PENGARUH MULTIPATH SUSUNAN SEMBILAN ANTENA YAGI-UDA TERHADAP HASIL ESTIMASI SUDUT POSISI ROKET

dokumen-dokumen yang mirip
ALGORITMA DETEKSI SUDUT AZIMUT DAN ELEVASI ROKET MENGGUNAKAN SEMBILAN ANTENA ARRAY YAGI-UDA

PENERAPAN LOW PASS FILTER UNTUK MEMPERBAIKI HASIL ESTIMASI SUDUT PADA SISTEM RADIO TRACKING ROKET

METODE KALIBRASI TIME DIFFERENT OF ARRIVAL TDOA UNTUK SISTEM PASSIVE RADAR TRAYEKTORI ROKET

Simulasi Estimasi Arah Kedatangan Dua Dimensi Sinyal menggunakan Metode Propagator dengan Dua Sensor Array Paralel

DETEKSI ARAH KEDATANGAN SINYAL PADA ANTENA ARRAY KUBUS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA MUSIC

Simulasi Pelacakan Target Tunggal Untuk Mengetahui Jarak, Sudut Azimuth, Sudut elevasi dan kecepatan target ABSTRAK

ALGORITMA TDOA UNTUK PENGUKUR JARAK ROKET MENGGUNAKAN TEKNOLOGI UHF

RANCANGAN DAN ANALISA ANTENA Dl PERMUKAAN BADAN ROKET

METODE KALIBRASI RADAR TRANSPONDER ROKET MENGGUNAKAN DATA GPS (CALIBRATION METHOD OF RADAR TRANSPONDER FOR ROCKET USING GPS DATA)

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

ANTENA MIKROSTRIP MONOPOLE PITA LEBAR SEGI EMPAT UNTUK APLIKASI DVB-T

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANG AN DETEKTOR SIGNAL RADIO MULT I CHANNEL UNTUK RADIO TRACKING ROKET MENGGUNAKAN LOGARITMIK AMPLIFIER

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super

METODE TRACKING KECEPATAN ROKET MENGGUNAKAN TRANSPONDER DOPPLER DUA-FREKUENSI (ROCKET SPEED TRACKING METHOD USING TWO-FREQUENCY DOPPLER TRANSPONDER)

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO

PENGARUH PERUBAHAN fmin TERHADAP BESARNYA FREKUENSI KERJA TERENDAH SIRKIT KOMUNIKASI RADIO HF

ANALISIS DAN SIMULASI MOBILE TRACKING PADA SISTEM KOMUNIKASI SELULAR (SISKOMSEL) MENGGUNAKAN LOCATION BASED SERVICE (LBS)

KEMUNCULAN LAPISAN E SEBAGAI SUMBER GANGGUAN TERHADAP KOMUNIKASI RADIO HF

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

Aplikasi Modulasi pada Gelombang Radar

PENENTUAN LOKASI SUMBER

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

VARIASI KUAT SIGNAL HF AKIBAT PENGARUH IONOSFER

CATATAN PRAKTIKUM ET 3200 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 Antena dan propagasi gelombang. Kontribusi : Dr.-Ing. Chairunnisa

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 Id paper: SM142

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dan perkembangan sistem tracking antena pada komunikasi

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

Estimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM

Sinkronisasi Sinyal RADAR Sekunder Untuk Multi Stasiun Penerima Pada Sistem Tracking 3 Dimensi Roket

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI MODIFIKASI OMNIDIRECTIONAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENERIMA SIARAN TELEVISI ULTRA HIGH FREQUENCY

Simulasi Pendeteksian Sinyal Target Tunggal Yang Mengalami Gangguan Pada Radar ABSTRAK

SISTEM PENDETEKSI KETINGGIAN MUATAN ROKET BERBASIS MIKROKONTROLER. Gelar Kharisma Rhamdani /

OPTIMASI RERATA DALAM PROSES KORELASI SILANG UNTUK MENENTUKAN LOKASI RADIO TRANSMITTER

Analisis Pengaruh Lapisan Ionosfer Terhadap Komunikasi Radio Hf

Makalah Peserta Pemakalah

Jenis-jenis Antena pada Wireless

III. METODE PENELITIAN

Simulasi Peningkatan Kemampuan Kode Quasi-Orthogonal melalui Rotasi Konstelasi Sinyal ABSTRAK

PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA

Pengaruh Beamwidth, Gain dan Pola Radiasi terhadap Performansi Antena Penerima

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Rahasia RADAR. Analogi dengan prinsip gema pada gelombang suara

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Simulasi Pengaruh Kombinasi Slot Horisontal dan Slot Vertikal Pada Antena Microstrip 2.4 GHz

BAB I PENDAHULUAN. Radio Detecting and Ranging (Radar) merupakan salah satu alat yang

Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 60 GHz di Lingkungan dalam Gedung HIKMAH MILADIYAH

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENNA CONTROL UNIT BERUPA PHASE SHIFTER DIGITAL UNTUK ANTENA PHASED ARRAY 4X4 PADA FREKUENSI S-BAND UNTUK RADAR 3D

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV

APLIKASI SUPPORT VEKTOR MACHINE (SVM) UNTUK PROSES ESTIMASI SUDUT DATANG SINYAL

Simulasi Perbedaan Jarak (Range) Akibat Gangguan Sinyal. Jamming Sebagai Electronic Countermeasure (ECM) Pada Radar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

ABSTRAK. vii. Kata Kunci : Site Survey, Visiwave, Antena, Channel, Transmit Power, Sinyal Wireless.

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION

PENENTUAN GAYA HAMBAT UDARA PADA PELUNCURAN ROKET DENGAN SUDUT ELEVASI 65º

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA 3G UNTUK WIRELESS INTERNET ABSTRAK

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROTOTYPE ANTENA OMNIDIRECTIONAL MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEBAGAI PENGUAT TRANSMITTER RADAR PESAWAT TERBANG PADA FREKUENSI 1030MHZ

PERANCANGAN ANTENA WAVEGUIDE 6 SLOT PADA FREKUENSI 2,3 GHZ UNTUK APLIKASI LTE-TDD

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz

Vol. 9 No. 1 Juni 2011 ISSN

ANALISIS LINK BUDGET ANTENA SIDEBAND DOPPLER VERY HIGH OMNI-DIRECTIONAL RANGE (DVOR) PADA JALUR LINTASAN PENERBANGAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel)

DESAIN SMART ANTENA MENGGUNAKAN METODE PHASE ARRAY UNTUK APLIKASI WLAN 2,4 GHz

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

ABSTRACT RF POWER AND SWR METER USING ARDUINO UNO ASEP KURNIAWAN 10/303292/DPA/03545

Optimasi Posisi Antena pada UAV Alap-Alap BPPT menggunakan Computer Simulation Technology

SMART ANTENA. Tony Winata Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

Rancang Bangun Model Komputasi Perambatan Gelombang Radio Tiga Dimensi menggunakan Metode UTD Modifikasi

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

I. PENDAHULUAN. transmisi. Selain sebagai media transmisi, gelombang elektromagnetik juga biasa

PREDIKSI SUDUT ELEVASI DAN ALOKASI FREKUENSI UNTUK PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI RADIO HF PADA DAERAH LINTANG RENDAH

Kinerja Sistem Komunikasi Satelit Non-Linier BPSK Dengan Adanya Interferensi Cochannel.

ANALISA SISTEM PENERIMA DATA MUATAN ROKET LAPAN BERBASIS MAXSTREAM 900 MHZ

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

GROUND PENETRATING RADAR (GPR)

IMPLEMENTASI AMBIENT ELECTROMAGNETIC HARVESTING PADA FREKUENSI TV BROADCASTING UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK MELALUI TRANSFER DAYA TANPA KABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI

Antena Array Mikrostrip Slot Dengan Tuning-Stubs Untuk Ku-Band Electronic Support Measure (ESM)

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA MIMO 2X2 MIKROSTRIP PATCH PERSEGI PANJANG 5,2 GHZ UNTUK WIFI N DENGAN CATUAN EMC (ELECTROMAGNETICALLY COUPLED)

PERFORMANSI PENENTUAN POSISI MOBILE STATION PADA SISTEM SELULER CDMA DENGAN METODA TDOA & ALGORITMA TAYLOR-SERIES

ESTIMASI LOKASI SUMBER JAMAK DALAM MEDAN DEKAT MENGGUNAKAN 3-D MULTIPLE SIGNAL CLASSIFICATION (MUSIC)

Transkripsi:

PENGARUH MULTIPATH SUSUNAN SEMBILAN ANTENA YAGI-UDA TERHADAP HASIL ESTIMASI SUDUT POSISI ROKET Satria Gunawan Zain *) Ujurusan Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Negeri Makassar Jl. Daeng Tata Raya Parangtambung, Makassar, Indonesia *) E-mail : wawan38@yahoo.com Abstrak Algoritme estimasi sudut azimut dan elevasi menggunakan sembilan buah antena Yagi-Uda yang telah dikembangkan berhasil diujikan namun perlu kajian efek dari multipath. Efek multipath ini sangat berpengaruh terhadap hasil estimasi sudut azimut dan sudut elevasi. Pengujian dilakukan dengan mensimulasikan model multipath dari posisi pergerakan roket yang membawa muatan radio pemancar. Setiap saat radio pemancar yang berada pada muatan roket memancarkan sinyal pembawa frekuensi 465 Mhz dan pada penerima yang terdiri dari sembilan antena Yagi-Uda akan mengukur kuat sinyal yang telah dipengaruhi oleh multipath. Hasil simulasi menunjukkan efek multipath dari hasil estimasi sudut elevasi sangat besar dibandingkan dengan hasil estimasi sudut azimut. Kata kunci: efek multipath, sudut azimut, sudut elevasi, antena Yagi-Uda Abstract The algorithm of estimation azimuth and elevation angle using nine Yagi-Uda antenna had been succes tested but still need to study the multipath effect. This multipath effect due to the estimation of azimuth and elevation angle error. The tested done by simulated the multipath model of radio signal propogation that placed in payload rocket. Radio signal transmitted continuesly with carrier frequency is 465 Mhz and the measurement statiun that consist of nine Yagi-Uda antennas measure the radio signal which interference by multipath effect. The simulation result show that multipath effect of elevation angle estimation is more influenced than azimuth angle estimation. Keyword : Multipath effect, azimuth angle, elevation angle, Yagi-Uda antennas 1. Pendahuluan Informasi mengenai unjuk kerja wahana terbang sangat dibutuhkan khususnya dalam pengembangan roket. Posisi, ketinggian, kecepatan dan jangkauan merupakan bagian dari informasi unjuk kerja wahana terbang. Untuk mendapatkan informasi tersebut dibutuhkan teknologi pendukung. Ada beberapa teknologi yang dapat digunakan diantaranya Radar (Radio Detection And Ranging) dan GPS (Global Positioning System). Potensi penggunaan penerimaan sinyal radio sebagai deteksi posisi dan arah sumber pancaran radio menjadi topik yang banyak dikaji dalam tiga dekade terakhir. Berbagai metode telah dihasilkan seperti Receive Signal Strength (RSS), Time Difference Of Arrival(TDOA), Difference Of Arrival (DOA), Phase Difence Of Arrival (PDOA), Dan Angle of Arrival (AOA). Metode RSS menggunakan pemetaan kuat sinyal untuk setiap titik dalam ruang. Metode ini sesuai untuk deteksi posisi dalam sebuah ruang atau gedung namun tidak tepat digunakan untuk untuk pengukuran di luar ruang walau pun ada beberapa teknik yang menggunakan model path loss kuat sinyal di udara untuk pemetaan kuat sinyal yang diterima [1]. Estimasi sudut azimut dan elevasi secara bersamaan tentunya menjadi hal yang mutlak untuk estimasi posisi gerak wahana terbang seperti pesawat ataupun roket. Objek yang bergerak dalam ruang dua dimensi dapat diketahui berdasarkan informasi sudut yang terbentuk oleh objek terhadap dua titik amatan namun untuk objek yang bergerak tiga dimensi dibutuhkan data sudut azimut dan elevasi untuk mengetahui arah dari objek dengan pasti. Selain estimasi posisi gerak dalam 3 dimensi dapat dihitung menggunakan data sudut azimut dan elevasi dapat juga menggunakan data jarak dari titik amatan terhadap objek. Teknik ini disebut dengan Time different of arrival (TDOA). Pengguaan pola radiasi dari antena Yagi-Uda juga telah dikaji [3]. Dalam penelitiannya digunakan antena yagi pada penerima dan pemancar. Antena pemancar diputar

