BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL UPAYA POLISI DIY DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KESUSILAAN DENGAN KORBAN ANAK

Polda DIY juga memaparkan dampar-dampak dari trafficking. Hal ini agar

BAB III PENUTUP. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: massa untuk menghindari labelisasi. dari permasalahan yang dialaminya.

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan upaya

BAB III PENUTUP. dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini adalah: a. Langkah Preemtif yang meliputi: tindak pidana terorisme.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

diuraikan di atas, maka dapat simpulkan sebagai berikut: a. Tindakan Kepolisian Terhadap Pelaku Pelanggaran Pasal 134 Huruf g adalah

BAB III PENUTUP. kekerasan terhadap anak dalam keluarga dan cara Preventif yaitu bahwa

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB III PENUTUP. Berdasarkan dari uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

SANKSI PIDANA PELANGGARAN KEWAJIBAN OLEH APARATUR HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI INDONESIA 1 Oleh: Wailan N. Ransun 2

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat.

AKIBAT HUKUM PENGHENTIAN PENYIDIKAN PERKARA PIDAN DAN PERMASALAHANNYA DALAM PRAKTIK

BAB III PENUTUP. kemudian dilanjutkan dengan sidang komisi kode etik kepolisian, jadi. putusan akhir sebagai polisi melalui sidang komisi kode etik.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dari pembahasan di atas maka dapat diberi kesimpulan,

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

BAB III PENUTUP. di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. waktu yang lama, dilain pihak kejaksaan harus segera dapat menentukan kerugian

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Hak-hak korban pelanggaran HAM berat memang sudah diatur dalam

Bab III. Penutup. dalam penulisan hukum/skripsi ini sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

BAB III PENUTUP. rumusan masalah yakni sebagai berikut :

UPAYA PENYIDIK DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DALAM LINGKUNGAN KELUARGA (Studi di Wilayah Hukum Polresta Malang)

BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pembahasan yang dipaparkan oleh peneliti, peneliti memberikan

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban dari permasalahan dalam penulisan hukum ini yakni bahwa:

BAB III PENUTUP. sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB III PENUTUP. umum dalam memberikan perlindungan terhadap korban sebagai saksi kekerasan. dalam rumah tangga maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tindakan cyber bullying dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab-bab sebelumnya maka dapat. Yogyakarta melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis di dalam bab 2 maka dapat

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dalam Penulisan

BAB V PENUTUP tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Informasi

BAB III PENUTUP. maka penulis mengambil kesimpulan bahwa : a. Perlindungan sementara. atau shelter. b. Rehabilitasi.

berlandaskan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang Indonesia harus taat dan patuh terhadap hukum yang ada di Indonesia dan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Terkait upaya pemberian perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan

Kata kunci : Kebijakan Hukum Pidana, perlindungan, korban perkosaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI MAKASSAR TAHUN ) Oleh:

BAB III PENUTUP. dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

BAB III PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan terhadap. korban kejahatan dengan perlindungan terhadap pelaku, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, penulis dapat. menyimpulkan:

BAB I PENDAHULUAN. hukum tidak berdasar kekuasaan belaka. 1 Permasalahan besar dalam. perkembangan psikologi dan masa depan pada anak.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

SKRIPSI. PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Kasus di Polres Pasaman Barat)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB III PENUTUP. terdahulu, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu :

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian analisis data dan wawancara dengan narasumber

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan hak asasi yang menderita. 1 Korban kejahatan yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang

Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

Reni Jayanti B ABSTRAK

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

Transkripsi:

49 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak pidana Kesusilaan Berdasarkan wawancara dengan narasumber Bapak Kompol Zulham Efendi Lubis, S.iK dalam hal Penanggulangan tindak pidana kesusilaan dengan korban anak Polisi menggunakan 3 (tiga) upaya yaitu upaya pre-emptif, upaya preventif dan upaya represif. 1. Upaya Pre-emptif Upaya pre-emptif adalah upaya untuk mendeteksi keadaan awal, pencegahan yang dilakukan secara dini melalui kegiatan-kegiatan edukatif dengan sasaran mempengaruhi faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana kesusilaan terhadap anak. Upaya pre-emptif ini memerlukan adanya peran intelejen untuk memberikan informasi. 35 2. Upaya Preventif Upaya preventif adalah upaya pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya suatu kejahatan. Upaya preventif yang dilakukan Polisi DIY lebih kepada sosialisasi dimasyarakat, antara lain: 35 Wawancara dengan Kompol Zulham Efendi Lubis, S.IK. Kepala Unit VC Polda DIY.

50 a. Polisi DIY mengajak masyarakat untuk bekerja sama melindungi anakanak disekitar lingkungan mereka. b. Mengajak masyarakat untuk berkoordinasi jika melihat terjadinya tindak pidana kesusilaan terhadap anak agar segera melapor kepada pihak yang berwenang. c. Polisi DIY memberikan penyuluhan-penyuluhan serta mengajak orang tua untuk lebih memperhatikan anak-anaknya. Dilakukannya berbagai upaya preventif ini ditujukan agar masyarakat dapat membantu Polisi DIY secara langsung untuk mencegah terjadinya tindak pidana kesusilaan terhadap anak. Upaya preventif ini diharapkan dapat menekan tingginya angka tindak pidana kesusilaan terhadap anak yang terjadi setiap waktu. 36 3. Upaya Represif Upaya represif adalah upaya yang dilakukan setelah terjadinya kejahatan, penindakan atau upaya hukum. Upaya represif yang dilakukan adalah dengan melalui penyelidikan, penangkapan, penyidikan, hingga sampai pada peradilan yang kemudian diputuskan oleh hakim. Upaya represif mendasarkan pada bukti awal yang ada, melakukan penangkapan dan diteruskan pada langkah penyidikan dengan menghubungkan dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian 36 Ibid.

51 Negara Republik Indonesia dan bila bukti itu telah cukup maka perkara dilimpahkan ke Kejaksaan. Dilakukannya upaya represif ini bertujuan untuk pemberian sanksi bagi para pelaku tindak pidana kesusilaan terhadap anak. Para pelaku yang diduga melakukan tindak pidana kesusilaan terhadap anak akan diperiksa dan dilakukan penyelidikan guna mencari bukti-bukti awal yang kemudian akan dilakukan penyidikan untuk memastikan kejahatan yang mereka perbuat. Setelah mendapat banyak bukti serta saksi maka akan dapat diteruskan ke pengadilan dan akan mendapat putusan hakim. 37 Upaya represif ini merupakan suatu usaha yang lebih bersifat pada penindakan/pemberantasan setelah tindak pidana kesusilaan terhadap anak itu terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa upaya represif yang dilakukan adalah dengan menangkap pelaku tindak pidana kesusilaan terhadap anak. Proses penegakan hukum pidana termasuk tindak pidana kesusilaan terhadap anak ini melalui suatu sistem yang terdiri dari empat tahap proses, yaitu: a. tahap penyelidikan / penyidikan; b. tahap penuntutan; c. tahap pemidanaan; dan d. tahap pelaksanaan. 37 Ibid.

52 Masalah tindak pidana kesusilaan terhadap anak ini merupakan masalah yang kompleks dan perlu menjalin kerjasama khususnya dalam penanganan kasus dan perlindungan korban guna memastikan korban mendapatkan haknya atas perlindungan keamanan pribadi korban, kerahasiaan identitas diri, namun karena kurangnya kerjasama sektor pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok masing-masing, sehingga mengakibatkan korban belum dapat merasakan perlindungan yang maksimal dan hal itu berakibat juga dalam hak penegakan hukum dimana tersangka/pelaku akhirnya mendapat hukuman tidak maksimal sesuai perbuatannya. 2. Kendala yang dihadapi Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kesusilaan Polisi DIY berharap anak yang menjadi korban tindak pidana kesusilaan dapat mengungkap fakta yang sebenarnya dan meminta perlindungan, tetapi pada kenyataannya fakta tersebut belum juga ditemukan sampai sekarang. Adapun kendala yang dihadapi Polisi DIY dalam menanggulangi tindak pidana kesusilaan dengan korban anak dapat digolongkan menjadi 2 faktor, yaitu: a. Faktor Internal 1) Sumber Daya Manusia, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah polisi. Kurangnya pengetahuan, keahlian, kemauan, kemampuan dan kurang

