori dibandingkan dengan non infeksi H pylori Kadar IL-8 dikorpus berhubungan dengan derajat keparahan atropi IL-8 berperan pada gastritis atropi Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar IL-8 dengan beratnya gastritis pada penderita yang terinfeksi H pylori E Manfaat Penelitian 1.Bagi pasien : pada penderita dispepsia bila didapatkan peningkatan ekspresi IL- 8 diharapkan dapat lebih mengarah pada ada tidaknya infeksi H pylori sehingga pasien dapat mengetahui kondisinya lebih lanjut. 2. Bagi institusi : sebagai masukan dalam penetapan standar pelayanan medis dalam mengantisipasi berlanjutnya infeksi H pylori pada penderita dispepsia sehingga dapat menentukan terapi. 3. Bagi peneliti : meningkatkan wawasan tentang peranan sitokin IL-8 pada penderita dispepsia yang terinfeksi H pylori 5
Sepengetahuan peneliti, belum ada penelitian tentang perbedaan ekspresi IL-8 pada penderita dispepsia dengan infeksi H pylori di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 6