SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

dokumen-dokumen yang mirip
ERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 12

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 1 TAHUN 2003 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWATENGAH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO SERI C

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 55 TAHUN 2003 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 26 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 542 TAHUN 2008 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

TAHUN : 2006 NOMOR : 07

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2010 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 2 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU

Perda Kab. Belitung No. 8 Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

14. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 31,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 42 TAHUN 2005 SERI : A PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 42 TAHUN 2005 SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BUPATI MAJALENGKA, Menimbang : a. bahwa Keputusan Bupati Majalengka Nomor 420 Tahun 2003 Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Majalengka tidak sesuai lagi dengan kondisi di saat ini; b. bahwa sebagaimana pertimbangan huruf a di atas, maka perlu menetapkan Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Majalengka yang dituangkan dalam Peraturan Bupati. Mengingat... 2 1

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 Tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4395); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410); 8. Undang-Undang... 3 2

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 Tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4165) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4165); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 Tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4024); 14. Peraturan Pemerintah. 4 3

14. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090); 17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 1202) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 77) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 36); 18. Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 19. Peraturan Daerah 5 4

19. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 28 Tahun 2001 Tentang Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten Majalengka Tahun 2002 2006 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2001 Nomor 28 Seri E); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2003 Nomor 1 Seri A ); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Barang Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2003 Nomor 5 Seri A); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 27 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 Nomor 27 Seri D); 23. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 Nomor 28 Seri D); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 Nomor 29 Seri D); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 Nomor 30 Seri D); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 Nomor 31 Seri D); 27. Peraturan Daerah.. 6 5

27. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Rencana Stratejik Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2004-2008 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004 Nomor 32 Seri D); 28. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 7 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Nomor 7, Seri D); 29. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 8 Tahun 2005 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Nomor 8, Seri D); 30. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2005 tentang Dana Cadangan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Nomor 10, Seri E); 31. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Partai Politik (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Nomor 12, Seri E); 32. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 13 Tahun 2005 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Majalengka Pada Bank Jabar Cabang Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2005 Nomor 13, Seri E). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA. BAB I. 7 6

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Majalengka. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Majalengka. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka. 5. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 6. Tugas Pembantuan adalah Penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau Desa dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 7. Perangkat Daerah adalah Organisasi / Lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab kepada Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan kebutuhan Daerah. 8. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban Daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 9. Anggaran 8 7

9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 10. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan daerah dalam periode tahun bersangkutan. 11. Belanja Daerah adalah semua kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. 12. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. 13. Penerimaan Daerah adalah semua uang yang masuk ke kas daerah. 14. Pengeluaran Daerah adalah semua uang yang keluar dari kas daerah. 15. Pendapatan Asli Daerah adalah semua penerimaan Kas Pemerintah Daerah dalam periode Tahun Anggaran bersangkutan yang menjadi hak Daerah dalam satu Tahun Anggaran dan menambah aktiva bersih Daerah yang digali dari potensi Daerah, terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan dari hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. 16. Dana Perimbangan adalah semua penerimaan Kas Pemerintah Daerah dalam periode Tahun Anggaran bersangkutan yang menjadi hak Daerah dalam satu Tahun Anggaran dan menambah aktiva bersih Daerah yang berasal dari bagi hasil pajak / bukan pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan Dana Kontingensi. 17. Lain-lain.. 9 8

17. Lain lain Pendapatan yang sah adalah semua Penerimaan Kas Pemerintah Daerah dalam periode Tahun Anggaran bersangkutan yang menjadi hak Daerah dalam satu Tahun Anggaran dan menambah aktiva bersih Daerah, diluar Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. 18. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 19. Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain sehingga menunjukan adanya suatu urutan tahap demi tahap tentang pelaksanaan kerja yang harus ditempuhdalam rangka pengelolaan keuangan daerah. 20. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah adalah suatu rangkaian tata kerja dan prosedur kerja yang kemudian membentuk suatu kebulatan pola tertentu dalam rangka melaksanakan Pengelolaan Keuangan Daerah. 21. Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan Daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 22. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah Kepala Bagian Keuangan Setda Kabupaten Majalengka yang mempunyai tugas melaksanakan Pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendaraha Umum Daerah. 23. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disebut RPJPD, adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun. 24. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJMD, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. 25. Rencana.. 10 9

25. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya Rencana Stratejik Satuan Kerja Perangkat Daerah disebut Rensra-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 26. Rencana Kerja Pemerintahan Daerah, yang selanjutnya disebut RKPD, adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun. 27. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya Renja-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 28. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai. 29. Pengguna Anggaran adalah pejabat Pemegang Kekuasaan Pengguna Anggaran Belanja Daerah. 30. Kas Daerah Adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah. 31. Bank adalah Bank persepsi yang ditunjuk Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan. 32. Satuan Kerja adalah kesatuan pelaksana kegiatan yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan kerja antara satu dengan lainnya. 33. Pemegang Kas adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melaksanakan kegiatan kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBD disetiap Unit Kerja Pengguna Anggaran. 34. Pembantu Pemegang Kas adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi melaksanakan fungsi keuangan tertentu untuk melaksanakan kegiatan pada satuan Pemegang Kas dalam rangka pelaksanaan APBD di setiap Unit Kerja Pengguna Anggaran. 35. Satuan.. 11 10

35. Satuan Pemegang Kas Pembantu adalah Unit Pembantu Satuan Pemegang Kas yang berfungsi menerima uang hasil Pendapatan Asli Daerah pada Lembaga Teknis Daerah. 36. Dana Cadangan adalah Dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana Relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran. 37. Dana Depresiasi adalah Dana yang disisihkan untuk penggantian Aset pada akhir masa umur ekonomisnya. 38. Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun Lalu adalah selisih lebih realisasi pendapatan terhadap realisasi Belanja Daerah dan merupakan komponen pembiayaan; 39. Aset Daerah adalah semua harta kekayaan milik Daerah baik barang berwujud maupun barang tidak berwujud. 40. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 41. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan Peraturan PerUndang-Undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah. 42. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan PerUndang-Undangan yang berlaku, perjanjian atau berdasarkan sebab lainnya yang sah. 43. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari Pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam perdagangan. 44. Belanja.. 12 11

44. Belanja Aparatur adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang manfaatnya dirasakan oleh Aparatur, terdiri atas Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan serta Belanja Modal. 45. Belanja Publik adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang manfaatnya dirasakan oleh publik, terdiri atas Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan serta Belanja Modal. 46. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 47. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 48. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurai nilai kekayaan bersih. 49. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. 50. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan adalah transfer uang dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Desa / Kelurahan dan atau kepada Satuan Kerja / Pihak tertentu dengan kriteria : a. Tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa seperti lazimnya yang terjadi dalam transaksi pembelian dan penjualan; b. Tidak mengharapkan akan diterima kembali di masa yang akan datang seperti lazimnya piutang; c. Tidak mengharapkan adanya hasil seperti lazimnya penyertaan modal atau pada kegiatan investasi. 51. Belanja. 13 12

51. Belanja Tidak Tersangka adalah pengeluaran untuk kejadiankejadian luar biasa seperti bencana alam, bencana sosial atau pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Daerah. 52. Anggaran Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Daerah sebagai penyeimbang adanya surplus dan defisit anggaran, yang terdiri atas penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah. 53. Tahun Anggaran adalah satu periode yang berlaku dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun yang bersangkutan. 54. Atasan Langsung Pemegang Kas adalah Sekretaris Daerah, Sekretaris DPRD, Kepala Dinas, Kepala Lembaga Teknis Daerah, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Camat yang ditunjuk dan diserahi tugas untuk mempertanggungjawabkan baik fisik maupun keuangan atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan atau penggunaan Anggaran Belanja yang menjadi tanggung jawabnya. 55. Rencana Anggaran Satuan Kerja yang selanjutnya disebut RASK adalah dokumen usulan rencana program dari setiap pengguna anggaran, terdiri dari format yang berisi informasi mengenai usulan Rencana Strategis Satuan Kerja (S1), usulan program dan kegiatan (S2), usulan Anggaran Pendapatan dan Belanja (S3). 56. Dokumen Anggaran Satuan Kerja yang selanjutnya disebut DASK adalah dokumen pelaksanaan anggaran untuk setiap pengguna anggaran, terdiri dari format yang berisi Rencana Strategis Satuan Kerja (D1), program dan kegiatan (D2) Anggaran Pendapatan dan Belanja (D3). 57. Rekening Kas Umum Daerah adalah Rekening tempat penyimpanan Uang Daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan. 58. Kode Rekening... 14 13