TRANSMISI, 17, (3), 2015, e-issn 2407 6422, 130 360 o setiap pergerakan antena penerima Ө o. Metode tersebut diterapkan untuk mengetahui posisi dari sumber pancaran dalam sebuah gedung. Dari percobaan yang dilakukan metode yang digunakan terbukti lebih unggul dibandingkan dengan algoritme MUSIC maupun ESPRIT [3]. Potensi penggunaan pola radiasi dari antena Yagi-Uda dapat dikembangkan dengan membuat kombinasi beberapa antena Yagi-Uda yang disusun dengan konfigurasi tertentu. Antena Yagi-Uda mempunyai variasi gain setiap sudut penerimaanya sehingga dengan menyusun secara horizontal dengan sudut arahan yang berbeda maka setiap antena akan mengukur kuat sinyal terima dengan nilai yang berbeda. Berdasarkan perbedaan kuat sinyal yang diterima setiap antena maka akan terbentuk suatu pola tertentu yang mengindikasikan arah dari sumber pancaran. Perpaduan dari beberapa antena yang disusun secara vertikal dan horizontal memungkinkan untuk mengestimasi sudut azimut dan elevasi secara simultan [4]. Estimasi sudut berdasarkan kuat sinyal yang diterima tentunya tidak lepas dari gangguan sinyal yang disebabkan oleh pantulan yang biasa disebut dengan multipath. Dalam makalah ini akan dikaji pengaruh multipath terhadap hasil estimasi sudut azimut dan elevasi dari algortima dan metode yang telah dikembangkan sebelumnya. Pr sebagai kuat sinyal yang diterima, Ga dan Gb adalah gain dari pemancar, Gc dan Gd adalah gain dari penerima dan Pt adalah kuat sinyal yang dipancarakan. Persamaan diatas diterapkan pada sistem estimasi sudut azimut dan elevasi menggunakan antena array Yagi-Uda untuk objek yang bergerak dalam ruang tiga dimensi seperti pada Gambar 2 dimana α adalah sudut azimut yang terbentuk dari antena penerima kearah antena pemancar dan β adalah sudut elevasinya. Untuk mengetahui besarnya kuat sinyal yang diterima oleh sembilan antena, persamaan 1 diubah menjadi persamaan 4 berikut ini. [ ] G k (α,β) adalah gain antena Yagi ke-k pada sudut α dan β. Dan G k (α,βm) adalah gain antena ke-k pada sudut α dan βm yang merupakan sinyal pantulan dari tanah. 2. Metode 2.1. Perhitungan Multipath Multipath adalah pantulan sinyal radio dari benda atau objek sekitarnya seperti tanah, gedung dan kendaraan yang melintas. Multipath ini dapat mempengaruhi sinyal yang diterima oleh penerima. Gambar 1 menunjukkan ilustrasi multipath [2]. Ht adalah tinggi dari antena pemancar dan hr adalah tinggi dari antena penerima. Kuat sinyal yang diterima oleh antena penerima dipengaruhi oleh rambatan gelombang radio yang langsung menuju antena dengan jarak rambatan l dan rambatan gelombang radio yang terpantul oleh tanah dengan jarak rambatan sebesar +. Gelombang radio yang merambat langsung akan dikuatkan oleh antena penerima dengan nilai GC sedangkan gelombang radio hasil pantulan dari tanah akan dikuatkan sebesar Gd. Jarak antara antena penerima dan pemancar (d) berpengaru pula terhadap kuat sinyal yang diterima. Besarnya kuat sinyal yang diterima dapat dirumuskan dalam persamaan 1. l d l d Ga Gb ht ht- ht ht + β Gc G hr hr [ ] Gambar 1. Multipath

