Nomor AS: IIX : 222 International : 111 P.T. Indonusa System Integrator Prima : 100

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EVALUASI

Gambar 4.27 Perbandingan throughput rata-rata IIX ke Gateway 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan internet semakin meningkat dari tahun ke tahun. Internet digunakan

Analisis Konfigurasi Rute Aggregasi dengan AS-SET

IMPLEMENTASI DAN TESTING

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

ROUTING. Pengiriman Langsung & Tidak Langsung

Dynamic Routing (RIP) menggunakan Cisco Packet Tracer

MODUL 6 TUNNELING IPv6 OVER IPv4

ROUTING STATIS DAN DINAMIS

MODUL PRAKTIKUM 08 DYNAMIC ROUTING CISCO, WINDOWS

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM ET3100 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 3: JARINGAN KOMPUTER

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

Layer Network OSI. Network Fundamentals Chapter 5. ITE PC v4.0 Chapter Cisco Systems, Inc. All rights reserved.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR-DASAR ROUTING IP PADA JARINGAN

Pendahuluan. 0Alamat IP berbasis kepada host dan network. 0Alamat IP berisi informasi tentang alamat network dan juga alamat host

MODUL 2 MEMBANGUN JARINGAN IPV6 PADA CISCO ROUTER

Dynamic Routing (OSPF) menggunakan Cisco Packet Tracer

TOPOLOGI.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PROTOKOL ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T

BAB 4 PERANCANGAN DAN UJI COBA. untuk menghadapi permasalahan yang ada pada jaringan BPPT adalah dengan

2 ) menggunakan simulator untuk mensimulasikan Routing & konfigurasi sebenarnya. 4 ) Mampu mengkonfigurasi Routing Dynamic RIP,EIGRP, OSPF

PERCOBAAN ROUTING INFORMATION PROTOCOL (RIP)

JARINGAN KOMPUTER MODUL 9

IP Subnetting dan Routing (1)

BAB I PENDAHULUAN. Koneksi antar jaringan yang sering disebut dengan internetwork terbentuk

IMPLEMENTASI LAYANAN VIRTUAL PRIVATE NETWORK OVER MPLS IP. Disusun Oleh : I Putu Andhika Prawasa

Static Routing & Dynamic Routing

TUTORIAL SOFTWARE SIMULASI JARINGAN KOMPUTER PACKET TRACER 5.0 (DILENGKAPI DENGAN CD PROGRAM DAN VIDEO TUTORIAL)

menyangkut semua router dan konfigurasi-konfigurasi yang menggunakan IP. Routing IP adalah proses memindahkan paket dari satu network ke network lain

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol

METODE PENELITIAN. B. Pengenalan Cisco Router

ROUTING. Melwin Syafrizal Daulay, S.Kom.,., M.Eng.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN BERBASIS MPLS DI PT INDONUSA SYTEM INTEGRATOR PRIMA

Tujuan Menjelaskan role (peran) protokol routing dinamis dan menempatkannya dalam konteks desain jaringan modern.

Konfigurasi Router. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Tekonolgi Sepuluh Nopember Surabaya

Laporan Pratikum Instalasi Jaringan Komputer Routing Static

MODUL 8 TEORI DASAR. Packet loss = (P. Packets _ trasnmitte d. sehingga. ini. melakukan. pengiriman

INTERNETWORKING. Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BGP-Peer, Memisahkan Routing dan Bandwidth Management

MODUL 1 STATIC ROUTING

Modul 4 Routing RIP (Routing Information Protocol)

BAB I PENDAHULUAN. jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang

Bab XI Layanan Transisi IPV6. Iljitsch van Beijnum

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 4. Implementasi Protokol BGP & OSPF Untuk Failover

Jaringan Komputer. Konfigurasi Dynamic Routing RIP

LAMPIRAN A: MODE ROUTER

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing. Border Gateway Protocol

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

Sabtu, 29 Januari 2011 FreeBSD 2 TKJ-A Pak Rudi. 2. Tujuan Agar siswa mampu membangun PC router dengan menggunakan OS FreeBSD.

KONFIGURASI CISCO ROUTER

BAB 2 LANDASAN TEORI

Mata kuliah Jaringan Komputer Jurusan Teknik Informatika - UNIKOM

MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 5 STATIC ROUTING

STATIC & DYNAMIC ROUTING. Rijal Fadilah, S.Si

TUGAS 3 JARINGAN KOMPUTER. Analisa: Gambar di atas adalah topologi jaringan VLAN dengan menggunakan dua switch. PC A

Pada bab 6 akan dijelaskan tentang konsep Routing dan jenisnya serta jenis-jenis protokol routing untuk komunikasi antar router di jaringan.

