BAB V PEMBAHASAN. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor hal ini Berdasarkan Undang-undang No 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN. sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat. Pongkor terdapat beberapa tempat kerja antara lain :

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

RUANG LINGKUP KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian mengenai penerapan Medical Check Up (MCU) berkala di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut :

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan yang sangat komplek. Dewasa ini juga telah terjadi trend dan

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

TENTANG KESELAMATAN KERJA

BAB III IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AGANSA PRIMATAMA SOLO

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau lingkungan kerja. Salah satu faktor-faktor bahaya yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TUGAS AKHIR EVALUASI FAKTOR KEBISINGAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN MEMPENGARUHI PERFORMANSI KERJA

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB III TINJAUAN TEORITIS. sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, bahwa. pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930;

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

Resiko Kerja Bagi Pengelola Arsip ( Resume Hasil Kajian BPAD Provinsi DIY )

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kesehatan Lingkungan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sedang dilakukan oleh tenaga kerja. Besar kecilnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Suma mur (2009) bahwa aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK PT. UNILEVER DI PERDAGANGAN SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE)

BAB I PENDAHULUAN. cara mengurangi biaya yang dianggap kurang penting dikeluarkan

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PT MDM DASAR DASAR K3

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

Universitas Sumatera Utara

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. i. Latar Belakang

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerja, menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan merehabilitasi pekerja

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Tempat Kerja dan Faktor Bahaya Kantor atas, kantor bawah atau kantor tambang, laboratorium, dan tambang underground merupakan tempat kerja yang berada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor hal ini Berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja bab 1 pasal 1 ayat 1 tempat kerja merupakan setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tidak bergerak, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya dan pada bab 2 pasal 2 ayat 2 (e) Dilakukann usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logamnya, batu-batuan, gas, minyak, atau mineral lainnya, baik dipermukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan. Faktor bahaya yang berada di tempat kerja kantor atas, kantor bawah atau kantor tambang, laboratorium, dan tambang underground yang dapat menimbulkan kelelahan kerja sesuai dengan Lientje, (2011). Yang menyatakan bahwa faktor bahaya fisik (seperti kebisingan, iklim kerja, penerangan) dan faktor ergonomi (seperti suasana kerja, sikap kerja). Dua faktor ini dominan yang dapat menyebabkan dan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja kerja. 65

66 Berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja bab 3 pasal 3 ayat 1 (g) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran. B. Kelelahan Kerja 1. Penyebab Kelelahan Kerja Penyebab terjadinya kelelahan kerja yang berada di tempat kerja kantor atas, kantor bawah atau kantor tambang, laboratorium, dan tambang underground PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor meliputi pengakutan biji emas, monotoni kerja, stasiun kerja tidak ergonomis, kerja paksa, faktor lingkungan kerja yang melebihi NAB atau standar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarwaka, (2004) yaitu terdapat aktivitas kerja fisik, kerja mental, stasiun kerja yang tidak ergonomis, sikap paksa, kerja statis, monoton, lingkungan kerja ekstrim, psikologis, kebutuhan kalori, dan waktu kerja atau istirahat tidak tepat. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja a. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja yang ekstrim atau melebihi NAB di empat tempat kerja sesuai dengan PERMENAKER NO 13 TAHUN

67 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia Di Tempat Kerja, yang meliputi: 1) pasal 5 ayat 1 untuk nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dba, 2) NAB iklim kerja pada lampiran 1 dari PERMENAKER NO 13 TAHUN 2011 yaitu untuk beban kerja berat <27,5% bekerja 75-100% dan untuk beban kerja sedang adalah 28,0% bekerja 75-100%. Hasil penerangan yang belum memenuhi standar penerangan sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No 7 tahun 1964 pasal 14 ayat 6 bahwa pekerjaan membedakan bedakan barang kecil yaitu minimal 100 lux. b. Waktu Kerja Waktu kerja yang diterapakan di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor di tempat kerja laboratorium dan tambang underground belum sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No : 13 Tahun 2003, pasal 77, ayat 2 adalah tujuh jam sehari atau empat puluh jam bekerja dalam waktu satu minggu (enam hari kerja dalam seminggu), atau delapan jam bekerja dalam sehari atau empat puluh jam dalam seminngu (lima hari kerja dalam seminggu). Tetapi hal ini sudah mendapatkan izin dari dinas tenaga kerja setempat dan pekerja telah sepakat dengan jam kerja tersebut, untuk jam kerja di kantor atas dan kantor bawah telah

