BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ria Mistika Mardalena 1, Sri Rahayu Sanusi 2, Asfriyati 2

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Leukorea atau keputihan (white discharge/flour albus) adalah gejala

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN TERJADINYA KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA KRISTEN 1 TOMOHON

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor

EFEKTIFITAS PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LEUKORRHEA

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

.FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN ALAT REPRODUKSI BAGIAN LUAR PADA SISWI DI SMAN 2 AMBON TAHUN 2012

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA EKSTERNA DENGAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA SISWI SMA WIRA USAHA BANDUNGAN KABUPATEN

Kata Kunci : Pengetahuan,Kesehatan Reproduksi, Perilaku, Personal Hygiene

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (berbahaya). Pengertian lain adalah setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah dapat berupa sekret, transudasi atau eksudat dari organ atau lesi dari saluran genital. Cairan normal vagina yang berlebih. Jadi hanya meliputi sekresi dan transudasi yang berlebih, tidak termasuk eksudat (Mansjoer et al, 2001). Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan (Manuaba, 2009). Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) masalah kesehatan reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang diderita para perempuan di dunia salah satunya adalah keputihan (Putranto, 2006). Sekitar 75% wanita didunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua kali atau lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada di Eropa angka keputihan sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan. (NCBI, 2013). Di Indonesia sendiri 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan setengah di antaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab yang mempermudah wanita Indonesia mengalami keputihan, dimana cuaca yang lembab dapat mempermudah berkembangnya infeksi jamur (Maghfiroh, 2008). 1

Studi menunjukkan bahwa Candidia vulvogvaginities adalah yang paling sering didiagnosa pada kalangan wanita muda, sekitar 15-30% dari gejala perempuan yang mengunjungi dokter (Monalisa et al, 2012). Menurut Depkes (2010) kejadian keputihan banyak disebabkan karena olek bakteri kandidosis vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak mengetahui membersihkan daerah vaginnya, penyebab lainnya adalah vaginitis bacterial dan trichomonas vaginalis. Khusus di Indonesia data yang ada dari wanita yang mengalami keputihan sulit untuk di dapat, hal ini dapat di maklumi karena sedikit sekali wanita yang memeriksakan masalah alat reproduksinya. Sedangkan Hurlock (2001) menyatakan bahwa salah satu yang menjadi faktor utama terciptanya kesehatan yaitu selalu menjaga kebersihan diri salah satunya kebersihan organ reproduksi. Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sangat sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi salah satunya organ genitalia (Ratna, 2010). Selain itu menurut Manuaba (2002) Menjaga kesehatan organ reproduksi pada wanita diawali dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan salah satunya mencegah timbulnya masalah genitalia pada wanita salah satunya keputihan (POI, 2010). Sistem pertahanan organ reproduksi wanita cukup baik yaitu dimulai dari sistem asam basanya, pertahanan ini masih tidak cukup sehingga infeksi bisa menjalar ke segala arah menimbulkan infeksi yang mendadak dan menahun salah satunya adalah keputihan (Leukorea) (Manuaba, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian dari Panda S et al (2013) bahwa dari 50 orang wanita usia subur di kawasan Asia Selatan terutama India yang terdeteksi Trikomoniosis Vaginalis sebanyak 3 kasus (6%) dan Candida Albicans dalam 26 kasus (52%). Terinfeksi Trikomoniosis Vaginalis dan Candidia Albicans sebanyak 4 kasus (8%). Hampir 83 % penyebab keputihan adalah bakteri Candidia Albicans yang banyak terjadi pada wanita usia subur dan berasal dari daerah pedesaan. (IJCRR, 2013). Hasil penelitian dari New Delhi Kaur J dan Kapoor Anup K, tahun 2014 menunjukkan bahwa prevalensi keputihan(fluor albus/ leucorrhea), pengetahuan dan persepsi di kalangan perempuan saat menikah dari kelompok usia, 15-49 tahun di kota kumuh Asia selatan pernah mengalami keputihan (fluor albus/ leucorrhea) hampir 79%. Penelitian ini melaporkan prevalensi keputihan (fluor albus/ leucorrhea) yang tinggi pada wanita di tempat tinggal kumuh di Asia Selatan dan terlihat bahwa tidak ada perbedaan dalam persepsi dan pengetahuan dengan pendidikan responden, status pekerjaan, dan pendidikan suami (JFRH, 2014). Penelitian lainnnya dilakukan di salah satu rumah sakit tersier kabupaten Bareilly di wilayah timur India. Responden adalah wanita dalam kelompok usia reproduksi (15-49 tahun) yang pernah berkunjung ke pelayanan obstetri dengan keluhan keputihan. Sebanyak 270 wanita dengan keputihan, vaginosis bakteri adalah gangguan yang paling umum terlihat (36,68%). Pengaruh usia, status pendidikan dan status perkawinan, ditemukan keputihan berlebihan (87,8%), terus menerus (64,8%) dan berbau busuk (60,4%) di sebagian besar wanita. Ini memmperkuat asumsi bahwa wanita kurang menyadari kebersihan organ reproduksinya sendiri sebagai kebutuhan yang harus dilakukan (SCOPMED, 2012).