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport

Modul 6 Routing dan protokol routing

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANCANGAN ROUTING PADA BOSON NETWORK DESIGNER

: Muhammad Miftah Firdaus NPM : : Sistem Komputer Dosesn Pembimbing : Elvina, S.Kom., MM.

IMPLEMENTASI DAN ANALISA JARINGAN BORDER GATEWAY PROTOCOL (BGP) MENGGUNAKAN ROUTER CISCO

Objektif. Memahami perbedaan operasi routing statik dan dinamik. Mengkonfigurasi dan mem-verifikasi routing statik.

MENGATUR PERANGKAT MENGGUNAKAN SOFTWARE

PERANCANGAN ROUTING PADA BOSON NETWORK DESIGNER PART 2

LAPORAN PRAKTIKUM IV MANAGEMENT INTERNETWORKING & ROUTER ROUTING ROUTING DINAMIS. Disusun oleh: Oktavia Indriani IK 3B

Modul 8 Cisco Router (Dynamic Routing)

INTERNETWORKING. Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,.

Materi Praktikum Studi Kasus Penyelesaian Subnetting dan Routing Static

Routing IP adalah proses pengiriman data dari satu host dalam satu network ke host

Routing LOGO. Muh. Izzuddin Mahali, M.Cs.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap router yang dilewati saat lalu lintas data berlangsung akan memberikan

MODUL 6 STATIC ROUTING

BAB IV ANALISA PERFORMA JARINGAN

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: BGP, Routing, ISP, Main Link, Backup Link.

Nugroho Agus H., M.Si.

Network Tech Support Inside local address Inside global address Outside local address Outside global address DHCP & NAT

Mikrotik Indonesia - BGP-Peer, Memisahkan Routing dan Bandwidth Ma...

Praktikum Minggu ke-11 Konfigurasi Routing Dinamis RIP dan BGP menggunakan Mikrotik

MODUL 5 OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF)

Private IP network adalah IP jaringan yang tidak terkoneksi secara langsung ke internet IP addresses Private dapat dirubah sesuai kebutuhan.

LAPISAN JARINGAN (NETWORK LAYER) Budhi Irawan, S.Si, M.T

MODUL 7 VPN PADA CISCO ROUTER

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Lokasi Test-bed

BAB 4 IMPLEMESTASI DAN EVALUASI. permasalahan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL 5 DUAL STACK IPv6 & IPv4

Mata kuliah Jaringan Komputer Jurusan Teknik Informatika - UNIKOM ROUTING DINAMIK

MODUL 9 MPLS (MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING)

Distance Vector Routing Protocols


BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI Rancangan jaringan lokal pada PT. Yamatogomu Indonesia

Dynamic Routing Topologi 1

MODUL 4 PC ROUTER. Gambar 1 Komunikasi dua komputer

Transkripsi:

L1 KONFIGURASI BGP Router IP Address list IIX Gateway 2 : 192.0.5.1 Internasional Gateway 2 : 192.0.4.1 Gateway 2 IIX : 192.0.5.2 Gateway 2 Internasional : 192.0.4.2 Gateway 2 Gateway 1 : 192.0.3.2 Gateway 1 Gateway 2 : 192.0.3.1 Gateway 1 Gateway 3 : 192.0.1.1 Gateway 3 Gateway 1 : 192.0.1.2 Loopback 1 (Gateway 1) : 10.0.1.1/24 Loopback 2 (Gateway 2) : 10.0.2.1/24 Loopback 3 (Gateway 3) : 10.0.3.1/24 Keterangan : IIX : Indonesia Internet Exchange Internasional : International Gateway Gateway 2 : Border Router Indonusa Gateway 1 : Router Reflector Server Gateway 3 : Client Gateway Indonusa Nomor AS: IIX : 222 International : 111 P.T. Indonusa System Integrator Prima : 100

