BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

A. PENDAHULUAN 2. Rumusan Masalah 1. Latar Belakang 3. Tujuan Penelitian B. TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR LAMPIRAN...

TUGAS AKHIR. Disusun Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Di Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Disusun Oleh: FAUZAN AZHIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

TUGAS AKHIR. ANALISIS PENILAIAN TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA BANJIR DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : DAS Gajah Wong)

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dibawah ini adalah peta prakiraan cuaca di Indonesia pada awal musim

TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA (Studi Kasus: DAS Code) Disusun Oleh: ANDHIKA PRAYUDHATAMA

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini

PEMBUATAN PETA INDEKS RESIKO BANJIR PADA KAWASAN DRAINASE KECAMATAN SUKAJADI KOTA PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

PENILAIAN TINGKAT BAHAYA, TINGKAT KERENTANAN DAN KRITERIA DESA TANGGUH BENCANA TERHADAP BANJIR LAHAR DINGIN

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 2. Lokasi Studi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB III METODE PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

BAB III METODE PENELITIAN. dalam pelaksanaan penelitian (Juliansyah Noor, 2011: 108). menggunakan metode penelitian sampling. Berdasarkan keterkaitan

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

KAJIAN PENGENDALIAN BANJIR DI KECAMATAN ILIR TIMUR I PALEMBANG. Zainuddin

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tingkat Bahaya Banjir Analisis tingkat bahaya banjir pada penelitian ini berpedoman pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana. Metode yang digunakan dalam peraturan tersebut adalah metode skoring. Dalam pedoman tersebut dipaparkan bahwa analisis tingkat bahaya banjir dapat diketahui tingkatannya melalui data tinggi genangan. Namun pada penelitian ini, parameter untuk menganalisis tingkat bahaya banjir tidak hanya mengacu pada parameter tinggi genangan saja tetapi juga mengacu pada variabel karakteristik banjir lokal yang terdiri dari tiga parameter yaitu tinggi genangan, lama genangan, dan frekuensi genangan. Data karkteristik banjir lokal ini diperoleh dari kuesioner para ahli dan wawancara kepada masyarakat setempat. Ketiga parameter tingkat bahaya banjir tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi sesuai pedoman. Data karakteristik banjir dianalisis skoring menggunakan Microsoft Excel 2010 dan menghasilkan tingkat bahaya banjir di setiap kelurahan di kota Yogyakarta. 1. Tinggi genangan Tinggi genangan diperoleh melalui data kejadian banjir di lokasi penelitian melalui kuesioner kepada masyarakat setempat dalam satuan sentimeter (cm) dan kemudian diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu kelas rendah (<76 cm), kelas sedang (76 150 cm), dan kelas tinggi (>150 cm) dengan skor masing-masing kelas yaitu 0,33; 0,67; dan 1 serta bobot 33,3%. Tabel 5.1 menjelaskan skoring tinggi genangan. 52

53 Tabel 5.1 Skoring Tinggi Genangan Kedalaman (cm) Kelas Skor Bobot Nilai <76 Rendah 1 0,41 76 150 Sedang 2 41% 0,82 >150 Tinggi 3 1,23 Sumber: Kuesioner Para Ahli Tabel 5.2 menjelaskan hasil analisis skoring tinggi genangan per kelurahan di kecamatan Umbulharjo dalam sentimeter (cm) berdasarkan data kejadian banjir dari hasil kuesioner para ahli dan wawancara ke masyarakat setempat pada lampiran 1. Tabel 5.2 Hasil Skoring Tinggi Genangan Tinggi Genangan Kelurahan Kedalaman (cm) Skor Nilai Kelas Semaki 9 1 0,41 Rendah Muja Muju 20 1 0,41 Rendah Tahunan 0 1 0,41 Rendah Warungboto 5 1 0,41 Rendah Pandeyan 3 1 0,41 Rendah Sorosutan 0 1 0,41 Rendah Giwangan 8 1 0,41 Rendah

