BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT KEHARMONISAN KELUARGA PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang membangun sebuah bangsa. Keluarga mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, Jakarta:1992, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-

BAB I PENDAHULUAN. Aunur Rohim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2001, hlm. 70 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Pada kodratnya Tuhan menciptakan manusia untuk saling berpasang-pasangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kejadian yang sakral bagi manusia yang menjalaninya.

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PEMBUKAAN PELATIHAN PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

Apakah Kawin Kontrak Itu?

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap manusia dengan berbagai konsekuensi hukumnya. Karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Hadist di atas menunjukkan bahwa peran keluarga khususnya orang tua sangat penting dalam membentuk karakter

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS DATA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB IV ANALISIS TERHADAP EFEKTIVITAS DESA BINAAN KELUARGA SAKINAH (DBKS) DALAM MEMINIMALISIR ANGKA PERCERAIAN DI KELURAHAN BANDARHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang normal.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan pada laporan penelitian, deskripsi, dan pembahasan penelitian maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peranan Generasi Muda Muslim Indonesia Membangun Masyarakat Muslim Tangguh

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

P U T U S A N Nomor : 2202/Pdt.G/2011/PA.Kbm Bismillaahirrahmaanirrahiim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kompilasi Hukum Islam, CV. Nuansa Aulia, 2013, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup sendiri. Pada awalnya terlahir ditengah-tengah keluarga, mulai berdinamika

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, pasal (1)). Perkawinan menurut hukum islam adalah ikatan atau akad yang sangat kuat (mitsaqan ghalizhan) dalam ketentuan sebagai ikatan lahir-batin antara suami dan istri. Dalam arti yang lebih transcendental, perkawinan diyakini sebagai langkah ibadah sesuai dengan firman Allah Swt, QS Al-Nisa {4}:21 (Dlori, 2005). Dapat diartikan bahwa perkawinan adalah hubungan yang melibatkan dua orang yang memiliki tujuan yang sama. Tujuan ini adalah semata-mata mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan dalam rumah tangga sering diartikan dengan keharmonisan rumah tangga. Untuk itu maka keluarga yang bahagia adalah keluarga yang memiliki tingkat keharmonisan yang tinggi. Keharmonisan keluarga tidak mungkin muncul secara sendirinya, pastilah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor pendukungnya adalah religiustitas. Menurut Hawari (1997) keharmonisan keluarga it u akan terwujud apabila masing-masing unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi dan berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama kita, maka interaksi sosial yang harmonis antar unsur dalam keluarga itu akan dapat diciptakan. Memperoleh keluarga yang harmonis bukanlah hal yang mudah, diperlukan serangkaian proses sampai menuju kesana. Sehingga dalam membuat keputusan untuk membina suatu rumah tangga bukan tanggung jawab yang ringan. Pendidikan agama dalam keluarga menempati posisi yang strategis di tengah-tengah kehidupan keluarga yang rindu sakinah, karena keluarga merupakan lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah bersatu. Ia pun merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat yang pada 1

2 gilirannya bisa mengubah bangsa besar di kemudian hari. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana supaya anak didik bisa mengembangkan potensi dirinya ke arah yang lebih baik. Untuk menuju ke arah tersebut, agama merupakan salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian. Agama perlu dikenalkan kepada seluruh angota keluarga, terutama kepada anak sejak masih dini bahkan ketika masih dalam kandungan. Pendidikan agama dalam keluarga dicontokan oleh Nabi Muhammad saw. Sebagai pendidik dan pembawa risalah, beliau mengajak dan mendidik keluarganya, maka muncul lah kaum muslimin yang pertama kali menerima pendidikan darinya, yaitu Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harits, Abu Bakar al-shiddik, dan lain-lain. Selanjutnya beliau mendidik kepada keluarga dekat dan anggota masyarakat lainnya yang diawali dengan firman Allah SWT. Di dalam keluarga bahagia, pendidikan dan pengamalan agama mutlak diperlukan karena dengan agama, pikiran menjadi tenang, hati merasa tentram, dan keluarga pun menjadi bahagia. Sebaliknya bila tidak disertai dengan agama, hidup terasa hampa dan gersang bagaikan hutan yang habis dilalap api. Allah swt. berfirman Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (Q.S; al-tahrim: 6). Memelihara keluarga berarti mendidik dan mengajar mereka untuk taat kepada Allah Swt. Ketaatan ini antara lain membaca al-qur an bersama, sekali-kali shalat berjama ah di rumah, makan bersama dengan do a sebelum dan sesudahnya, dan sebagainya. Akan terasa indah dan nikmat hidup bersama keluarga, bagaikan hidup di surga, bila dihiasi dengan ajaran agama. (Hawari, 1997) Dilihat dari angka perceraian tiap tahunnya, makin banyak pasangan yang menempuh perceraian sebagai akhir dari pernikahan Pada tahun 2009, berdasarkan data perceraian Departemen Agama, tercatat 250.000 lebih kasus perceraian telah diajukan pasangan suami istri ke Pengadilan Agama dan sebanyak 223.371 perkara telah diputuskan oleh Pengadilan Agama. Angka tersebut setara dengan hampir 10% jumlah pernikahan selama tahun 2009 yaitu sekitar 2,5 juta. Dari peningkatannya secara pertahun, angka perceraian ini mengalami kenaikan sekitar 20% dibandingkan pada tahun 2008 yang mencapai

