Penentuan Daerah Perlindungan Batang Petir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR

STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN. dibanding daerah lain yang berada jauh dari garis khatulistiwa.

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

EVALUASI INSTALASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL PADA GEDUNG XYZ

ANALISA SISTEM PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG BERTINGKAT DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA

Perancangan Sistem Proteksi Petir Eksternal Menggunakan Metoda Collecting Volume pada Gudang TNT di PT Dahana (Persero)

SISTEM PROTEKSI PETIR PADA INSTALASI JARINGAN TELEPON DAN PABX. Lela Nurpulaela ABSTRAK

BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR

ANALISIS PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL MENGGUNAKAN METODE COLLECTION VOLUME STUDI KASUS GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

PT. Ciriajasa Cipta Mandiri

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

Evaluasi Sistem Proteksi Petir Eksternal Site Radar 214 dengan Metode Sudut Lindung, Bola Bergulir dan Pengumpulan Volume

BAB II Teori Dasar. 2.1 Sumber-sumber Tegangan Lebih

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir

SISTEM PENANGKAL PETIR

Perancangan Kinerja Penangkal Petir Menggunakan Metoda Bola Gelinding Pada Gedung Perpustakaan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN

Presented by dhani prastowo PRESENTASI FIELD PROJECT

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR

ANALISIS SISTEM PROTEKSI PETIR EKSTERNAL DI OFFTAKE WARU, PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK SBU WIL II JABATI

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur

Pengembangan Sistem Penangkal Petir dan Pentanahan Elektroda Rod dan Plat

EVALUASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL DI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

Desain Dan Analisa Sistem Proteksi Petir Pada Rumah Sakit Universitas Riau

PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Sistem Proteksi Listrik Kantor Bupati Landak

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) SENAYAN JAKARTA

PENENTUAN LOKASI PEMASANGAN LIGHTNING MASTS PADA MENARA TRANSMISI UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN PERLINDUNGAN AKIBAT SAMBARAN PETIR

SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL DAN EKTERNAL

Analisis Sistem Proteksi Petir Eksternal pada Pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik

Realisasi dan Pengujian Prototype Alat Proteksi Petir dengan Metoda Pembalik Muatan

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

PENGUKURAN STREAMER AWAL PENANGKAL PETIR KONVENSIONAL DAN NON KONVENSIONAL

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **)

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga

BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

Analisis Sistem Pengaman Menara Seluler Smartfren Pada Perumahan Masyarakat Di Kelurahan Umban Sari

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA EFEK TEGANGAN INDUKSI KARENA SAMBARAN PETIR PADA AREA OPERASIONAL PT. X SEMINAR JEFANYA GINTING

ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE

PENDAHULUAN Perumusan Masalah

by: Moh. Samsul Hadi

Sistem pembumian plat Tahanan tubuh manusia Arus melalui tubuh manusia Arus fibrasi

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI PENANGKAL PETIR TIPE EMISI ALIRAN MULA ( EARLY STREAMER EMISSION ) GUNA MENGURANGI DAMPAK SAMBARAN PETIR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

PRAKTIKUM 1: SISTEM PENTANAHAN /GROUNDING -PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Petir di Gedung Rumah Sakit Permata Hijau dengan Metode Konvensional dan Elektrostatis

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

STUDI TENTANG SISTEM PENANGKAL PETIR PADA BTS ( BASE TRANSCEIVER STATION ) ( Aplikasi pada PT. Telkomsel - Banda Aceh )

Analisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric

Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung [Emmy Hosea, et al.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum. Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA EFEK TEGANGAN INDUKSI KARENA SAMBARAN PETIR PADA AREA OPERASIONAL PT. X SKRIPSI JEFANYA GINTING

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

STUDI EVALUASI SISTEM TERMINASI UDARA PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN METODE BOLA BERGULIR, SUDUT PERLINDUNGAN DAN METODE JALA SKRIPSI

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

STUDI UNJUK KERJA LIGHTNING AIR TERMINAL PROTECTION DITINJAU DARI JENIS BAHAN

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI PETIR MASJID RAYA MUJAHIDIN MENGGUNAKAN METODE BOLA BERGULIR (ROLLING SPHERE METHOD)

