Gambar 2.1 Sistem Koordinat untuk Menganalisis Antena

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2.1 Radiosonde

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI-UDA COHEN-MINKOWSKI PADA FREKUENSI 433MHz

BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

BAB II TEORI DASAR. antena. Selanjutnya akan dijelaskan pula mengenai pengenalan wireless LAN.

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

Gambar 2.1. Diagram blog dasar dari RF energy harvesting.

BAB II TEORI DASAR. Jika target yang dituju dapat bergerak, maka diperlukan suatu sistem tracking

BAB II LANDASAN TEORI

Varian Antena Dipole dan Monopole

VARIAN ANTENA DIPOLE DAN MONOPOLE

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)

BAB II LANDASAN TEORI. Antena adalah perangkat media transmisi wireless (nirkabel) yang

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

RANCANG BANGUN ANTENA STACKING YAGI UNTUK STASIUN PENERIMA SISTEM KOMUNIKASI MUATAN BALON ATMOSFER FREKUENSI 433 MHZ

ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

ANTENA MIKROSTRIP PANEL BERISI 5 LARIK DIPOLE DENGAN FEEDLINE KOAKSIAL WAVEGUIDE UNTUK KOMUNIKASI 2,4 GHz

Lower Frequency (MHz) Center Frequency (MHz)

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI ANTENA MIKROSTRIP DAN WIRELESS LAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. Antena adalah komponen pada sistem telekomunikasi nirkabel yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

ANALISA PENENTUAN UKURAN SLOT PADA KARATERISTIK ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN PENCATU APERTURE COUPLED

BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA

TUGAS AKHIR. STUDI ANTENA YAGI-UDA FREKUENSI 433 MHz DENGAN TEKNIK FRAKTAL COHEN-MINKOWSKI ITERASI-2

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2,4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN INSET

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)

: Widi Pramudito NPM :

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji

BAB II DASAR TEORI. Gelombang didefinisikan sebagai getaran atau gangguan yang merambat.

Pertemuan 9 SISTEM ANTENA. DAHLAN ABDULLAH

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN ANTENA STACKING YAGI UNTUK STASIUN PENERIMA SISTEM KOMUNIKASI MUATAN BALON ATMOSFER FREKUENSI 433 MHZ

BAB II DASAR TEORI. antena sebagai alat yang mengubah gelombang terbimbing dari saluran tranmisi

BAB 3 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN SINGLE BAND

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI. Gbr. 2.1 Grafik Faktor Refleksi Terhadap. Faktor Refleksi

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

PENGARUH PENEMPATAN POSISI FEED POINT TERHADAP PARAMETER ANTENA HELIKS

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB IV ANALISA ANTENA ARRAY PADA ANTENA RADAR CUACA PESAWAT EMBRAER 135

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

DESAIN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR GERIGI UNTUK RADAR ALTIMETER

DESIGN ANTENA YAGI UDA UNTUK FREKUENSI 759,25 MHz UNTUK APLIKASI PADA METRO TV MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

RANCANG BANGUN ANTENA OMNIDIRECTIONAL 15 dbi UNTUK PENGUAT SINYAL WIRELESS FIDELITY (Wi-Fi)

BAB II DASAR TEORI. tipis dan mampu bekerja pada frekuensi yang sangat tinggi. Antena mikrostrip

BAB II TEORI PENUNJANG

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP. bahan substrat yang digunakan. Kemudian, menentukan bentuk patch yang

BAB II TEORI DASAR ANTENA an secara terpisah Joseph Henry, profesor dari Pinceton University dan

BAB II DASAR TEORI. yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

BAB II ANTENA HELIX. energi elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya sebagai

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi dan Parameter Antena Antena didefinisikan oleh Kamus Webster sebagai perangkat logam (seperti tongkat atau kawat) untuk memancarkan atau menerima gelombang radio. Berdasarkan definisi standar IEEE antena didefinisikan sebagai alat untuk memancarkan atau menerima gelombang radio atau dengan kata lain, antena adalah struktur transisi antara ruang bebas dan perangkat membimbing. Kinerja dari suatu antena ditentukan oleh beberapa parameter, diantaranya [1]: 2.1.1 Pola Radiasi Pola radiasi sebuah antena dapat didefenisikan sebagai pola radiasi fungsi matematis atau gambaran secara grafis dari karakteristik radiasi sebuah antena sebagai fungsi dari koordinat ruang. Pada kasus secara keseluruhan, pola radiasi dihitung/diukur pada medan jauh dan digambarkan kembali sebagai koordinat arah. Karakteristik radiasi mencakup rapat flux daya, intensitas radiasi, kuat medan, keterarahan/direktivitas, fasa atau polarisasi. Karakteristik radiasi yang menjadi pusat perhatian adalah distribusi energi radiasi dalam ruang dua dimensi maupun tiga dimensi sebagai fungsi dari posisi pengamat di sepanjang jalur dengan jari-jari yang konstan. Contoh koordinat yang sesuai diperlihatkan pada Gambar 2.1[1]. Gambar 2.1 Sistem Koordinat untuk Menganalisis Antena

