BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 17/DSN-MUI/IX/2000 TENTANG SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

maka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV ANALISIS TERHADAP RESCHEDULING TAGIHAN MURA>BAH{AH BERMASALAH PADA PT. BNI SYARIAH CABANG SURABAYA

Marhu>n adalah harta yang ditahan oleh pihak murtahi>n untuk. marhu>n bihi. Jika marhu>n sama jenisnya dengan hak yang menjadi

ta zi>r dan mukha>lafat. Hudu>d dan jina>yat bentuk sanksinya telah ditetapkan,

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. membedakan pengelolaan lembaga keuangan Islam (syariah) dengan

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH YANG TELAH PAILIT DI PT. BNI SYARI AH CAPEM NGAGEL SURABAYA

EKSEKUSI JAMINAN PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BMT BIMA KOTA MAGELANG (TELAAH FATWA DSN MUI NO.17/DSN/IX/2000)

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Selain itu pasca fatwa MUI tentang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB I PENDAHULUAN. dunia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. Al-dunyā mażra ah al-akhirat

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan sebuah aspek yang sangat penting, dimana. keberadaannya digunakan untuk mengatur segala urusan pemerintahan.

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia atau tidak memberikan kebebasan untuk bertindak, akan tetapi. baik dunia maupun dalam kehidupan akhirat nanti.

BAB V PEMBAHASAN. Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Izza Sejahtera ini bertujuan untuk

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

Raja Grafindo Persada, 2016, hlm.99

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

HILMAN FAJRI ( )

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III DENDA KETERLAMBATAN (LATE CHARGE) PADA KARTU KREDIT SYARI AH DALAM FATWA DSN MUI NO: 54/DSN-MUI/X/2006 TENTANG SYARI AH CARD

mura>bahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda

Setelah penulis mengumpulkan data dari lapangan melalui wawancara. dan dokumentasi di lapangan, yaitu di Bank BNI Syariah Kantor Cabang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB III PEMBAHASAN. perjanjian jual beli. Konsep ini telah banyak digunakan bank-bank dan

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL DENGAN PEMBAGIAN TETAP DARI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS KUM3 RAHMAT SURABAYA

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Sruktur Organisasi BNI Syariah Cabang Malang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB IV ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH DALAM PENERAPAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI AREA BANJARMASIN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. syariah adalah Baitul Mal wa at-tamwil. Baitul Mal wa at-tamwil

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB II MURA>BAH}AH DALAM FATWA DSN-MUI. berasal dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga mura>bah}ah berarti saling

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data 1. Data Informan Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI Syariah Cabang Banjarmasin diperoleh data yang diuraikan sebagai berikut: a. Identitas Informan BNI Syariah Cabang Banjarmasin 1) Nama : Miftahul Fajri TTL : Banjarmasin, 17 Februari 1987 Jabatan : Assistent Collection 2) Nama : Galih Almatin TTL : Banjarmasin, 26 Juni 1985 Jabatan : Collections Staff 2. Penerapan Fatwa DSN-MUI No. 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran di BNI Syariah Cabang Banjarmasin BNI Syariah menawarkan berbagai produk baik dalam jenis penghimpunan dana, penyaluranan dana maupun jasa lainnya. Dengan banyaknya Bank Syariah saat ini yang beroperasi, maka setiap Bank Syariah saling berlomba dalam persaingan yang sehat dalam menjaring sebanyakbanyaknya nasabah. Khusus untuk produk penyaluran dana atau pembiayaan di 44

