KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH Oleh: Wangi Niko Yuandika Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Abstrak Di negara berkembang seperti di Indonesia kasus gangguan jiwa semakin meningkat. Akan tetapi pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai berbagai macam diagnosis gangguan jiwa, ditambah dengan adanya stigma masyarakat membuat masyarakat menghindari berobat ke poliklinik jiwa. Tulisan ini akan membahas karakteristik pasien berupa jenis kunjungan, jenis kelamin, usia, dan variasi diagnosis kunjungan pasien di poliklinik jiwa. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang berasal dari register pasien di Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah periode Januari 2013 sampai Mei 2013. Hasil yang didapat sebanyak 1289 pasien berobat ke Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah dimana 65 persen (838 jiwa) merupakan pasien lama. Didapatkan sebanyak 56.6 persen (729 jiwa) merupakan pasien pria. Kelompok usia 19-60 tahun merupakan kelompok usia terbanyak yaitu mencapai 81.1 persen (1045 jiwa). Berdasarkan diagnosis Skizofrenia mencapai urutan teratas yaitu mencapai 28.8 persen. Namun 98.1 persen kasus skizofrenia yang didapatkan merupakan pasien lama. Sedangkan urutan kedua ditempati oleh pasien dengan depresi sebanyak 7.1 persen. Kata Kunci: Karakteristik gangguan jiwa, diagnosis gangguan jiwa, gangguan jiwa, poliklinik jiwa, stigma gangguan jiwa. Abstract In the developing country like Indonesia, the number of mental disorder keep increasing. However, the lack of public knowledge about the various kinds of mental disorder diagnosis, coupled with the social stigma makes people avoid seeing a mental clinic. This paper will discuss the characteristics of the patient such as the type of visit, sex, age, and variation in the diagnosis of patients whom visit the mental clinic. The data is collected from the patient s registers at Sanglah Central Public Hospital s Mental Clinic in the period time of January 2013 to May 2013. The results are as many as 1289 patients went to the Sanglah s Mental Clinic, where 65 percent (838 patients) are old visit patient. Gained as much as 56.6 percent (729 patients) are male. Patients which are included in the 19-60 years old age group are the largest, reaching up to 81.1 percent (1045 patients). Based on the diagnosis, schizophrenia reached the top, reaching up to 28.8 percent. However, 98.1 percent of schizophrenia cases were old cases. While the second place is occupied by patients with depression as much as 7.1 percent. Keywords: Characteristics of mental disorder, diagnosis of mental disorder, mental disorder, mental clinic, mental disorder stigma. 1
Pendahuluan World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat sebagai kondisi dimana seorang pribadi utuh secara fisik, mental, dan sosial. Ketiga hal ini saling berhubungan, dan tidak dapat dipisahkan. Namun seperti yang diketahui kesehatan fisik cenderung menjadi prioritas utama dalam pelayanan kesehatan. Padahal kesehatan mental yang erat kaitannya dengan kesehatan sosial juga tidak kalah penting. 1 Kemajuan jaman, dan teknologi membawa manusia ke dalam suatu kehidupan sosial yang penuh dengan tuntutan, dan kompetisi. Hal ini menyebabkan manusia semakin mementingkan diri sendiri, sehingga tingkat kriminalitas, seperti pemerkosaan, pembunuhan, pencurian, dan aborsi meningkat. Belum lagi ditambah isu- isu sosial lainnya seperti perceraian, agama, suku, ras, kasta, dan sebagainya yang membuat kehidupan semakin berat untuk dijalani. Faktorfaktor inilah yang pada akhirnya menyebabkan makin banyaknya masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa sendiri merupakan kondisi dimana terganggunya pikiran, perasaan, mood, dan kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Gangguan ini dapat berupa gangguan cemas, depresi, panik, obsessive-compulsive, skizofren, dan masih banyak lagi. 2 Di negara berkembang seperti di Indonesia kasus gangguan jiwa juga semakin meningkat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) kementerian