Kajian Perancangan Sistem Penangkal Petir Eksternal Pada Gedung Pusat Komputer Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan sangat menarik untuk diteliti. Sebuah petir untuk mencapai

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Joninton D Program Studi Teknikelektro Jurusan Teknikelektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM PROTEKSI PETIR

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

1. BAB I PENDAHULUAN

JURNAL TEODOLITA. VOL. 15 NO. 2, Desember 2014 ISSN DAFTAR ISI

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan

I. PENDAHULUAN. Untuk pengukuran kuat medan listrik dan kuat medan magnet di bawah konduktor

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

56 JNTETI, Vol. 4, No. 1, Februari 2015 enentuan Daerah erlindungan Batang etir Bayu urnomo 1, T. Haryono 2 Abstract External lightning protection system consisting of a finial, down-conductor and grounding are important aspects in the installation of lightning rods. The study was conducted by using a finial rod copper that aims to study the protection angle of a lightning rod. High finial of the earth would determine the angle of protection desired. Based on this research, the object of protection is the angle between 85,6-89,3. This suggests that a lightning rod has limitations in protecting an area. The larger the area to be protected, the more number of lightning rod needed. Intisari Sistem penangkal petir eksternal yang terdiri dari finial, down-konduktor dan pentanahan merupakan aspek penting dalam pemasangan penangkal petir. enelitian dilakukan dengan menggunakan batang bahan tembaga sebagai finial yang bertujuan untuk mempelajari besarnya sudut perlindungan suatu penangkal petir. Tinggi finial dari bumi akan menentukan sudut perlindungan yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian, sudut perlindungan obyek adalah antara 85,6 o - 89,3 o. Hal ini menunjukkan bahwa suatu penangkal petir mempunyai batasan dalam melindungi suatu daerah, dan semakin luas daerah yang akan dilindungi maka semakin banyak pula penangkal petir (finial) yang dibutuhkan. Kata Kunci-- penangkal petir, sudut perlindungan, metode sudut perlindungan I. ENDAHULUAN erlindungan terhadap sambaran petir selalu menjadi aspek yang sangat diperhatikan dalam pembangunan suatu gedung, menara maupun rumah tinggal. Di bidang elektro, dikenal berbagai macam sistem penangkal petir. Meskipun bermacam-macam sistem penangkal petir, namun pada dasarnya prinsip-prinsip kerja dari sistem-sistem tersebut adalah sama. Terdapat tiga hal penting dalam system penangkal petir, yakni menangkap petir, menyalurkan petir, dan menampung petir. A. Menangkap etir Sistem menangkap petir adalah menyediakan sistem penerimaan (air terminal) yang dapat dengan cepat menyambut luncuran arus petir dan mampu untuk lebih cepat dari sekelilingnya serta memproteksi secara tepat dengan memperhitungkan besaran petir. 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281 INDONESIA (telp: 0274-552305; fax: 0274-552305; e-mail: r.b.poernomo@gmail.com) 2 Dosen, Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281 INDONESIA (telp: 0274-552305; fax: 0274-552305;e-mail: thrharyono@gmail.com) B. Menyalurkan etir Luncuran petir yang telah ditangkap dialirkan ke tanah secara aman tanpa mengakibatkan terjadinya loncatan listrik (imbasan) ke bangunan atau manusia. C. Menampung etir Sistem manampung petir dimaksudkan menyediakan sebaik mungkin agar arus petir yang turun sepenuhnya dapat diserap oleh tanah tanpa menimbulkan bahaya pada bagianbagian bangunan atau manusia yang berada dalam posisi kontak dengan tanah di sekitar sistem pentanahan tersebut. enelitian dilakukan terhadap batang petir dengan menggunakan sudut perlindungan yang diperoleh dan luas daerah impuls yang berbeda-beda, bertujuan untuk mengetahui sudut perlindungan batang petir terhadap daerah perlindungannya. Beberapa enelitian yang telah dilakukan terhadap suatu penangkal petir dengan sudut perlindungan yang berbeda dijadikan referensi dalam penelitian ini, diantaranya : enelitian dengan metode sudut proteksi pada gedung T Universitas etra mendapatkan sudut sebesar 25 berdasarkan ketinggian tingkat proteksinya maka daerah perlindungannya sejauh 16,2 meter. [2]. Analisis penangkal petir pada gedung terminal utama dan gedung ATC Bandara Fatmawati dengan menggunakan sudut perlindungan sebesar 55. Dengan menggunakan metode konvensional didapatkan daerah perlindungan 7.499,71 m 2 dan 4.516,22 m 2. Sedangkan menggunakan metode non konvensional sebesar 26.735,52 m 2 dan 16.025,53 m 2. Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jumlah dan panjang batang tembaga yang berbeda pada setiap metode yang digunakan. [4] Setiap sambaran petir bermula dari suatu lidah petir (leader) yang bergerak turun dari awan bermuatan dan disebut downleader (lihat pada Gambar 1.a). Downward leader ini bergerak menuju bumi dalam bentuk langkah-langkah yang disebut step leader. ergerakan step leader ini arahnya selalu berubah-ubah sehingga secara keseluruhan arah jalannya tidak beraturan dan patah-patah. anjang setiap 50 m (dalam rentang 3-200m), dengan interval waktu antara setiap step ± 50 µs (30-125 µs). dari waktu ke waktu, dalam perambatannya ini step leader mengalami percabangan sehingga terbentuk lidah petir yang bercabang-cabang. Ketika leader bergerak mendekati bumi, maka ada beda potensial yang makin tinggi antara ujung step leader dengan bumi sehingga terbentuk peluahan mula yang disebut upward streamer pada permukaan bumi atau objek akan bergerak ke atas menuju ujung step leader. Apabila upward leader telah masuk ke dalam zona jarak sambaran atau striking distance, terbentuk petir penghubung (connecting leader) yang ISSN 2301 4156