58. Kode Rekening adalah sistem pengkodean / pengelompokan rekening yang disusun berdasarkan kode bidang kewenangan, Satuan Kerja dan Sub Satuan Kerja, kode program dan kegiatan, serta pengkodean untuk jenis pendapatan, belanja, pembiayaan aktiva, kewajiban dan ekuitas dana. 59. Siklus APBD adalah tahapan kegiatan yang meliputi perencanaan, penyusunan, penetapan, perubahan APBD, perhitungan dan pertanggungjawaban APBD. 60. Surat Keputusan Otorisasi yang selanjutnya disebut SKO adalah Keputusan yang dikeluarkan oleh Pemegang Kekuasaan Umum Anggaran tentang penyediaan kredit tertinggi yang dapat dikeluarkan untuk beban Anggaran Belanja tertentu untuk jangka waktu yang telah ditetapkan. 61. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disebut SPP adalah dokumen yang dibuat dan diajukan oleh Pemegang Kas kepada Bupati Cq. Kepala Bagian Keuangan sebagai dasar untuk mendapatkan pembayaran dalam rangka pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja. 62. Surat Pertanggungjawaban yang selanjutnya disebut SPJ adalah kumpulan dokumen / format-format dan tanda-tanda bukti pengeluaran yang sah sebagai pertanggungjawaban Pemegang Kas yang harus disampaikan kepada Bupati Cq. Kepala Bagian Keuangan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. 63. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah sistem akuntansi untuk mencatat, menggolongkan, menganalisa, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan APBD. 64. Surat Tanda Setor yang selanjutnya disebut STS adalah surat tanda bukti penyetoran kas dari pemegang kas dan atau perorangan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Majalengka kepada Kas Daerah. 65. Transaksi. 15 14

65. Transaksi adalah setiap kejadian yang mengubah posisi keuangan Pemerintah Kabupaten baik berupa penambahan maupun pengurangan. 66. Buku jurnal adalah catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat dan mengklasifikasikan data transaksi keuangan yang berfungsi sebagai arsip transaksi. 67. Buku Besar adalah buku yang digunakan untuk mengelompokkan (posting) data transaksi keuangan dari buku jurnal yang berfungsi sebagai arsip permanent. 68. Buku Besar Pembantu adalah buku yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dari buku besar. 69. Pengawas Fungsional internal adalah Badan Pengawas Daerah Kabupaten yang bertugas membantu Bupati untuk melakukan pengawasan dan pengendalian atas Pengelolaan Keuangan Daerah. 70. Pengawas Fungsional ekternal (BPKRI, BPKP, Irjen dan Bawasda Propinsi) yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan menurut Peraturan perundang-undangan yang berlaku. 71. Laporan Keuangan Pengguna Anggaran adalah laporan keuangan yang menggambarkan pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja dan realisasi pembiayaan yang dibuat secara periodik. 72. Perhitungan APBD adalah laporan keuangan yang menggambarkan jumlah anggaran dan realisasi dari pendapatan, belanja dan surplus/defisit satuan kerja/ Pemerintah Daerah pada satu Tahun Anggaran tertentu. 73. Nota Perhitungan APBD adalah laporan yang memuat ringkasan realisasi pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan serta Kinerja Keuangan Daerah. 74. Neraca. 16 15

74. Neraca adalah keuangan yang menggambarkan aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari dan untuk aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan pada suatu periode tertentu. 75. Laporan Aliran Kas adalah laporan keuangan yang menggambarkan aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari dan untuk aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan pada suatu periode tertentu. 76. Pengadaan barang / jasa adalah usaha atau kegiatan pengadaan barang /jasa yang diperlukan oleh Instansi Pemerintah yang meliputi : pengadaan barang, jasa pemborongan, jasa konsultasi dan jasa lainnya. 77. Panitia Pengadaan adalah Panitia Pelelangan atau Panitia Pemilihan Langsung atau Panitia Penunjukan Langsung yang ditugasi untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa oleh Kepala Satuan Kerja. 78. Jasa Pemborongan adalah layanan penanganan pekerjaan bangunan atau kontruksi atau wujud fisik lainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan pengguna barang/jasa dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh pengguna barang/jasa. 79. Jasa Konsultasi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak dan disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan pengguna jasa. 80. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh panitia pengadaan sebagai pedoman dalam proses pembuatan dan penyampaian penawaran oleh calon penyedia barang/jasa serta evaluasi penawaran oleh panitia pengadaan. 81. Kontrak adalah perikatan antara Kepala Satuan Kerja sebagai pengguna barang/jasa dengan pemasok atau konsultan sebagai penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. 82. Dokumen 17 16

82. Dokumen kontrak adalah perikatan tertulis berikut seluruh lampirannya yang memuat persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh para pihak. 83. Pengguna Barang adalah pemegang kewenangan pengguna barang milik daerah. 84. Penyedia barang/jasa adalah perusahaan atau mitra kerja yang melaksanakan pengadaan barang/jasa yang terdiri dari kontraktor, pemasok, konsultan, Usaha kecil, koperasi, perguruan tinggi, Lembaga Ilmiah Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). 85. Surat Jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkan oleh bank umum / lembaga keuangan lainnya yang diberikan oleh penyedia barang/jasa kepada kepala satuan kerja untuk jaminan terpenuhinya kewajiban penyedia barang/jasa. 86. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian, modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah. BAB II KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pasal 2 (1) Bupati adalah pemegang kekuasaan Pengelola Keuangan Daerah. (2) Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh : a. Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Majalengka selaku pejabat pengelola Keuangan Daerah; b. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran / barang daerah. (3) Dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut : a. menyusun. 18 17