45 BNI Syariah Cabang Banjarmasin yang banyak diminati oleh nasabah adalah produk Kredit Pemilikan Rumah dengan nama Griya ib Hasanah kemudian Fleksi Umroh Hasanah. 1 Berdasarkan hasil wawancara, nasabah pembiayaan konsumtif pada tahun 2014 berjumlah 1.310 (seribu tigaratus sepuluh) orang dan total pembiayaan adalah Rp. 158. 703. 025. 330,- (seratus limapuluh delapan milyar tujuhratus tiga juta duapuluhlima ribu tigaratus tigapuluh rupiah). Sedangkan pada tahun 2015 terdapat 1.277 (seribu duaratus duapuluh tujuh) orang dan total pembiayaan adalah Rp. 169. 406. 441. 540,- (seratus enampuluh sembilan milyar empatratus enam juta empatratus empatpuluh satu ribu limaratus empatpuluh rupiah). 2 Dalam proses pembayaran cicilan atas pembiayaan tersebut, terdapat kasus penunggakan pembiayaan sekalipun jumlah nasabah yang menunggak tidak signifikan. Ada beberapa alasan nasabah yang menunggak pembayaran angsuran di BNI Syariah antara lain: 3 a. Gaji baru masuk setelah beberapa hari tanggal mengangsur. Misalkan gaji masuk tanggal 1 sedangkan angsuran di jadwalkan pada tanggal 25. b. Keadaan ekonomi yang tidak stabil sehingga memengaruhi omset penjualan/pendapatan. c. Banyak pengeluaran karena perlu memenuhi kebutuhan internal keluarga/rumah tangga. Misalkan nasabah memiliki istri dua ataupun anak yang banyak. 1 Miftahul Fajri, Karyawan BNI Syariah, Wawancara Pribadi, Banjarmasin, 14 Juni 2016. 2 Ibid., 3 Ibid.

46 d. Pola hidup yang terlalu konsumtif dengan menggunakan kartu kredit e. Manajemen keuangan yang tidak teratur. Pembiayaan sebagai produk utama maka dalam operasionalnya terdapat produk pelengkap atau tambahan yakni keberadaan jaminan. Adanya jaminan merupakan penerapan dari prinsip kehati-hatian dalam rangka mencegah terjadinya kerugian dikemudian hari. Bentuk-bentuk jaminan dalam pembiayaan yang ada di BNI Syariah Cabang Banjarmasin beraneka ragam bentuknya. Jaminan yang digunakan adalah seperti sertifikat tanah dan bangunan, apabila hanya sertifikat tanah maka hanya bisa dimasukkan sebagai jaminan tambahan. Juga BPKB, emas dan ijazah 4 Pembiayaan yang menunggak akan ditangani oleh BNI Syariah Cabang Banjarmasin dengan melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada nasabah karena perlu diketahui kenapa nasabah bisa menunggak. Setelah dilakukan pendekatan kepada nasabah, selanjutnya akan dicarikan solusi dalam pembayarannya. Jika nasabah memang sudah tidak mampu lagi jalan paling terakhir adalah melelang jaminan milik nasabah. Cara BNI Syariah Cabang Banjarmasin dalam menindaklanjuti nasabah yang menunggak pembayaran angsurannya adalah sebagai berikut: 5 a. Surat Peringatan/Penagihan Surat peringatan diberikan pada nasabah apabila dengan teguran nasabah tetap tidak segera memenuhi kewajibannya, surat peringatan langsung diberikan 4 Ibid. 5 Ibid.

47 pada nasabah di rumahnya dan surat peringatan bisa diberikanbisa sampai 3 kali sebagai upaya BNI Syariah menyelesaikan secara kekeluargaan. b. Rescheduling Bentuk dari Rescheduling meliputi: 1) Memperpanjang jangka waktu pembiayaan 2) Memperpanjang jangka waktu angsuran c. Reconditioning Reconditioning dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti: 1) Penundaan pembayaran margin sampai waktu tertentu. Dalam hal penundaan pembayaran margin sampai waktu tertentu, maksudnya hanya margin yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. 2) Penurunan margin Penurunan margin dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika margin per tahun sebelumnya dibebankan 20 \% diturunkan menjadi 18%. Hal ini tergantung dari pertimbangan yang bersangkutan. Penurunan margin akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah. Pembebasan margin diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar pembiayaan tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