Tinggi Genangan (cm) 54 25 20 15 10 5 0 Nama Kecamatan Gambar 5.1 Grafik Akumulasi Tinggi Genangan Tabel 5.2 dan Gambar 5.1 menunjukkan data tinggi genangan per kelurahan di kecamatan Umbulharjo, menjelaskan bahwa tinggi genangan yang paling tinggi terjadi di kelurahan Muja Muju dengan tinggi 20 cm, namun masih tergolong kelas rendah karena tinggi genangan yang terjadi >76 cm. Tinggi genangan yang terjadi di kecamatan Umbulharjo yang ditunjukkan termasuk ke dalam kelas rendah dengan skor 1. 2. Lama genangan Lama genangan diperoleh melalui hasil kuesioner para ahli dan wawancara kepada masyarakat setempat. Data lama genangan yang diperoleh dalam satuan jam dan kemudian diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu kelas rendah (<12 jam), kelas sedang (12 24 jam), dan kelas tinggi (>24 jam) dengan bobot 42%. Klasifikasi dan skoring untuk lama genangan dijelaskan dalam Tabel 5.3.

55 Tabel 5.3 Skoring Lama Genangan Lama (jam) Kelas Nilai Bobot (%) Skor <12 Rendah 1 0,42 12 24 Sedang 2 42% 0,84 >24 Tinggi 3 1,26 Sumber: Kuesioner Para Ahli Tabel 5.4 menjelaskan hasil skoring lama genangan yang terjadi di kecamatan Umbulharjo berdasarkan hasil kuesioner para ahli dan wawancara ke masyarakat setempat pada lampiran 1. Tabel 5.4 Hasil Skoring Lama Genangan Kelurahan Lama Genangan Lama (jam) Skor Nilai Kelas Semaki <12 1 0,42 Rendah Muja Muju <12 1 0,42 Rendah Tahunan 0 1 0,42 Rendah Warungboto <12 1 0,42 Rendah Pandeyan <12 1 0,42 Rendah Sorosutan 0 1 0,42 Rendah Giwangan <12 1 0,42 Rendah

Lama Genangan (jam) 56 14 12 10 8 6 4 2 0 Nama Kecamatan Gambar 5.2 Grafik Akumulasi Lama Genangan Tabel 5.4 dan Gambar 5.2 menunjukkan bahwa lama genangan yang terjadi di kecamatan Umbulharjo masuk ke dalam kelas rendah dengan rata-rata genangan yang terjadi <12 jam. Dari 7 kelurahan di kecamatan Umbulharjo terdapat 2 kelurahan yang sama sekali tidak mengalami genangan saat musim penghujan turun, kelurahan tersebut adalah kelurahan Sorosutan dan kelurahan Tahunan. 3. Frekuensi genangan Frekuensi genangan merupakan banyaknya kali kejadian banjir dalam satu tahun yang diperoleh melalui kuesioner para ahli dan wawancara ke masyarakat setempat. Data yang didapatkan kemudian diklasifikasikan ke dalam tiga kelas kejadian yaitu kelas rendah (0 2 kali), kelas sedang (3 5 kali), dan kelas tinggi (6 20 kali) dengan bobot 27%. Klasifikasi dan skoring untuk parameter frekuensi genangan dijelaskan pada Tabel 5.5.

57 Tabel 5.5 Skoring Frekuensi Genangan Frekuensi (kali) Nilai Bobot Skor Kelas 0 2 0,27 1 Rendah 3 5 0,54 27% 2 Sedang 6 20 0,81 3 Tinggi Sumber: Kuesioner Para Ahli Tabel 5.6 menjelaskan hasil analisis skoring frekuensi genangan yang terjadi di kecamatan Umbulharjo berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner para ahli dan wawancara masyarakat setempat pada lampiran 1. Tabel 5.6 Hasil Skoring Frekuensi Genangan Kelurahan Frekuensi Genangan dalam 1 Tahun Kejadian Skor Nilai Kelas Semaki 2 1 0,27 Rendah Muja Muju 5 2 0,54 Sedang Tahunan 0 1 0,27 Rendah Warungboto 1 1 0,27 Rendah Pandeyan 2 1 0,27 Rendah Sorosutan 0 1 0,27 Rendah Giwangan 3 2 0,54 Sedang

