PENGARUH PROSES WET PRESSING DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS DAN KEKERASAN VICKERS PADA MANUFACTUR KERAMIK LANTAI. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS PADA MANUFACTURE KERAMIK LANTAI. Dosen Jurusan Teknik Mesin

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA MATERIAL KOMPOSIT FLY ASH-MGO

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENGARUH VARIASI LAMA PENGERINGAN PAVING BLOK DENGAN PENAMBAHAN 5% FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN (BINDER PT.X)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DENGAN PENAMBAHAN 5% BERAT FLY ASH MELALUI DAYA SERAP AIR DAN UJI DENSITAS PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK (BINDER PT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

Metode Uniaxial Pressing Proses Sintering...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini

PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH TERHADAP DAYA SERAP AIR PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan

SNI Standar Nasional Indonesia

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

Bab IV Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

PENGARUH TEKANAN KOMPAKSI DAN SUHU SINTERING TERHADAP KEKERASAN KERAMIK LUMPUR LAPINDO. Muh amin 1), Bagus Irawan 2)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

3. Uraikan & jelaskan perbedaan yang mendasar antara teknik pressing & sintering konvensional dengan teknik pressing & sintering modern.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam

I. PENDAHULUAN. kekakuan, ketahan terhadap korosi dan lain-lain, sehingga mengurangi. konsumsi bahan kimia maupun gangguan lingkungan hidup.

Deskripsi SEMEN CEPAT GEOPOLIMER DAN METODA PEMBUATANNYA

Pengertian Keramik. Teori Keramik

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES MANUFACTURING

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DENGAN PENAMBAHAN 5% BERAT FLY ASH MELALUI DAYA SERAP AIR DAN UJI DENSITAS PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

I. PENDAHULUAN. Fly ash dan bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari. pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

PENGARUH TEMPERATUR PEMBAKARAN PADA KOMPOSIT LEMPUNG/SILIKA RHA TERHADAP SIFAT FISIS (APLIKASI PADA BATA MERAH)

BAB 7 KERAMIK Part 2

Proses Produksi. Pemrosesan Keramik. Tatap Muka

Transkripsi:

PENGARUH PROSES WET PRESSING DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS DAN KEKERASAN VICKERS PADA MANUFACTUR KERAMIK LANTAI Oleh : Nurzal 1 & Okto Siswanto 2 1 Dosen Teknik Mesin - Institut Teknologi Padang 2 Alumni Teknik Mesin ITP Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi fly ash dan suhu sintering terhadap densitas dan kekerasan Vickers keramik lantai dari fly ash yang telah di-vitrifikasi. Fly ash yang digunakan berasal dari sisa pembakaran batubara pada pembangkit listrik tenaga uap dari Sijantang Sawahlunto. Pertambahan jumlah produksi fly ash menyebabkan dampak negatif pada lingkungan, sehingga salah satu solusi untuk mengatasi dampak tersebut adalah dengan cara memanfaatkan fly ash yang telah di-vitrifikasi sebagai raw material untuk membentuk keramik lantai. Komposisi material yang dipergunakan yaitu: 50 % berat fly ash vitrifikasi (Fav) + 40 % berat clay + 10 % berat batu kapur. Spesimen uji dibuat berbentuk silindris dengan diameter 15 mm dengan tekanan sebesar 120 MPa. Spesimen uji kemudian di-sinter pada suhu 1050, 1100, 1150 o C dengan laju pemanasan 10 o C/menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimal densitas dan kekerasan vickers terjadi pada spesimen (50% berat fly ash vitrifikasi + 40 % berat clay + 10% berat batu kapur) pada tekanan 120 MPa dan suhu sinter 1150 o C, yaitu densitas sebesar 3,52, kekerasan vickers sebesar 6,98 Kg/mm 2. Kata kunci : fly ash vitrifikasi, clay,batu kapur, sintering, densitas, kekerasan vickers. PENDAHULUAN Fly ash dihasilkan dari sisa pembakaran batubara pada pembangkit listrik tenaga uap. Produksi fly ash menyebabkan polusi lingkungan berupa pencemaran udara dan air tanah, karena pemanfaatannya baru sedikit yaitu kurang lebih 20 sampai 30 %. Oleh karena itu perlu dicari suatu solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara memanfaatkan fly ash sebagai raw material untuk membentuk keramik lantai. Dalam pengembangan dibidang teknik fly ash mempunyai sifat superior, diantaranya : kekerasan, kekuatan yang tinggi dan mampu kerja yang baik, sehingga dapat diaplikasikan pada bidang konstruksi, mekanik dan industri kimia (Boccacini dkk, 1995). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi fly ash dan suhu sinter terhadap densitas dan kekerasan Vickers keramik lantai dari fly ash yang di-vitrifikasi. 1. Keramik Keramik merupakan campuran padat yang dibentuk dari aplikasi panas dan tekanan, berisikan sedikitnya sebuah logam dan non logam atau kombinasi sekurang-kurangnya dua unsur non logam (Barsoum, 1997). Pengembangan material keramik pada saat ini mulai banyak diarahkan pada pembuatan keramik lantai, salah satunya adalah fly ash sebagai matrix dipadukan dengan unsur lain untuk mendapatkan sifat yang lebih baik. Klasifikasi Keramik Secara umum keramik dapat diklasifikasikan menurut tipe atau fungsi dengan berbagai cara. Dalam bidang industri, keramik dikelompokkan sebagai gerabah, produk lempung keras (bata, pipa keramik, dan sebagainya), bahan tahan-api (bata tahan api, silica, alumina, basa, netral), semen dan beton, gelas dan enamel vitrous, dan keramik rekayasa (teknik halus). Fasa Keramik Bahan keramik mempunyai karakteristik yaitu merupakan senyawa antara logam dan bukan logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan Jurnal Teknik Mesin Vol.1, No. 2, April 2012 : 1-5 1