JNTETI, Vol. 4, No. 1, Februari 2015 menghubungkan ujung step leader dengan objek yang disambar (Gambar 1.b). Setelah itu akan timbul sambaran balik (return stroke) yang bercahaya sangat terang bergerak dari bumi atau objek menuju awan dan melepas muatan di awan (Gambar 1c) TABEL 1 SAMBARAN LISTRIK TERHADA FINIAL ADA ENGUJIAN 1 (STIK TEMBAGA) A + 3 + 1 + 0-3 - 5 (260mm) 1,1,1,2,1 57 Keterangan Tabel : = Tinggi finial 1 (mm) = engujian jarak yang dilakukan terhadap finial A = Selisih tinggi finial 2 terhadap finial 1 Sambaran pada finial 1 hanya ditunjukkan pada pengujian dengan ketinggian finial 2 pada A4( - 3) dan A5 ( - 5), sehingga perhitungan sudut perlindungan hanya dapat dilakukan pada posisi tersebut. lat Elektrode r = 15cm A1 Gbr. 1 roses terjadinya sambaran Jalan yang ditempuh oleh return stroke sama dengan jalan turunnya step leader, hanya arahnya yang berbeda. Kemudian terjadi sambaran susulan (subsequent stroke) dari awan menuju bumi atau objek tersebut. Sambaran susulan ini tidak memiliki percabangan dan biasa disebut lidah panah atau dart leader(gambar 1.d). ergerakan dari leader ini sekitar 10 kali lebih cepat dari leader yang pertama (sambaran pertama atau first stroke). Y Finial 1 A4 A2 1 A3 A5 Finial 2 II. EMBAHASAN engujian dilakukan dalam 5 tahap dan pada tiap tahap pengujian dilakukan perubahan ketinggian finial 2 untuk mendapatkan selisih tinggi terhadap finial 1. Selisih tinggi antara plat elektrode dengan finial 1 sebesar 5cm. Dan pada tiap perubahan selisih tersebut akan dilakukan 10x pengujian. Jika hasil pada tabel menunjukkan angka 1 maka berarti listrik menyambar pada finial 1 yang berati finial 1 dapat melindungi finial 2, dan sudut yang diinginkan sudah diperoleh, namun jika sambaran terjadi pada finial 2 dan ditunjukkan oleh angka 2 maka ketinggian finial 2 harus dirubah ke tahap selanjutnya hingga sambaran hanya akan menyambar paa finial 1. A. engujian Tahap 1 engujian 1 dilakukan dengan jarak antara finial sebesar 260 mm. Hasil pengujian 1 dapat dilihat pada Tabel 1. Gbr. 2 Uji enentuan Sudut erlindungan dengan jarak 1 (260mm) B. engujian Tahap 2 ada tahap ini jarak finial 2 semakin mendekat dari finial 1, yaitu pada jarak 210 mm. Dan pengujian dilakukan dengan cara yang sama seperti tahap sebelumnya. TABEL II SAMBARAN LISTRIK TERHADA FINIAL ADA ENGUJIAN 2 (STIK TEMBAGA) A + 3 + 1 (210mm) + 0-3 - 5 ISSN 2301-4156