68 sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No : 13 Tahun 2003, pasal 77, ayat 2 adalah tujuh jam sehari atau empat puluh jam bekerja dalam waktu satu minggu (enam hari kerja dalam seminggu), atau delapan jam bekerja dalam sehari atau empat puluh jam dalam seminngu (lima hari kerja dalam seminggu) c. Fasilitas Kerja PT. ANTAM Tbk GMBU Pongkor telah menyediakan fasilitas dan sarana kerja seperti pengobatan gratis, transpotasi antar jemput, olah raga, klinik 24 jam hal ini telah sesuai dengan KEPMENTAMBEN No 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum bagian delapan pasal 36 Pada tempat usaha pertambangan yang terletak di daerah terpencil harus disediakan akomodasi bagi pekerja tambang yang layak dan memenuhi persyaratan kesehatan. 3. Pengukuran Kelelahan Kerja Berdasarkan Lientje, 2011 tingkat kelelahan kerja dibagi menjadi empat kategori yaitu normal jika <240.0 milidetik, ringan 240.0-410.0 milidetik, sedang 410.0-580.0 milidetik, dan berat >580.0 milidetik dan pada perhitungan kelelahan kerja dimulai dari pengukuran ke enam (6) sampai ke lima belas (15). Maka tingkat kelehan kerja di empat tempat kerja yang di ukur oleh peneliti antara lain :

69 a. Kantor atas Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area kantor atas dibandingkan dengan Lientje, 2011 mendapatkan kategori tingkat kelelahan kerja sebagai berikut : Riy (Normal), Un (Kelelahan Kerja Ringan), Ati (Normal), Ko (Kelelahan Kerja Sedang), Ac (Kelelahan Kerja Ringan), Has (Kelelahan Kerja Ringan). b. Kantor tambang atau kantor bawah Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area kantor bawah atau kantor tambang dibandingkan dengan Lientje, (2011) mendapatkan kategori tingkat kelelahan kerja sebagai berikut : En (Kelelahan Kerja Sedang), HB (Kelelahan Kerja Ringan), Ev (Normal), Ae (Kelelahan Kerja Ringan), Ls (Kelelahan Kerja Sedang), Ahm (Kelelahan Kerja Ringan), Sar (Kelelahan Kerja Ringan), Agk (Kelelahan Kerja Sedang), HA (Kelelahan Kerja Sedang), s (Kelelahan Kerja Ringan) c. Tambang underground Pengukuran kelelahan kerja di tambang underground dilakukan di dua tempat kerja yaitu tambang ciguha dan tambang gudang handak. Dari pengukuran kelelahan kerja di dua tempat tersebut dibandingkan dengan Lientje, (2011) mendapatkan kategori tingkat kelelahan kerja sebagai berikut : tambang ciguha Qus (Normal), Gan (Kelelahan Kerja Ringan), Da (Kelelahan Kerja Ringan), Sum (Kelelahan Kerja Ringan), An (Kelelahan Kerja Ringan), DA

70 (Kelelahan Kerja Sedang), Ani (Kelelahan Kerja Sedang), Gw (Kelelahan Kerja Sedang), Ima (Normal), Hm (Kelelahan Kerja Ringan). Dan tambang gudang handak AK (Kelelahan Kerja Ringan), Sut (Kelelahan Kerja Ringan), Nen (Kelelahan Kerja Ringan), Mar (Kelelahan Kerja Ringan), Sup (Kelelahan Kerja Sedang), Ud (Kelelahan Kerja Ringan) d. Laboratorium Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area laboratorium dibandingkan dengan Lientje, 2011 mendapatkan kategori tingkat kelelahan kerja sebagai berikut : M. Ro (Kelelahan Kerja Ringan), IR (Kelelahan Kerja Berat), As (Kelelahan Kerja Ringan), US (Kelelahan Kerja Ringan), Jul (Kelelahan Kerja Sedang), YS (Kelelahan Kerja Sedang), A H (Kelelahan Kerja Ringan). C. Manajemen Kelelahan Manajemen kelelahan kerja yang diterapkan di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor belum sepenuhnya didokumentasikan tetapi secara tidak langsung manajemen kelelahan kerja dalam upaya menangani kelelahan kerja telah diterapkan hal ini sesuai dengan buku Lientje, (2011). Progam manajemen kelelahan kerja yaitu promosi kesehatan terkait dengan kelelahan belum dilaksanakan. Pencegahan kelelahan kerja telah dilakukan dengan dilakukannya pemeriksaan prakerja, pemeriksaan berkala, penggunaan alat bantu kerja. Pengobatan kelelahan kerja telah dilakukan