53 menguasai teknologi informasi dan komunikasi sangat berpengaruh terhadap penanganan kasus tindak pidana kesusilaan terhadap anak. 2) Sarana prasarana atau fasilitas yang mendukung untuk mempermudah pihak kepolisian dalam mengungkap tindak pidana kesusilaan terhadap anak. 3) Lemahnya koordinasi antara aparat penegak hukum, koordinasi dan kerjasama antar penegak hukum mempunyai peran yang sangat menentukan keberhasilan tugas terutama dalam menegakkan hukum dan keadilan serta melindungi sekaligus menyelesaikan masalah yang dihadapi anak korban tindak pidana kesusilaan, dari perspektif hukum koordinasi ini tidak hanya terbatas padasesama penegak hukum melainkan juga dengan instansi lain. 4) Polda mengalami kesulitan untuk memperoleh laporan. b. Faktor Ektsernal 1) Masih banyaknya orang tua yang kurang menghargai anak. 2) Tingkat pendidikan masyarakat rendah. 3) Dari segi ekonomi kurang mampu sehingga banyak orang tua yang kurang memperhatikan anak. B. Saran 1. Masyarakat khususnya orang tua lebih menyadari akan bahaya dari tindak pidana kesusilaan terhadap anak.masyarakat dalam hal ini orang tua hendaknya dapat membantu memberikan informasi tentang adanya tindak

54 pidana kesusilaan terhadap anak disekitar lingkungannya kepada pihak kepolisian. 2. Bagi polisi kiranya dapat mendekatkan diri lagi dengan masyarakat supaya informasi dari masyarakat mengenai pelaku tindak pidana kesusilaan terhadap anak yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

55 DAFTAR PUSTAKA Buku : Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, PT Bhuana Ilmu Popular kelompok gramedia. Bambang Purnomo, Laporan Hasil Penelitian Tentang Masalah Remaja di Yogyakarta, Seksi Kepidanaan dan Kriminologi FH UGM,1972/1973 Darwan Prinst, 1997, Hukum Anak Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Leden Marpaung, 2005, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta. Martiman Prodjohamidjojo,1997,Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia 2,Pradnya Paramita:Jakarta. Moelyatno,1993,Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta:Jakarta. Momo Kelana, 1994, Hukum Kepolisian, PT. Grasindo, Jakarta Pudi Rahardi, 2007, Hukum Kepolisian : Profesionalisme dan Reformasi POLRI, LaksBang Mediatama, Surabaya. P.A.F Lamintang, Delik-Delik Khusus Tindak Pidana-Tindak Pidana Melanggar Norma-Norma Kesusilaan dan Norma-Norma Kepatutan, Mandar Maju, Bandung. Rena Yulia, 2010, Viktimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu, Yogyakarta Sholeh Soeaidy dan Zulkhair, 2001, Dasar Hukum Perlindungan Anak, C.V Novinda Mandiri, Jakarta. Sadjijono, 2006, Hukum Kepolisian Perspektip Kedudukan Dan Hubungannya Dalam Hukum Administrasi, Laksbang, Yogyakarta. Website :

56 http://www.harianjogja.com/baca/2013/10/09/kasus-pencabulan-dua-bocah-laki-lakidicabuli-rekannya-sendiri-455003 www.jogja.polri.go.id www.wikipediakorbankejahatan.com Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php Anonik, 2012, Polisi http://id.wikipedia.org/wiki/polisi Peraturan Perundang-Undangan : UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang termuat dalam Lembaran Negara Nomor 4235.