BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tenaga mesin adalah pesawat udara. Pesawat udara saat ini. terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawab dalam arti accountability,responsibility,dan liability. 1 Demikian

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas yang tinggi sehingga mereka membutuhkan jasa transportasi yang cepat,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI PENUMPANG

I. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

METODE PENELITIAN. menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan Yuridis Normatif (library Research)

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan beragam kebutuhan yang diperlukan masyarakat sebagai konsumen.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dalam melakukan penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan penerbangan tumbuh dengan pesat banyak perusahaan atau maskapai

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan yang menggunakan konsepsi logistis positivis. Konsepsi ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A.! Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 73

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

I. METODE PENELITIAN. normatif empiris (applied normative law) adalah perilaku nyata (in action) setiap

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. ini guna menunjang transportasi yang dibutuhkan masyarakat Jakarta. Selain

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 2 Jadi

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan (ibid, 1998:7).

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. itu perkembangan mobilitas yang disebabkan oleh kepentingan maupun keperluan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan dua macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB III METODE PENELITIAN. hukum empiris. Penelitian hukum normatif akan mengkaji asas-asas, konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

PERLINDUNGAN KONSUMEN SEBAGAI PENGGUNA JASA PENERBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. fisik, tanah juga mempunyai nilai kerohanian. Sebagai titipan Tuhan, perolehan

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG PADA TRANSPORTASI UDARA NIAGA

III. METODE PENELITIAN. dalam mengolah dan menyimpulkan serta memecahkan suatu masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dan strategis dalam cakupan upaya pencapaian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia transportasi khususnya transportasi udara berkembang sangat pesat. Perkembangan dan pertumbuhan industri penerbangan tersebut tidak lepas dari peningkatan jumlah pengguna jasa transportasi udara yang juga mengalami perkembangan pesat. Salah satu transportasi udara dengan menggunakan tenaga mesin adalah pesawat udara. Pesawat udara saat ini merupakan salah satu alat pengangkutan modern yang menggunakan teknologi canggih. Secara yuridis, pesawat udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara. Transportasi udara dibandingkan dengan modal transportasi lainnya baik darat maupun air jelas jauh lebih rumit dikarenakan segala pertimbangan serta pelayanan terkait erat dengan keselamatan penerbangan harus benar-benar dipikirkan. Pemerintah sendiri cukup fokus terhadap masalah dunia penerbangan, terlebih jasa penerbangan komersial. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya sejumlah kebijakan pemerintah yang mengatur tentang keamanan dan keselamatan penerbangan salah satunya lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dengan jelas menyebutkan bahwa perjanjian pengangkutan udara adalah perjanjian antara pengangkut dan pihak penumpang dan/atau pengirim kargo untuk mengangkut 1

2 penumpang dan/atau kargo dengan pesawat udara, dengan imbalan bayaran atau dalam bentuk imbalan jasa lainnya. 1 Penumpang adalah seseorang yang melakukan perjalanan dengan pesawat udara yang dilengkapi dengan tiket atau dokumen sejenis untuk maksud tersebut. 2 Penumpang sekaligus sebagai konsumen jasa penerbangan mempunyai hak-hak yang dilindungi oleh UUP maupun dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Wilayah yang tersebar dalam bentuk pulau-pulau membuat rakyat harus mengandalkan sarana transportasi udara sebagai penghubung antar pulau. Perkembangan pesawat udara yang semakin pesat membuat persaingan antar maskapai penerbangan menjadi tinggi. Jalur-jalur baru dibuka, lalu lintas udara menjadi padat, sehingga harus diatur sedemikian rupa. Jika jadwal dan rute terbang dibiarkan bebas, tak terbayangkan akibatnya, dengan segudang regulasi penjadwalan pun, pelanggaran lalu lintas udara tetap terjadi. Secara teoritis hubungan hukum menghendaki adanya kesetaraan di antara para pihak, akan tetapi dalam praktiknya hubungan hukum tersebut sering berjalan tidak seimbang terutama dalam hubungan hukum antara penyedia jasa dan penyewa. Sehubungan dengan itu diperlukan suatu perlindungan hukum bagi pengguna jasa transportasi serta jenis-jenis angkutan lainnya adalah unsur keselamatan angkutan dan tanggung jawab pengangkut. 3 Apabila penumpang yang menggunakan jasa penerbangan berakibat terjadinya pelanggaran hak-hak 1 Pasal 1 Angka 29 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan 2 H.K. Martono, Kamus Hukum Dan Regulasi Penerbangan, Edisi Pertama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal.580 3 E. Suherman, Wilayah Udara Dan Wilayah Dirgantara, (Bandung: Alumni, 1984), hal.163

