LAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BAB I P E N D A H U L U A N

Powered by TCPDF (

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

LAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI BIDANG SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PASCABENCANA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

Wates, 2 Maret Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. 1

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

PEMETAAN SISTEM KONFIGURASI JARINGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI TANGGAP DARURAT BENCANA DI INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

- 1 PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

LAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA LOKASI: KABUPATEN KLATEN, PROVINSI JAWA TENGAH TANGGAL: 29 Januari s/d 1 Februari 2016 Nomor : Lap. /D-III/RR.03/02/2016 Tanggal : 4 Februari 2016 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DEPUTI BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DIREKTORAT PEMULIHAN DAN PENINGKATAN SOSIAL EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2016

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DEPUTI BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Gedung GRAHA BNPB Jalan Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120 Website : http//www.bnpb.go.id MEMO Kepada Yth. : Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dari : Tim Monitoring dan Evaluasi Perihal : Laporan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah Tanggal : 4 Februari 2016 Berdasarkan Surat Tugas Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dengan nomor ST.07/D-III/RR.03/01/2016 tanggal 21 Januari 2016, dengan ini kami sampaikan Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, sebagaimana dilaporkan berikut ini. I. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada wilayah Cincin Api Pasifik (the Pacific Ring of Fire) yang mana perairan Indonesia terjadi benturan tiga lempeng tektonik besar, yakni Lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik yang telah dan dapat mengakibatkan sejumlah ledakan gunung vulkanik dan gempa bumi yang paling mematikan dalam sejarah umat manusia. Kondisi ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang sangat rawan terhadap bencana alam (natural disaster) maupun bencana karena ulah manusia (man-made disaster). Kerawanan terhadap bencana alam berkaitan dengan faktor geografis, geologis, hidrometeorologis, dan faktor-faktor lainnya seperti perubahan liklim (climate change) dan pemanasan global (global warming). Terkait dengan kejadian dan ancaman bencana tersebut, disusunlah Undangundang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Menurut undang- 1

undang tersebut, bencana dideifinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak sosialbudaya. Apabila peristiwa atau kejadian tersebut disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor, maka hal itu dikategorikan sebagai bencana alam. Jika peristiwa ini terjadi pada suatu wilayah yang tidak berpenghuni dan/atau tidak ada sarana dan prasarana, maka peristiwa tersebut hanya disebut sebagai fenomena alam biasa. Setiap kejadian bencana alam yang mengakibatkan terganggunya kehidupan masyarakat maupun rusaknya tatanan lingkungan memerlukan suatu usaha pemulihan menuju keadaan normal. Dalam suatu bencana, akibat yang ditumbulkan dapat berupa kerusakan dan kerugian baik fisik dan nonfisik. Semakin besar dampak yang diakibatkan oleh suatu bencana, maka akan semakin lama waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk proses pemulihan. Selain itu, muncul pula gangguan akses, gangguan fungsi, dan gangguan peningkatan risiko bencana. Dampak-dampak yang tidak hanya berupa perhitungan kuantitatif pun muncul berupa: ekonomi dan fiskal, sosial, budaya dan politik; pembangunan manusia; dan lingkungan. Suatu proses pemulihan perlu diperhatikan tentang perkembangan masyarakat dan kebudayaannya, dalam hal ini berupa keadaan sosial ekonomi. Guna memperoleh gambaran tentang keadaan sosial ekonomi masyarakat di wilayah pascabencana, maka diperlukan data hasil monitoring dan evaluasi yang dapat menjadi bahan untuk penyusunan pedoman sosial ekonomi. Salah satu wilayah yang menjadi lokasi untuk pengumpulan data tersebut ialah Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, di desa ini ada binaan BNPB dalam kegiatan Pendampingan Sosial di Wilayah Pascabencana Tahun Anggaran 2015.

II. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaga Negara RI tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4723); 2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pasal 71 Ayat (3); 3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; 4. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; 5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BNPB; 6. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana; 7. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Kajian Kebutuhan Pascabencana/ JITU- PB; 8. DIPA Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun Anggaran 2016 Nomor: SP DIPA-103.01.1.648521/2016 Tanggal 7 Desember 2015. III. Maksud dan Tujuan a. Maksud Kegiatan Maksud pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah memperoleh keterangan atas keberlanjutan pendampingan sosial pascabencana di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. 2

b. Tujuan Kegiatan Melalui kegiatan ini, diharapkan adanya hasil monitoring dan evaluasi atas keberlanjutan kegiatan pendampingan sosial di wilayah pascabencana. IV. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup atau tahapan monitoring dan evaluasi ini ialah: 1. Persiapan, meliputi menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK), Rencana Anggaran Biaya (RAB) kegiatan, serta panduan monitoring dan evaluasi. 2. Pelaksanaan, melakukan pengumpulan data untuk kepentingan monitoring dan evaluasi. 3. Penyusunan laporan, setelah pelaksanaan selesai maka disusunlah laporan mengenai hasil monitoring dan evaluasi yang sudah dikumpulkan serta rekomendasi ke depan. V. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga (3) hari yang berlangsung pada: Hari : Minggu s/d Senin Tanggal : 29 Januari - 1 Februari 2016 Lokasi : Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah Jadwal Kegiatan Monitoring dan Evaluasi dalam Rangka Pengumpulan Data Sosial Ekonomi Pascabencana disajikan di bawah ini. Hari ke-1 Jumat, 29 Januari 2016 hingga Hari ke-2 Sabtu, 30 Januari Hari ke-3 Sabtu, 30 Januari 2016 Hari ke-4 Minggu, 31 Januari 2016 Persiapan dan Keberangkatan ke Kabupaten Klaten Pengumpulan Data untuk Monitoring dan Evaluasi Analisis Data, Pelaporan dan Kepulangan 3