48 d. Restructuring Restructuring dapat dilakukan dengan menambah jumlah pembiayaan dan dapat juga dengan menambah equity. e. Denda Berdasarkan Surat Keputusan Perusahaan (SKP) BNI Syariah Cabang Banjarmasin, maka terdapat denda sebesar 24% pertahun terhadap nasabah yang menunggak pembayaran. Didalam akad pembiayaan pun diterangkan adanya klausul denda. Akan tetapi sampai saat ini BNI Syariah Cabang Banjarmasin, dalam praktiknya tidak pernah menerapkan denda kepada nasabah pembiayaan. Denda ini tidak pernah diterapkan, karena selama ini nasabah BNI Syariah yang menunggak pembayaran adalah memang karena kondisi ekonomi yang membuat mereka tidak bisa membayar, bukan karena kesengajaan nasabah itu sendiri yang beri tikad buruk tidak mau membayar. f. Eksekusi Jaminan Eksekusi jaminan cenderung lebih dipilih pihak BNI dalam memberikan sanksi, eksekusi jaminan dilakukan apabila dengan berbagai peringatan diatas telah dilakukan namun tak menuai hasil, maka akhirnya eksekusi jaminan pun dilakukan untuk menutup dana pembiayaan dan apabila masih terdapat sisa maka sisa tersebut akan dikembalikan pada nasabah.

49 3. Kendala yang Dihadapi Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin dalam Penerapan Fatwa DSN-MUI No. 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, keberadaan denda di dalam Surat Keputusan Perusahaan (SKP) dan akad memanglah ada, namun dalam praktiknya sampai saat ini denda tidak pernah diterapkan, karena nasabah BNI Syariah di rasa oleh pihak BNI Syariah menunggak pembayaran karena memang kondisi ekonomi yang kurang baik dan benar-benar tidak mampu, bukan karena dengan kesengajaan menunda pembayaran. Selain itu pula, BNI Syariah Cabang Banjarmasinpun mengkhawatirkan adanya persepsi nasabah dengan pemahaman tentang denda yang berujung pada penyamaan antara denda dengan bunga, sehingga Bank Syariah dipersamakan dengan Bank Konvensional. 6 Dari penjelasan diatas kendala yang dihadapi oleh Bank BNI Syariah cabang Banjarmasin adalah kekhawatiran akan pemahaman nasabah. Namun, sampai saat ini memang belum pernah diterapkan karena BNI Syariah Cabang Banjarmasin berasumsi nasabah pembiayaannya selama ini menunggak pembayaran karena ketidakmampuan secara ekonomi bukan nasabah yang beri tikad buruk. Dengan demikian, analisis kelayakan nasabah pada spesifikasi karakter telah berhasil dalam penilaian karakter nasabah yang baik. 6 Ibid.

50 B. Analisis Data 1. Penerapan Fatwa DSN-MUI No. 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran di Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, BNI Syariah Cabang Banjarmasin menerapkan beberapa macam penindakan dalam menghadapi nasabah yang menunggak pembayaran yakni surat peringatan, R3 (rescheduling, reconditioning, restructuring), denda dan eksekusi lelang. Akan tetapi untuk denda, memang telah diterangkan dalam SKP dan akad pembiayaan, namun dalam praktiknya sampai saat ini denda tidak pernah diterapkan oleh BNI Syariah Cabang Banjarmasin dengan alasan nasabah pembiayaan yang menunggak pembayaran angsuran memang dikarenakan ketidakmampuan secara ekonomi atau dengan kata lain tidak memiliki dana untuk dijadikan pembayaran angsuran yang artinya bukan karena kesengajaan tidak mau membayar. Selain itu BNI Syariah memiliki kekhawatiran akan pemahaman nasabah yang mempersamakan denda dengan bunga sehingga Bank Syariah diasumsikan sama dengan Bank Konvensional. Dengan begitu bentuk sanksi yang diterapkan hanyalah proses ekseksusi jaminan. Eksekusi jaminan ini dilakukan semata-mata untuk menutup dana pembiayaan dan memberikan efek jera agar nasabah lebih bertanggung jawab pada kewajibannya. Dalam hal ini BNI Syariah Cabang Banjarmasin telah sejalan dengan ketentuan Fatwa Dewan Syari ah Nasional yaitu sanksi didasarkan pada