3 penumpang yang menimbulkan kerugian, maka pengangkut bertanggung jawab seperti yang diamanatkan oleh undang-undang. Tanggung jawab itu dimulai sebelum masa penerbangan (pre flight service), pada saat penerbangan (in flight service) dan setelah penerbangan (post flight service). 4 Terselenggaranya suatu pengangkutan udara dalam kegiatan penerbangan komersil tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya penumpang. Dalam industri penerbangan, penumpang merupakan salah satu aset penting yang patut diperhitungkan bagi maskapai penerbangan untuk mencapai keuntungan, oleh karena itu penumpang yang menggunakan jasa penerbangan perlu dilindungi hakhaknya terutama hak ganti rugi apabila penumpang maskapai yang bersangkutan mengalami kecelakaan penerbangan yang menyebabkan kematian, luka-luka atau cacat tetap, kerusakan atau kehilangan bagasi, dan keterlambatan jadwal penerbangan yang sudah dijadwalkan. 5 Hal yang paling terpenting dalam kegiatan penerbangan adalah faktor keselamatan yang merupakan syarat utama bagi dunia penerbangan, di samping faktor kecepatan dan kenyamanan, namun rupanya akhir-akhir ini faktor keselamatan ini kurang mendapat perhatian, baik dari sisi pemerintah, perusahaan penerbangan, maupun masyarakat pengguna jasa angkutan sendiri. Kurangnya pengawasan dan lemahnya dalam penegakkan hukum, menyebabkan banyak pesawat yang secara tekhnis tidak atau kurang baik terbang dapat memperoleh 4 Suhartato Abdul Majid, Eko Probo D. Warpani, Ground Handling Manajemen Pelayanan Darat Perusahaan Penerbangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 78 5 Annalisa Yahanan, Hak-Hak Penumpang Dan Tanggungjawab Pengangkut Udara Komersial Dalam Industri Penerbangan Di Indonesia : Analisis Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Inaugural International Workshop And Seminar On Siyar & Islamic States Practices In International Law, Oriental Crystal Hotel, (Malaysia: Kajang, 18-19 November 2009), hal. 1

4 izin untuk terbang. Selain itu juga penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana penerbangan kurang mendapat perhatian yang serius. Perkembangan jumlah perusahaan penerbangan satu sisi menguntungkan bagi para pengguna jasa transportasi udara karena akan banyak pilihan yang dapat diambil dalam menggunakan jasa transportasi udara ini. Namun di lain sisi banyak pengguna jasa transportasi udara memilih untuk menggunakan pesawat udara negara dalam memenuhi kebutuhan transportasinya. Penggunaan pesawat udara negara sebagai alat transportasi ini merupakan sebuah kegiatan angkutan udara bukan niaga yang hanya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga keagamaan, lembaga sosial, dan perkumpulan olahraga, orang perseorangan, dan/atau badan usaha lainnya. 6 Kegiatan angkutan udara bukan niaga berupa angkutan udara untuk kegiatan keudaraan (aerial work), misalnya kegiatan penyemprotan pertanian, pemadaman kebakaran, hujan buatan, pemotretan udara, survey dan pemetaan, pencarian dan pertolongan, kalibrasi, serta patrol angkutan udara untuk kegiatan pendidikan dan/atau pelatihan personel pesawat udara atau angkutan udara bukan niaga lainnya yang kegiatan pokoknya bukan usaha angkutan udara niaga. 7 Sebagai contoh kasus bahwa ada penggunaan pesawat udara militer olehpenduduk sipil dimana sebuah pesawat udara militer milik Tentara NasionalIndonesia Angkatan Udara (TNI-AU) yaitu pesawat HerculesA-1310 pada tahun2015. Pesawat Hercules ini memang terbang dengan jadwal yang rutin 6 H.K. Martono, Hukum Udara Nasional dan Internasional Publik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 240 7 Pasal 101 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