Banyaknya variasi pola radiasi yang muncul pada sebuah antena dapat dikatakan sebagai lobe. Lobe adalah sebuah porsi pola radiasi yang dibatasi oleh intensitas radiasi yang yang mana lobe tersebut dapat diklasifikasikan lagi sebagai main lobe, side lobe dan back lobe seperti pada Gambar 2.2[1]. Gambar 2.2 Variasi Bentuk Lobes 2.1.2 Lebar Berkas (Beamwidth) Pola dari suatu Lebar berkas didefinisikan sebagai sudut interval dari dua titik identik yang terletak berlawanan dari pola maksimum. Dalam suatu pola antena, terdapat sejumlah lebar berkas. Salah satu lebar berkas yang sering digunakan adalah Half-Power Beamwidth (HPBW), yang didefinisikan oleh IEEE sebagai suatu bidang yang berisi arah maksimum dari suatu berkas sudut yang terdapat diantara dua arah dimana intensitas radiasi bernilai setengah dari berkas. Lebar berkas lain yang penting untuk diketahui adalah sudut interval antara titiktitik level nol dari pola yang disebut dengan First-Null Beamwidth (FNBW). Untuk memahami lebar berkas lebih jelas, maka dapat di lihat dari Gambar 2.3 (a) dan (b) [1].

(a) Tiga Dimensi (b) Dua Dimensi Gambar 2.3 Ilustrasi HPBW dan FNBW dalam tiga dimensi dan dua dimensi 2.1.3 Direktivitas Direktivitas atau Keterarahan dari suatu antena dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara intensitas radiasi maksimum dengan intensitas radiasi dari antena referensi isotropis. Keterarahan dari sumber non-isotropis adalah sama dengan perbandingan intensitas radiasi yang diberikan arahan lebih dari sebuah sumber isotropis. Keterarahan pada antena secara umum dinyatakan dari Persamaan 2.1[1]: D o 4 U 10 log P rad max (2.1)

dengan : D o U max P rad = directivity (db) = intensitas radiasi maksimum (watt) = daya radiasi total (watt) Nilai keterarahan sebuah antena dapat diketahui dari pola radiasi antena tersebut, semakin sempit main lobe maka keterarahannya semakin baik dibanding main lobe yang lebih lebar. 2.1.4 Gain Penguatan(gain) pada sebuah antena ada dua jenis yaitu penguatan absolut (absolute gain) dan penguatan relatif (relative gain). Penguatan absolut pada sebuah antena didefenisikan sebagai perbandingan antara intensitas pada arah tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang diterima oleh antena teradiasi secara isotropic. Intensitas radiasi yang berhubungan dengan daya yang diradiasikan secara isotropic sama dengan daya yang diterima oleh antena (P in ) dibagi dengan 4π. Penguatan absolut dapat dihitung dengan persamaan 2.2[1]: (2.2) 2.1.5 Bandwidth Bandwidth antena didefinisikan sebagai rentang frekuensi antena dengan beberapa karakteristik sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Bandwidth dapat dipertimbangkan sebagai range frekuensi, dibagian lain dijadikan sebagai frekuensi tengah dimana karakteristik antena bisa diterima menjadi nilai frekuensi tengah. Untuk antena Broadband, bandwidth dinyatakan sebagai perbandingan frekuensi operasi atas (upper) dengan frekuensi bawah (lower)[1].

