BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

BAB 2 LANDASAN TEORI

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

Bab II Analytic Hierarchy Process

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR PEMILIHAN APLIKASI CHATTING PARA PENGGUNA SMARTPHONE ANDROID DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

Pengertian Metode AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET KARTU HALO MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

PENEMPATAN JUKIR DI WILAYAH KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KEDIRI DENGAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN KATA PENGANTAR

BAB 2 LANDASAN TEORI

KERANGKA PEMIKIRAN Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

Ade Gunawan NIM : A Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro,Jalan Nakula 5-11,Semarang

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

JURNAL LENTERA ICT Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN

Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori umum

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMKN 1 NGANJUK MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP )

III. METODE PENELITIAN

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

BAB III LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PENJUALAN MOBIL MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Statistical Process Control

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

ANALISIS PEMILIHAN MODA KENDARAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS HIRAKI PROSES PADA MAHASISWA UNP KEDIRI

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT

Teori Analisis Lokasi Industri Dengan Segitiga Lokasionalnya (Alfred Weber, 1909) Alfian Haris Aryawan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

PENGGUNAAN METODE AHP DAN TOPSIS DALAM PENENTUAN PENGAMBILAN SAMPEL UJI PETIK DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA KERJA Adapun kerangka kerja yang dipergunakan mengacu pada pendekatan : 1. Diagnostic research atau perscriptive research, yaitu penelitian untuk mengidentifikasi aspek-aspek kriteria di bidang pelayaran yang perlu disusun konsep kriteria, sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan transportasi laut; 2. Descriptive research, yaitu penelitian yang menganalisis datadata yang dikumpulkan, serta melaporkannya dengan analisis secara legalitas dan dijadikan untuk informasi baru, dalam merumuskan kriteria dalam pelaksanaan di bidang pelayaran. TARGETING KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN KONDISI AKTUAL STRATEGI PENETAPAN KRITERIA UJI PUBLIK RANCANGAN KONSEP KRITERIA RANCANGAN KRITERIA DIBIDANG PELAYARAN Gambar 3.1. Kerangka Kerja Penelitian Kerangka kerja tersebut berupaya menyelaraskan perwujudan antara kondisi aktual, peraturan perundang-undangan, dan strategi penetapan Laporan Akhir III-1

kriteria dalam pencapaian tujuan. Proses tersebut akan mempengaruhi langkah strategis yang dilakukan dalam perumusan rancangan konsep kriteria dibidang transportasi laut. B. POLA PIKIR STUDI Pola pikir studi ini dimulai dengan perlunya pemetaan, kodefikasi unsur-unsur kriteria di bidang pelayaran. 1. Input Pemetaan masing-masing kriteria yang akan dirumuskan, sehingga perlu dianalisis dan dipetakan kondisi aktual dan ideal yang melibatkan pemerintah, stakeholders, dan masyarakat. 2. Proses (Transformasi) Proses dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Subyek Merupakan instansi yang menangani perumusan kriteria dibidang pelayaran yaitu Kementerian Perhubungan CQ Ditjen Perhubungan Laut. b. Obyek Obyek adalah stakeholders pelayaran, dan masyarakat. c. Metoda Pendekatan teori yang diambil untuk menjawab atau membahas variabel penelitian menggunakan pendekatan metode analisis deskriptif komparatif dan analisis AHP. 3. Instrumental input dan Environmental Input Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan dalam penyusunan konsep kriteria di bidang pelayaran. a. Output Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah konsep kebijakan dan strategi perumusan kriteria di bidang pelayaran. b. Outcome Tersedianya konsep rancangan terkait dengan perumusan kriteria dibidang pelayaran. Laporan Akhir III - 2