58 JNTETI, Vol. 4, No. 1, Februari 2015 TABEL IV SAMBARAN LISTRIK TERHADA FINIAL ADA ENGUJIAN 4 (STIK TEMBAGA) A + 3 + 1 (105mm) + 0-3 - 5 lat Elektrode r = 15cm Y A1 A4 A2 A3 A5 Gbr. 3 Uji enentuan Sudut erlindungan dengann jarak 2 (210mm) C. engujian Tahap 3 ada tahap ini masih sama seperti 2 pengujian sebelumnya, hanya pada pengujian ini digunakan jarak sebesar 175 mm antara finial 1 dengan finial 2. TABEL III SAMBARAN LISTRIK TERHADA FINIAL ADA ENGUJIAN 3 (STIK TEMBAGA) A + 3 + 1 + 0 (175mm) - 3-5 4 Finial 1 Finial 2 Gbr. 5 Uji enentuan Sudut erlindungan dengan jarak (105mm) E. engujian Tahap 5 engujian 5 dilakukan dengann jarak antara finial sebesar 65 mm. Hasil pengujian 1 dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini. TABEL V SAMBARAN LISTRIK TERHADA FINIAL ADA ENGUJIAN 5 (STIK TEMBAGA) A + 3 + 1 (65mm) + 0-3 - 5 1,1,2,1,1 1,2,2,2,2 lat Elektrode r = 15cm Y A1 A4 A2 A3 A5 1 Gbr. 4 Uji enentuan Sudut erlindungan dengann jarak 3 (175mm) D. engujian Tahap 4 ada pengujian 4 digunakan jarak sebesar 105 mm, dan dapat dilihat pada gambar 5. hasil pengujiann di tunjukkan pada tabel 4. Finial 1 Finial 2 Gbr. 6 Uji enentuan Sudut erlindungan dengan jarak 5 (65mm) ISSN 2301 4156

JNTETI, Vol. 4, No. 1, Februari 2015 tan Ɵ = 175 / 5 = 35 maka tan-1 35 = 88,36º Ɵ = 88,36º 4. 4, dengan jarak panjang = 105 mm Y - 3= 3 mm tan Ɵ = 105 / 3 = 35 maka tan-1 35 = 88,36º Ɵ = 88,36º tan Ɵ = 105 / 5 = 21 maka tan-1 21 = 87,27º Ɵ = 87,27º 59 Gambar 7. Rasio Trigonometrii Mencari sudut perlindungan dengan persamaan di bawah ini: tan θ tan -1 = x / y...(1) θ = θ...(2) Hasil perhitungan dari pengujian diatas sebagai berikut : 1. 1, dengan jarak panjang = 260mm Y - 3 = 3mm Depan = x (jarak panjang) Samping = y (selisish tinggi finial) Sehingga tan Ɵ = 260 / 3 = 86,66 Untuk mencari sudut Ɵ maka tan-1 86,66 = 89,3º Ɵ = 89,3º Y - 5 = 5mm tan Ɵ = 260 / 5 = 52 maka tan-1 52 = 88,8º Ɵ = 88,8º 2. 2, dengan jarak panjang = 210 mm tan Ɵ = 210 / 3 = 70 maka tan-1 70 = 89,1º Ɵ = 89,1º tan Ɵ = 210 / 5 = 42 maka tan-1 42 = 88,6º Ɵ = 88,6º 3. 3, dengan jarak panjang = 175 mm tan Ɵ = 175 / 3 = 58,33 maka tan-1 58,33 = 89,01º Ɵ = 89,01º 5. 5, dengan jarak panjang = 65 mm tan Ɵ = 65 / 3 = 21,66 maka tan-1 21,66 = 87,35º Ɵ = 87,35º tan Ɵ = 65 / 5 = 13 maka tan-1 13 = 85,6º Ɵ = 85,6º E. engujian Tahap 6 engujian tambahan ini dimaksudkan untuk membandingkan apakah finial 1 masih dapat melindungi finial 2 jika jarak dan plat elektrode yang digunakan lebih besar dari pengujian pada 1 5. Tahap 6 ini menggunakan plat elektrode berdiameter 50 cm dengan ketinggian finial 2 pada A4 ( - 3). Jarak antara finial 1 dan 2 semakin diperlebar dan tegangan impuls juga dinaikkan guna mengetahui apakah finial 2 masih dapat terlindungi oleh finial 1. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 8. Gbr. 8 Uji enentuan Sudut erlindungan dengan plat elektrode diameter 50 cm ISSN 2301-4156