2.1.6 Impedansi Input Impedansi masukan didefenisikan sebagai impedansi yang diberikan oleh antena kepada rangkaian di luar pada suatu titik acuan tertentu. Saluran transmisi penghubung yang dipasangkan ke antena akan melihat antena tersebut sebagai beban dengan impedansi beban sebesar Z A. Secara matematis, persamaan impedansi antena dapat dirumuskan seperti pada Persamaan (2.3)[1] : Z A = R A + jx A (2.3) dengan : Z A = impedansi antena (Ω) R A = resistansi antena (Ω) X A = reaktansi antena (Ω) 2.1.7 VSWR VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing wave) maksimum ( V max) dengan minimum ( V min). Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan yaitu tegangan yang dikirimkan (V0 + ) dan tegangan yang direfleksikan (V0 - ). Pebandingan tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan (Γ) yang dapat dirumuskan seperti pada Persamaan 2.4 [1] : (2.4) dimana Z L adalah impedansi beban (load) dan Z 0 adalah impedansi saluran. Oleh karena itu rumus untuk mencari VSWR dapat menggunakan Persamaan 2.5 seperti berikut [1] : VSWR = (2.5)

Kondisi yang baik adalah ketika VSWR bernilai 1 yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun, kondisi ini kenyataannya sulit diperoleh. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan dalam perancangan antena adalah 2 [1]. 2.2 Antena Yagi-Uda Antena array adalah antena yang terdiri dari beberapa elemen yang disusun secara pararel. Salah satu contoh antena array adalah antena Yagi-Uda. Antena Yagi-Uda adalah antena array sederhana yang memiliki gain yang relatif tinggi yang diciptakan oleh Dr. Hidetsugu Yagi dan Dr. Shintaro Uda dari Universitas Tohoku Imperial di Sendai, Jepang pada tahun 1926. Antena Yagi-Uda terdiri dari elemen reflektor, elemen driven, elemen direktor, dan boom seperti pada Gambar 2.4 [2]. Gambar 2.4 Elemen Antena Yagi-Uda Elemen driven yang terdapat pada antena Yagi-Uda berfungsi sebagai penerima daya atau energi dari pemancar yang biasanya terhubung langsung ke saluran transmisi. Elemen reflektor pada antena Yagi-Uda pada berfungsi untuk memantulkan sinyal yang terlewatkan oleh elemen driven. Elemen direktor pada antena Yagi-Uda berfungsi untuk mengarahkan sinyal ke titik yang dituju. Panjang reflektor untuk sebuah antena Yagi-Uda dapat berkisar 0.475λ sampai dengan 0.503λ. Panjang driven sebuah antena Yagi-Uda dapat berkisar 0.449λ sampai dengan 0.476λ. Panjang direktor untuk sebuah antena Yagi-Uda dapat berkisar 0.43 λ sampai dengan 0.463 λ[2]. Berdasarkan dari hasil penelitian

sebelumnya, maka pada Tugas Akhir ini, perancangan antena Yagi-Uda menggunakan rumus untuk elemen reflektor, driven, direktor sebagai berikut [3]: Reflector = 0.4886 λ (2.6) Driven = 0.4614 λ (2.7) Direktor = 0.43 λ (2.8) Dimana: λ=panjang gelombang (m) (2.9) untuk mempermudah dalam perancangan antena Yagi-Uda agar menghasilkan gain yang optimal, maka dibutuhkan grafik nilai gain yang dibandingkan terhadap jumlah elemen yang akan dirancang dan dibangun seperti pada Gambar 2.5 dimana jarak antara elemen reflektor ke driven sebesar 0.15 λ dan jarak antara elemen driven ke direktor atau direktor ke direktor adalah sebesar 0.13 λ [4]. Gambar 2.5 Grafik Nilai Gain terhadap Jumlah Elemen Kelemahan yang dimiliki dari sebuah antena Yagi-uda adalah pada antena Yagi-Uda bisa terjadi mutual coupling [4]. Mutual coupling adalah suatu efek gandengan yang terjadi pada antena array. mutual coupling dapat terjadi jika kapasitansi setiap elemen besar sehingga arus yang dihasilkan kecil, tegangan yang dihasilkan kecil, luas penampang besar, dan jarak antar elemen yang kecil.