ikatan kovalen. Jadi, sifat-sifatnya berbeda dengan logam. Biasanya merupakan isolator, tembus cahaya (bening), tidak dapat diubah bentuknya dan sangat stabil dalam lingkungan yang sangat berat. Perbandingan fasa keramik dan bukan keramik. Kebanyakan fasa keramik mempunyai struktur kristalin. Ikatan ionik menyebabkan bahan keramik mempunyai stabilitas yang relatif tinggi. Sebagai kelompok bahan, keramik mempunyai titik cair yang tinggi dibandingkan dengan logam atau bahan organik. Biasanya lebih keras dan tahan terhadap perubahan-perubahan kimia. Keramik padat biasanya merupakan isolator sebagaimana pula halnya dengan bahan organik. Pada suhu tinggi dengan energi termal yang lebih tinggi, keramik dapat menghantar listrik meskipun daya hantarnya lebih rendah dibandingkan dengan logam. Karena tidak memiliki elektron bebas, kebanyakan bahan keramik tembus cahaya (bila tipis) dan merupakan penghantar panas yang buruk. 2. Material Fly Ash Abu terbang ( fly ash ) adalah limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batu bara didalam suatu ruang bakar. Sekitar 80% abu yang terbentuk dari pembakaran batu bara keluar dari tungku pembakaran, ada yang melalui cerobong asap yang disebut fly ash dan ada sisa pembakaran batu bara pada dasar tungku disebut bottom ash. Fly ash merupakan bagian dari abu dengan ukuran kecil dengan diameter rata-rata 2-20 µm, mempunyai warna abu-abu gelap hingga abu-abu terang. Karakteristik fly ash berbentuk bola, tidak tembus cahaya/buram, dengan luas permukaan 1m 2 /g. Berat jenis fly ash bervariasi sesuai dengan kompaksi. Komposisi fly ash terdiri dari Si, Al, Fe, Ca, C, Mg, K, Na, S, Ti, P dan Mn (Miller, 1992). Karakteristik fly ash juga dipengaruhi oleh karakteristik batu bara yang dibakar (ASTM- C618 dalam wikipedia). Tanah Lempung (Clay) Tanah lempung (clay) adalah jenis tanah yang bersifat kohesif dan plastis.lempung sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis yang berbentuk lempenganlempengan pipih dan mempunyai permukaan khusus, sehingga lempung mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan. Partikel ini biasanya berukuran lebih kecil dari 2 µm dan umumnya mengandung Alumunium Silikat, Magnesium dan dapat juga mengandung zat besi. Partikel clay mempunyai hidroksil (OH) yang berada pada permukaannya. Sifat khas dari lempung adalah : Dalam campuran dengan sejumlah air membentuk massa yang plastis yang dapat dibentuk dengan banyak cara. Bila air diuapkan, benda yang terbuat dari lempung akan menjadi keras/padat dengan kadar air < 8% dan menjadi rapuh bila kadar airnya nol. Batu Kapur Batu kapur (CaCO 3 ) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Batu kapur (wollastonite) ini digunakan sebagai bahan pelebur serta pembentuk suatu ikatan, sehingga bahan ini dapat digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah lempung. 3. Vitrifikasi Vitrifikasi merupakan perlakuan panas terhadap fly ash pada temperatur dibawah melting point yang berkisar lebih dari 1400 0 C. Proses ini bertujuan untuk mengontrol fasa yang terjadi pada fly ash menjadi fasa crystalline. Fasa crystalline mempunyai susunan atom yang lebih teratur sehingga diharapkan mempunyai sifat mekanis yang lebih baik lagi. Tahapan-tahapan yang dilewati dalam proses vitrifikasi ini antara lain yaitu pembentukan glass, laju pengintian dan laju pertumbuhan kristal sebelum memasuki titik lebur atau melting point seperti terlihat pada gambar dibawah ini : Gambar 1. Skema pembentukan glass ceramics (Borsoum, 1997) Jurnal Teknik Mesin Vol.1, No. 2, April 2012 : 1-5 2