60 JNTETI, Vol. 4, No. 1, Februari 2015 TABEL VI SAMBARAN LISTRIK TERHADA FINIAL 2 DENGAN LAT ELEKTODE DIAMETER 50 CM ADA A4 ( - 3) Impuls 30kv 35kv 40kv 45kv 6 (310mm) 7 (360mm) 8 (410mm) 9 (460mm) F. engujian Tahap 7 engujian ini tidak jauh berbeda dengan pengujian tahap 6 hanya berbeda pada penggunaan plat elektrode berdiameter 100 cm dengan ketinggian finial 2 pada A4 (Y - 3). Hasil pengujian ini ditunjukkan pada Tabel 7 dan Gambar 9. Adapun hasil perhitungan dari pengujian tahap 7 sebagai berikut : a. 6, dengan jarak panjang = 310 mm = 310 / 3 = 103,33 maka tan-1 103,33 = 89,44º Ɵ = 89,44º b. 7, dengan jarak panjang = 360 mm = 360 / 3 = 120 maka tan -1 120 = 89,52º Ɵ = 89,52º c. 8, dengan jarak panjang = 410 mm - 3 = 3 mm = 410 / 3 = 136,66 maka tan -1 136,66 = 89,58º Ɵ = 89,58º d. 9, dengan jarak panjang = 460 mm - 3 = 3 mm = 460 / 3 = 153,33 maka tan -1 153,33 = 89,62º Ɵ = 89,62º Gbr. 9 Uji enentuan Sudut erlindungan dengan plat elektrode diameter 100 cm TABEL 7 SAMBARAN LISTRIK TERHADA FINIAL 2 DENGAN LAT ELEKTODE DIAMETER 100 CM ADA A4 (Y - 3) Impuls 30 kv 35 kv 40 kv 45 kv 6 (310mm) 7 (360mm) 8 (410mm) 9 (460mm) Dari hasil perhitungan pengujian tahap 7 dapat dibuat Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada jarak yang sama dan ketinggian finial 2 yang berbeda ( lebih rendah dari finial 1 ), maka akan menghasilkan sudut perlindungan yang semakin kecil. ercobaan 1 ( 89,3º---88,8º ), 2 ( 89,1º--- 88,6º ), 3 ( 89,01º---88,36º ), 4 ( 88,36º---87,27º ), dan 5 ( 87,35º---85,6º ). ada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada selisih tinggi finial - 3 dan - 5 di setiap pengujian pada posisi finial 2 di 1-5, menunjukkan sudut perlindungan yang diberikan oleh finial 1 terhadap finial 2 semakin mengecil karena finial 2 semakin mendekat terhadap finial 1. Tinggi finial 2 yang digunakan pada A4 menghasilkan sudut yg semakin kecil dari 1 sampai 5 ( 89,3º ---89,1º --- 89,01º--- 88,36º --- 87,35º ). Hal yang sama terjadi juga pada percobaan dengan ketinggian finial 2 pada A5 dengan menggunakan jarak 1 sampai 5 ( 88,8º --- 88,6º --- 88,36º--- 87,27º --- 85,6º ). Hal ini ISSN 2301 4156