71 dengan adanya klinik 24 jam berserta obat-obatan dan tenaga medis. Rehabilitas kelelahan kerja telah dilakukan dengan adanya rotasi dari tempat kerja yang mengakibatkan potensi kelelahan kerja tinggi ketempat yang potensi kelelahan rendah. Evaluasi progam pengendalian kelelahan kerja telah dilakukan dengan adanya safety comite, rapat internal dari satuan Occupational Health. 1. Promosi Kesehatan Promosi kesehatan terkait kelelahan kerja belum di lakukan oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor, hal ini sesuai dengan Lintje 2011. KEPMENTAMBEN No 555.K/26/M.PE/1995 bagian delapan pasal 24 (c) Memberikan penerangan dan petunjuk mengenai K3 pada semua pekerja tambang dengan jalan mengadakan pertemuan, ceramah, diskusi, pemutaran film, dan publikas i serta sesuai dengan PERMENAKERTRANS No 3 Tahun 1982 pasal 2 (h) Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas pertolongan pertama pada kecelakaan. Dibuktikan dengan adanya pelatihan tentang kesehatan kerja, dbentuknya organisasi HSE, dan dilakukan safety talk atau safety induction. Tetapi promosi dalam hal kelelahan kerja belum dilakukan oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor. 2. Pencegahan Kelelahan Kerja Pencegahan kelelahan kerja di area empat tempat kerja yang telah diteliti telah dilaksanakan oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor, hal ini sesuai dengan Undang-undang No 1 Tahun 1970 bab 3 pasal 3 (h)

72 Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan serta sesuai dengan PERMENAKERTRANS No 3 Tahun 1982 pasal 2 (f) Pencegahan dan pertolongan terhadap penyakit akibat kerja atau penyakit umum. Dibuktikan dengan adanya pemeriksaan kesehatan prakerja, pemeriksaan berkala, penyediaan air minum yang cukup, pemantauan lingkungan kerja, dann penyediaan alat bantu kerja. Penyediaan air minum sesuai dengan KEPMENTAMBEN No 555.K/26/M.PE/1995 pasal 49 ayat 2 air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan harus selalu tersedia secara cuma-cuma dalam jumlah yang cukup bagi pekerja tambang selama jam bekerja. 3. Pengobatan Kelelahan Kerja PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor telah melakukan pengobatan kelelahan kerja hal ini sesuai dengan PERMENAKERTRANS No 3 Tahun 1982 pasal 1 ayat 1 (d) Memberika pengobatan, perawatan dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderitasakit. Pengobatan kelelahan kerja dibuktikan dengan adanya klinik 24 jam beserta tenaga medis, obat-obatan yang berada diklinik, pemeriksaan khusus, dan bekerja sama dengan rumah sakit sekitar 4. Rehabilitasi Kelelahan Kerja Berdasarkan PERMENAKERTRANS No 3 Tahun 1982 pasal 1 ayat 1 (d) Memberika pengobatan, perawatan dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderitasakit. Pasal 2 (j) Membantu usaha rehabilitasi

73 akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Rehabilitasi telah dilakukan oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor dengan dibuktikan adanya klinik dan tenaga medis untuk memantau pekerja yang terpapar kelelahan kerja dan menyediakan transpotasi antar jemput serta melakukan rotasi pada pekerja yang terpapar kelelahan kerja tinggi. 5. Evaluasi Progam Pengendalian Kelelahan Kerja Evaluasi progam pengendalian kelelahan kerja telah dilakukan, hal ini sesuai dengan PERMENAKERTRANS No 3 Tahun 1982 pasal 2 (l) memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus, serta sesuai dengan KEPMENTAMBEN No 555.K/26/M.PE/1995 pasal 24 ayat 6 Melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya rapat internal dari satuan kerja HSE maupun satuan kerja Occupational Health, rapat safety comite setiap bulan dan rapat triwulan.