4. Blending, mixing dan compacting Partikel-partikel dengan ukuran berbeda sering di blending untuk mengurangi porositas sewaktu compacting sedangkan mixing digunakan untuk menggabungkan serbuk dari komposisi dua unsur atau lebih sehingga diperoleh campuran yang homogen. Proses pencetakan spesimen biasanya biasa disebut compacting, serbuk ditekan dengan tekanan yang cukup tinggi sesuai ukuran dan bentuk yang diinginkan. Hasil compacting disebut juga green compact. 5. Sintering Sintering merupakan proses perlakuan panas terhadap green compact atau spesimen yang akan diuji, untuk meningkatkan ikatan partikel sehingga kekuatan dan kekerasannya meningkat pula. Dimana suhu sintering berkisar antara 0,7-0,9 Tm gambar 2 menunjukkan pada skala mikroskopis perubahan yang terjadi selama proses sintering berlangsung. Gambar 2. Menunjukkan pada skala mikroskopis perubahan yang terjadi selama proses sintering berlangsung. 6. Pengujian Densitas (kerapatan massa) merupakan perbandingan massa terhadap volume. Densitas aktual diuji menggunakan teori Archimedes (Barsom, 1997). Wudara x fluida ( W W ) udara fluida Dimana : W udara = berat diudara ( gr ) W fluida = berat dalam fluida ( gr ) ρ fluida = densitas fluida ( ) Vickres yang mengacu pada standard JIS Z 2251 (Somiya,1989), angka kekerasan Vickers dapat ditentukan dengan persamaan berikut : P H V 1, 8544 2 d Dimana : H v = angka kekerasan Vicker (MPa) P = pembebanan (N) d = diagonal rata-rata (mm) METODOLOGI PENELITIAN 1. Bahan yang digunakan Fly ash (Fa) : Berasal dari PLTU Sijantang Sawahlunto yang batu baranya berasal dari PT. Bukit Asam Sawahlunto, berbentuk serbuk berwarna abu-abu gelap, ρ = 2,10 gr / cm 3 dan ukuran butir 80 mesh Clay (Tanah lempung). Berasal dari tempat pembuatan batu bata tradisional di Payakumbuh, berwarna merah kecoklatan, ρ = 2,90 dengan ukuran partikel 50 mesh setelah pengayakan. Wollastonite (Batu Kapur). Diperoleh dari toko material yang batu kapurnya berasal dari Padang Panjang, berwarna putih, ρ = 2,84 dengan ukuran partikel 100 mesh setelah pengayakan. 2. Spesimen Uji Spesimen yang akan diuji berbentuk silinder untuk dua jenis pengujian yaitu uji densitas dan kekerasan vickers dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut: Silindris ( d = 15 mm, r = 7,5 mm, t = 8 mm ) 3. Tahapan Pembuatan Spesimen Vitrifikasi Fly ash yang masih dalam bentuk serbuk di- Vitrifikasi dalam Furnace pada suhu 1180 0 C, setelah itu didinginkan pada suhu temperatur ruangan. Pemakaian temperatur 1180 0 C ini, karena pada suhu ini sudah terjadi melting point pada fly ash. Grinding Setelah dilakukan proses vitrifikasi, bentuk fly ash berubah seperti bongkahan batu yang keras Jurnal Teknik Mesin Vol.1, No. 2, April 2012 : 1-5 3