Frekuensi Genangan (kali) 58 6 5 4 3 2 1 0 Nama Kecamatan Gambar 5.3 Grafik Akumulasi Frekuensi Genangan Tabel 5.6 dan Gambar 5.3 menunjukkan bahwa frekuensi genangan dalam satu tahun yang paling tinggi di kecamatan Umbulharjo terletak di kelurahan Muja Muju yakni sebanyak lima kali. Adapun kelas frekuensi genangan di kecamatan Umbulharjo masuk ke dalam kelas sedang dan kelas rendah. Pada analisis frekuensi genangan di kecamatan Umbulharjo, yang termasuk ke dalam kelas sedang adalah kelurahan Muja Muju dan kelurahan Giwangan dengan kali kejadian 3 5 kali dalam satu tahun. Sedangkan untuk kelurahan lainnya masuk ke dalam kelas rendah dengan kali kejadian 0 2 kali dalam satu tahun. B. Analisis Tingkat Kerentanan Banjir Analisis tingkat kerentanan banjir dalam penelitian ini berpedoman pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana. Metode yang digunakan dalam peraturan tersebut adalah metode skoring dan metode overlay. Dalam pedoman tersebut dipaparkan bahwa analisis tingkat kerentanan banjir dapat diketahui tingkatannya melalui empat aspek utama yang meliputi aspek sosial, fisik, ekonomi, dan lingkungan. Data-data tersebut didapatkan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kota Yogyakarta, Badan

59 Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) DIY, kantor kecamatan Umbulharjo, Badan Pertanahan Nasional (BPN) kota Yogyakarta, dan Badan Pusat Statistika (BPS) DIY. Keempat aspek tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan skor dan kelas sesuai pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana menggunakan Microsoft Excel 2010. Hasil skoring angka keempat variabel tersebut akan menghasilkan tingkat kerentanan banjir di kecamatan Umbulharjo. 1. Aspek sosial Aspek sosial merupakan aspek yang penting untuk mengukur tingkat kerentanan suatu wilayah terhadap banjir karena menyangkut aspek kelangsungan dan keberlanjutan hidup penduduk di kecamatan Umbulharjo. Analisis tingkat kerentanan sosial dihitung menggunakan komponen indeks penduduk terpapar yang terdidri dari lima unit analisis yaitu kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, penduduk usia tua, penduduk usia balia, dan penduduk disabilitas. Pada dasarnya, BNPB (2012) membagi komponen menjadi dua parameter utama yaitu kepadatan penduduk dengan bobot 60% dan penduduk kelompok rentan dengan bobot 40%. Semakin tinggi kepadatan penduduk dan kelompok rentan maka semakin tinggi kerentanan sosial terhadap bencana banjir di kecamatan Umbulharjo. a. Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk diperoleh melalui hasil pembagian antara jumlah penduduk (jiwa) dengan luas wilayah (km 2 ) sehingga kepadatan penduduk memiliki satuan jiwa/km 2. Hasil skoring analisis kepadatan penduduk disajikan dalam Tabel 5.7, analisis skoring dilakukan tiap kelurahan.

Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) 60 Tabel 5.7 Hasil Skoring Kepadatan Penduduk Kepadatan Kecamatan penduduk Skor Nilai Kelas (jiwa/km 2 ) Semaki 7746,97 3 1,8 Tinggi Muja Muju 6904,58 3 1,8 Tinggi Tahunan 11583,33 3 1,8 Tinggi Warungboto 10867,47 3 1,8 Tinggi Pandeyan 8667,39 3 1,8 Tinggi Sorosutan 8835,12 3 1,8 Tinggi Giwangan 5830,16 3 1,8 Tinggi 14000.00 12000.00 10000.00 8000.00 6000.00 4000.00 2000.00 0.00 Nama Kecamatan Gambar 5.4 Grafik Akumulasi Data Kepadatan Penduduk Tabel 5.7 dan Gambar 5.4 menunjukkan data kepadatan penduduk di kecamatan Umbulharjo tahun 2015. Dari hasil analisis kepadatan penduduk masuk ke dalam kelas tinggi dengan skor 3. Rata-rata kepadatan penduduk di kecamatan Umbulharjo adalah 8633,57 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk paling tinggi berada di

