serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang


BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

1

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO) merekomendasikan untuk pemberian ASI eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Reza Oscar ( Komunitas Ayah ASI Lampung ) Istilah suami siap antar jaga ( SIAGA ), kiranya tepat disematkan pada calon ayah yang setia mendampingi istrinya pada masa kehamilan dan persalinan. Peran suami juga dianggap penting, karena orang terdekat yang turut andil dalam kesuksesan melindungi istri dan anaknya pada masa tersebut. Tidak terbatas Siaga dalam kehamilan dan persalinan, support suami dalam hal menyusui sang buah hati tidak kalah pentingnya. Terutama dukungan dalam pemberian Air Susu Ibu ( ASI ) secara Eksklusif (Romanto, 2013 ). Guna meningkatkan cakupan Air Susu Ibu ( ASI ) eksklusif di Indonesia yang masih dibawah 50 %, ketua pembina sentra laktasi indonesia, dr Utami Roesli SpA menekankan pentingnya peran suami dalam membantu istrinya memberikan ASI eksklusif. Dikatakan Utami, dukungan yang di berikan suami bisa memunculkan hormon oksitoksin yang sangat penting mengalirkan ASI dari alveoli kesaluran ASI. Keberadaan hormon ini sangat dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu. Disinilah peran serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang percaya diri pada ibu bisa mempengaruhi kelancaran aliran ASI, meskipun produksi ASI nya tetap baik, menurutnya para suami dapat berperan dalam menumbuhkan rasa percaya istrinya bahwa dia pasti bisa memberikan ASI secara eksklusif untuk anaknya (Roesli, 2012 ). WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450 / Men.Kes / SK / IV / 2004 tanggal 7 April 2004 telah mentapkan 1 x

rekomendasi pemberian ASI esklusif selama 6 bulan.dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASIselama 6 bulan pertama.selanjutnya,demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (WHO, 2004). Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012) tentang pemberian makanan pada bayi untuk semua anak terakhir yang dilakukan ibu dalam kurun waktu dua tahun sebelum survei menunjukan bahwa hanya 27% bayi umur 4-6 bulan mendaopat ASI eksklusif (tanpa tambahan makanan atau lain). Selain ASI 8% bayi pada umur yang sama diberi susu lain 8% diberi air putih. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi berusia 4-6 bulan dalam SDKI 2012 lebih tinggi dibandingkan hasil SDKI 2007 (masing-masing 27% dan 17%). Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan setelah 48 jam. Pemberian kolostrum cukup baik, dilakukan oleh 74,7% ibu kepada bayinya. (SDKI, 2012) Cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2005 adalah 3,17 %, tahun 2006 adalah 12,3 %, pada tahun 2007 adalah 22,4 % dan tahun 2008 sebesar 42,3 % walaupun sudah terjadi peningkatan dan angka cakupan ditahun 2008 sudah lebih meningkat dari angka cakupan, namun pencapaian menurut kriteria world Health organization ( WHO ) masuk dalam kategori tidak mencukupi ( Depkes, 2008 ) Menurut data dari Departemen Kesehatan (2005), sebanyak 95,9% bayi di Indonesia pernah mendapat ASI pada tahun 2002, 39,5% diantaranya mendapat ASI eksklusif Selama 6 bulan, sedangkan 55,1% bayi mendapatkannya selama 4 bulan. xi 2

Angka bayi yang pernah mendapat ASI ini sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun 1997 yang angkanya adalah sebesar 96,3%, sedangkan angka bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai 6 bulan lebih tinggi dengan angka 42,2 % pada tahun 1997 (Depkes, 2005). ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI, dan untuk mempromosikan pemberian ASI, maka kementerian kesehatan telah menerbitkan suratkeputusan Menteri Kesehatan Nomor: 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia. Pada tahun 2012 telah terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan telah diikuti dengan diterbitkannya 2 (dua) peraturan Menteri Kesehatan yaitu : Permenkes Nomor 15 tahun 2013 tentang tata cara penyedian Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah Air SusuIbu dan PermenkesNomor 39 tahun 2013tentang Susu Formula Bayi dan Produk lainnyamenurut WHO/UNICEF, cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah lahir, menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir samapai dengan umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya dan meneruskan menyusui sampai umur 24 bulan. (WHO, 2012) Ketika bayi tumbuh dan berkembang di dalam kandungan, tubuh ibu memberikan antibody melalui plasenta.ini memberikan kekebalan pasif yang mampu melindungi janin ibu dari serangan penyakit selama kehamilan. Namun, begitu bayi dilahirkan, ia tidak lagi mendapatkan suplai antibody. xii 3