TRANSMISI, 17, (3), 2015, e-issn 2407 6422, 131 z α βm r β y Gambar 2. Ilustrasi multipath dalam koordinat 3d 2.2. Algoritme Estimasi Sudut Azimut Dan Elevasi Algoritme pengukuran sudut azimut dan elevasi didasarkan pada rasio dari kuat sinyal antena horizontal dan rasio kuat sinyal antena vertikal yang secara bersamaan diinterpolasikan ke dalam lookup table [5]. Rasio kuat sinyal horizontal dan vertikal ini diperoleh dari hasil seleksi kuat sinyal terbesar yang diukur oleh kesembilan antena (Gambar 3). Antena dengan pengukuran kuat sinyal terbesar menjadi indikasi awal arah dari sumber pancaran. Sumber pancaran yang searah dengan salah satu antena akan mengukur kuat sinyal yang lebih besar dibandingkan dengan antena yang tidak searah dengan sumber pancaran. Untuk menentukan sudut azimut dan elevasi dari sumber pancaran radio yang berada pada roket dilakukan dengan melakukan interpolasi data terhadap rasio dari azimut yang tersusun secara vertikal dan horizontal seperti pada Gambar 4.a. Jika yang dideteksi terkuat adalah kanal pertama maka penentuan sudut azimut adalah dengan menghitung rasio dari kuat sinyal kanal pertama dan ke dua sedangkan untuk menentukan sudut elevasi maka digunakan perbandingan kuat sinyal kanal pertama dan keempat. Jika kuat sinyal yang dideteksi adalah kanal kedua (Gambar 4.b) maka untuk mengukur sudut azimut digunakan perbandingan kuat sinyal dari kanal satu atau kanal tiga tergantung mana yang terbesar dari kedua kanal tersebut. Untuk menghitung sudut elevasinya digunakan perbandingan kanal dua dan lima. Untuk kasus dimana kanal lima terdeteksi terkuat (Gambar 4.c) maka salah satu dari kanal empat dan enam yang terbesar digunakan mencari nilai rasio untuk menentukan sudut azimut sedangkan untuk sudut elevasi digunakan perbandingan kanal lima dengan salah satu dari kanal delapan atau dua terbesar demikian seterusnya. (b) (c) (a) (b) (c) Gambar 4. Penentuan rasio antena vertikal dan horisonal Berdasarkan Gambar 4 maka algortima estimasi sudut azimut dan elevasi dapat dijabarkan berikut ini [4]: Gambar 3. Susunan kesembilan antena Yagi-Uda Lookup table sendiri berisikan informasi tentang rasio kuat sinyal arah horizontal dan vertikal yang bersesuaian dengan sudut azimut dan elevasi. Lookup table ini diperoleh dari data validasi yang dilakukan sebelum pengukuran. Sebelum pengukuran antena mengukur kuat sinyal pemancar pada posisi dan arah yang sudah diketahui kemudian kuat sinyal dan arahnya disimpan dalam suatu file database. Berdasarkan kuat sinyal kesembilan antena dan data sudut maka lookup tabel dibuat menggunakan algoritme yang akan dijelaskan kemudian. Algoritme Estimasi Sudut Azimut: 1. Mengukur Kuat sinyal sembilan penerima antena Yagi-Uda Pr = [Pr1 Pr2 Pr3 Pr4 Pr5 Pr6 Pr7 Pr8 Pr9] 2. Mencari posisi sinyal terkuat dari sembilan antena X = argma(pr) 3. Menghitung rasio kuat sinyal azimut(r α ) dan rasio kuat sinyal elevasi (R β ) menggunakan 15 aturan berikut ini: a. Jika = 1 maka b. Jika = 2 dan s1 > s3 maka c. Jika = 2 dan s1 < s3 maka d. Jika = 3 maka e. Jika =4 dan s1>s7 maka f. Jika =4 dan s1<s7 maka

TRANSMISI, 17, (3), 2015, e-issn 2407 6422, 132 g. Jika = 5 dan s4>s6 dan s2> s8 maka sudut azimut (α) dan elevasi (β) yang terbentuk dari titik pengukuran ke radio pemancar yang terpasang pada roket. h. Jika = 5 dan s4<s6 dan s2> s8 maka i. Jika = 5 dan s4<s6 dan s2< s8 maka j. Jika = 6 dan s3>s8 maka k. Jika = 6 dan s3<s8 maka l. Jika = 7 maka m. Jika = 8 dan s7>s9 maka n. Jika = 8 dan s7<s9 maka o. Jika = 9 maka 4. Estimasi sudut azimut dengan menghitung jumlah kuadrat R α dan R β kemudian menginterpolasikan ke dalam lookup table yang sesuai dengan aturan langkah 3. Gambar 5. Posisi awal pengukuran Hasil pengujian algoritme estimasi sudut didua stasiun pengukuran ditunjukkan pada Gambar 6. Sudut azimut di semua stasiun pengukuran menunjukkan kondisi yang tidak terlalu berpengaruh terhadap efek multipath. Efek multipath ini sangat berpengaruh terhadap estimasi sudut elevasi. Jarak juga berpengaruh terhadap hasil estimasi. Semakin jauh jarak dan sudutnya semakin kecil maka kesalahan pengukuran semakin besar pula, hal ini ditunjukkan pada Gambar 6 dan 7. Gambar 6 dan 7 didapatkan dari hasil simulasi gerak roket jenis RX-320 dengan sudut arahan antena 60 o untuk masing-masing stasiun pengukuran terhadap sumbu. Jarak antara stasiun pengukuran sebesar 4 km dan jarak antara stasiun terhadap posisi awal roket adalah 2 km (Gambar 5). Roket bergerakan lurus ke depan dengan kecepatan 2,53 mach. Dengan kecepatan ini maka posisi roket yang dapat dimonitor adalah sebesar 854 meter setiap detiknya. ( ) 3. Hasil dan Analisis Pengujian algortime dan analisis efek dari multipath dilakukan dengan simulasi. Dua buah pemancar diletakkan di belakang roket yang memuat radio pemancar. Setiap saat radio aktif memancarkan gelombang radio dengan frekuensi 465 MHz. Hanya diperlukan sinyal carrier dan tidak membutuhkan sinyal sub carrier. Sinyal yang diterima oleh dua stasiun penerima secara bersamaan diolah menjadi data sudut azimut dan elevasi. Gambar 5 menunjukkan posisi pengukuran. Setiap stasiun penerima akan mengukur a. Hasil pengukuran sudut azimut stasiun 1