61 kelurahan Tahunan sebesar 11583.33 jiwa/km 2, sedangkan kepadatan penduduk paling rendah berada di kelurahan Giwangan sebesar 5830.16 jiwa/km 2. b. Persentase penduduk kelompok rentan Persentase penduduk kelompok rentan di kecamatan Umbulharjo berdasarkan data monografi kecamatan Umbulharjo tahun 2015. Persentase penduduk kelompok rentan didapatkan dari hasil pembagian jumlah penduduk kelompok rentan dengan jumlah penduduk total dikalikan 100%. Hasil skoring analisis banjir di kecamatan Umbulharjo disajikan dalam Tabel 5.8. Tabel 5.8 Hasil Skoring Persentase Penduduk Kelompok Rentan Kelurahan Persentase Penduduk Rentan (%) Skor Nilai Kelas Semaki 65,15 3 1,2 Tinggi Muja Muju 63,25 3 1,2 Tinggi Tahunan 63,98 3 1,2 Tinggi Warungboto 65,57 3 1,2 Tinggi Pandeyan 63,25 3 1,2 Tinggi Sorosutan 64,25 3 1,2 Tinggi Giwangan 63,05 3 1,2 Tinggi

Kelompok Rentan (%) 62 66.00 65.50 65.00 64.50 64.00 63.50 63.00 62.50 62.00 61.50 Nama Kelurahan Gambar 5.5 Grafik Akumulasi Data Persentase Kelompok Rentan Tabel 5.8 dan Gambar 5.5 menunjukkan data akumulasi persentase penduduk kelompok rentan di kecamatan Umbulharjo. Dari hasil analisis menunjukkan persentase kelompok rentan masuk ke dalam kelas tinggi dengan skor 3. Persentase kelompok rentan paling tinggi terdapat di kelurahan Warungboto dengan persentase sebesar 65,57%, sedangkan persentase paling rendah terdapat di kelurahan Giwangan yaitu sebesar 63,05%. Dari hasil analisis skoring kerentanan sosial di kecamatan Umbulharjo didapatkan skor dari kerentanan sosial sebagai berikut: Kerentanan sosial= (0,6 х skor kepadatan penduduk) + (0,4 х skor kelompok rentan) Kerentanan sosial= (0,6 х 21) + (0,4 х 21) = 21

63 2. Aspek ekonomi Aspek ekonomi merupakan aspek yang berhubungan dengan status ekonomi penduduk. Semakin rendah pendapatan ekonomi individu atau keluarga maka semakin rentan terhadap bencana, dan semakin besar pendapatan maka akan mengurangi kerentanan terhadap bencana. Terdapat dua parameter pada aspek ekonomi yaitu penduduk miskin dan pekerja di sektor rentan (petani). Berikut ini adalah analisis skoring kerentanan dari aspek ekonomi di kecamatan Umbulharjo. a. Penduduk miskin Persentase penduduk miskin diperoleh dari pembagian jumlah penduduk miskin per kelurahan dengan jumlah penduduk total kelurahan dikalikan 100%. Hasil analisis skoring persentase penduduk miskin disajikan dalam Tabel 5.12. Tabel 5.9 Hasil Skoring Persentase Penduduk Miskin Persentase Kelurahan Penduduk Skor Nilai Kelas Miskin (%) Semaki 19,93 1 0,6 Rendah Muja Muju 8,96 1 0,6 Rendah Tahunan 10,30 1 0,6 Rendah Warungboto 6,24 1 0,6 Rendah Pandeyan 6,50 1 0,6 Rendah Sorosutan 7,27 1 0,6 Rendah Giwangan 18,04 1 0,6 Rendah

Penduduk Miskin (%) 64 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Nama Kecamatan Gambar 5.6 Grafik Akumulasi Data Persentase Penduduk Miskin Tabel 5.9 dan Grafik 5.6 menunjukkan data hasil skoring persentase penduduk miskin di kecamatan Umbulharjo. Berdasarkan Perka BNPB 2012, hasil analisis skoring persentase penduduk miskin di kecamatan Umbulharjo termasuk dalam kelas rendah dengan persentase <20% dan skor sebesar 1. Analisis skoring yang dilakukan menunjukkan hasil yang diperoleh lebih bervariasi. Persentase ratarata yang diperoleh sebesar 11,03% dengan persentase tertinggi terdapat di kelurahan Semaki sebesar 19,93% dan persentase terendah terdapat di kelurahan Warungboto sebesar 6,24%. b. Pekerja di sektor rentan Pekerja di sektor rentan diperoleh dari pembagian jumlah pekerja sektor rentan dengan jumlah penduduk total dikali 100%. Yang termasuk pekerja sektor di kecaman Umbularjo adalah pedagang, petani, pertukangan, pemulung, dan jasa. Tabel 5.13 menjelaskan hasil skoring persentase pekerja sektor rentan di kecamatan Umbulharjo.