berwarna kecoklat-coklatan. Untuk memudahkan proses pengayakan untuk mendapatkan ukuran butir 80 mesh, sebelumnya fly ash harus dihaluskan. Mixing Proses pencampuran bahan dengan komposisi A, B dan C. Proses ini menggunakan alat pencampur berupa mixer dengan metode rotating drum, dengan waktu pencampuran 4 jam supaya tidak terjadi penggumpalan dari campuran tersebut. Compacting Spesimen uji dibuat dengan menggunakan variasi komposisi yang terdiri dari : 58 % υ fa + 33 % υ clay + 9 % υ batu kapur 77% υ fa + 18 % υ clay + 5 % υ batu kapur 94 % υ fa + 5 % υ clay + 1 % υ batu kapur yang masing-masing komposisi tersebut tiap 100 gramnya diberi air sebagai binder seberat 5 gram. Untuk membuat 1 spesimen uji beratnya 2,5 gram, kemudian dimasukkan kedalam cetakan dan diberi tekanan sebesar 120 Mpa. Hasil compacting ini disebut dengan green body. Sintering Green compact yang telah dicetak belum mempunyai kekuatan dan kekerasan yang tinggi, oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan proses sintering untuk meningkatkan ikatan partikel-partikelnya. Suhu sinter yang dipergunakan terdiri dari 3 variasi yaitu : 1050 0 C, 1100 0 C, 1150 0 C. Gambar 3. Skema Temperatur Sintering Alat Penelitian Timbangan digital digunakan untuk menimbang berat fly ash, clay, batu kapur dan pengujian densitas. Mixer digunakan untuk mencampur bahan baku. Cetakan spesimen berbentuk silindris digunakan untuk pembuatan green body. Dapur pemanas (Furnace) digunakan untuk proses vitrifikasi dan sintering. Compacting untuk kompaksi dalam pembuatan green body. Alat uji kekerasan vickers. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengujian Densitas Pengujian Densitas dilakukan dengan menggunakan teori Archimedes, Spesimen Uji kemudian ditimbang diudara (W udara ). Setelah selesai di timbang diudara kemudian spesimen tersebut ditimbang di air (W air ) maka beratnya akan berkurang sebesar berat fluida air yang dipindahkan. Densitas ( ) 3.7 3.5 3.3 3.1 2.9 2.7 2.5 2.3 2.1 Grafik Hubungan Antara Suhu Sintering ( 0 c) Dengan Densitas ( ) 1000 1050 1100 1150 1200 Suhu Sintering ( 0 c) komposisi 50% Gambar 4. Hubungan antara densitas dengan suhu sintering Dari hasil pengujian didapatkan: Pada suhu sinter 1050 0 C, ρ aktual = 3,39 Pada suhu sinter 1100 0 C, ρ aktual = 3,53 Pada suhu sinter 1150 0 C, ρ aktual = 2,84 Hasil pengujian menunjukkan, Densitas mengalami peningkatan pada suhu sinter 1100 0 C dan pada suhu sinter 1150 0 C mengalami penurunan. 2. Pengujian Kekerasan Vickers Uji kekerasan vickers dilakukan setelah pengujian densitas dengan menggunakan pembebanan 0,01 Kg pada spesimen yang berbentuk silindris yang terlebih dahulu di mounting dalam resin untuk memudahkan sewaktu pemolesan dan pengujian kekerasan. Jurnal Teknik Mesin Vol.1, No. 2, April 2012 : 1-5 4

Kekerasan Vickers 8 7 6 5 4 3 Grafik Hubungan Antara Suhu Sintering 0 c Dengan Kekerasan Vickers (kg/mm 2 ) 3.51 2 1000 1050 1100 1150 1200 6.98 Suhu Sintering ( 0 c) Gambar 5. Hubungan antara kekerasan Vickers dengan suhu sintering. 4.93 Smallman, R.E., Bishop, R.J. 2005. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material, Edisi 6. Erlangga. Jakarta Saptoadi, H., Sumardi, P.C., and Suhanan, 2002. Compression Strength of Artificial Light Weight Aggregates Made from Fly Ash Saptoadi, H., Sumardi, P.C., and Suhanan, 2002. Preliminary Studty of The Utilization of Ash Waste from Power Plants to Produce Artificial Light Weight Aggregates Dari grafik diatas terlihat Kekerasan Vickers pada: Suhu sinter 1050 0 C = 3,51 Suhu sinter 1100 0 C = 6,98 Suhu sinter 1150 0 C = 4,93 Botha, F, 2000, Utilization of Illinois Fly Ash in Manufacture of Ceramic Tiles. Hasil tersebut menunjukkan, harga kekerasan tertinggi terjadi pada suhu sinter 1100 0 C KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Harga densitas dan kekerasan tertinggi terjadi pada spesimen yang di-sinter pada suhu optimum 1100 o C, sedang pada temperatur sinter 1150 o C harga densitas dan kekerasan turun. DAFTAR PUSTAKA H.Van Vlack, Lawrence. 1995. Ilmu dan Teknologi Bahan, Edisi 5. Erlangga. Jakarta Barsoum, M. W., 1997. Fundamentals of Ceramics, Mc Graw-Hill Book Co New York. Nurzal, 2004. Pengaruh Tekanan Kompaksi dan Suhu sintering terhadap Sifat Mekanis Glass Ceramics dari Fly Ash, Proseding Seminar Nasional Aplikasi Piping Engineering. Nurzal, 2005. Pengaruh Suhu Sinter & Penambahan 30% Berat Aluminium Silikat terhadap Densitas dan Kekerasan Fly Ash Glass Ceramics, Jurnal Momentum ITP, Vol. 3 No.2. Jurnal Teknik Mesin Vol.1, No. 2, April 2012 : 1-5 5