51 prinsip ta zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. Walaupun sebenarnya eksekusi jaminan itu sendiri tidak ada dalam ketentuan yang jelas dalam fatwa DSN-MUI tentang sanksi atas nasabah mampu menunda-nunda pembayaran, namun eksekusi jaminan merupakan salah satu sanksi dengan prinsip ta zir, yang mana dapat memberikan efek jera, dan hal ini telah beberapa kali dilakukan pihak BNI Syariah Cabang Banjarmasin. Pembiayaan yang diberikan oleh BNI Syariah mengandung risiko sehingga dalam pelaksanaannya BNI Syariah Cabang Banjarmasin harus memperhatikan prinsip-prinsip penyaluran dana yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut jaminan pemberian pembiayaan dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi pembiayaannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan pihak BNI Syariah Cabang Banjarmasin. Telah dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syari ah Nasional pada poin pertama menjelaskan mengenai sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja. BNI Syariah Cabang Banjarmasin mewajibkan keberadaan jaminan dalam pengajuan pembiayaan. Hal ini merupakan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dana yang diterapkan oleh seluruh lembaga keuangan agar dikemudian hari tidak terjadi hal-hal yang merugikan pihak lembaga keuangan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya

52 bahwa BNI Syariah tidak menerapkan denda biarpun terdapat dalam SKP dan akad pembiayaan, namun sanski berbentuk eksekusi jaminan. Pada poin kedua fatwa tentang sanksi atas nasabah mampu yang menundanunda pembayaran ini disebutkan bahwa nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi. Dalam lembaga keuangan ada dua faktor yang menyebabkan nasabah melakukan wanprestasi, yaitu faktor diluar kekuasaan nasabah seperti terjadinya musibah bencana alam yang dapat menghambat proses produksi baik parsial maupun secara menyeluruh (force majeur) dan kesengajaan (moral hazard). Yang dibolehkan bagi bank untuk mengenakan sannsi adalah wanprestasi karena faktor kedua. Itupun dilakukan sekedar untuk memberi pelajaran agar nasabah lebih menghormati bank syariah. Untuk nasabah yang wanprestasi karena faktor diluar kekuasaannya, berlaku hukum yang ditarik dari AlQuran surah Al-baqarah ayat 280 tentang perintah memberi tangguh bagi orang-orang yang tidak mampu membayar karena terkena kesusahan. و إ ن ك ان ذ و ع س ر ة ف ن ظ ر ة إ ل م ي س ر ة ج و أ ن ت ص د ق و ا خ ي ر ل ك م صلى إ ن ك ن ت م ت ع ل م ون Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Pada poin ketiga fatwa tentang sanksi atas nasabah mampu yang menundanunda pembayaran disebutkan bahwa Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi:, dalam hal ini pihak BNI Syariah

53 beranggapan bahwa nasabah mereka yang menunggak pembayaran memang karena kesulitan ekonomi atau memang ketidakmampuan dalam membayar. Dengan begitu pihak BNI Syariah merasa nasabahnya tidak membayar tepat waktu bukan karena kesengajaan tidak mau membayar padahal mereka mampu. Dengan pernyataan ini memberikan sebuah gambaran bahwa analisis kelayakan nasabah pada sisi karakter sepertinya berhasil bagi BNI Syariah. Pada poin keempat fatwa tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran disebutkan bahwa Sanksi didasarkan pada prinsip ta zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. BNI Syariah sampai saat ini belum pernah menerapkan sanksi berupa denda biarpun hal tersebut sebenarnya ada dalam Surat Keputusan Perusahaan (SKP) dan perjanjian pembiayaan. BNI Syariah melakukan tindakan eksekusi jaminan jika memang nasabah tidak bisa lagi membayar angsurannya. Walaupun sebenarnya eksekusi jaminan itu sendiri tidak ada dalam ketentuan yang jelas dalam fatwa DSN-MUI tentang sanksi atas nasabah mampu menundanunda pembayaran, namun eksekusi jaminan merupakan salah satu sanksi dengan prinsip ta zir, yang mana dapat memberikan efek jera, dan hal ini telah beberapa kali dilakukan pihak BNI Syariah Cabang Banjarmasin. Pada poin kelima fatwa tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran disebutkan bahwa Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. Poin fatwa ini sesuai dengan klausul yang terdapat dalam