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD; b. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; c. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah; d. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. (4) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut : a. menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; c. melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; e. mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan perangkat daerah yang dipimpinnya; f. mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan perangkat daerah yang dipimpinnya; g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan perangkat daerah yang dipimpinnya. (5) Pemegang Kekuasaan Pengelola Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lambat satu bulan setelah penetapan APBD, menetapkan keputusan tentang : a. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Keputusan Otorisasi (SKO); b. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP); c. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM); d. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Cek; e. Pejabat yang diberi wewenang untuk mengesahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ); f. Pejabat yang diberi wewenang untuk mengelola penerimaan dan pengeluaran kas daerah serta segala bentuk kekayaan daerah lainnya; g. Pejabat... 19 18

g. Pejabat yang diserahi tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan kas dalam rangka pelaksanaan APBD di setiap Unit Kerja pengguna Anggaran Daerah yang selanjutnya disebut Pemegang Kas dan pembantu Pemegang Kas; h. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Bukti dasar pungutan pendapatan daerah; i. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani bukti penerimaan kas dan bukti pendapatan lainnya yang sah; dan j. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani ikatan atau perjanjian dengan pihak ketiga yang mengakibatkan pendapatan dan pengeluaran APBD. BAB III PERENCANAAN, PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD Bagian Kesatu Perencanaan APBD Pasal 3 Kepala Bapeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran RPJM Daerah/Renstrada. Pasal 4 (1) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja- SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD dan berpedoman pada Renstra SKPD. (2) Kepala Bapeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan Renja-SKPD. Pasal 5 (1) Rancangan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) menjadi bahan bagi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG). (2) Musyawarah. 20 19

(2) Musyawarah Pembangunan dalam rangka penyusunan RKPD diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan. (3) Kepala Bapeda menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan. penyusunan RKPD. (4) Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan mengikuti peraturan yang berlaku. Pasal 6 (1) Musyawarah Perencanaan Pembangunan penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dilaksanakan paling lambat bulan Maret. (2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja- SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan berpedoman pada Renstra-SKPD. (3) Kepala Bapeda mengkoordinasikan penyusunan Rancangan RKPD dengan menggunakan Renja-SKPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Pasal 7 (1) Kepala Bapeda menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3). (2) RKPD menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBD. Bagian Kedua... 21 20

Bagian Kedua Penyusunan Kebijakan Umum APBD Pasal 8 (1) BAPEDA bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi program tahun anggaran sebelumnya pada bulan Mei. (2) BAPEDA berkoordinasi dengan Dinas Pendapatan Daerah, Bagian Keuangan setda Majalengka dan Perangkat Daerah Penghasil lainnya untuk melakukan analisis dan mengukur potensi pendapatan daerah pada bulan Mei. (3) BAPEDA merancang / menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) pada awal Juni. (4) Bupati menyampaikan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) kepada DPRD paling lambat pertengahan Bulan Juni tahun berjalan. Bagian Ketiga Penetapan Kebijakan Umum APBD Pasal 9 Pemerintah Daerah bersama DPRD menetapkan Kebijakan Umum APBD (KUA) dalam bentuk nota kesepakatan yang mengikat antara Pemerintah Daerah dan DPRD pada bulan Juli. Bagian Keempat Penyusunan Prioritas dan Plafon APBD Pasal 10 (1) Berdasarkan Kebijakan Umum APBD (KUA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Peraturan ini, BAPEDA menyusun Prioritas dan plafon APBD. (2) Penyusunan 22 21

(2) Penyusunan prioritas dan palafon APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tahapan kegiatan sebagai berikut : a. BAPEDA menetapkan target pendapatan daerah untuk penetapan dasar pagu pendapatan dan belanja daerah pada bulan Juli-Agustus; b. BAPEDA menyusun prioritas dan besaran alokasi anggaran (plafon) tahunan untuk Anggaran Belanja Aparatur, Belanja Publik, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, Belanja Tidak Tersangka dan pembiayaan sesuai dengan kebijakan umum anggaran serta target pendapatan daerah pada bulan Agustus; c. BAPEDA menyusun asumsi dasar kebijakan keuangan Daerah. (3) Mekanisme penyusunan prioritas dan plafon APBD serta Tata Caranya mengikuti peraturan yang berlaku. Pasal 11 Penentuan prioritas dan plafon APBD bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah mengacu kepada : a. Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah; b. Pencapaian Visi dan Misi Pemerintah Daerah. Pasal 12 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah Daerah bersama DPRD menetapkan prioritas dan plafon untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun rencana kerja untuk melaksanakan berbagai kegiatan agar dapat mencapai tujuan dan sasaran secara efektif. Bagian Kelima... 23 22