3 200.000 kasus perceraian (Badan Peradilan Agama online, 2014). Perceraian yang terjadi tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi turunnya kepuasan pernikahan. Di Indonesia, pada tahun 2009 yang menjadi alasan utama mengapa pasangan suami istri mengakhiri ikatan pernikahan mereka adalah ketidakharmonisan rumah tangga, dengan jumlah kasus perceraian sebanyak 72.274 perkara. Kemudian alasan cerai karena kurang tanggung jawab sebanyak 61.128 perkara, masalah ekonomi sebanyak 43.309 perkara, gangguan pihak ketiga sebanyak 16.077 perkara, dan cemburu sebanyak 8.284 perkara (Badan Peradilan Agama online, 2014). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa keharmonisan rumah tangga sangat mempengaruhi kelangsungan pernikahan, terlihat dari tingginya angka perceraian yang disebabkan oleh ketidakharmonisan pasangan suami istri. Pasangan suami istri dapat menjaga keharmonisan pernikahan untuk meningkatkan kepuasan pernikahan mereka melalui berbagai macam cara, salah satunya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan atau religiusitas. Kegiatan yang berhubungan dengan religiusitas bisa dilakukan secara bersama-sama antara suami dan istri, misalnya dalam umat islam sianjurkan untuk sholat berjamaah, mendatangi pengajian bersama dan lain sebagainya. Diharapkan dengan melakukan kegiatan tersebut, keharmonisan dalam pernikahan akan meningkat. Sesuai dengan pernyataan Mahoney et.al (dalam Paloutzian & Park, 2005) bahwa individu yang lebih religius dinilai lebih berkomitmen terhadap pernikahannya daripada mereka yang kurang religius. Hal tersebut berarti, pasangan dengan religiusitas yang tinggi akan lebih mempertahankan kelangsungan pernikahannya dibanding pasangan yang kurang religius. Individu yang religius dinilai akan lebih bahagia daripada mereka yang tidak. Sesuai dengan pernyataan yang dikutip dari Selligman (dalam Williams et.al, 2006) yaitu Married people are happier than any other configuration of people. And religious people are usually happier than nonreligious people. Hal ini dikarenakan, dalam ajaran agama manusia diajarkan untuk selalu berusaha mensyukuri apa yang telah ditakdirkan oleh Tuhan, sehingga dapat

4 menghindarkan manusia dari konflik batiniah ( Zakiyah, 1996). Walau bagaimanapun pada hakikatnya agama adalah pedoman kehidupan manusia, sehingga individu yang memegang teguh agama sebagai pedoman kehidupan akan merasakan ketenangan lahir batin. Sesuai dengan pernyataan Walter Houston clark (dalam Spilka et.al 2003) yaitu Religion more than any other human function satisfies the need for meaning in life. Agama Islam adalah agama yang dipilih peneliti dalam mengukur tingkat religiusitas dikarenakan penelitian yang mengkaji tingkat religiusitas penganut agama islam khususnya yang dikaitkan dengan kepuasan pernikahan sulit ditemukan. Subjek yang dipilih adalah para pasangan suami istri, kemudian peneliti memberikan batasan terhadap usia lamanya pernikahan, yaitu minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun pernikahan, dikarenakan pasangan suami istri telah melalui proses penyesuaian dalam pernikahan setidaknya dalam kurun waktu lebih dari 2 tahun. Sesuai dengan grafik kepuasan pernikahan yang cenderung berbentuk huruf U, yaitu kepuasan berada pada level tinggi di awal 2 tahun pernikahan kemudian akan menurun. Bradbury et. a l ( d a l a m Pinsof & Lebow 2005) menyatakan bahwa seiringnya waktu berjalan, kepuasan pernikahan mengalami kenaikan kembali ketika melewati usia pernikahan 25 tahun. Dengan penetapan usia pernikahan lebih dari 5 tahun, diharapkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasangan yang telah mengalami masa-masa penyesuaian dalam pernikahannya. Diperoleh data observasi serta wawancara dari Kantor Urusan Agama Laweyan bahwa terdapat kenaikan tingkat perceraian tiap tahunya mulai tahun 2010 hingga 2015 dan penyebab tertinggi disebabkan oleh ketidakharmonisan keluarga yang kemudian diikuti dengan masalah ekonomi, tidak adanya tanggung jawab, dan adanya pihak ketiga. berdasarkan data yang diperoleh, peneliti memilih kelurahan bumi sebagai lokasi penelitian karena lokasi tersebut berada disekitar dua pondok yaitu Al-Muayad dan Takmirul Islam yang asumsinya religiusitas nya tergolong bagus atau tinggi.

5 Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan tingkat keharmonisan keluarga pada pasangan suami istri?. Mengacu pada rumusan masalah tersebut, peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang Hubungan Antara Religiusitas dengan Tingkat Keharmonisan Keluarga Pada Pasangan Suami Istri. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hubungan antara religiusitas dengan keharmonisan keluarga pada pasangan suami-istri 2. Mengetahui sumbangan religiusitas terhadap keharmonisan keluarga pada pasangan suami-istri C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat dirasakan dari segi teoritis maupun praktis yaitu : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama di bidang psikologi keluarga dan psikologi islam. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak yang terkait dan dapat menegaskan bahwa religiusitas pada individu mempunyai peran tersendiri dalam membangun keharmonisan dalam keluarga. a. Bagi subjek Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi serta acuan bagi pasangan suami istri untuk dapat membangun keluarga harmonis ataupun memperbaiki keluarga yang sedang kurang harmonis. b. Bagi pihak kelurahan, rt dan rw

6 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap pembuatan program maupun kegiatan-kegiatan yang berhubungan untuk meningkatkan keharmonisan keluarga, khususnya yang bernuansa religius. c. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara religiusitas dengan keharmonisan keluarga, dengan mempertimbangkan variabel maupun kancah yang berbeda.