Pekerja Sektor Rentan (%) 65 Tabel 5.10 Hasil Skoring Persentase Pekerja Sektor Rentan Persentase Kelurahan Pekerja Sektor Skor Nilai Kelas Rentan (%) Semaki 2,13 1 0,4 Rendah Muja Muju 12,07 1 0,4 Rendah Tahunan 15,47 1 0,4 Rendah Warungboto 2,26 1 0,4 Rendah Pandeyan 16,90 1 0,4 Rendah Sorosutan 17,11 1 0,4 Rendah Giwangan 15,61 1 0,4 Rendah 0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 Nama Kecamatan Gambar 5.7 Grafik Akumulasi Persentase Pekerja Sektor Rentan Tabel 5.10 dan Grafik 5.7 menunjukkan persentase pekerja sektor rentan di kecamatan Umbulharjo. Hasil analisis menjelaskan semua kelurahan termasuk ke dalam kelas rendah dengan persentase <20% dan skor 1. Persentase tertinggi terdapat di kelurahan Sorosutan

66 sebesar 17,11%, sedangkan persentase terendah terdapat di kelurahan Semaki sebesar 2,13%. Dari hasil analisis skoring pada aspek ekonomi, diperoleh nilai kerentanan aspek ekonomi di kecamatan Umbulharjo adalah sebagai berikut: Kerentanan ekonomi= (0,6 х skor kemiskinan penduduk) + (0,4 х skor pekerja sektor rentan) = (0,6 х 7) + (0,4 х 7) = 4,2 + 2,8 = 7 3. Aspek fisik Aspek fisik menggambarkan suatu kondisi fisik yang rawan terhadap bencana. Dalam penelitian ini parameter yang digunakan adalah kepadatan bangunan dan persentase kerusakan jalan. Semakin tinggi kepadatan bangunan dan persentase kerusakan jalan maka semakin rentan wilayah tersebut terhadap bencana. Berikut ini merupakan analisis skoring kerentanan aspek fisik. a. Kepadatan bangunan Kepadatan bangunan diperoleh dari pembagian jumlah unit bangunan dengan luas lahan dalam satuan hektar. Hasil analisis skoring untuk kepadatan bangunan dijelaskandalam Tabel 5.11. Tabel 5.11 Hasil Skoring Kepadatan Bangunan Kepadatan Kelurahan Bangunan Skor Nilai Kelas (unit/ha) Semaki 25,12 1 1,2 Sedang Muja Muju 21,92 1 1,2 Sedang Tahunan 37,69 2 1,8 Tinggi

Kepadatan Bangunan (unit/ha) 67 Warungboto 34,83 2 1,8 Tinggi Pandeyan 28,43 1 1,2 Sedang Sorosutan 28,75 1 1,2 Sedang Giwangan 18,57 1 1,2 Sedang 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Nama Kecamatan Gambar 5.8 Grafik Akumulasi Kepadatan Bangunan Dari tabel 5.11 dan Gambar 5.8 menunjukkan hasil analisis kepadatan bangunan di kecamatan Umbulharjo. Dari hasil analisis menjelaskan rata-rata kepadatan bangunan di kecamatan Umbulharjo termasuk dalam kelas sedang, namun terdapat dua kelurahan yang memiliki nilai kepadatan bangunan kelas tinggi yaitu kelurahan Tahunan dan Warungboto. Dari hasil analisis diperoleh nilai kepadatan bangunan tertinggi terdapat pada kelurahan Tahunan yaitu 37,69 unit/ha dengan skor 3 dan termasuk kelas tinggi. Sedangkan kepadatan bangunan terendah terdapat pada kelurahan Giwangan yaitu 18,57 unit/ha dengan skor 2 dan termasuk dalam kelas sedang. Gambar 5.9 menunjukkan kepadatan bangunan di Kecamatan Tahunan.

