BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI MENGGUNAKAN DOT DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMASDANUREJAN I YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

Bab 4. ASI Antara Hak Bayi dan Kewajiban Ibu. Pemberian ASI menurut Tinjauan Nilai Keagamaan di Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

1

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus sumberdaya manusia untuk. bagi anak sejak lahir hingga usia dua tahun (Depkes RI, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Ananda, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut. Payudara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berkembang, dimana saat ini Indonesia mengerahkan segala

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ARIS SETYADI J

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi sejak lahir harus mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif, sesegera mungkin

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data UNICEF, angka kematian bayi di dunia mencapai lebih 10 juta kematian. Dari 10 juta kematian bayi, hampir 90 % kematian bayi terjadi di negara-negara berkembang. Faktor penyebabnya adalah lebih dari 40 % lebih kematian disebabkan diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yaitu penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan ASI eksklusif. (WHO, 2005). Jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 adalah 35 kematian per 1000 kelahiran hidup atau sekitar 175.000 kematian bayi pertahun (SDKI, 2003). Berdasarkan data ini, menunjukan bahwa tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand (SDKI, 2003). Angka Kematian Anak (AKB) di beberapa propinsi di Indonesia menunjukan variasi, namun secara keseluruhan masih cukup besar. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 2003 menunjukkan propinsi dengan AKBA paling tinggi untuk periode 1998 2002 adalah NTB, yaitu 103 per 1.000 kelahiran hidup dan propinsi AKBA paling rendah adalah 1

2 Yogyakarta, yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup. (SDKI, 2003). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 2001), kurang lebih 1,5 juta anak yang meninggal setiap tahunnya, disebabkan pemberian makanan yang tidak benar. Hasil penelitian pakar menunjukan gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan anak usia di bawah lima tahun (balita) antara lain akibat kekurangan gizi sejak dalam kandungan, pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini, makanan pendamping ASI tidak cukup mengandung energi dan zat mikro terutama mineral, besi dan seng, dan ibu tidak berhasil memberi ASI eksklusif (SKRT 2001). Maraknya kasus busung lapar dan gizi buruk di berbagai daerah di Indonesia rasanya tidak akan terjadi seandainya semua orang tua mendapatkan pendidikan kesehatan tentang manfaat ASI eksklusif. ASI adalah makanan yang bergizi mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi, mulai dari vitamin, antibody dan antioksidan. Manfaat ASI ini masih tetap bisa diperoleh oleh bayi walaupun pada ibu yang status gizinya kurang. Resolusi WHA (2001) mendapatkan ASI merupakan salah satu hak asasi bayi. Hal ini dapat terpenuhi bila masyarakat khususnya ibu mendapatkan perlindungan, informasi dan bantuan yang komprehensif tentang manfaat pemberian ASI. Menurut Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Ibu Muthia Hatta, inisiasi menyusui dini yang diikuti dengan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai umur 2 tahun dapat membantu menghapuskan kemiskinan dan kelaparan. Hilangnya kesempatan memperoleh ASI menyebabkan lebih dari 5 juta anak balita menderita kekurangan gizi dan

3 sekitar 1,7 juta balita mengalami gizi buruk. GBHN dan PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) 1999-2004 mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya sumber daya manusia (SDM). Memberikan ASI eksklusif merupakan modal dasar untuk membentuk SDM yang berkualitas. (IDAI, 2008, http://dranak.blogspot.com diperoleh 13/11/08). Pemberian ASI eksklusif dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan otak bayi secara optimal juga mencegah kematian balita. UNICEF menyatakan sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi (WHO, 2005). ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. Secara keseluruhan, pemberian ASI eksklusife mencakup hal-hal sebagai berikut yaitu; hanya ASI sampai umur 6 bulan, menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir, tidak diberikan makanan pralakteal seperti gula, madu, air tajin kepada bayi baru lahir, menyusui sesuai kebutuhan bayi lahir (on demand), memberikan kolostrum kepada bayi, dan menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari (Depkes, 2005). Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Hal ini didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi

4 daya tahan hidup bayi, pertumbuhan dan perkembangannya. ASI memberikan semua energi dan gizi, serta nutrisi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan penyakit yang umumnya menimpa anak-anak, seperti diare dan radang paru-paru, mengurangi gizi buruk, menghindari obesitas, serta mempercepat pemulihan bila sakit (Amiruddin, 2008). Allah berfirman dalam Surat al-baqarah: 233: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan (Al-Baqarah 233). Air susu ibu (ASI) adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan

5 penyakit. ASI telah diramu secara istimewa sebagai makanan yang paling mudah dicerna, karena 88% kandungannya adalah air. Cairan kehidupan ini terbukti memiliki kandungan gizi, nutrisi dan antibody yang lengkap. Allah menyerukan kepada para ibu untuk menyempurnakan penyusuan sampai umur 2 tahun. Allah yang mengetahui kebutuhan setiap mahluk hidup dan memperlihatkan kasih sayang kepadanya. Allah yang menciptakan ASI dalam tubuh sang ibu sebagai sumber zat makanan terbaik bagi bayinya (Yahya, 2008). Menurut data Dinas Kesehatan Propinsi DIY, pemberian ASI eksklusif 6 bulan masih sangat rendah. Pemberian ASI eksklusif di DIY bahkan mengalami penurunan antara 2006 dan 2007. Pada tahun 2006 cakupan ASI eksklusif 36,51%, sementara tahun 2007 turun menjadi 33,09%. Angka tersebut masih jauh di bawah target nasional, yaitu sebesar 80%. Penurunan ini disebabkan bukan hanya semata-mata berkurangnya ibu yang menyusui secara ekskusif, tetapi juga karena ada perubahan indikator eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan (Amiruddin, 2008). Melihat pentingnya peranan ASI eksklusif dan masih minimnya pemanfaatan ASI eksklusif di masyarakat Indonesia, maka penelitian ini akan memfokuskan pada pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester ketiga di wilayah Puskesmas Depok II Sleman. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Januari 2009, peneliti memperoleh data dari Puskesmas Depok II bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah tersebut masih minim. Untuk

6 tahun 2006 cakupan ASI eksklusif 58,9%, sedangkan tahun 2007 terjadi penurunan menjadi 44,99%, sementara target ASI eksklusif untuk wilayah Puskesmas Depok II sampai tahun 2010 sebesar 80%. Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dikaji sejauh mana tingkat pengetahuan ibu dan bagaimana sikap ibu hamil trimester ketiga terhadap ASI eksklusif yang bertempat di wilayah Puskesmas Depok II Kelurahan Condong Catur Kecamatan Depok Kabupataen Sleman Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di awal, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester ketiga di wilayah Puskesmas Depok II Kelurahan Condong Catur Kecamatan Depok Kabupataen Sleman Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester ketiga di wilayah Puskesmas Depok II Kelurahan Condong Catur Kecamatan Depok Kabupataen Sleman Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya pengetahuan ibu hamil trimester ketiga tentang ASI eksklusif sebelum pendidikan kesehatan.

7 b. Diketahuinya pengetahuan ibu hamil trimester ketiga tentang ASI eksklusif setelah pendidikan kesehatan. c. Diketahuinya perbedaan pengetahuan ibu hamil trimester ketiga tentang ASI eksklusif sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. d. Diketahuinya sikap ibu hamil trimester ketiga tentang ASI eksklusif sebelum pendidikan kesehatan. e. Diketahuinya sikap ibu hamil trimester ketiga tentang ASI eksklusif setelah pendidikan kesehatan. f. Diketahuinya perbedaan sikap ibu hamil trimester ketiga tentang ASI eksklusif sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. D. Manfaat Penelitian. 1. Bagi Profesi Keperawatan. Diharapkan dapat memberikan masukan informasi pada profesi keperawatan. Khususnya keperawatan maternitas yang bekerja di puskesmas, untuk dapat melakukan kegiatan promotif dan preventif berupa pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif untuk menumbuhkan kesadaran ibu-ibu hamil akan pentingnya manfaat ASI eksklusif. 2. Bagi Ibu Hamil a. Memberikan pengetahuan bagi ibu hamil trimester ketiga tentang pentingnya manfaat ASI eksklusif. b. Menumbuhkan kesadaran pada ibu hamil trimester ketiga agar berkomitmen menyusui bayinya dengan ASI eksklusif.

8 3. Bagi Ketua Puskesmas Depok II Sleman Sebagai bahan masukan yang positif untuk bisa menggerakan pasien ibuibu hamil trimester ketiga di puskesmas untuk menyusui dengan ASI eksklusif. 4. Bagi peneliti lain Sebagai data dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Responden Responden penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan kriteria usia 20-35 tahun, hamil trimester ketiga, tidak dalam pengaruh obat-obatan, dan bersedia menjadi responden peneliti. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Depok II Kelurahan Condong Catur Kecamatan Depok Kabupataen Sleman Yogyakarta. Pemilihan tempat tersebut karena pemanfaatan ASI eksklusif masih rendah, sehingga perlu diadakan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif kepada pada ibu-ibu hamil di wilayah puskesmas ini. 3. Waktu. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari-Februari 2009. 4. Variabel. Pada penelitian ini terdapat variabel bebas yaitu pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif dan variabel terikat yaitu pengetahuan dan sikap ibu

9 hamil trimester ketiga. F. Keaslian Penelitian. Penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang ASI Eksklusif tehadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Trimester Ketiga di Wilayah Puskesmas Depok II Condong Catur Sleman Yogyakarta terdapat penelitian yang sejenis yang dilakukan oleh Sadjiran (2002), yaitu Pengaruh Penyuluhan Kesehatan secara Kelompok dan Individu terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek yang Berkaitan dengan Penanggulangan Anemia Ibu Hamil di Kecamatan Klaten Selatan. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah eksperimen semu dengan desain pretes postes pada 26 ibu hamil dengan perlakuan penyuluhan individu dan 25 ibu hamil dengan perlakuan penyuluhan kelompok. Hasil penelitian tersebut adalah peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktek ibu hamil yang berkaitan dengan penanggulangan anemia. Sedangkan dalam penelitian ini memfokuskan pada pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap perilaku ibu hamil.