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat timbul akibat adanya efek mutual coupling [5]: 1. Dapat menyebabkan kapasitansi parasit. Kapasitansi parasit adalah kapasitansi yang menyebabkan arus yang megalir tidak terkontrol. 2. Dapat meningkatkan nilai koefisien pantul dan VSWR. 3. Dapat merubah arus, fase, pola radiasi, dan Zin. 2.3 Antena Fraktal Istilah fraktal pertama kali di perkenalkan pada tahun 1975 oleh matematikawan francis yang bernama Benoit B. Mandelbrot. Fraktal berasal dari bahasa latin Fractus yan artinya retak atau dirusak. Beberapa geometri, tidak dapat diartikan menggunakan geometri Euclidian seperti pohon, awan gunung, garis pantai, dan lain-lain. Istilah fraktal didapat oleh Benoit B. Mandelbrot setelah melakukan riset tentang geometri alam. Fraktal telah digabungkan dengan teori elektromagnetik dimana pola radiasi fraktal lebih baik jika dibandingkan dengan antena tradisional. Antena tradisional hanya dapat bekerja untuk satu frekuensi, sedangkan antena fraktal dapat bekerja untuk banyak frekuensi karena dapat menyerupai dirinya sendiri dengan ukuran skala yang berbeda. Fraktal terdiri dari 2 tipe,yaitu: a. Fraktal acak b. Fraktal deterministik Fraktal acak adalah kombinasi aturan-aturan yang dipilih secara random pada skala yang berbeda. Contoh: sebuah garis pantai, gunung, awan,pohon. Deterministik fraktal adalah aturan-aturan deterministik yang terus diulang dan memiliki kecenderungan bentuk yang simetris, contoh fraktal kurva Koch, fraktal kurva Minkowski, fraktal sierpinski gasket, dan fraktal geometri Cohen- Minkowski. Perbedaan antara fraktal random dengan fraktal deterministik adalah proses iterasi. Pada fraktal acak, tidak terjadi proses iterasi karena mempunyai skala yang acak. Sedangkan pada pada fraktal deterministik terjadi proses iterasi karena memiliki bentuk yang simetris. Berikut ini adalah penjelasan tentang proses iterasi yang dialami jenis-jenis fraktal deterministik [6].

2.3.1 Fraktal Kurva Koch Kurva Koch pertama kali diperkenalkan oleh matematikawan swedia, H. V.Koch. kurva Koch mempunyai bentuk iterasi yang sangat kompleks dan detail sehingga sangat handal untuk diimplementasikan ke antena mikrostrip. Kurva Koch dapat meningkatkan impedansi masukan, dapat menghilangkan frekuensi resonansi [6], dapat mengurangi panjang total kawat seperempat lamda pada frekuesi rendah, dan dapat diperbaharui menggunakan fungsi fraktal yang dapat diterapkan secara efektif untuk memperbaharui bentuk dasar antena monopole sampai iterasi ke-n seperti pada Gambar 2.6 [7]. Gambar 2.6 fraktal Kurva Koch Untuk menghasilkan gambar seperti Gambar 2.6, dibutuhkan sebuah rumus yang digunakan untuk mengetahui panjang total fraktal kurva Koch seperti pada persamaan berikut [6]: ( ) (2.10)

dimana: L = Panjang total fraktal h = panjang kawat iterasi awal n = banyaknya ierasi 2.3.2 Kurva Minkowski Kurva Minkowski pertama kali diusulkan oleh matematikawan dari Jerman, Hermnn Minkowski. Kurva Minkowski mempunyai performansi frekuensi resonansi yang sangat baik, mempunyai delapan pembangkit, cocok untuk daerah yang padat, dan dapat diperbaharui menggunakan fungsi fraktal yang dapat diterapkan secara efektif untuk memperbaharui bentuk dasar antena monopole seperti pada Gambar 2.7 [6]. Gambar 2.7 Kurva Minkowski Untuk menghasilkan gambar seperti Gambar 2.7, dibutuhkan sebuah rumus yang digunakan untuk mengetahui panjang total kurva Minkowski seperti pada persamaan berikut [6]:

( ) (2.11) dimana: L = Panjang total fraktal h = panjang kawat iterasi awal n = banyaknya ierasi 2.3.3 Sierpinski Gasket Sierpinski gasket pertama kali diperkenalkan oleh Sierpinski tahun 1916. Gasket di dapat dengan mengurangi skala bentuk segitiga kemudian membalikkan ukuran segitiga yang sudah dikurangi dari segitiga utama. Proses pembalikan dan pengecilan ukuran segitiga merupakan proses iterasi. Sierpinski gasket dapat bersifat multiband dengan mengubah posisi nilai faktor skala seperti yang terlihat pada Gambar 2.7[6]. Gambar 2.7 Sierpinki Gasket Untuk menghasilkan gambar seperti Gambar 2.7, dibutuhkan sebuah rumus yang digunakan untuk mengetahui panjang total sierpinski gasket seperti pada persamaan berikut [6]: ( ) (2.12)