68 Gambar 5.9 Kepadatan Bangunan Di Kelurahan Tahunan sumber: Google Earth 2015

Kerusakan Jalan (%) 69 b. Persentase kerusakan jaringan jalan Persentase kerusakan jaringan jalan diperoleh dari pengamatan secara visual ke lapangan. Tabel 5.12 menjelaskan hasil skoring persentase kerusakan jaringan jalan di kecamatan Umbulharjo. Tabel 5.12 Hasil Skoring Persentase Kerusakan Jaringan Jalan Persentase Kelurahan Kerusakan Skor Nilai Kelas Jaringan Jalan (%) Semaki 5% 1 0,4 Rendah Muja Muju 20% 2 0,8 Sedang Tahunan 5% 1 0,4 Rendah Warungboto 10% 1 0,4 Rendah Pandeyan 5% 1 0,4 Rendah Sorosutan 5% 1 0,4 Rendah Giwangan 10% 1 0,4 Rendah 25 20 15 10 5 0 Nama Kecamatan Gambar 5.10 Grafik Akumulasi Persentase Kerusakan Jaringan Jalan

70 Dari tabel 5.12 dan Gambar 5.10 diketahui hasil analisis persentase kerusakan jaringan jalan di keamatan Umbulharjo, dimana data yang dianalisis merupakan data survei lapangan dengan pengamatan langsung oleh penulis. Dari hasil analisis diketahui persentase kerusakan jaringan jalan tertinggi terdapat di kelurahan Muja Muju dengan persentase sebesar 20% dan skor 2 termasuk ke dalam kelas sedang. Sedangkan persentase kerusakan jaringan jalan terendah terdapat pada empat kelurahan yaitu Semaki, Tahunan, Pandeyan, dan Sorosutan dengan persentase kerusakan sebesar 5% dengan skor 1 dan termasuk ke dalam kelas rendah. Dari hasil analisis diperoleh nilai kerentanan fisik terhadap bencana banjir di kecamatan Umbulharjo adalah sebagai berikut: Kerentanan Fisik= (0,6 х skor kepadatan bangunan) + (0,4 х skor kerusakan jaringan jalan) = (0,6 х 16) + (0,4 х 8) = 9,6 + 3,2 = 12,8 4. Aspek lingkungan Aspek lingkungan merupakan aspek yang juga penting untuk mengukur tingkat kerentanan wilayah terhadap banjir karena menyangkut tentang kondisi lingkungan dalam menghadapi bencana. Parameter yang digunakan dalam aspek lingkungan adalah intensitas curah hujan, penggunaan lahan, ketinggian tofografi, dan jarak dari sungai. a. Intensitas curah hujan Data curah hujan yang diperoleh merupakan data hujan bulanan kabupaten Bantul dalam satuan mm. Dipakai data curah hujan kabupaten Bantul karena tidak didapatnya data curah hujan kota

71 Yogyakarta tahun 2015. Berikut adalah Tabel 5.13 yang menjelaskan analisis skoring curah hujan bulanan. Tabel 5.13 Data Curah Hujan Kabupaten Bantul Bulan Curah hujan (mm) Januari 457 Februari 181 Maret 498 April 527 Mei 61 Juni 0 Juli 0 Agustus 0 September 0 Oktober 0 November 117 Desember 320 Total 2161 Sumber: Balai PSDA dan Modifikasi Penulis Dari tabel 5.13 dapat diketahui curah hujan total adalah sebesar 2161 mm. Sesuai dengan klasifikasi aspek lingkungan, intensitas curah hujan termasuk ke dalam kelas sedang dengan kelas indeks 2000-2500 mm dan skor sebesar 2. b. Penggunaan lahan Wilayah penelitian masuk ke dalam administrasi kota Yogyakarta dengan jenis penggunaan lahan yang lebih beragam. Berikut adalah Tabel 5.14 mnejelaskan penggunaan lahan di kecamatan Umbulharjo berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional Kota Yogyakarta tahun 2015.