L2 Deskripsi perintah: 1. enable : masuk ke Privilege exec mode Pada mode ini, administrator hanya bisa melakukan verifikasi save dan reboot router. 2. configure terminal : masuk ke Global exec mode Pada mode ini, administrator dapat melakukan konfigurasi, misalnya alamat IP tiap interface dan routing protocol yang akan digunakan. 3. interface loopback <nomor loopback dari 0 2.147.483.647> : inisialisasi dan mengaktifkan interface loopback. 4. ip address <alamat ip interface> <nomor subnet mask> : melakukan set nomor IP dan subnet pada interface router. Administrator harus masuk ke interface router dahulu sebelum melakukan konfigurasi ini 5. exit: keluar dari suatu mode ke mode sebelumnya. Urutan mode tersebut adalah user, privilege, global, dan line. 6. router bgp <nomor AS> : menentukan nomor AS yang akan digunakan oleh router dan interface-nya. Administrator melakukan konfigurasi awal BGP dengan perintah ini 7. no auto-summary : mematikan fitur automatic summarization pada sebuah routing protocol. Perintah ini menyebabkan semua isi dari alamat network yang terdaftar pada routing table dirangkum atau di-summary ke dalam classfull address. Contoh : dari 172.168.2.0/24 di-summary classfull menjadi 172.168.0.0/16. 8. no synchronization : mematikan fungsi synchronization. Apabila perintah ini aktif, setiap BGP speaker yang bertugas untuk meneruskan paket dari satu AS ke AS yang lain, harus menyebarkan rute yang dibawa ke seluruh IGP dan menunggu update rute tersebut datang kembali kepadanya melalui IGP. Selama belum menerima paket rute yang sama dari IGP, maka BGP speaker tidak akan meneruskan paket tersebut ke AS tujuan.

L3 9. network <ip network address> mask <nomor subnet> : digunakan untuk mengadvertise jaringan yang akan diumumkan ke router tetangga. Isi dari routing update adalah alamat yang di-advertise sebuah router. 10. neighbor <ip address interface tujuan> remote-as <nomor AS tetangga> : memulai sesi BGP, yaitu dengan menentukan interface dari suatu router untuk menjadi tetangganya lalu memasukkan nomor AS tetangganya. 11. neighbor <nama group> peer-group : mengelompokkan semua alamat router yang terdapat pada nomor AS yang sama. 12. neighbor <nama group> remote-as <nomor AS group> : menentukan nama grup tersebut pada sebuah AS, sehingga isi dari grup tersebut memiliki nomor AS yang sama. 13. neighbor <ip address tetangga atau nama group> update-source <nama dan nomor interface> : menetapkan alamat sumber setiap paket yang diteruskan suatu router menjadi alamat sumber dari interface-nya atau dari alamat loopback-nya. Contoh : neighbor internal update-source loopback1. 14. neighbor <ip address tetangga atau nama group> next-hop-self : membuat setiap paket yang dikirim oleh suatu router memiliki alamat next-hop interface sumber paket. 15. neighbor <ip address tetangga> route-reflector-client : membuat suatu router sebagai router reflector server dan menentukan alamat IP tersebut menjadi router reflector client. Dengan perintah ini, administrator membangun hubungan ketetanggaan router reflector server dengan client. Konfigurasi Gateway 1 Route Reflector G1>enable (masuk ke Privilege exec mode) G1#configure terminal (masuk ke Global exec mode)

L4 G1(config)#interface loopback 1 (membuat loopback dengan nama 1 ) G1(config-if)#ip address 10.0.1.1 255.255.255.0 (mengatur alamat loopback dengan 10.0.1.1 dan subnet mask 255.255.255.0) G1(config-if)#exit (kembali ke mode Global) G1(config)#router bgp 100 (membuat nomor AS) G1(config-router)#no auto-summary (menghilangkan summarization) G1(config-router)#no synchronization (menghilangkan sinkronisasi) G1(config-router)#network 10.0.1.0 mask 255.255.255.0 (melakukan advertise 10.0.1.0/24) G1(config-router)#network 192.0.1.0 mask 255.255.255.0 (melakukan advertise 192.0.1.0/24) G1(config-router)#network 192.0.3.0 mask 255.255.255.0 (melakukan advertise 192.0.3.0) G1(config-router)#neighbor internal peer-group (membuat dan menentukan grup bernama internal )