Bagian Kelima Penyusunan Standar Biaya Belanja Daerah, Standar Pelayanan Minimal (Tolok Ukur Kinerja) Dan Standar Harga Barang. Pasal 13 (1) Penyusunan Standar Biaya Belanja Daerah dan Standar Harga Barang ditetapkan dengan Peraturan Bupati atau Keputusan Bupati sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. (2) Penyusunan Standar Pelayanan Minimal ditetapkan dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh Gubernur. (3) Penyusunan Standar Biaya/harga dilaksanakan setiap tahun sebelum penyusunan RAPBD sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Pasal 14 (1) Penyusunan Standar Biaya Belanja Daerah dilaksanakan oleh Bagian Pengendalian Program Setda Kabupaten Majalengka bersama unsur terkait. (2) Penyusunan Standar Harga Barang dilaksanakan oleh Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Majalengka bersama unsur terkait. (3) Penyusunan Standar Pelayanan Minimal dilaksanakan oleh Bagian Organisasi Setda Kabupaten Majalengka bersama unsur terkait. Bagian Keenam Tim Penyusun Anggaran Eksekutif Pasal 15 Tim Penyusun Anggaran Eksekutif ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 16.. 24 23

Pasal 16 Susunan Tim Penyusun Anggaran Eksekutif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketujuh Penyusunan RASK Pasal 17 (1) Kebijakan umum APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, prioritas dan plafon APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Standar Biaya Belanja Daerah, Standar Pelayanan Minimal dan Standar Harga Barang merupakan dasar dalam penyusunan RASK. (2) Penyusunan RASK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tahapan kegiatan sebagai berikut : a Bupati menyampaikan Surat Pemberitahuan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk menyusun RASK dengan dilampiri dokumen Kebijakan umum APBD, Dokumen Prioritas dan plafon APBD, dan standarisasi kode rekening anggaran pada awal bulan Agustus; b Satuan kerja Perangkat Daerah menyusun dan menyampaikan RASK pada bulan Agustus ke Pejabat Pengelola Keuangan Daerah/Tim Anggaran Eksekutif; c Tim Penyusun Anggaran Eksekutif melakukan penelitian terhadap RASK meliputi penilaian kesesuaian terhadap KUA, Standar Pelayanan Minimal, Standar Analisa Biaya, Standar Harga, kode rekening anggaran, tujuan dan sasaran program serta kegiatan dan format RASK sebagai bahan penyusunan RAPBD pada bulan Agustus; d RASK yang belum memenuhi kriteria dikembalikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk disempurnakan pada bulan Agustus; e. Penyempurnaan. 25 24

e Penyempurnaan RASK sebagaimana dimaksud pada huruf d ayat (2) disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan tembusan kepada Ketua DPRD, Kepala Bapeda dan Kepala Bagian Pengendalian Program paling lambat pada akhir bulan Agustus. Pasal 18 (1) Tim Penyusun Anggaran Eksekutif menuangkan RASK ke dalam RAPBD pada bulan September. (2) Tim Penyusun Anggaran Eksekutif menghitung dan menganalisis pembiayaan akibat defisit atau surplus penganggaran, pada bulan September. (3) Tim Penyusun Anggaran Eksekutif mengkonsultasikan waktu dan agenda pembahasan RAPBD dengan DPRD, pada bulan September. (4) Mekanisme penyusunan RASK sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini. Pasal 19 (1) Bupati menyampaikan Nota Keuangan tentang RAPBD pada Rapat Paripurna DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya. (2) DPRD setelah menerima Nota Keuangan tentang RAPBD melakukan pembahasan RAPBD sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (3) Jawaban Bupati terhadap Pandangan Umum DPRD terhadap Nota Keuangan RAPBD pada minggu keempat bulan Oktober tahun sebelumnya. (4) Penetapan. 26 25

(4) Penetapan RAPBD menjadi APBD dengan Peraturan Daerah dilakukan paling lambat satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. (5) Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya. Pasal 20 (1) Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi, hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur kepada Bupati selambatlambatnya 15 (lima belas) hari tehitung sejak diterimanya Rancangan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati. (2) Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan Peraturan Bupati. (3) Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi. (4) Apabila. 27 26

(4) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Bupati dan DPRD, dan Bupati tetap menetapkan rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD menjadi Perda dan Peraturan Bupati, Gubernur membatalkan Perda dan Peraturan Bupati dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya. Pasal 21 (1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati tentang APBD, Bupati melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan yang disusun dalam rancangan Peraturan Bupati tentang APBD. (2) Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahaan dari Gubernur. (3) Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), rancangan peraturan bupati tentang APBD beserta lampirannya disampaikan paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak DPRD tidak mengambil keputusan bersama dengan bupati terhadap rancangan Peraturan Daerah tentang APBD. (4) Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari Gubernur tidak mengesahkan rancangan Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati menetapkan rancangan Peraturan Bupati dimaksud menjadi Peraturan Bupati. BAB IV... 28 27