Sementara itu sistem kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir belum bekerja secara sempurna.oleh karena itu, pada tahun pertama hidupnya, bayi sangat rentan terkena risiko infeksi. Dua pertiga dari system kekebalan tubuh bayi ada di bagian perutnya, sehingga sangatlah penting untuk memperhatikan apa yang ia makan dan minum. Itulah sebabnya mengapa bayi yang baru lahir sangat membutuhkan Air Susu Ibu (ASI), terutama selama 6 bulan pertama.sebagai seorang Ayah, Anda tentunya ingin merawat dan melindungi istri dan anak Anda.Dengan membantu istri dalam menyusui bayi, Anda telah melakukan sesuatu yang terbaik dalam memulai perlindungan terhadap anak Anda.Adalah keinginan setiap orang untuk mempunyai anak yang sehat, pintar, kreatif, emosi yang stabil, lucu dan bahagia. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa anak Anda akan seperti ini, namun hasil penelitian telah menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI tumbuh lebih sehat, lebih pintar, lebih kreatif, lebih stabil, lebih lucu dan lebih bahagia (Lim, 2007). Pada tahun 2006 WHO mengeluarkan standar pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia. Isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap menyusui bayinya hingga usia mencapai 2 tahun. Di indonesia, anjuran ini dipertegas dengan peraturan pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan, upaya pemerintah ini lantas mendapat sambutan positif dari dunia internasional. Majalah Time Healthland dalam edisi parenting edisi Februari 2012 bahkan sampai memuat headline What the Us Can learn form Indonesia about xiii 4

Breastfeeding. Tapi nyatanya, realisasi dari peraturan pemerintah tersebut masih kurang ( WHO, 2006 ). Dari berbagai sumber data yang ditemukan Mentri Kesehatan RI Nafsiah Mboi dalam acara pembukaan pekan ASI sedunia 2012 di Balai Kartini jakarta rabu 19-9- 2012, bahwa perkembangan cakupan pemberian ASI Eksklusif di indonesia masih rendah dan menunjukan perkembengan yang sangat lambat. Data Susenas 2010 menunjukan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tidak banyak perbedaan dengan capaian dinegara lain di Asia Tenggara, pencapaian ini memang kurang dapat dibanggakan. Sebagai perbandingan, cakupan ASI Eksklusif di india saja sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27%, dan Myanmar 24% (Harwono, 2012 ). Di Indonesia, pada tahun 2007 angka kematian bayi adalah 35 per 1000 kelahiran hidup. Karena itu, organisasi kesehatan dunia merekomendasikan semua bayi perlu mendapatkan kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi, dan ASI eksklusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi(muryunani, 2012). Berdasarkan data dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukan, pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI eksklusif masih relatif rendah. Terutama ibu bekerja, sering mengabaikan pemberian ASI denngan alasan kesibukan kerja.pada hal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI, bahkan susu formula sekalipun(muryunani, 2012). xiv 5

Berdasarkan data dari RISKESDAS (2013) dikatan bahwa di indonesia jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif masih sangat memprihatinkan Khususnya di provinsi Sumatera utara pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan masih sangat rendah yaitu hanya 41,3 %, bila dibandingkan dengan NTB pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 79,7% bayi yang diberikan ASI eksklusif. Persentase pemberian ASI eksklusif dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat diberikan makanan dan minuman selain ASI pada umur 6 bulan sebesar 30,2 persen. Inisiasi menyusu dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5 persen, tertinggi di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 52,9 persen dan terendah di Papua Barat (21,7%) Berdasarkan data survei awal yang didapat data jumlah KK 245 orang dan hanya 99 orang yang memiliki balita usia 0 6 bulan di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Juni Oktober 2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka peneliti dapat membuat suatu rumusan masalah: Faktor faktor Apakah Yang Berhubungan Dengan Peran Serta Suami Dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014. 6 xv

1.3.2.Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengaruh antara Tingkat Pengetahuan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif 2. Untuk mengetahui pengaruh antara Umur dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif 3. Untuk mengetahui pengaruh antara Tingkat Pendidikan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif 4. Untuk mengetahui pengaruh antara Pekerjaan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif 5. Untuk mengetahui pengaruh antara Sikap dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif 6. Untuk mengetahui pengaruh antara Tradisi dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif 7. Untuk mengetahui pengaruh antara Penolong Persalinan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Kecamatan Sebagai bahan masukan bagi camat untuk lebih mendukung program kesehatan khususnya dalam hal peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh xvi 7

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khusunya tentang hubungan pengetahuan dan sikap suami mengenai ASI eksklusif dengan penerapan breastfeeding fathersebagai masukan dalam menambah mata ajar yang diberikan guna memperluas wawasan, khususnya pendidikan kesehatan. 1.4.3. Bagi penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian berikutnya untuk mengembangkan atau membandingkan pemberian ASI dengan dukungan suami dan tanpa dukungan suami. xvii 8