54 akad pembiayaan. Karena dalam akad pembiayaan terdapat keterangan denda sebesar 24 % per tahun, dengan adanya klausul dalam akad atau perjanjian pembiayaan, maka hal tersebut memang telah diperjajikan dan disepakati, namun memang dalam kenyataannya denda belum pernah diterapkan BNI Syariah kepada nasabahnya. Pada poin keenam fatwa tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran disebutkan bahwa bahwa Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial. denda dalam keterangan pada Surat Keputusan Perusahaan (SKP) BNI Syariah, dinyatakan tidak dapat diklaim sebagai pendapatan, bahkan dana yang didapat dari denda tersebut harus dimasukkan pada dana sosial yang akan disalurkan pada pembiayaan dengan akad al-qard al-hasan. Sementara itu, dalam sistem bank konvensional selama ini, bila nasabah lalai melunasi hutangnya pada bank atau lalai dalam memenuhi kewajibannya terhadap bank pada waktu yang telah ditentukan, mereka dikenakan denda dandenda tersebut dapat diklaim sebagai pendapatan bank. Dengan demikian sanksi berbentuk denda sesuai dengan fatwa DSN sebenarnya di dalam SKP dan akad pembiayaan tercantum tentanng klausul denda tersebut yakni sebesar 24 % pertahun, akan tetapi dalam praktiknya tidak diiterapkan, melainkan yang diterapkan setelah melewati proses surat peringatan hingga pembinaan lebih lanjut berupa R3 dan ternyata tidak terdapat cara lain lagi, maka langkah yang diambil adalah eksekusi jaminan.

55 2. Kendala yang Dihadapi Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin dalam Penerapan Fatwa DSN-MUI No. 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, pada kasus penerapan Fatwa DSN-MUI No.17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran, BNI Syariah ternyata tidak menerapkan sanksi berupa denda seperti yang dimaksudkan di dalam fatwa, dikarenakan selama ini nasabah yang menunggak pembayaran memang karena ketidakmampuan bukan nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran. Di sisi lain, jika suatu saat nanti di temukan nasabah yang dengan sengaja tidak mau membayar atau dengan kata lain menunda-nunda angsuran. BNI Syariah Cabang Banjarmasin, memiliki kekhawatiran jika pada akhirnya nasabah mencap denda tersebut seperti bunga yang ada di Bank Konvensional. Maka selanjutnya dengan ketidakmengertian ini, nasabah menjadi salah dalam mengartikan penerapan denda yang berujung pada persepsi menyamakan denda dengan bunga. Sebenarnya keterangan fatwa terdapat di dalam aturan perusahaan BNI Syariah yakni dalam Surat Keputusan Perusahaan (SKP), selain itu pada pernyataan dalam akad atau perjanjian pembiayaanpun terdapat klausul denda jika nasabah menunggak pembayaran, namun dalam kenyataannya BNI Syariah tidak menerapkan hal tersebut. Seperti diungkapkan pada keterangan sebelumnya, BNI Syariah menanggapi nasabah yang menunggak pembayaran dengan berbagai tindakan baik secara administratif berupa surat peringatan, mapun tindakan

56 kekeluargaan berupa pembinaan dengan pencarian solusi bersama yang penerapannya seperti rescheduling, reconditionaing dan restructuring. Apabila tidak dapat membayar juga maka akan terjadi eksekusi jaminan. Jadi dalam kenyataan di BNI Syariah, mereka beranggapan nasabah yang menunggak pembayaran selama ini memang dikarenakan kesulitan dalam kondisi ekonomi atau memang sebuah ketidakmampuan dalam membayar dan bukan kesengajaan tidak mau membayar padahal mampu. Jika pada nantinya BNI Syariah menemukan nasabah yang memang sengaja tidak mau membayar, BNI Syariah lebih memilih untuk mengeksekusi barang jaminan setelah proses administratif dan R3 dilaksanakan, karena kekhawatiran pihak BNI Syariah pada pemahaman masyarakat kepada riba membuat mereka tidak melaksanakan aturan denda yang sebenarnya telah ada pada klausul pembiayaan.