ORIENTASI DASAR BANK UMUM SEBAGAI BADAN HUKUM Oleh: M.Alif Akbar Prabangkara Rieza Ayu Febrina Mandala Putri

dokumen-dokumen yang mirip
INVESTASI BANK DI DALAM PASAR MODAL. Oleh: Rieza Ayu Febrina Mandala Putri Kusnita Dhian

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

JURNAL HUKUM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TAX AMNESTY TERHADAP LEMBAGA PERBANKAN DALAM MELAKSANAKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S.

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kredit serta memberikan kepastian kepada mereka untuk dapat menerima uangnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh dalam tatan perekonomian nasional. peningkatan pembangunan pemerintah maupun bagi pengusaha-pengusaha swasta

PENDAHULUAN. Hukum Perbankan. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor negara, sektor swasta, dan sektor koperasi. Koperasi adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sendi penting dalam perekonomian nasional. Dengan kondisi perbankan yang. dalam menjaga kelangsungan pembangunan ekonomi.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kreditor dengan nasabah sebagai debitor. Sesuai kesepakatan antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada umumnya dan pertumbuhan ekonomi pada. masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. para anggota pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian yaitu sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan

STIE DEWANTARA Pengertian Sistem & Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI PERBANKAN. A. Pengertian Hukum Perbankan dan Jenis-Jenis Transaksi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 10

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK, BANK INDONESIA, DAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraaan masyarakat. Proses tersebut melibatkan banyak pihak dimana

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perbankan yang tidak sehat diturunkan melalui Bank Indonesia sebagai Bank

Koperasi. By :

BAB II HUBUNGAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN DENGAN ANAK PERUSAHAAN. A. Status Badan Induk perusahaan dan Anak Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 1988, ketika pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Sitompul Charles Marolop

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi

Bentuk-Bentuk Kepemilikan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, tidak

KEWENANGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM LIKUIDASI BANK

SISTEM PERBANKAN. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB II LANDASAN TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. bank sebagaimana dirumuskan pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM LIKUIDASI BANK

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Lembaga Perbankan dan Sistem Lembaga Keuangan Non-Bank. keuangan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dapat

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kredit kepada para nasabahnya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10. November 1998 dinyatakan bahwa Perbankan adalah badan usaha yang

BAB II RUANG LINGKUP KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DAN UNDANG-UNDANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA DARI DIREKSI DAN PEMEGANG SAHAM BANK TERLIKUIDASI YANG BERBADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan hukum adalah sudah tentu pertama-tama, bahwa manusia juga

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015

KEPASTIAN HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DALAM BENTUK PERSEROAN TERBATAS (NAAMLOZE VENNOTSCHAP)

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya penjelasan Pasal 33 antara lain menyatakan bahwa kemakmuran

Pengantar Bisnis. Pertimbangan Menetapkan Bentuk Pemilikan Bisnis Alternatif Bentuk Pemilikan Bisnis. Amir Abdat, SE, MM.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN namun demikian, UU saja masih belum cukup, sehingga diperlukan

Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank Likuidasi

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap melakukan usaha pelaku usaha tentunya memerlukan modal untuk

Transkripsi:

ORIENTASI DASAR BANK UMUM SEBAGAI BADAN HUKUM Oleh: M.Alif Akbar Prabangkara Rieza Ayu Febrina Mandala Putri Abstract Banking is one of the three pillars (banking, capital market, and finance) that run the economy of Indonesia. Bank has a very important role that provided by Banking Act i.e. to improve public s living standards. Considering that the bank holds a very important role in the growth of the Indonesia s economy, then the legal form of a bank should be obvious. This article tries to explain the basic orientation of the bank as a legal entity, including what form of legal entity that fits bank better. Keywords: Bank, Legal Entity A. Latar Belakang Bank pada masa sekarang memegang peran yang sangat penting. Dilihat dari perkembangan pola pikir masyarakat saat ini, jarang kita temui masyarakat yang tidak mengenal bank. Hampir seluruh masyarakat mengetahui tentang bank dan berhubungan dengan bank meskipun hanya sebatas sebagai tempat menyimpan uang ataupun meminjam uang. Melihat fenomena di atas, dapat dikatakan bahwa bank sangatlah dekat dengan masyarakat. Wajar apabila bank dikatakan sebagai lembaga yang sensitif, karena keberadaan bank adalah untuk memberikan kepercayaan kepada masyarakat serta menaungi mereka. Hal ini dapat dilihat dari definisi bank itu sendiri. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (UU Perbankan), menyatakan bahwa bank memiliki fungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1 Fungsi besar bank yang diberikan oleh undang-undang, membuat bank memiliki tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kualitas kehidupan atau roda perekonomian rakyat. Meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, dimaksudkan dengan menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk tabungan, deposito, dsb, untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat yang kekurangan dana (defisit) dalam bentuk kredit atau jasa-jasa lainnya yang lazim dilakukan bank dalam lalu lintas pembayaran. 2 Sehingga, apabila proses tersebut berjalan secara baik dan berkelanjutan, maka tentu akan berdampak pada meningkatnya taraf hidup masyarakat luas. Bank sebagai badan usaha akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya 1 Lihat Pasal 1 UU No.7 Tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 2 Djoni S.Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Ctk.kedua, Sinar Grafika, Jakarta; 2012, hlm.136 47

dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya, sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja. 3 Mengingat bahwa bank memegang peran yang sangat penting dalam pertuumbuhan perekonomian Indonesia, maka bentuk hukum suatu bank harus jelas, sehingga diperoleh ketegasan tentang kekayaan yang terpisah, pengesahan pendiriannya, dan pengurus yang berwenang mewakili bank. B. Pembahasan 1.Bank sebagai Badan Hukum Bank memberikan kepercayaan kepada masyarakat, sehingga disebut bank sebagai lembaga kepercayaan, yaitu nasabah memiliki hubungan kepercayaan (fiduciary relationship) dengan bank dalam hal pengelolaan uang nasabah. Nasabah percaya bahwa bank dapat mengelola uangnya dengan baik dan mampu menghadirkan uang yang disimpan tersebut apabila sewaktu-waktu nasabah menarik uangnya. Jika kepercayaan tersebut terganggu, dapat terjadi fenomena run and panic bank 4 yang pada akhirnya dapat menyeret seluruh sistem perbankan ke dalam kondisi financial crisis. 5 Bank sebagai lembaga kepercayaan, tentunya tidak sembarangan dalam menghadirkan jasanya. Bank perlu penopang keamanan yang kuat, dan hal tersebut dapat ditemukan dalam bentuk badan hukum. Mengapa badan hukum? Karena dengan bentuk badan hukum, bank memiliki kepastian hukum yang salah satunya adalah jaminan perlindungan hukum oleh negara, dalam hal ini melindungi aset-aset perseroan dari pemilik perseroan sebagai kreditor 6. Selain itu, dengan berbentuk badan hukum, bank mampu bertindak selayaknya subyek hukum, sehingga tidak ada keterbatasan dalam hal bank melakukan kegiatan usahanya. Dengan status badan hukum dapat memperkuat posisi tawar menawar perseroan ketika berhadapan dengan pihak luar 7. Terdapat beberapa bentuk hukum suatu bank, yang disesuaikan dengan jenis kelembagaan perbankan yang akan didirikan. Ketentuan dalam Pasal 21 UU Perbankan 8 menetapkan bentuk hukum suatu bank sebagai berikut: a. Bank Umum dapat berupa: 1) Perseroan Terbatas; 2) Koperasi; atau 3) Perusahaan Daerah. b. Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa: 1) Perusahaan Daerah; 2) Koperasi: 3 Ibid 4 Run and panic bank merupakan dampak ketika para nasabah menarik deposit atau simpanan mereka secara bersamaan karena mereka percaya bahwa bank tertentu sudah tidak sehat (Runs) dan ketika keadaan Runs ini dialami oleh banyak bank maka akan terjadi Panic bank. 5 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor: 2006, hlm.7 6 Ridwan Khairandy, Hukum Perseroan Terbatas, FH UII Press, Yogyakarta: 2014, hlm. 13 7 Ibid. 8 Selanjutnya disebut UU Perbankan 48

3) Perseroan Terbatas 4) Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 2.Bank Umum berbentuk Koperasi Kegiatan usaha perbankan dapat dijalankan oleh badan usaha yang berbentuk koperasi. Pendiriannya, selain harus tunduk pada UU Perbankan, juga harus memperhatikan ketentuanketentuan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. Menurut UU Perkoperasian, Koperasi didefinisikan sebagai badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. 9 Nilai yang mendasari kegiatan Koperasi, yaitu: 10 a. Kekeluargaan; b. Menolong diri sendiri; c. Bertanggung jawab; d. Demokrasi; e. Persamaan; f. Berkeadilan; dan g. Kemandirian. Sedangkan prinsip Koperasi meliputi sebagai berikut: 11 a. Keanggotaan sukarela dan terbuka; b. Pengawasan oleh Anggota; c. Partisipasi aktif Anggota; d. Otonom dan Independen; e. Pendidikan dan pelatihan Anggota; f. Melayani Anggota; g. Pembangunan berkelanjutan. Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. 12 Melihat tujuan dan prinsip-prinsip dari koperasi itu sendiri, anggota koperasi sangat dijunjung tinggi baik dari kesejahteraannya hingga pengawasan yang dilakukan terhadap koperasi. Sehingga bank yang berbentuk hukum koperasi dimiliki oleh anggota koperasi yang kegiatan usahanya ditujukan untuk mensejahterakan para anggota koperasi yang bersangkutan selain masyarakat pada umumnya. 3.Bank Umum berbentuk Perusahaan Daerah Kegiatan perbankan, dapat juga dilakukan badan usaha berbentuk Perusahaan Daerah. Pendiriannya, dilakukan dengan Peraturan Daerah atas kuasa Undang-Undang No.13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pembangunan Daerah jo. Undang- Undang No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahan Daerah (UU Perusahaan Daerah). 9 Lihat Pasal 1 Angka 1 UU Perkoperasian 10 Lihat Pasal 5 ayat (1) UU Perkoperasian 11 Lihat Pasal 6 ayat (1) UU Perkopersian 12 Lihat Pasal 4 UU Perkoperasian 49