5 untukpengiriman logistik dari pemberangkatan awal Lanud Soewondo Medan menuju tujuan akhir yaitu Tanjung Pinang Riau, namun dalam perjalanannya, ternyata didalam pesawat tersebut juga mengangkut penumpang penduduk sipil. Pesawat bermesin empat ini baru beberapa saat lepas landas saat meminta izin kembali (return to base) sebelum jatuh. Baru 2 (dua) menit take off dari Lanud Soewondo, pesawat jatuh dengan posisi terbalik. Hingga akhirnya pesawatini jatuh di daerah permukiman membawa 113 orang, kesemuanya dinyatakan meninggal dunia. Status pesawat militer merupakan pesawat yang keseluruhan operasinyaadalah dilakukan oleh pihak militer. Status hukum internasionalmendefinisikan pesawat militer adalah military aircraft to include all aircraftoperated by commissioned units of the armed forces of a nation bearing themilitary marking of that nation, commanded by a member of armed forces, andmanned by a crew subject to regular armed force discipline. 8 Yang artinya bahwapesawat militer dan termasuk semua pesawat yang dioperasikan oleh unit yangbertugas dalam angkatan bersenjata nasional dan menpunyai tanda dari negara tersebut, dikomando oleh anggota dari angkatan bersenjata. Segala yang berkaitan dengan pesawat udara militer telahdikuasai dan dijalankan oleh angkatan bersenjata. Segala penggunaan darialutsista yang dimiliki oleh angkatan bersenjata haruslah mempunyai tolok ukuruntuk dapat digunakan. Dalam hal ini telah timbul isu hukum bahwa pesawatudara militer digunakan dalam hal untuk mendapatkan keuntungan danditumpangi oleh 8 Ridwan Khairandy, Tanggung Jawab Pengangkut Dan Asuransi Tanggung Jawab Sebagai Instrumen Perlindungan Konsumen Angkutan Udara, (Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis Volume 25, 2006), hal. 20

6 sejumlah warga sipil. Penggunaan pesawat militer yangditumpangi oleh warga sipil, pasti akan timbul bentuk pertanggung jawabanapabila terjadi kecelakaan yang menimpa angkutan udara tersebut. Setiap kecelakaan penerbangan udara selalu menimbulkan kerugian bagi penumpang baik moril maupun materill yang tentu saja melahirkan permasalahan hukum yang berkepanjangan, khususnya berkenaan dengan tanggung jawab hukum perusahaan penerbangan atau pengangkut (carrier) terhadap penumpang dan pemilik barang baik sebagai para pihak dalam perjanjian pengangkutan maupun sebagai konsumen dalam hal terjadi kecelakaan penerbangan, selain itu terdapat juga persoalan bagi konsumen atau pengguna jasa transportasi udara adalah dengan adanya keterlambatan pelaksanaan pengangkutan udara yang terkadang melebihi batas toleransi, sebab tidak adanya upaya hukum yang dapat di gunakan konsumen terhadap persoalan tersebut. 9 Melihat gambaran kasus di atas, sangat diperlukan tanggung jawab maskapai penerbangan dalam hal keselamatan dan keamanan penumpang, khususnya jika terjadi kecelakaan dalam penerbangan tanpa izin. Hak-hak penumpang harus tetap di jaga serta lindungi walaupun penerbangan yang dimaksud merupakan penerbangan militer. Berdasarkan hal tersebut maka penulisan skripsi ini diberi judul Aspek Hukum Perlindungan Keselamatan Penumpang Sipil Dalam Penerbangan Militer Ditinjau Menurut Peraturan Perundang-Undangan (Studi Kecelakaan Pesawat Hercules A-1310). 9 Ibid., hal. 21

7 I. Permasalahan Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini, yaitu: 1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam penerbangan sipil dan militer? 2. Bagaimana aspek keselamatan dalam penerbangan sipil dan militer? 3. Bagaimana pelaksanaan dan tanggung jawab penyedia jasa angkutan bagi warga sipil atas keselamatan dan keamanan penerbangan militer? J. Tujuan Penulisan Sesuai permasalahan yang diatas adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam penerbangan sipil dan militer. 2. Untuk mengetahui bagaimana aspek keselamatan dalam penerbangan sipil dan militer. 3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan tanggung jawab penyedia jasa angkutan khususnya bagi warga sipil atas keselamatan dan keamanan pada penerbangan militer. K. Manfaat Penulisan Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, adapun beberapa manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bersifat teoretis