INSTRUMENTAL INPUT UU NO. 17 TAHUN 2008, PP NO. 22 TAHUN 2011, PP NO. 21 TAHUN 2010, PP NO. 20 TAHUN 2010, PP NO. 5 TAHUN 2010, PP NO. 61 TAHUN 2009, PERMENHUB NO. 25 TAHUN 2011, PERMENHUB NO. 26 TAHUN 2011 OUTCOME Tersedianya Konsep rancangan kriteria di bidang pelayaran INPUT SUBYEK OBYEK METODA Pemetaan masing-masing kriteria yang akan dirumuskan, sehingga perlu dianalisis dan dipetakan kondisi aktual dan ideal yang melibatkan pemerintah, stakeholders, dan masyarakat Ditjen Perhubungan Laut Stakeholders Masyarakat Pelindo Otoritas Pelabuhan Syahbandar Distrik Navigasi UPP Kriteria di Bidang Pelayaran Metode deskriptif komparatif Metode Fishbone Analisis AHP Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah konsep kebijakan dan strategi perumusan kriteria di bidang pelayaran. ENVIRONMENTAL INPUT OUTPUT Kondisi Geografis, existing, aktual FEED BACK Gambar 3.2 : Pola Pikir Studi Laporan Akhir III-3

C. ALUR PIKIR PEMECAHAN MASALAH Dari pola pikir studi, proses analisis studi dapat diperjelas pada alur pikir pemecahan masalah sebagai berikut. TARGETING 1. Kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial; 2. Kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan; 3. Kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu; 4. Kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair,curah kering, kapal penumpang dan kapal ro-ro; 5. Kriteria wilayah tertentu di daratan (dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan; 6. Kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri; 7. Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan; 8. Kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal; 9. Kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal laut; 10. Kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut. CONTENT ANALYSIS IDENTIFIKASI PERATURAN INVENTARISASI PERATURAN PEMETAAN KRITERIA KODEFIKASI KRITERIA TELAAH LITERATUR ANALISIS DAN PEMBAHASAN RANCANGAN KONSEP 10 (SEPULUH) KRITERIA PELAYARAN KONDISI KRITERIA SAAT INI Gambar : 3.3. Pola Pikir Penyelesaian Studi Laporan Akhir III - 4

Alur pikir studi dimulai dengan content analysis yang meliputi inventarisasi peraturan perundang-undangan, pemetaaan kondisi aktual dan existing, kodifikasi kriteria, serta telaah literatur, untuk merumuskan targeting 10 kriteria di bidang pelayaran. Kemudian dilakukan analisi dan pembahasan, dengan pembandingan dengan kondisi kriteria saat ini. Dengan adanya pemetaan antara input dan output yang dihasilkan dapat dilakukan perumusan dalam penyusunan konsep kriteria di bidang pelayaran. D. METODE ANALISIS DATA 1. Metode Fishbone Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flow chart. Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh factor-faktor penyebab itu. Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa telah menciptakan ide cemerlang yang dapat Laporan Akhir III - 5

membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah menggunakan diagram tulang ikan. a. Manfaat Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan akibat) / Ishikawa. Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya. Sering dijumpai orang mengatakan penyebab yang mungkin dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan. Dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah masalah klasik yang ada di industri manufaktur khusunya antara lain adalah : 1) keterlambatan proses produksi 2) tingkat defect (cacat) produk yang tinggi 3) mesin produksi yang sering mengalami trouble 4) output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi 5) produktivitas yang tidak mencapai target 6) complain pelanggan yang terus berulang Laporan Akhir III - 6

Pada dasarnya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut : 1) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah 2) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah 3) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut 4) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang diinginkan 5) Membahas issue secara lengkap dan rapi 6) Menghasilkan pemikiran baru Jadi ditemukannya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini memberikan kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi perusahaan. Penerapan diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar penyebab terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan sebenarnya. Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa, kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen, divisi dan jenis usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi dan jenis usaha juga akan mempengaruhi sebab sebab yang berpengaruh signifikan terhadap masalah yang mempengaruhi kualitas yang nantinya akan digunakan. b. Cara Membuat Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa Dalam hal melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yakni Laporan Akhir III - 7