BAB IV PELAKSANAAN APBD Bagian Kesatu Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pasal 22 (1) APBD meliputi : a. Anggaran Pendapatan; b. Anggaran Belanja; c. Anggaran Pembiayaan. (2) APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan kode rekening. (3) Kode rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disusun berdasarkan pengelompokan sebagai berikut : a Kelompok pertama merupakan kode rekening untuk bidang kewenangan, satuan kerja dan sub satuan kerja; b Kelompok kedua merupakan kode rekening program dan kegiatan; c Kelompok ketiga merupakan kode rekening pendapatan, belanja, dan pembiayaan : d Penjelasan nama-nama rekening yang telah disusun sesuai kode rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Dokumen Anggaran Pasal 23 Dokumen anggaran terdiri atas dokumen perencanaan dan dokumen pelaksanaan APBD. Pasal 24 (1) Dokumen perencanaan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 meliputi : a. Rencana... 29 28

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah; b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (renstrada); c. Rencana Stratejik Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra- SKPD); d. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD); e. Kebijakan umum APBD; f. Prioritas dan plafon APBD; g. RASK; h. RAPBD. (2) Dokumen pelaksanaan APBD meliputi : a. DASK; b. Peraturan Daerah tentang APBD berikut lampirannya; c. Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD; d. Peraturan Bupati tentang Penunjukan para Pelaksana Anggaran; e. STS; f. SKO; g. RAPBD; h. SPM; i. Daftar Penguji; j. SPJ; k. Register SKO; l. Register SPP; m. Register SPM; n. Register SPJ; o. Buku Kas dan Buku Bank Kasir; p. Buku Kas Umum Bendahara Umum Daerah; q. Jurnal; r. Neraca s. Buku Besar dan Buku Besar Pembantu; t. Pengesahan PK yang terpakai. (3) Lampiran Peraturan Daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan bagian dari Dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun berjalan dengan sistematika sebagai berikut : I. Ringkasan APBD... 30 29

I. Ringkasan APBD; II. Rincian APBD; III. Daftar Rekapitulasi APBD berdasarkan Bidang Pemerintahan dan Perangkat Daerah; IV. Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan; V. Daftar Piutang Daerah; VI. Daftar Pinjaman Daerah; VII. Daftar Investasi (Penyertaan Modal) Daerah; VIII. Daftar Ringkasan Nilai aktiva Tetap Daerah; IX. Daftar Dana cadangan. (4) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 25 (1) RASK meliputi : a Format S1 merupakan daftar yang berisi tugas pokok dan fungsi serta visi misi sesuai dengan rencana strategis satuan kerja; b Format S2 merupakan daftar yang berisi program, tujuan dan sasaran program satuan kerja; c Format S3 merupakan daftar yang berisi ringkasan anggaran pendapatan dan belanja satuan kerja; d Format S3A merupakan daftar yang berisi rekapitulasi anggaran pendapatan satuan kerja; e Format S3A1 merupakan daftar yang berisi rincian anggaran pendapatan per sumber pendapatan dari satuan kerja; f Format S3B merupakan daftar yang berisi rekapitulasi anggaran belanja satuan kerja; g Format S3B1 merupakan daftar yang berisi ringkasan dan rekapitulasi anggaran belanja operasi dan pemeliharaan dan belanja modal (belanja langsung) satuan kerja; h. Format... 31 30

h Format S3B1.1 merupakan daftar yang berisi rincian anggaran belanja langsung untuk masing-masing kegiatan meliputi belanja operasi dan pemeliharaan dan belanja modal satuan kerja, baik belanja aparatur maupun belanja publik; i Format S3B2 merupakan daftar yang berisi rekapitulasi anggaran belanja administrasi umum (belanja tidak langsung) satuan kerja baik belanja aparatur maupun belanja publik; j Format S3B2.1 merupakan daftar yang berisi rincian anggaran belanja administrasi umum (belanja tidak langsung) satuan kerja. (2) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Bagian Ketiga Persiapan Pelaksanaan APBD Pasal 26 (1) Bupati menerbitkan Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD setelah APBD ditetapkan dan telah dievaluasi oleh Gubernur. (2) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun menurut jenis, kelompok, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (3) Format Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-udangan. Pasal 27 (1) Berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD, Sekretaris Daerah, menetapkan RASK menjadi DASK. (2) Penetapan DASK paling lambat 1 (satu) bulan setelah Peraturan Daerah tentang APBD ditetapkan. Paragraf 1... 32 31