8 Secara teoretis adalah diharapkan hasil penulisan skripsi ini dapat menyumbangkan pemikiran dibidang hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum, pengetahuan ilmu hukum pengangkutan udara, hukum penerbangan,hukum perlindungan konsumen. 2. Manfaat bersifat praktis Secara praktis adalah bahwa hasil penulisan skripsi ini nantinya diharapkan memberikan jalan keluar yang akurat terhadap permasalahan yang diteliti dan disamping itu penulisan ini dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan teori-teori yang sudah ada. 10 Penulisan diharapkan juga agar dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat, aparat penegak hukum dan para pihak yang berperan serta yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan perannya dalam memberikan keamanan dan keselamatan penerbangan bagi konsumen atau pengguna jasa transportasi udara. L. Metode Penelitian 1. Jenis Dan Sifat Penelitian Penelitian dalam pelaksanaannya diperlukan dan ditentukan alat-alatnya, jangka waktu, cara-cara yang dapat ditempuh apabila mendapat kesulitan dalam proses penelitian. Penelitian harus dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologis yang dimaksud berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan pada suatu sistem, dan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu. 11 10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 106 11 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 42

9 Metode penelitian yang digunakan dalam penulian skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dan empiris, namun penelitian ini lebih diarahkan kearah penelitian normatif, karena penulis sebelumnya sudah mencoba melakukan wawancara berkaitan dengan judul yang dipilih tetapi tidak mendapat jawaban yang memuaskan dan mendukung dari narasumber terkait materi penulisan skripsi ini. Penelitian hukum normatif yaitu metode atau cara meneliti bahan pustaka. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. 12 Dari sudut tujuannya, penelitian hukum kepustakaan memaparkan mengenai sejauh mana tanggung jawab pelaku usaha bergerak di bidang pengangkutan udara telah diakomodasi dalam undang-undang penerbangan dan bagaimana sistem tanggung jawab serta ganti rugi terhadap penumpang pesawat udara yang mengalami kerugian karena perbuatan atau tindakan pengangkut udara. Adapun sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggambarkan permasalahan secara sistematis dan kompeherensif. Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu. 13 2. Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang ditunjang dengan data sekunder dengan pendekatan perundang-undangan, pendekatan 12 Ibid., halaman. 12 13 Koentjorodiningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1997), hal. 42

10 analitis, dan pendekatan kasus. 14 Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi. 15 Pada dasarnya tugas analisis hukum adalah menganalisis pengertian hukum, asas hukum, kaedah hukum, sistem hukum, dan berbagai konsep yuridis. 16 Pendekatan kasus adalah (case approach) adalah mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum, terutama mengenai kasus-kasus yang telah diputus terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian. 17 3. Sumber Data Dalam penelitian hukum normatif data yang dipergunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) yang bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual, baik berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya. 18 Data sekunder yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari: a. Bahan hukum primer yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam penelitian ini diantaranya Undang- Undang Dasar 1945, Pancasila, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang- 14 Jhonny Ibrahim, Teori Dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Cetakan Pertama, (Malang: Bayu Media, 2005), hal. 248 15 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 93 16 Jhonny Ibrahim, Op. Cit., hal. 257 17 Ibid.,hal. 268 18 Ibid., hal. 192

11 Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan Dan Keselamatan Penerbangan, serta peraturan-peraturan lain yang mendukung penelitian ini. b. Bahan hukum sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan bacaan yang relevan seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan materi yang diteliti. c. Bahan hukum tersier yaitu semua dokumen yang berisi tentang konsepkonsep dan keterangan keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus berbagai bahasa, kamus-kamus hukum, ensklopedia dan sebagainya. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library reseacrh) dan juga dengan melakukan wawancara langsung sebagai data pendukung, dimana wawancara dilakukan dengan informan dan juga responden lain yang mendukung peneilitian ini, namun penelitian ini lebih diarahkan kearah penelitian studi kepustakaan, karena penulis sebelumnya sudah mencoba melakukan wawancara berkaitan dengan judul yang dipilih tetapi tidak mendapat jawaban yang memuaskan dan mendukung dari narasumber terkait materi penulisan skripsi ini. Studi kepustakaan (library reseacrh) adalah serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca, menelaah, mengklarifikasi,