1) Menyiapkan sesi analisa tulang ikan. 2) Mengidentifikasi akibat atau masalah. 3) Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. 4) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. 5) Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama 6) Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin Cara yang lain dalam menyusun Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu keadaan yang tidak diharap adalah sebagai berikut: 1) Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan mendesak untuk diselesaikan. 2) Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat (effect). Tulislah pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak. 3) Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori utama dapat dikembangkan melalui Stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau stratifikasi melalui langkahlangkah aktual dalam proses. Faktor faktor penyebab atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. Berikut diberikan contoh yang bias dijadikan panduan untuk merumuskan faktor-faktor utama dalam mengawali pembuatan Diagram Cause and Effect. 4) Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab utama (tulangtulang besar), serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang. 5) Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulangtulang berukuran sedang), serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil. 6) Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-faktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap Laporan Akhir III - 8

karakteristik kualitas. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari suatu masalah yang sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan berikut : a) Apakah penyebab itu? Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi? b) Bertanya Mengapa beberapa kali (konsep five whys) sampai ditemukan penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan peningkatan. Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam diagram sebab-akibat. Ishikawa mengurai secara rinci prinsip plan-do-check-act W.Edward Deming, sang kreator P-D-C-A menjadi; 1. Plan-P >> Tentukan gol dan target Laporan Akhir III - 9

>> Tentukan cara/metode mencapai gol 2. Do-D >> Terlibat dalam pendidikan dan pelatihan >> Implementasi pekerjaan 3. Check-C >> Cek akibat dari implementasi 4. Act-A >> Mengambil tindakan yang sesuai Dibawah ini ditampilkan diagram metode tulang ikan : Gambar 3.4 Diagram metode tulang ikan (fishbone) 2. Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan Laporan Akhir III - 10

memperhatikan faktor faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian penilaian dan nilai nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari : a. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti si pengambil keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih disukai dari A dengan skala. Laporan Akhir III - 11

b. Homogenity, yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus dibentuk suatu cluster (kelompok elemen- elemen) yang baru. c. Independence, yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif- alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan antara elemenelemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam level di atasnya. d. Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap. Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut : a. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking. c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. e. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual. Laporan Akhir III - 12

f. Mengulangi langkah, 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. g. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintetis pilihan dalam penentuan prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. h. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100 maka penilaian harus diulangi kembali. 3. Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process (AHP) Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain : a. Decomposition Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni : Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal) Tingkat kedua : Kriteria kriteria Tingkat ketiga : Alternatif alternatif Laporan Akhir III - 13

Tujuan Kriteria I Kriteria II Kriteria III Kriteria N Alternatif I Alternatif II Alternatif M Gambar 3.5 : Struktur Hirarki Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu. b. Comparative Judgement Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan Laporan Akhir III - 14

memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi (extreme importance). c. Synthesis of Priority Synthesis of priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur unsur pengambilan keputusan. d. Logical Consistency Logical consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang. 4. Analisis Deskriptif Komparatif Analisis deskriptif komparatif adalah analisis yang bersifat memadukan atau membandingkan hasil penilaian terhadap kondisi eksisting dengan kondisi ideal yang seharusnya diterapkan. Menurut Sujarwo (2001), pendekatan deskriptif merupakan penelitian yang berpola menggambarkan apa yang ada di lapangan dan mengupayakan penggambaran data, terlepas apakah data itu kuantitatif atau kualitatif. Analisis deskriptif komparatif digunakan untuk memadukan atau membandingkan hasil penilaian terhadap kondisi eksisting pemberian izin yang ada saat ini dengan kondisi ideal yang seharusnya diterapkan. Metode komparatif sering digunakan pada tahap awal pengembangan cabang ilmu pengetahuan. Hal ini dapat membantu peneliti untuk naik dari tingkat awal studi kasus eksplorasi untuk tingkat yang lebih maju dari model teoritis umum, invariances, seperti kausalitas atau evolusi. Desain penelitian komparatif adalah sederhana. Objek Anda adalah spesimen atau kasus yang mirip dalam beberapa hal (jika tidak, itu tidak akan bermakna untuk membandingkan mereka) tetapi mereka berbeda dalam beberapa hal. Perbedaanperbedaan ini menjadi fokus pemeriksaan. Laporan Akhir III - 15