Paragraf 1 Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Pada Satuan Kerja Pasal 28 (1) Dinas Pendapatan Daerah, mengkoordinasikan semua obyek pendapatan Daerah. (2) Berdasarkan ayat (1) tersebut Dinas Pendapatan Daerah bertanggung jawab terhadap penerbitan SKPD dan SKRD. (3) Dalam hal tertentu Bupati dapat merefungsionalisasi penerbitan SKRD. Pasal 29 (1) SKPD untuk tahun berjalan didistribusikan kepada wajib Pajak pada awal Januari tahun bersangkutan. (2) Wajib Pajak Daerah dapat membayar kewajibanya langsung pada Kas Daerah atau melalui Petugas Pemungut Pajak Daerah. (3) Pembayaran atas Pajak Daerah dianggap sah apabila telah diterbitkan Surat Tanda Setoran sesuai dengan obyek pajaknya oleh Bendahara Umum Daerah. (4) Petugas Pemungut Pajak Daerah yang menerima pembayaran Pajak Daerah wajib menyetorkan pada Kas Daerah selambatlambatnya dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam setelah diterima. (5) Petugas Pemungut Pajak yang menerima pembayaran Pajak daerah wajib menerbitkan Surat Tanda Setoran obyek Pajak Sementara. (6) Surat Tanda setoran dimaksud dalam ayat (5) ditandatangani oleh Petugas Pemungut dan diketahui oleh Kepala Bidang yang menangani atas nama Kepala Dinas Pendapatan. Pasal 30..33 32

Pasal 30 (1) Bagi Satuan Kerja Pengelola Retribusi Daerah, berkewajiban untuk berkoordinasi dengan Dinas Pendapatan Daerah dalam hal penerbitan SKRD. (2) Pembayaran Retribusi Daerah dapat dilakukan langsung pada Kas Daerah atau melalui petugas Pemungut Retribusi Daerah. (3) Petugas Pemungut Retribusi Daerah yang menerima pembayaran Retribusi Daerah berkewajiban menyetorkan pada Kas Daerah dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam setelah menerima pembayaran retribusi Daerah. Pasal 31 Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Penerimaan Laba Perusahaan, Penerimaan Bagi Hasil pajak dan bukan pajak serta penerimaan pendapatan lain-lain tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini. Paragraf 2 Pelaksanaan Anggaran Belanja Pada Satuan Kerja Pasal 32 Pimpinan Satuan Kerja, selaku pengguna anggaran bertanggung jawab terhadap penggunaan anggaran pada Satuan Kerjanya. Pasal 33 Penyerapan anggaran dilakukan oleh Pemegang Kas Satuan Kerja atas perintah Pimpinan Satuan Kerja, penyerapan dimaksud melalui mekanisme sebagai berikut. a. Berdasarkan DASK, Ketua pelaksana mengajukan permohonan anggaran pada Pimpinan Satuan Kerja; b. Pimpinan Satuan Kerja memberikan disposisi terhadap permohonan anggaran dari Ketua pelaksana kegiatan; c. Disposisi... 34 33

c. Disposisi yang menyatakan setuju atas penyerapan anggaran, dilanjutkan pada Pemegang Kas untuk dasar pengajuan SPP, dan disposisi yang menyatakan penolakan disampaikan kembali pada ketua pelaksana; d. SPP, oleh Pemegang Kas diregister dalam Buku Register SPP; e. SPP dikirimkan ke Bagian Keuangan, kemudian diverifikasi kelengkapan dan persyaratannya baik Pengisian Kas (PK) maupun Beban Tetap (BT) ; f. SPP yang telah memenuhi persyaratan kemudian diterbitkan SPM; g. SPM yang sudah direalisasi, dibukukan pada Buku Kas Umum Pemegang Kas (Kasir), serta disampaikan beritanya pada pimpinan kegiatan; h. Surat Pertanggungjawaban harus dilampiri dengan tanda bukti transaksi dan ditandatangani oleh Pimpinan Satuan Kerja/pejabat yang diberi pelimpahan wewenang oleh pimpinan satuan kerja; i. Lampiran tanda bukti transaksi ditandatangani oleh Kasir pembayar dan disetujui oleh Pemegang Kas dan diketahui oleh Pimpinan Satuan Kerja; j. Surat Pertanggungjawaban beserta lampirannya disampaikan pada Bagian Keuangan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pasal 34 Pengajuan Bantuan Keuangan diajukan kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Majalengka. Paragraf 3 Pelaksanaan Anggaran Belanja Pada Bagian Keuangan Pasal 35 (1) Pelaksanaan anggaran terdiri dari : a. Penerbitan SKO; b. Pengujian SPP;. 22 b. Pengujian SPP; c. Penerbitan SPM; d. Pengujian SPJ. (2) Pelaksanaan.. 35 34