L5 G1(config-router)#neighbor internal remote-as 100 (menentukan alamat AS grup dengan nama internal ) G1(config-router)#neighbor internal update-source loopback1 (memasukan alamat interface loopback 1 ke dalam grup internal ) G1(config-router)#neighbor 10.0.2.1 peer-group internal (membentuk hubungan tetangga dengan 10.0.2.1) G1(config-router)#neighbor 10.0.3.1 peer-group internal (membentuk hubungan tetangga dengan 10.0.3.1) G1(config-router)#neighbor 192.0.1.2 remote-as 100 (membentuk hubungan tetangga dengan interface 192.0.1.2 pada AS 100) G1(config-router)#neighbor 192.0.2.2 route-reflector-client (menentukan tetangga 192.0.2.2 sebagai router reflector client) G1(config-router)#neighbor 192.0.3.2 route-reflector-client (menentukan tetangga 192.0.3.2 sebagai router reflector client) G1(config-router)#neighbor 192.0.3.2 remote-as 100 (membentuk hubungan tetangga dengan interface 192.0.3.2 pada AS 100) Untuk konfigurasi dasar BGP selanjutnya memiliki kesamaan dengan konfigurasi pada Gateway 1. Oleh karena itu, kami tidak mengulang kembali penjelasan konfigurasi yang ada. Apabila ada konfigurasi yang berbeda, kami akan menjelaskannya.

L6 Konfigurasi Gateway 2 R2>enable R2#configure terminal R2(config)#interface loopback 2 R2(config-if)#ip address 10.0.2.1 255.255.255.0 R2(config-if)#exit R2(config)#router bgp 100 R2(config-router)#no auto-summary G1(config-router)#no synchronization R2(config-router)#network 10.0.2.1 mask 255.255.255.0 R2(config-router)#network 192.0.3.0 mask 255.255.255.0 R2(config-router)#network 192.0.4.0 mask 255.255.255.0 R2(config-router)#network 192.0.5.0 mask 255.255.255.0 R2(config-router)#neighbor internal peer-group R2(config-router)#neighbor internal remote-as 100 R2(config-router)#neighbor internal update-source loopback2 R2(config-router)#neighbor internal next-hop-self (memaksa alamat loopback 2 menjadi alamat next-hop) R2(config-router)#neighbor 10.0.1.1 peer-group internal R2(config-router)#neighbor 10.0.3.1 peer-group internal R2(config-router)#neighbor 192.0.3.1 remote-as 100 R2(config-router)#neighbor 192.0.4.1 remote-as 111 R2(config-router)#neighbor 192.0.5.1 remote-as 222 Konfigurasi Gateway 3 R3>enable R3#configure terminal R3(config)#interface loopback 3 R3(config-if)#ip address 10.0.3.1 255.255.255.0 R3(config-if)#exit R3(config)#router bgp 100

L7 R3(config-router)#no auto-summary G1(config-router)#no synchronization R3(config-router)#network 10.0.3.1 mask 255.255.255.0 R2(config-router)#neighbor internal peer-group R2(config-router)#neighbor internal remote-as 100 R2(config-router)#neighbor internal update-source loopback3 R2(config-router)#neighbor 10.0.1.1 peer-group internal R2(config-router)#neighbor 10.0.2.1 peer-group internal R2(config-router)#neighbor 192.0.1.1 remote-as 100 Konfigurasi IIX IIX>enable IIX#configure terminal IIX(config)#router bgp 222 IIX(config-router)#no auto-summary IIX(config-router)#no synchronization IIX(config-router)#network 192.0.5.0 mask 255.255.255.0 IIX(config-router)#neighbor 192.0.5.2 remote-as 100 Konfigurasi Internasional INT>enable INT#configure terminal INT(config)#router bgp 111 INT(config-router)#no auto-summary INT(config-router)#no synchronization INT(config-router)#network 192.0.4.0 mask 255.255.255.0 INT(config-router)#neighbor 192.0.4.2 remote-as 100

L8 WAWANCARA Berly : Bagaimana keadaan topologi jaringan komputer Indonusa? Staf IT : Indonusa menggunakan Gateway 2 sebagai border router. Gateway 2 terhubung ke Gateway 1, ke Router International dan Router IIX. Gateway 1 terhubung ke Gateway 3. Sisanya klien Indonusa berada di bawah router tersebut. Mengenai teknik routing, Indonusa menggunakan static routing. Berly : Lalu bagaimana dengan keadaan klien Indonusa, misalnya susunan jaringan komputer klien? Staf IT : Saya hanya bisa memberitahu jumlah klien Indonusa itu sekitar 20 klien. Sisanya merupakan rahasia perusahaan dan tidak dapat diberitahukan kepada kalian. Berly : Baiklah. Selama menggunakan static routing, apa yang Anda rasakan? Staf IT : Apabila ada klien baru, topologi jaringan komputer berubah, sehingga saya harus mengatur rute-rute untuk klien baru tersebut. Pengaturan rute-rute itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Berly : Untuk ke depannya, apakah Indonusa tetap menggunakan static routing atau bagaimana? StafIT : Dengan terus bertambahnya klien Indonusa, static routing perlu diganti, karena sebagai administrator, pengaturan jaringan komputernya akan semakin

L9 rumit. Berly : Terima kasih atas informasinya.