Tujuannya adalah untuk mencari tahu mengapa kasus yang berbeda, untuk mengungkapkan struktur yang mendasari umum yang menghasilkan atau memungkinkan seperti variasi. Metode ini juga serbaguna: Anda dapat menggunakannya dalam pekerjaan detil sebagai pelengkap metode lain, atau seluruh struktur dari sebuah proyek penelitian dapat terdiri dari perbandingan hanya beberapa kasus. Dalam hal bahwa Anda ingin membandingkan lebih dari dua kelompok, atau jumlah kasus yang besar, studi mulai pendekatan klasifikasi, metode yang dibahas pada halaman lain. Dalam perbandingan seperti dalam penelitian terdapat dua gaya yang berbeda, keduanya yang akan dibahas di bawah ini: Perbandingan deskriptif bertujuan menggambarkan dan mungkin juga menjelaskan invariances dari objek. Ini tidak bertujuan menghasilkan perubahan dalam objek, sebaliknya, biasanya mencoba untuk menghindari mereka. Sebuah gaya khusus penelitian diperlukan ketika tujuannya tidak hanya untuk mendeteksi dan menjelaskan tetapi juga untuk memperbaiki keadaan objek, atau untuk membantu meningkatkan atau mengembangkan obyek serupa di masa mendatang. Ini adalah teknik Perbandingan Normatif. Dalam studi deskriptif produk ada banyak situasi di mana perbandingan merupakan metode yang memadai. misalnya, studi produk sebanding yang telah dirancang oleh desainer yang berbeda atau dibuat oleh produsen yang berbeda. Dapat digunakan untuk mempelajari produk-produk sejenis seperti yang biasa digunakan dalam situasi yang sama tetapi di negara yang berbeda. Dalam studi eksploratif sering terjadi perlu secara bertahap menambahkan aspek baru dari perbandingan, atau harus mendefinisikan kembali mereka ketika pengetahuan mengenai objek meningkat. Hal ini juga umum bahwa dalam tahap awal penelitian dapat mencapai jawaban pertanyaan deskriptif untuk apa benda itu dan apa itu, tugas yang lebih sulit kemudian untuk menjelaskan atau menjawab pertanyaan mengapa ada. Dalam analisis komparatif dapat diterapkan pada semua jenis obyek yang bisa merupakan penjelasan yang didapatkan: dari peristiwa sebelumnya, peristiwa kemudian, dan penjelasan kontekstual., dapat diketahui juga kemungkinan alasan dan efek potensial. Jika ada kesesuaian antara alasan yang mungkin dan efek Laporan Akhir III - 16

mungkin (yaitu ada pengaruh hanya bila alasannya hadir) itu memperbesar penjelasan hipotetis. Namun, bisa sulit untuk menemukan semua pengaruh kausal potensial dalam studi empiris saja, oleh karena itu biasanya dianjurkan untuk memulai dengan melakukan studi menyeluruh literatur untuk menemukan teori dan data kasus sebanding. Teknik lain yang biasa untuk mengurangi pengaruh tidak diinginkan pada objek penelitian adalah untuk memilih kasus yang akan dibandingkan sehingga mereka semirip mungkin. Sebagai contoh, jika Anda ingin membandingkan kasus di kota rumah Anda untuk kasus lain yang serupa, Anda harus memilih yang terakhir dari yang lain dekat kota dengan ukuran yang sama. Perbandingan Normatif Perbedaan antara gaya deskriptif dan normatif dari perbandingan adalah bahwa dalam analisis normatif salah satu kriteria utama adalah evaluatif seperti "kepuasan", "kegunaan" dll, dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan yang terbaik (dalam hal ini) di antara alternatif yang sedang diteliti. Tujuan akhir adalah tidak hanya untuk menemukan yang terbaik, tetapi juga untuk meningkatkan objek serupa di kemudian hari. Proses dan langkah dalam pelaksanaan penelitian ini, dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis dengan metode analisis datanya adalah content analysis. Pendekatan analisis data melalui content analysis yang diperoleh dari: a. Literatur; b. Kriteria Negara lain; c. Peraturan perundangan yang berlaku di Negara Indonesia; d. Peraturan perundangan yang berlaku secara Internasional. Langkah penyusunan 10 (sepuluh) rancangan kriteria berdasarkan pedoman penulisan, dan pola penyusunan rancangan kriteria adalah sebagai berikut : a. Melakukan pengumpulan informasi dan pengawasan lapangan yang berkaitan dengan materi bahasan melalui: 1) Studi literatur; 2) Standar-standar yang sudah ada, baik di dalam negeri maupun standar Internasional; 3) Informasi/ data dari pengguna jasa di lapangan. b. Melakukan penyesuaian standar yang berasal dari luar negeri dengan kebijakan pemerintah dan peraturan yang berlaku di dalam negeri. c. Penyusunan rancangan standar dengan menggunakan kriteria luar negeri, dapat dilakukan dengan: Laporan Akhir III - 17