(2) Pelaksanaan Anggaran Belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (3) Apabila pada awal tahun anggaran, Peraturan Daerah tentang APBD belum ditetapkan, belanja pegawai ( gaji dan tunjangan ) dan belanja yang tidak dapat ditangguhkan dapat direalisasikan dengan mengacu kepada anggaran tahun sebelumnya. Pasal 36 (1) Sebelum anggaran belanja dilaksanakan, terlebih dahulu diterbitkan SKO sebagai penyediaan kredit anggaran. (2) SKO sebagaimana dimaksud ayat (1) dicatat pada register SKO oleh Bagian Keuangan selanjutnya diserahkan kepada pemegang kas dari satuan kerja. (3) SKO yang diterima oleh pemegang kas pada satuan kerja dicatat pada register SKO. Pasal 37 (1) SPP terdiri atas SPP-PK dan SPP-BT. (2) SPP-PK pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Pemegang Kas/Pembantu Pemegang Kas kepada Bagian Keuangan disertai DASK, SK Penunjukan Atasan Langsung/Sekretaris/Ketua Pelaksana/Pemegang Kas/Pembantu Pemegang Kas, SKO, Pengantar SPP dan Daftar Rincian Penggunaan Anggaran. (3) SPP-PK (Pengisian Kas) dilakukan untuk pembayaran : a. Pelaksanaan pekerjaan, pengadaan barang/jasa termasuk pengadaan barang dan bahan untuk pekerjaan dengan nilai paling tinggi Rp 25.000.000,00 (Dua Puluh Lima Juta Rupiah) dengan persyaratan : 1) yang bernilai... 36 35

1) yang bernilai dibawah dari Rp 5.000.000,00 dapat dibeli secara langsung kepada penyedia barang/jasa tanpa penawaran tertulis, cukup dengan kuitansi pembelian kecuali untuk barang inventaris dan cetakan harus dilengkapi dengan surat pesanan dan berita acara serah terima barang, sedangkan yang bersifat mengikat harus dilaksanakan dengan beban tetap. 2) yang bernilai antara Rp 5.000.000,00 Rp 25.000.000,00 dapat dibeli secara langsung dengan penawaran tertulis, dilengkapi dengan Surat Perintah Kerja (SPK) / Surat Pesanan Barang (SPB), Berita Acara Serah Terima Barang dan Berita Acara Kemajuan Fisik Proyek serta Sertifikat klasifikasi perorangan dan atau badan usaha kecil/koperasi kecil yang memenuhi syarat. b. Honorarium, biaya perjalanan dinas, gaji/upah. c. Perubahan batas jumlah sebagaimana dimaksud pada huruf 3 di atas ditetapkan oleh Bupati dengan memperhatikan perincian kebutuhan dan waktu penggunaan. Pasal 38 (1) Mekanisme Beban Tetap untuk pembayaran belanja pegawai, belanja perjalanan dinas sepanjang mengenai uang pesangon, Belanja Bagi hasil dan Bantuan Keuangan,Pembayaran pokok pinjaman yang jatuh tempo, biaya bunga dan administrasi pinjaman,pelaksanaan Pekerjaan oleh Pihak ketiga, Pembelian barang dan Jasa yang melalui pesanan,pembelian barang dan bahan untuk pekerjaan swakelola berdasarkan Peraturan Bupati. (2) Pembayaran atas Beban tetap dapat dilakukan setelah pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) menyatakan lengkap dan sah terhadap dokumen yang dilampirkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (3) Pembayaran 37 36

(3) Pembayaran untuk pengisian Kas dapat dilakukan apabila SPP- PK, SKO, Daftar Rincian Penggunaan Anggaran Belanja dan SPJ berikut bukti pendukung lainnya atas realisasi pencairan bulan sebelumnya dinyatakan lengkap dan telah disahkan oleh Pejabat sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (3). (4) Pengisian kas paling tinggi dalam 1 (satu) kegiatan sebesar Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). (5) Sisa kas pada Pemegang Kas paling banyak pada akhir bulan sebesar Rp. 10.000.000,00. (sepuluh juta rupiah) Pasal 39 (1) Setiap SPP yang telah memenuhi persyaratan dan disetujui oleh pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf c dapat diterbitkan SPM. (2) Batas waktu antara penerimaan SPP dengan penerbitan SPM oleh Pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja, dengan mempertimbangkan kelancaran dan kemudahan pelayanan administrasi pemerintahan Daerah. (3) Apabila dalam batas waktu yang telah ditetapkan tidak diterbitkan SPM, maka SPP tersebut diperbaharui kembali. Pasal 40 (1) SPM dicatat dalam buku register SPM dan Daftar Penguji SPM. (2) Daftar Penguji SPM disampaikan pada Bendahara Umum Daerah, untuk digunakan sebagai kendali penerbitan Cek. (3) Daftar Penguji SPM bersifat Rahasia. Pasal 41. 38 37