JNTETI, Vol. 4, No. 1, Februari 2015 61 disebabkan oleh perubahan jarak antara finial 1 dan finial 2 yang ditunjukkan oleh 1-5. Uji Jarak TABEL VIII SUDUT HASIL ERHITUNGAN - 3-5 1 89,3º 88,8º 2 89,1º 88,6º 3 89,01º 88,36º 4 88,36º 87,27º 5 87,35º 85,6º 6 89,44º - 7 89,52º - 8 89,58º - 9 89,62º - dengan : = jarak antara finial 1 dan finial 2. - 3 = sudut yang dihasilkan saat finial 2 lebih rendah 3 mm. - 5 = sudut yang dihasilkan saat finial 2 lebih rendah 5 mm. engujian pada 6 sampai 9 menunjukkan hasil ( 89,44º - - 89,52º -- 89,58º -- 89,62º) yang berati bahwa sebenarnya sudut perlindungan yang dapat diberikan oleh finial 1 sebesar 89,62º sesuai dengan data yang didapat. ada beberapa penelitian di Bab.II disebutkan sudut yang digunakan sebesar 25º dengan 4 buah penangkal petir (Hamyatris M.L, 2002), begitu pula penelitian oleh Cahyadi Wijaya meneliti Gedung T Universitas etra dan mendapatkan sudut 25º. Sedangkan pada penelitian di gedung ATC Bandara Fatmawati, sudut yang digunakan sebesar 55º ( Nedi Gunawan, 2011 ). Hasil pengujian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan hal yang sama dengan teori tersebut walaupun dengan sudut perlindungan yang berbeda. Hal ini dikarenakan pengujian dilakukan dengan menggunakan jarak dan tinggi finial sebagai penangkal petir dalam ukuran milimeter (mm) sedangkan engujian yang dilakukan hanya untuk mencari sudut perlindungan maksimal terhadap suatu obyek, dan tanpa menggunakan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sambaran listrik. III. KESIMULAN ada selisih tinggi finial Y_1-3 dan Y_1-5 di setiap pengujian pada posisi finial 2 di 1-5, menunjukkan sudut perlindungan yang diberikan oeh finial 1 terhadap finial 2 semakin mengecil dikarenakan finial 2 semakin mendekat terhadap finial 1. Tinggi finial 2 yang digunakan pada A4 menghasilkan sudut yg semakin kecil dari 1 sampai 5 (89,3º ---89,1º --- 89,01º--- 88,36º --- 87,35º). Dan hal yang sama terjadi juga pada percobaan dengan ketinggian finial 2 pada A5 dengan menggunakan jarak 1 sampai 5 (88,8º --- 88,6º --- 88,36º--- 87,27º --- 85,6º). Yang membuktikan bahwa finial 2 semakin aman masuk dalam daerah perlindungan finial 1. engujian pada 6 sampai 9 menunjukkan hasil ( 89,44º -- 89,52º -- 89,58º -- 89,62º) yang berati bahwa sebenarnya sudut perlindungan yang dapat diberikan oleh finial 1 sebesar 89,62º sesuai dengan data yang didapat. Hal ini dikarenakan pengujian dilakukan dengan menggunakan jarak dan tinggi finial sebagai penangkal petir dalam ukuran milimeter (mm) sedangkan engujian yang dilakukan hanya untuk mencari sudut perlindungan maksimal terhadap suatu obyek, dan tanpa menggunakan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sambaran listrik. ada pemasangan penangkal petir pada suatu bangunan baru sebaiknya dilakukan perhitungan antara tinggi dan luas bangunan yang akan dibangun agar dapat memperhitungkan berapa penangkal petir yang dibutuhkan untuk dapat melindungi bangunan tersebut. REFERENSI [1] Anderson, J.G, Transmission Line Reference, Book 345 KV & Above Electric ower Research Institude, 2 nd, Ed, Chapter 12., 1982. [2] Cahyadi Wijaya, Studi Evaluasi Sistem erlindungan etir Eksternal dan Internal khusus gedung T di Universitas Kristen etra, Surabaya, 2004. [3] Syakur, Abdul dan Yuningtyastuti, Sistem roteksi enangkal etir pada Gedung Widya uraya, Surabaya,, 2006. [4] Nedi Gunawan, Evaluasi sitem proteksi penangkal petir Eksternal gedung bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu dengan metode Konvensional dan Elektrogeometri, 2011. ISSN 2301-4156