dimana: L = Panjang total fraktal h = panjang kawat iterasi awal n = banyaknya ierasi 2.3.4 Geometri Cohen-Minkowski Nathan Cohen yang pertama kali memperkenalkan fraktal antena pada tahun 1988. Di dalam artikel Cohen, diperkenalkan konsep fraktal geometri pada sebuah dipole atau antena loop. Cohen membuat berbagai macam fraktal geometri salah satunya bernama fraktal Minkowski berbentuk bujur sangkar seperti pada Gambar 2.9 [8]. Iterasi nol Iterasi satu Iterasi dua Gambar 2.9 Geometri Cohen-Minkowski Untuk menghasilkan gambar seperti Gambar 2.7, dibutuhkan sebuah rumus yang digunakan untuk mengetahui panjang total sierpinski gasket seperti pada persamaan berikut [6]: ( ) (2.13) dimana: L = Panjang total fraktal h = panjang kawat iterasi awal n = banyaknya ierasi

2.4 Radiosonde Radiosonde merupakan suatu instrumen elektronika yang didalam rangkaiannya terdapat sensor untuk mengukur tekanan, suhu, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin. Instrumen ini digunakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) untuk kegiatan prakiraan cuaca. Setiap tahun BMG Indonesia diperkirakan memerlukan sekitar 10.000 (sepuluh ribu) unit pemancar radiosonde. Radiosonde yang beredar di Indonesia masih diimpor dengan harga yang cukup mahal sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengembangkannya agar dapat mensubtitusi instrumen impor tersebut. Dalam sistem instrumentasi elektronika, sensor kelembaban merupakan instrumen yang mengubah banyaknya uap air yang teradsorpsi pada bahan pengindera menjadi besaran listrik dimana jumlah uap air ini menunjukkan besarnya kelembaban relatif udara. Besaran listrik yang biasa digunakan adalah resistansi dan kapasitansi. Berdasarkan parameter perubahan sifat kelistrikan bahan, sensor kelembaban dapat digolongkan menjadi dua jenis yakni sensor kelembaban jenis kapasitif dan jenis resistif [9]. Untuk menghasilkan sebuah system radiosonde yang baik, maka dibutuhkan sebuah perhitungan link budget yang digunakan di daerah kota besar atau metropolitan dengan anggapan bahwa daya gangguan yang diterima kecil seperti yang ada pada Tabel 2.1 [10]. Tabel 2.1 Link Budget Radiosonde Transmit power 13 dbm (20 mw) Transmitter antenna gain Free Space Loss (250 km) Receiver antenna gain Antenna pointing error Received signal power 1.76 dbi -132.5 db 10 dbi -3 Db -110.7 dbm

Lanjutan Tabel 2.1 Noise power at reception -126.5 dbm (in urban area) -132.7 dbm (minimum) Signal-to-Noise ratio 15.8 db 22.0 db E b (MSK) 14.8 db 21.0 db N 0 Gaussian filter degradation -1 db -1 db Receiver imperfection -2 db -2 db E b (GMSK) 11.8 db 18 db N 0 2.5 MMNA-GAL MMANA-GAL adalah perangkat lunak gratis yang bisa digunakan untuk menganalisis kinerja antenna yang diciptakan oleh Alexander Schewelev DL1PBD, Igor Gontcharenko DL2KQ, dan Makoto Mori JE3HHT. Di dalam simulator MMANA-GAL terdapat beberapa fungsi, seperti [9]: a. Tabel untuk merancang antenna b. Menu untuk melihat bentuk antenna yang dirancang c. Menu untuk melihat pola radiasi secara vertikal dan horizontal d. Menu untuk melihat 3D pola radiasi antena yang dirancang. e. Tabel pembanding untuk dua atau lebih perhitungan hasil dari perancangan antena. f. Menu untuk pengeditan elemen antena. g. Menu untuk pengeditan jenis kawat antena yang mau digunakan. MMANA-GAL memberikan kesempatan secara langsung untuk melihat model dan hasil antena yang dirancang. Ketika membangun sebuah model antena, maka dapat langsung dimasukkan kedalam menu geometry seperti pada Gambar 2.11 dimana X, Y, Z sebagai koordinat untuk mempermudah dalam peletakan setiap elemen dan ukuran dimensi setiap elemen yang akan dirancang [11].

Gambar 2.10 Tampilkan Menu Geometry