1) Tanpa melakukan perubahan kriteria tersebut; 2) Melakukan perubahan terhadap standar tersebut dengan pertimbangan penyesuaian kondisi di Indonesia. d. Mengkaji kriteria negara lain atau yang berlaku secara Internasional, untuk perbandingan, guna mendapatkan hasil yang optimal dan dapat dioperasikan di Indonesia. e. Rancangan kriteria yang telah dibahas dalam Kementerian Perhubungan dan antar Kementerian, setelah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. E. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Metode Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan serta data-data yang diperoleh dari Syahbandar, Otoritas Pelabuhan, Distrik Navigasi dan Ditjen Perhubungan Laut meliputi: a. Dokumen kepustakaan dan bahan-bahan yang terkait dengan lingkup penelitian, dan pengumpulan informasi tentang penyusunan kriteria di bidang pelayaran. b. Data peraturan perundang-undangan bidang pelayaran yang ada saat ini; c. Data kriteria di bidang pelayaran yang ada saat ini meliputi ; 1) Kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial; 2) Kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan; 3) Kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu; 4) Kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair, curah kering, kapal penumpang dan kapal Ro-Ro; 5) Kriteria wilayah tertentu di daratan ( dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan; 6) Kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri; 7) Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan; 8) Kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal; 9) Kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di laut Laporan Akhir III - 18

10) Kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut. 2. Metode Pengumpulan Data Primer Data primer berupa kuesioner yang diisi oleh responden. Indikator dan variabel-variabel yang digunakan meliputi kegiatan-kegiatan dalam kriteria di bidang pelayaran. 3. Desain Kuesioner Secara umum desain kuesioner dapat disampaikan pada tabel berikut. Sedangkan untuk kuesioner secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Tabel 3.1 Kebutuhan Data No Kebutuhan Data Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Data dan informasi terkait kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial Data dan informasi terkait kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan. Data dan informasi terkait kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu Data dan informasi terkait kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair, curah kering, kapal penumpang dan kapal RoRo Data dan informasi terkait kriteria wilayah tertentu di daratan (dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan Data dan informasi terkait kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri Data dan informasi terkait kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersikan. Data dan informasi terkait kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal Data dan informasi terkait kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di laut. Dit. Pelpeng/otoritas pelabuhan/upp/pelindo Dit. Lala/otoritas pelabuhan Dit. Pelpeng/otoritas pelabuhan/upp Dit. Pelpeng/Dit. Lala/otoritas pelabuhan/upp/pelindo Dit. Pelpeng/Dit. Lala Dit. Pelpeng/otoritas pelabuhan/upp/pelindo Dit. Pelpeng/Dit. Nav/otoritas pelabuhan/upp/pelindo Dit. Kapel/Galangan kapal Dit. Pelpeng/otoritas pelabuhan/syahbandar/pelin do Laporan Akhir III - 19

No Kebutuhan Data Responden 10 Data dan informasi terkait kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut. Dit. Pelpeng/Dit. Nav/otoritas pelabuhan/syahbandar Laporan Akhir III - 20