Perusahaan Daerah dalam UU Perusahaan Daerah didefiniskan sebagai semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang- Undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-Undang. 13 Definisi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa perusahaan daerah modalnya bersumber dari kekayaan daerah. Sehingga, untuk bank yang berbentuk Perusahaan Daerah dibentuk untuk mengembangkan perekonomian daerah otonom dan untuk menambah penghasilan daerah. 4.Bank Umum berbentuk Perseroan Terbatas Bank Umum di Indonesia saat ini banyak yang berbentuk Perseroan Terbatas. Unsur-unsur yang dimiliki oleh Perseroan Terbatas, antara lain: 14 a. Badan Hukum; b. Persekutuan Modal; c. Didirikan berdasarkan perjanjian; d. Melakukan kegiatan usaha; dan e. Modal terbagi kedalam saham-saham. Dari unsur-unsur di atas terlihat bahwa perseroan merupakan persekutuan modal, maka tujuan perseroan adalah mendapat keuntungan atau keuntungan untuk dirinya sendiri. 15 Sehingga wajar apabila bank berbentuk Perseroan Terbatas juga mencari keuntungan, disamping menjalankan fungsi untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berbeda dengan bank dalam bentuk koperasi maupun perusahaan daerah, bank dengan bentuk Perseroan Terbatas dapat memiliki modal yang besar dari pihak manapun dan melakukan kegiatan usaha yang sesuai demi tercapainya fungsi bank. Dengan adanya modal yang kuat yang dimiliki oleh bank merupakan salah satu indikator kesehatan bank. Kemudian bank dalam bentuk Perseroan Terbatas dapat melakukan kegiatan usaha yang tidak terbatas selama tidak melanggar undang-undang yang berlaku, dengan begitu mampu memenuhi fungsi bank secara sempurna. C. Kesimpulan Terlepas dari kita setuju atau tidak dengan bentuk bank sebagai badan hukum berupa Perseroan Terbatas, kita harus melihat kewajiban besar bank yang diberikan oleh undang-undang, yakni meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Melihat tanggung jawab yang besar itu, apabila bank berbentuk badan usaha koperasi yang tujuan khususnya adalah menyejahterakan anggotanya, ditakutkan bank akan tidak sempurna dalam mencapai fungsinya. Apabila bank berbentuk Perusahaan Daerah, mengingat modalnya sebagian besar atau sepenuhnya hanya dari Daerah tertentu, maka ditakutkannya permodalan bank tersebut tidak akan kuat, mengingat modal yang kuat itu 13 Lihat Pasal 2 UU Perusahaan Daerah 14 Lihat Pasal 1 Angka 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 15 Ridwan Khairandy, Op.Cit, hlm. 58 50

menentukan tingkat kesehatan bank. Maka, bentuk badan hukum yang cocok untuk Bank Umum adalah Perseroan Terbatas, selain modal yang bisa didapatkan dari manapun selama tidak dilarang undangundang, maka dapat memperkuat permodalan bank itu sendiri. Selain itu, dalam melakukan kegiatan usahanya juga tidak akan terbatas oleh hal-hal lain, selama dengan kegitan usaha tersebut juga mampu menjalankan fungsi bank secara sempurna, agar sistem perbankan kita tetap terjaga dengan baik. D. Referensi Buku Djoni S.Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Ctk.kedua, Sinar Grafika, Jakarta; 2012 Ridwan Khairandy, Hukum Perseroan Terbatas, FH UII Press, Yogyakarta: 2014 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor: 2006 Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahan Daerah. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Lainnya Bahan materi perkuliahan Hukum Dagang 2015 oleh dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Inda Rahadiyan, S.H., M.H. 51