Beberapa penelitian di Indonesia juga menemukan wanita kurang menyadari kebersihan organ reproduksinya sendiri. Menurut hasil penelitian di asrama kebidanan STIKES Ngudi Waluyo tahun 2012 dari 156 responden sekitar 73,9% diantaranya melakukan praktek personal hygiene tidak baik dan mengalami keputihan patologi. Menurut penelitian lain di desa Kedung Kempul, Lamongan menunjukkan bahwa lebih dari setengah remaja putri (60%) berpengetahuan kurang pada kesehatan reproduksinya dan hampir seluruhnya (95%) remaja putri perilaku personal hygienenya kurang baik. (Mardani et al, 2010). Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2003) pada siswi SLTP Jakarta Timur ditemukan yang memiliki pengetahuan kurang terhadap kebersihan organ genitalia sebanyak (93,4%), ini berarti hampir seluruh dari siswi tidak mengerti dengan kebersihan organ genitalia. (Rabita, 2010). Dari hasil penelitian Handayani (2011) di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Jakarta yang melakukan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna hanya setengahnya saja (50%) yang melakukan dengan baik, sedangkan selebihnya kurang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Menurut penelitian Ayuningtyas (2011) di SMA Negeri 4 Semarang angka kejadian keputihan sangat tinggi, Sekitar 96,9% responden mengalami keputihan dan sebagian besar siswi memiliki pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna yang buruk (82,8%). Sedangkan menurut penelitian Sari (2012) di SMA Negeri 1 Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 dari 72 responden yang yang berpengetahuan kurang dengan kejadian keputihan pada remaja sebanyak 38 orang (97,4%).

Dari hasil penelitian lainnya oleh Ariyani yang meneliti tentang perilaku hygiene menstruasi pada remaja di pesantren putri As-Syafi iyah Bekasi Tahun 2009 dengan hasil penelitian sebesar (62,8%) memiliki perilaku negatif. Selain itu menurut hasil penelitian Daiyah (2004) di SMU Negeri 2 Medan dari 58 responden hanya 25, 86 % yang melakukan perawatan organ reproduksi bagian luar dengan baik. Berarti lebih dari setengahnya tidak melakukan kebersihan organ reproduksi dengan baik. Kurangnya pengetahuan dan informasi yang tepat tentang kesehatan organ reproduksi kemungkinan dapat menimbulkan kurangnya perhatian kesehatan organ reproduksinya. Menurut Depkes RI (2003) perlu adanya pemberian informasi yang lengkap baik pada wanita untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kebersihan diri terutama organ reproduksi agar terhindar dari masalah kesehatan genitalia seperti keputihan (fluor albus) karena masalah tersebut paling banyak terjadi di Indonesia namun sebagian besar wanita tidak terlalu memperdulikan. Masalah reproduksi pada wanita perlu mendapat penanganan serius seperti keputihan karena tidak mengenal usia, masalah tersebut paling banyak muncul pada negara berkembang, seperti Indonesia karena cuaca lembab juga ikut mempengaruhi terjadinya keputihan, kurang tersedianya akses dan informasi yang salah mengenai kesehatan reproduksi terutama perawatan pada organ genitalia eksterna, banyak wanita tidak mengetahui bagaimana mengidentifikasi, menangani atau mencegah masalah organ intim secara tepat dan kurangnya keterbukaan dari wanita termasuk mahasiswi tentang permasalahan reproduksi yang dialami. Hal itu terbukti dari banyak penelitian seperti

yang telah dijelaskan diatas menyatakan rendahnya baik pengetahuan maupun tindakan mengenai kebersihan organ genitalia eksterna pada wanita baik remaja maupun dewasa. Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya tindakan yang benar saat membersihkan organ genitalia eksterna, walaupun sebenarnya mempunyai pengetahuan yang baik terutama pada mahasiswi dari tamatan kebidanan dan keperawatan yang telah diajarkan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya upaya untuk mencegah keputihan (fluor albus). Berdasarkan dari hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU sebanyak 10 masingmasing 5 orang dari mahasisiwi ekstensi dan 5 orang dari mahasiswi reguler untuk diberikan pertanyaan tentang kebersihan organ genitalia eksterna meliputi tentang pengetahuan mengenai perawatan organ genitalia eksterna dan bagaimana upaya mencegah terjadinya keputihan sebanyak 5 diantaranya kurang mengetahui cara yang benar membersihkan organ genitalia eksterna dan sebanyak 6 orang kurang memperhatikan kebersihan organ genitalia. Serta riwayat keputihan meliputi apakah pernah mengalami keputihan, didapatkan bahwa 8 dari 10 dari mahasiswi pernah mengalami keputihan. Setelah ditanyakan tentang vulva hygiene, maka 4 orang (40%) selalu menjaga vulva hygiene, dan 3 orang (30%) yang membersihkan vagina dengan sabun sirih dan 6 orang (60%) lainnya kurang menjaga vulva hygiene dengan baik. Dari fenomena yang terjadi diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Angkatan 2013 di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah Banyak wanita tidak mengetahui bagaimana mengidentifikasi, menangani atau mencegah masalah organ genitalia secara tepat dan kurangnya keterbukaan dari wanita termasuk mahasiswi kesehatan masyarakat yang seharusnya lebih mengetahui tentang permasalahan kesehatan salah satunya permasalahan kesehatan reproduksi yang dialami yaitu keputihan. Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya tindakan yang benar saat membersihkan organ genitalia eksterna. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan permasalahan yaitu Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan. 2. Untuk mengetahui sikap mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan. 3. Untuk mengetahui tindakan mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013. 5. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013. 1.4.1 Manfaat Penelitian 1. Bagi Fakultas, dapat memberikan informasi kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat USU mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai pencegahan keputihan. 2. Sebagai bahan masukan kepada mahasiswa, terutama mahasiswa wanita Fakultas Kesehatan Masyarakat USU agar dapat menjaga dan merawat kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar sebagai upaya pencegahan keputihan. 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kebersihan organ genitalia eksterna.