TRANSMISI, 17, (3), 2015, e-issn 2407 6422, 133 Nilai RMS kesalahan pengukuran sudut azimut untuk stasiun pertama sebesar 0,77 o dan stasiun kedua sebesar 1,12 o. Varian pengukuran untuk stasiun pertama dan kedua adalah 0,33 dan 0,47. Nilai kesalahan terbesar untuk stasiun pertama dan kedua masing-masing adalah 5,72 o dan 4,76 o. b. Hasil pengukuran sudut azimut stasiun 2 a. Hasil pengukuran sudut elevasi stasiun1 c. Kesalahan uksudut azimut stasiun 1 b. Hasil pengukuran sudut elevasi stasiun 2 d. Kesalahan ukur sudut azimut stasiun 2 Gambar 6. Hasil pengukuran sudut azimut di stasiun 1 dan 2 c. Kesalahan ukur sudut elevasi stasiun 1

TRANSMISI, 17, (3), 2015, e-issn 2407 6422, 134 4. Kesimpulan Efek multipath untuk estimasi sudut azimut tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan hasil estimasi sudut elevasi. Susunan antena horisontal dapat mengurangi efek multipath untuk estimasi sudut azimut disebabkan oleh nilai rasio yang tidak banyak berubah oleh gangguan berupa multipath. Efek multipath pada antena yang tersusun secara vertikal sangat mempengaruhi hasil estimasi sudut elevasi. Referensi d. Kesalahan ukur sudut elevasi stasiun 2 Gambar 7. Hasil pengukuran sudut elevasi stasiun 1 dan 2 Kesalahan pengukuran sudut elevasi jauh lebih besar karena sangat terpengaruh oleh efek multipath. Nilai RMS kesalahan sudut elevasi untuk stasiun pertama dan kedua masing-masing sebesar 4,14 o dan 3,90 o. Varian pengukuran untuk stasiun pertama dan kedua adalah 17,07 dan 15,38. Nilai kesalahan terbesar untuk stasiun pertama dan kedua masing-masing adalah 27,15 o dan 22,32 o. [1]. A.E. Waadt, C. Kocks, S. Wang, G. H. Bruck, P. Jung, 2010, Maimum Likelihood Localization Estimation based on Received Signal Strength, International Symposium on Applied Sciences in Biomedical and Communication Technologies (ISABEL). [2]. American National Standards Institute, IEEE Std 149-1979 (R2008), IEEE Standard Test Procedures for Antennas, New York, IEEE Standards Board The Institute of Electrical and Electronics Engineers, Inc.,2008. [3]. K. Sayrafian-Pour, D. Kaspar, 2006, Source-Assisted Direction Estimation Inside Buildings, IEEE International Conference on Computer Communications [4]. Satria G. Zain, T. S. Widodo, A. Susanto, W. Widada, 2011,Algoritme deteksi sudut azimut dan elevasi roket menggunakan sembilan antena array Yagi-Uda, Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 9/No. 1/2011. [5]. Satria G. Zain, T. S. Widodo, A. Susanto, W. Widada, 2014, Angle of Arrival Using Cross Yagi-Uda Antennas, International Conference on Applied Electromagnetic Technology, Mataram.