L10 1.1 Ruang Lingkup Ruang lingkup pada skripsi ini adalah : 1. Usulan untuk menggunakan dynamic routing BGP. 2. Simulasi jaringan dengan menggunakan software OPNET dan Dynamips. 3. Tidak mencakup implementasi. 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah merancang konfigurasi Router Reflector dengan menggunakan routing protocol BGP. Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah memberikan performa jaringan yang lebih baik kepada perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil simulasi OPNET yang telah kami lakukan. 3.1 Sistem yang Sedang Berjalan Saat ini, perusahaan menggunakan 3 buah router dan static routing untuk mengatur koneksi jaringan. Perusahaan menggunakan Gateway 2 sebagai border router, yang memiliki koneksi ke Router International untuk koneksi internasional dan Router IIX untuk koneksi domestik, lalu Gateway 1 dan 3 untuk koneksi ke jaringan klien perusahaan. Informasi mengenai topologi perusahaan didapat dari wawancara dengan salah satu staf IT Indonusa yang terdapat di bagian Lampiran.

L11 3.2 Masalah yang Dihadapi 1. Static routing terlalu mengandalkan administrator jaringan pada saat pertambahan atau pengurangan jumlah klien terjadi, karena: a. Apabila jumlah klien bertambah, administrator harus mendaftarkan jaringan baru ke setiap router yang ada. b. Apabila jumlah klien berkurang, administrator harus menghilangkan rute-rute yang menuju jaringan tersebut. 2. Untuk mendaftarkan setiap rute yang ada pada jaringan sampai jaringan tersebut dapat terhubung satu sama lain membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 1-2 jam. 3. Paket-paket belum tentu melalui jalur terbaik yang ada, karena administrator yang menentukan jalur paket-paket tersebut. 4. Apabila ada pelanggan baru dalam perusahaan, pelanggan harus menunggu sampai ISP nasional mendaftarkan jaringan pelanggan baru tersebut ke proses BGP ISP nasional, lalu menempatkan static route yang terhubung ke perusahaan. 3.3 Pemecahan Masalah Kami mengusulkan kepada perusahaan untuk menggunakan dynamic routing BGP. Berikut alasannya : 1. Apabila terjadi perubahan jumlah klien, dynamic routing hanya mengaktifkan atau menonaktifkan advertise pada satu router saja, yaitu router yang terhubung langsung dengan jaringan klien tersebut.

L12 2. Untuk membuat jaringan saling terhubung satu sama lain, dynamic routing BGP membutuhkan waktu yang lebih singkat, yaitu sekitar 20-30 detik. 3. Jalur terbaik ditentukan oleh router BGP sehingga paket-paket yang dikirim atau diterima pasti melalui jalur terbaiknya. 4. Dengan menggunakan BGP, perusahaan cukup menambahkan jaringan pelanggan baru ke proses BGP perusahaan, tidak perlu langsung ke ISP nasional seperti saat menggunakan static routing. Jaringan baru ini yang akan menyesuaikan rute-rute baru tersebut melalui internet. Apabila perusahaan menggunakan routing protocol BGP, topologi jaringan perusahaan harus diubah. BGP memerlukan topologi jaringan full mesh untuk beroperasi, sedangkan topologi full mesh sulit untuk diimplementasi. Untuk menghindari hal itu, kami mengusulkan penggunaan BGP dengan konsep router reflector. 5.1 Simpulan Setelah melakukan analisis dan perancangan router reflector pada jaringan perusahaan, kami mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Router reflector BGP dapat mengatasi masalah yang dapat ditimbulkan oleh static routing. Dengan menggunakan router reflector BGP, jalur terbaik rute-rute yang ada ditetapkan oleh router BGP sehingga paket-paket yang dikirim atau diterima pasti melalui jalur terbaiknya.

L13 2. Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa penggunaan router reflector BGP memberikan nilai throughput yang lebih baik dengan delay yang tidak jauh berbeda. 5.2 Saran Kami sarankan agar perusahaan mengganti static routing dengan router reflector dynamic routing BGP. Dynamic routing akan meminimalkan kesalahan pengisian routing table secara manual.