72 Jenis Tabel 5.14 Hasil Skoring Penggunaan Lahan Penggunaan Lahan (ha) Persentase (%) Skor Nilai Kelas Perumahan 516.9199 63.66 3 0,9 Tinggi Jasa 56.467 6.95 1 0,3 Rendah Perusahaan 42.82 5.27 1 0,3 Rendah Industri 17.88 2.20 1 0,3 Rendah Pertanian 58.1845 7.17 1 0,3 Rendah Kosong, DPK 14.6927 1.81 1 0,3 Rendah Lain-Lain 105.0408 12.94 1 0,3 Rendah Sumber: BPS dan Analisis Penulis Penggunaan Lahan (ha) 2% 13% 7% 2% 5% 7% 64% Perumahan Jasa Perusahaan Industri Pertanian Kosong, DPK Lain-Lain Gambar 5.11 Grafik Akumulasi Persentase Penggunaan Lahan Tabel 5.14 dan Gambar 5.11 menunjukkan hasil analisis didapatkan persentase penggunaan lahan tertinggi adalah untuk perumahan sebesar 64% dengan skor 3 dan termasuk ke dalam kelas tinggi. Sedangkan untuk persentase terendah terdapat pada penggunaan untuk industri dan lahan kosong sebesar 2% termasuk dalam kelas rendah dengan skor 1. Gambar 5.12 menunjukkan penggunaan lahan di kelurahan Semaki.

73 Gambar 5.12 Penggunaan Lahan Di Kelurahan Semaki Sumber: Google Earth

Ketinggian Topografi (m) 74 c. Ketinggian tofografi Kecamatan Umbulharjo merupaakan dataran rendah dengan ketinggian tanah 114 m dari permukaan laut. Berikut ini adalah data ketinggian topografi kecamatan Umbulharjo yang diperoleh dari analisis menggunakan Google Earth yang disajikan pada Tabel 5.15. Tabel 5.15 Hasil Skoring Ketinggian Topografi Kelurahan Ketinggian Topografi (m) Skor Nilai Kelas Semaki 110 2 0,4 Sedang Muja Muju 109 2 0,4 Sedang Tahunan 102 2 0,4 Sedang Warungboto 101 2 0,4 Sedang Pandeyan 95 2 0,4 Sedang Sorosutan 89 2 0,4 Sedang Giwangan 84 2 0,4 Sedang 120 100 80 60 40 20 0 Nama Kecamatan Gambar 5.13 Grafik Akumulasi Ketinggian Topografi Dari tabel 5.15 dan Gambar 5.13 menunjukkan data ketinggian topografi kecamatan Umbulharjo. Dari hasil analisis diperoleh nilai ketinggian topografi yang tidak terlalu jauh perbedaannya. Diketahui

75 rata-rata ketinggian topografi di kecamatan Umbulharjo mendekati angka 100 m dengan ketinggian topografi terendah terdapat di kecamatan Giwangan dengan tinggi 84 m dan ketingian topografi tertinggi terdapat di kecamatan Semaki dengan tinggi 110 m. ketingian topografi di kecamatan Umbulharjo masuk kedalam kelas sedang dengan skor 2, sesuai dengan parameter aspek lingkungan yang digunakan. d. Jarak dari sungai Kecamatan Umbulharjo dilalui oleh 3 sungai yaitu sungai Gajah Wong, Sungai Manungal, dan sungai Code. Berikut adalah jarak terdekat kelurahan-kelurahan Umbulharjo dengan sungai yang ditunjukkan dalam Tabel 5.16 Tabel 5.16 Hasil Skoring Jarak dari Sungai Kelurahan Jarak dari Sungai (m) Skor Nilai Kelas Semaki 277,84 3 0,6 Tinggi Muja Muju 668,74 2 0,4 Sedang Tahunan 53,08 2 0,4 Tinggi Warungboto 635,59 2 0,4 Sedang Pandeyan 549,84 2 0,4 Sedang Sorosutan 703,51 2 0,4 Sedang Giwangan 573,81 2 0,4 Sedang