kesehatan pada tahun 2007 menunjukkan, penderita gangguan jiwa berat di Indonesia mencapai 0.46 persen atau sekitar 1 juta orang. Prevalensi tertinggi terdapat di DKI Jakarta (2.03 persen), Aceh (1.9 persen), dan Sumatra Barat (1.6 persen). Selain itu diketahui bahwa 11.6 persen penduduk Indonesia usia diatas 15 tahun mengalami masalah gangguan jiwa. 3 Angka tersebut diatas masih bisa lebih tinggi lagi dikarenakan tidak semua orang yang mengalami gangguan jiwa mencari pertolongan medis. Bahkan banyak masyarakat tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa (ringan). Padahal sekalipun gangguan jiwa ringan, hal ini tidak boleh dibiarkan karena biasanya 2
gangguan jiwa berat berasal dari gangguan jiwa ringan yang terus menerus dan berulang. Anggapan tentang orang gangguan jiwa di Indonesia sangat kuat sehingga dengan adanya stigma ini orang yang mengalami gangguan jiwa seakan dikucilkan. Hal inilah yang membuat masyarakat enggan untuk memeriksakan dirinya ke poli jiwa yang ada di rumah sakit rumah sakit. Ditambah lagi kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ruang lingkup pelayanan kesehatan jiwa membuat masyarakat semakin skeptis dan berpikir bahwa pelayanan kesehatan ini hanya diperuntukkan bagi orang gila. 4 Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik pasien gangguan jiwa berupa jenis kunjungan, jenis kelamin, usia, dan variasi diagnosis kunjungan pasien di poliklinik jiwa. Bahan dan Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan memanfaatkan data sekunder dari register pasien di Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah periode Januari 2013 sampai Mei 2013. Data sekunder yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk narasi dan tabel sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil Berdasarakan register pasien yang didapat, diperoleh 1289 data pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Gambaran Karakteristik Karakteristik pasien berdasarkan jenis kunjungan didapatkan sebanyak 65 persen (838 jiwa) merupakan pasien lama, dan 35 persennya (451 jiwa) merupakan pasien baru. Dari total 1289 jiwa data yang didapat, ditemukan bahwa jumlah pasien sebanyak 196 jiwa pada bulan Januari yang terdiri dari 162 pasien lama dan 34 jiwa pasien baru. Pada bulan Februari sebanyak 195 jiwa pasien yang terdiri dari 148 pasien lama dan 47 jiwa pasien baru. Dua ratus enam puluh satu jiwa pasien didapatkan pada bulan Maret dengan proporsi 151 jiwa pasien lama dan 110 jiwa pasien baru. Pada bulan April didapatkan 404 jiwa dengan pasien lama sebanyak 185 jiwa dan 219 pasien baru. Sedangkan 233 jiwa sisanya didapatkan pada bulan Mei dengan 192 jiwa pasien lama dan 41 jiwa pasien baru. (Tabel 1) 3
Sedangkan karakteristik pasien berdasarkan usia, dan jenis kelamin didapatkan 56.6 persen (729 jiwa) merupakan pasien pria, dan 44.4 persen (560 jiwa) merupakan pasien wanita. Untuk karakteristik pasien berdasarkan usia, dibagi ke dalam kelompok usia 1-12 tahun, 13-18 tahun, 19-60 tahun, dan kelompok usia diatas 60 tahun. Pasien dengan kelompok usia 1-12 tahun didapatkan sebanyak 92 jiwa (7.1 persen) dengan prorporsi pria sebanyak 67 jiwa dan wanita sebanyak 25 jiwa. Untuk kelompok usia 13-18 tahun didapatkan sebanyak 91 jiwa (7.06 persen) dengan pria sebanyak 39 jiwa, dan wanita 52 jiwa. Kelompok usia 19-60 tahun merupakan kelompok usia dengan pasien terbanyak yaitu mencapai 1045 jiwa (81.1 persen) dengan pria sebanyak 591 jiwa dan wanita 454 jiwa. Sedangkan kelompok usia diatas 60 tahun didapatkan pasien sebanyak 61 jiwa (4.7 persen) dengan pria 32 jiwa dan wanita 29 jiwa. (Tabel 2) Karakteristik pasien berdasarkan diagnosis terbagi menjadi skizofrenia, psikotik, skizoafektif, depresi, cemas depresi, cemas menyeluruh, gangguan mental organik, retardasi mental, gangguan mental dan emosi, autisme, substance abuse, sehat jiwa, dan lainlain. Didapatkan sebanyak 371 jiwa (28.8 persen) pasien skizofrenia, 48 jiwa (3.7 persen) pasien psikotik, 24 jiwa (1.9 persen) pasien skizoafektif, 91 jiwa (7.1 persen) pasien depresi, 54 jiwa (4.2 persen) pasien cemas depresi, 56 jiwa (4.3 persen) pasien cemas menyeluruh, 65 jiwa (5.05 persen) pasien dengan gangguan mental organik, 21 jiwa (1.6 persen) pasien retardasi mental, 37 jiwa (2.9 persen) pasien gangguan mental dan emosi, 40 jiwa (3.1 persen) pasien autisme, 10 jiwa (0.8 persen) pasien substance abuse, 101 pasien (7.8 persen) kasus lainnya dan 371 jiwa (28.8 persen) pasien sehat jiwa. (Tabel 3) 4