VI. Personil Jumlah personil untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana ialah enam (6) orang pejabat/staf di lingkungan Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi. IX. Indikator keluaran Indikator keluaran kegiatan adalah terlaksananya Monitoring dan Evaluasi Bidang Sosial Ekonomi di Wilayah Pascabencana yang pelaporannya dihimpun dalam satu laporan kegiatan. X. Pendanaan Anggaran biaya untuk pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Bidang Sosial Ekonomi di Wilayah Pascabencana Tahun 2016 dibebankan pada DIPA Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi dengan Nomor DIPA Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun Anggaran 2016 Nomor: SP DIPA- 103.01.1.648521/2016 Tanggal 7 Desember 2015. XI. Hasil Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi difokuskan pada kegiatan bidang sosial ekonomi. Salah satu kegiatan yang pernah berlangsung di Kabupaten Klaten ialah Pendampingan Sosial Paket II yang difokuskan pada subsektor sosial budaya berupa pendampingan untuk Sanggar Tari Slogodenowo di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang. Sanggar tari ini memiliki potensi dalam subsektor sosial budaya, khususnya pada tari-tarian yang mencerminkan kearifan lokal penduduk Desa Tegalmulyo dalam beradaptasi dengan risiko erupsi Gunung Merapi. Melalui wawancara dengan pihak BPBD Kabupaten Klaten, maka hasil monitoring dan evaluasi kali ini digambarkan di bawah ini. 4

1. Pendampingan Sosial Paket II Tahun Anggaran di Kabupaten Klaten telah berjalan secara optimal dalam tataran revitalisasi sanggar tari. Bahkan hasilnya ialah Sanggar Tari Slogodenowo siap tampil dalam kegiatan BPBD dan BNPB sekaligus menjadi media komunikasi tentang sistem peringatan dini tentang erupsi Gunung Merapi kepada masyarakat di sekitar Kawasan Gunung Merapi. 2. Hal yang kurang dalam pendampingan tersebut ialah kurangnya koordinasi tentang keberlanjutan kegiatan tersebut perlu dilakukan secara intensif dengan SKPD terkait. 3. Pada akhir kegiatan, telah dirumuskan kebutuhan pengembangan Sanggar Tari Slogodenowo, antara lain seragam tari Topeng Ireng Kukilo Yakso (tarian tentang kearifan lokal mengenai peringatan dini risiko erupsi Gunung Merapi, alat musik bonang, perangkat sound system, sanggar (tempat latihan tari), gebyok (banner), dan keyboard. 4. BPBD Kabupaten Klaten sangat mengharapkan memperoleh laporan lengkap dari konsultan tentang pelaksanaan pendampingan sosial tersebut. Selain itu, surat tentang telah dilaksanakannya kegiatan tersebut dari BNPB kepada Bupati Kabupaten Klaten diperlukan untuk XII. Penutup 1. Kegiatan Pendampingan Sosial di Wialayah Pascabencana Paket II tentang revitalisasi aktivitas sosial budaya terbukti menunjang upaya dalam pengurangan risiko bencana. Hal tersebut dibuktikan dalam revitalisasi Sanggar Tari Slogodenowo dan pengembangan Tari Topeng Ireng Kukilo Yakso. Tidak hanya itu, Tari Topeng Kukilo Yakso terbukti dapat menjadi media komunikasi tentang peringatan dini erupsi Gunung Merapi pada masyarakat di sekitarnya. 5

2. Dalam hasil monitoring dan evaluasi ini, maka direkomendasikan untuk memberikan surat tentang telah dilaksanakannya kegiatan Pendampingan Sosial di Wilayah Pascabencana Paket II dari Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi kepada Bupati Klaten. Dalam surat tersebut, kiranya disampaikan tentang prospek keberlanjutan yang dapat dijalankan oleh SKPD terkait di Kabupaten Klaten. Penyampaian surat sejenis dapat dilakukan juga untuk kabupaten/kota lainnya tempat berlangsungnya kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi bidang sosial ekonomi. Hal ini penting untuk menjadi pembuka bagi BPBD kabupaten/kota dalam melakukan koordinasi untuk keberlanjutan kegiatan. Demikian laporan kegiatan ini kami sampaikan, mohon arahan selanjutnya. Jakarta, Januari 2016 Tim Monitoring dan Evaluasi 1. Ir. Siswanto Budi Prasodjo, MM Direktur Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi 2. Abriveno Y.L. Pitoy, S.Sos Staf Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 3. Indri Sriarti Ginting, S.Psi Staf Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 4. Muhammad Salman Alfarisi, S.Sos Staf Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 5. Putri Mita Hanifah, S.Psi Staf Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 6. Dwi Nugraheni, SKM Staf Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 6

DOKUMENTASI Wawancara dengan Pihak BPBD Kabupaten Klaten (1) Wawancara dengan Pihak BPBD Kabupaten Klaten (2) 7

SURAT TUGAS 8

9