Jarak Sungai (m) 76 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Nama Kecamatan Gambar 5.14 Grafik Akumulasi Jarak dari Sungai Dari tabel 5.16 dan Gambar 5.14 menunjukkan hasil skoring jarak terdekat daerah penelitian dari sungai. Dari hasil skoring diperoleh nilai dengan kelas tinggi terdapat didua kelurahan yaitu kelurahan Semaki dengan jarak 277,84 m dan Tahunan dengan jarak 53,08 m. sedangkan untuk kelurahan lainnya masuk ke dalam kelas sedang dengan jarak yang bervariasi antara 500 1000 m. Gambar 5.15 menunjukkan jarak Kelurahan Semaki dari Sungai Manunggal. Berikut adalah hasil total aspek lingkungan: Kerentanan lingkungan= (0,3 х skor intensitas curah hujan) + (0,3 х skor penggunaan lahan) + (0,2 х skor ketinggian topografi) + (0,2 х skor jarak dari sungai) = (0,3 х 2) + (0,3 х 9) + (0,2 х 14) + (0,2 х 16) = 0,6 + 2,7 + 2,8 + 3,2 = 9,3

77 Gambar 5.15 Jarak Kelurahan Semaki Dari Sungai Manunggal Sumber: Google Earth

78 C. Akumulasi Skoring Tingkat Bahaya dan Kerentanan Banjir a. Tingkat bahaya banjir Dalam penelitian ini analisis tingkat bahaya banjir menggunakan variabel karakteristik banjir lokal yang terdiri dari tiga parameter yaitu tinggi genangan (cm), lama genangan (jam), dan frekuensi genangan dalam satu tahun (kali kejadian). Hasil analisis dari ketiga parameter tersebut dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu kelas rendah, kelas sedang, dan kelas tinggi. Pembagian kelas tersebut mengacu pada Peraturan Kepala BNPB No.2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana. Pedoman skoring disajikan dalam Tabel 5.17, dan hasil analisis skoring disajikan dalam Tabel 5.18. Tabel 5.17 Skoring Tingkat Bahaya Banjir Kelas Tingkat Bahaya Banjir Skor Kelas rendah <2 Kelas sedang 2 4 Kelas tinggi >4 Sumber: Sholahuddin (2010) Tabel 5.18 Hasil Analisis Tingkat Bahaya Banjir Kelurahan TG LG FG Total Kelas Semaki 0,41 0,42 0,27 1,1 Rendah Muja Muju 0,41 0,42 0,54 1,37 Rendah Tahunan 0,41 0,42 0,27 1,1 Rendah Warungboto 0,41 0,42 0,27 1,1 Rendah Pandeyan 0,41 0,42 0,27 1,1 Rendah Sorosutan 0,41 0,42 0,27 1,1 Rendah Giwangan 0,41 0,42 0,54 1,37 Rendah

79 Berdasarkan Tabel 5.18 tingkat bahaya banjir di kecamatan Umbulharjo masuk ke dalam kelas rendah dengan skor total ><2 untuk semua kelurahan di kecamatan Umbulharjo. b. Tingkat kerentanan banjir Analisis tingkat kerentanan banjir dalam penelitian ini menggunakan empat parameter kerentanan yaitu aspek sosial, aspek ekonomi, aspek fisik, dan aspek lingkungan. Hasil analisis parameter tersebut kemudian dibagi ke dalam tiga kelas kerentanan yaitu kurang rentan, rentan, dan sangat rentan. Tabel 5.19 menjelaskan skoring tingkat kerentanan banjir dan Tabel 5.20 menjelaskan hasil analisis skoring tingkat kerentanan banjir. Tabel 5.19 Skoring Tingkat Kerentanan Banjir Kelas Kerentanan Banjir Skor Kurang rentan <10 Rentan 10 15 Sangat rentan >15 Sumber: Sholahuddin (2010) Tabel 5.20 Hasil Analisis Skoring Tingkat Kerentanan Bajir Parameter Skor Kelas Aspek sosial 21 Sangat rentan Aspek ekonomi 7 Kurang rentan Aspek fisik 12,8 Rentan Aspek lingkungan 9,3 Kurang rentan Kerentanan total= (0,4 х skor kerentanan sosial) + (0,25 х skor kerentanan ekonomi) + (0,25 х skor kerentanan fisik) + (0,1 х skor kerentanan lingkungan) = (0,4 х 21) + (0,25 х 7) + (0,25 х 12,8) + (0,1 х 9,3)

80 = 8,4 + 1,75 + 3,2 + 0,93 = 14,28 Dari hasil analisis tingkat kerentanan banjir menjelaskan bahwa tingkat kerentanan banjir di kecamatan Umbulharjo termasuk ke dalam kelas rentan dengan skor kerentanan total 14,28.