Diskusi Diperoleh total 1289 data dari register pasien Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah periode Januari sampai dengan Mei 2013. Dari data tersebut ebanyak 65 persen (838 jiwa) merupakan pasien lama, dan 35 persennya (451 jiwa) merupakan pasien baru. Dapat dilihat bahwa ternyata pasien baru di poliklinik jiwa kurang dari 40 persen total pasien. Berdasarkan jenis kelamin ternyata pasien pria cenderung lebih banyak dibandingkan dengan pasien wanita, yaitu mencapai angka 56.6 persen untuk pria dan 44.4 persen untuk pasien wanita. Hal ini mungkin dapat terjadi karena peran pria sebagai tulang punggung keluarga yang membuat pria menerima stresor yang lebih kuat daripada wanita. Untuk karakteristik pasien berdasarkan usia, dapat diketahui bahwa pasien dengan kategori usia 19-60 tahun menempati urutan teratas dengan proporsi mencapai 81.1 persen dari total pasien atau sekitar 1045 jiwa. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pasien dengan usia produktif cenderung lebih rentan terhadap gangguan kejiwaan. Stresor yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan tanggung jawab dapat menjadi faktor resiko tercetusnya gangguan kejiwaan pada usia produktif. Sedangkan pasien dengan kategori usia 1-12 tahun juga terdapat di poliklinik jiwa. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tidak hanya orang dewasa saja yang perlu mendapat perhatian khusus tentang kesehatan jiwa. Fakta bahwa anak- anak juga dapat mengalami gangguan kejiwaan perlu diperhatikan guna dilakukannya tindakan prevensi sejak dini. Skizofrenia mencapai urutan teratas karakteristik pasien Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah berdasarkan diagnosis, yaitu mencapai 28.8 persen. Sedangkan urutan kedua ditempati oleh pasien dengan depresi sebanyak 7.1 persen. Akan tetapi 98.1 persen dari kasus skizofrenia yang didapatkan merupakan pasien lama yang melakukan kontrol. 5
(Tabel 4.) Data- data karakteristik diagnosis yang diperoleh ini dapat menunjukkan bahwa tidak hanya pasien dengan gangguan psikosis saja yang berobat ke poliklinik jiwa. Maka dengan ini diharapkan stigma masyarakat tentang gangguan jiwa agaknya bisa diturunkan. Simpulan Dari penelitian tentang karakteristik pasien Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah ini dapat ditemukan bahwa lebih dari 60 persen pasien poliklinik jiwa merupakan pasien lama dimana proporsi pasien pria lebih banyak daripada pasien wanita. Pasien poliklinik jiwa bervariasi dari kategori usia 1-12 tahun sampai usia diatas 60 tahun dengan kategori usia 19-60 tahun menjadi usia dengan kasus gangguan jiwa terbanyak. Dilihat dari karakteristik berdasarkan diagnosis, skizofrenia mencapai angka yang tertinggi diikuti oleh kasus depresi di urutan kedua. Namun 90 persen lebih pasien skizofrenia yang berobat ke poliklinik jiwa merupakan pasien lama. Dapat diketahui bahwa diagnosis gangguan jiwa tidak terbatas hanya pada psikosis saja, namun diagnosis gangguan jiwa sangat kompleks dan bermacam- macam. Daftar Pustaka 1. (WHO) World Health Organization. 2003. WHO definition of Health. (internet). (diakses pada 2013 Nov 20). Tersedia pada : http://www.who.int/about/definition/ en/print.html 2. (NAMI) National Alliance on Mental Illness. Mental Illness. (internet). (diakses pada 2013 Nov 20). Tersedia pada : http://www.nami.org/template.cfm? Section=By_Illness 3. (RISKESDAS) Riset Kesehatan Dasar. 2008. Laporan Nasional 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 4. Rahmi, Anita H.S. 2008. Stigma Gangguan Jiwa Perspektif Kesehatan Mental Islam (Skripsi). Fakultas Dakwah. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 6