12 mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian yang dibahas dalam skripsi. Wawancara dengan informan adalah suatu sarana atau alat pengumpulan data di dalam penelitian dengan menunjukkan adanya suatu hubungan diantara dua pihak yang mengandalkan diri pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bahan yang dikaji. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. 19 5. Analisis Data Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam kategorikategori atas dasar pengertian-pengertian dari sistem hukum tersebut. 20 Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan analisis data kualitatif, yaitu: a. Mengumpulkan bahan hukum, berupa inventarisasi peraturan perundangundangan yang terkait dengan keamanan dan keselamatan pengguna jasa transportasi udara. b. Memilah-milah bahan hukum yang sudah dikumpulkan dan selanjutnya melakukan sistematisasi bahan hukum sesuai dengan permasalahan yang dikaji di dalam penelitian. 19 Edy Ikhsan, Mahmul Siregar, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar, (Medan: Fakultas Hukum, 2009), hal. 24 20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 225

13 c. Menganalisis bahan hukum dengan membaca dan menafsirkannya untuk menemukan kaiedah, asas dan konsep yang terkandung di dalam bahan hukum tersebut. d. Menemukan hubungan konsep, asas dan kaidah tersebut dengan menggunakan teori sebagai pisau analisis. Penarikan kesimpulan untuk menjawab permasalahan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir deduktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan hubungan-hubungan konsep, asas dan kaidah yang terkait sehingga memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penulisan yang dirumuskan. 21 M. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi yang berjudul Aspek Hukum Perlindungan Keselamatan Penumpang Sipil Dalam Penerbangan Militer Ditinjau Menurut Peraturan Perundang-Undangan (Studi Kecelakaan Pesawat Hercules A-1310). Adalah hasil pemikiran sendiri. Penulisan skripsi ini menurut sepengetahuan, belum pernah ada yang membuat, kalaupun ada seperti beberapa judul penelitian yang diuraikan di bawah ini dapat diyakinkan bahwa substansi pembahasannya berbeda, dan oleh karena itu keaslian dari penulisan skripsi ini dapat di pertanggungjawabkan secara moral dan ilmiah. N. Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan menguraikan pembahasan masalah skripsi ini, maka penyusunannya dilakukan secara sistematis. Skripsi ini terbagi dalam lima bab, yang gambarannya sebagai berikut: 21 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rosda Karya, 2008), hal. 48

14 BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini yang akan dibahas mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, sistematika penulisan. BAB II : ATURAN HUKUM PENGANGKUTAN UDARA BAGI WARGA SIPIL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009TENTANG PENERBANGAN Dalam bab ini yang akan dibahas mengenai pengertian hukum pengangkutan udara, hak dan kewajiban penyedia jasa dalam melaksanakan kegiatan pengangkutan udara bagi warga sipil, serta aturan-aturan hukum pengangkutan udara bagi warga sipil dengan menggunakan penerbangan sipil. BAB III : ASPEK HUKUM KESELAMATAN PENUMPANG DALAM PENERBANGAN MILITER Dalam bab ini yang akan dibahas mengenai hak-hak penumpang atas keselamatan penerbangan militer ditinjau dari aturan hukum penerbangan Indonesia, syarat-syarat dan prosedural ketentuan dalam penerbangan militer, dan bentuk perlindungan hukum yang diberikan pemerintah bagi penumpang khususnya dalam penerbangan militer.

15 BAB IV : ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KESELAMATAN PENUMPANG SIPIL DALAM PENERBANGAN MILITER DITINJAU MENURUT MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (STUDI KECELAKAAN PESAWAT HERCULES A-1310) Dalam bab ini yang akan dibahas mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam penerbangan sipil dan militer, aspek keselamatan penerbangan sipil dan militer, pelaksanaan tanggung jawab penyedia jasa angkutan bagi warga sipil atas keselamatan dan keamanan penerbangan militer. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini adalah bab penutup, yang merupakan bab terakhir dimana akan diberikan kesimpulan dan saran mengenai permasalahan yang dibahas.