BAB II TINJAUAN TEORETIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indonesia menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan bulutangkis

TEKNIK DASAR BULUTANGKIS

2015 UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN TES FOREHAND SMASH DARI JAMES POOLE UNTUK CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga prestasi yang banyak di

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN HIPOTESIS. menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai objek yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013

BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Kajian Teori Hakikat Servis Panjang Servis merupakan pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya maksud permainan tenis adalah untuk berolahraga. Tapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

OLEH DILLA FARID W. T

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan menggunakan shutllecock (bola) dan raket sebagai alat untuk memukul

perkembangan olahraga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan yang digemari oleh masyarakat umum yaitu badminton.

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR BULUTANGKIS

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B

EFEKTIVITAS TEKNIK PEGANGAN TERHADAP HASIL PUKULAN SERVICE LOB PEMAIN PEMULA PUTRA PB. SEHAT TAHUN 2013

PENGATURAN LATIHAN ACAK POLA TETAP DAN GABUNGAN POLA TETAP - ACAK TERHADAP HASIL PERTANDINGAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rukita Ramdan, 2013

Kata Pengantar. Semoga makalah ini bermamfaat untuk para pembaca.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH LATIHAN POSISI BERUBAH DAN TETAP TERHADAP HASIL DROPSHOT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

I. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah dan mengumpulkan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dewasa ini. Dalam era modernisasi tenis lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, setelah sepak bola.( Http//guruolahragaku.blogspot.com.materi

BAB I PENDAHULUAN. ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan. Shuttlecock bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sempatberhenti sampai sekitar dua tahun awal kemerdekaan. Dengan ditandai

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Tiap orang mempunyai tujuan yang

HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI DENGAN KECEPATAN DAN KETEPATAN SMASH DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Istilah kata ping pong merupakan nama resmi dari tenis meja untuk Republik Rakyat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

PERBEDAAN PUKULAN TOP SPIN DAN FLAT TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bola voli merupakan media untuk mendorong. pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan

BAB II LANDASAN TEORI. pengamatan gerakan untuk bisa mengerti bentuk gerakannya, kemudian menirukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan gerakan yang terorganisir dengan baik. Kemampuan gerak

PENGARUH LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN SMASH PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB PRATAMA YOGYAKARTA SKRIPSI

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata

PENGARUH PENGGUNAAN METODE NET MIRING TERHADAP KETEPATAN SMASH DI SEKOLAH BULUTANGKIS NATURA PRAMBANAN KLATEN SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. permainan tenis meja dikenal bangsa Indonesia kira-kira pada tahun 1930.

PENGARUH LATIHAN OVERHEAD LOB DENGAN PENAMBAHAN FORWARD DAN BACKWARD HANDGRIP TERHADAP HASIL OVERHEAD LOB SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya masyarakat, mulai anak usia dini yang ikut serta dalam setiap

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif, sistematis dan intregativ untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam

JURNAL. Oleh: AINU ROHMAT HAFIDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Mokhammad Firdaus, M.Or.

I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. permainan menggunakan bola (kok) dan tergolong ke dalam permainan bola kecil.

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. luar lapangan, dengan lapangan yang dibatasi garis-garis dalam ukuran panjang

SUMBANGAN TINGGI BADAN DAN FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETERAMPILAN DROPSHOT FOREHAND PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB PANDIGA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang

PENGARUH LATIHAN SMASH SASARAN TETAP DAN SASARAN BERUBAH TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SMASH PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB AC QUALITY YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER OTOT

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KETEPATAN SERVIS DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erpan Herdiana, 2013

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN BEBAN RAKET TERHADAP HASIL PUKULAN LONG FOREHAND

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu ke waktu baik tingkat daerah propinsi maupun nasional dan internasional. Hal

2015 PERBANDINGAN FOREHAND DRIVE ANTARA SKILLED DAN UNSKILLED DALAM CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. permainan yang cukup digemari di dunia, disamping olahraga lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. tenis lapangan jarang digemari oleh masyarakat di pelosok-pelosok daerah.

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

TEKNIK LANJUT BOLAVOLI

II. TINJAUAN PUSTAKA. No.20/2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Perkembangan Bola Voli di

TINJAUAN PUSTAKA. sekolah. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua kelompok yang akan saling bertanding, dimana setiap kelompok

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DANREKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Service adalah menyebrangkan bola/shuttle cock. permainan bulutangkis, Service merupakan modal awal untuk bisa memenangkan

TENIS MODUL 3. Pendahuluan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Hakikat Permainan Bulutangkis 1. Pengertian Bulutangkis Perkembangan olahraga bulutangkis di Indonesia bahkan di dunia cukup menggembirakan dengan banyak digemarinya olahraga bulutangkis di berbagai kalangan masyarakat, baik di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil bahkan sampai ke pelosok daerah. Permainan bulutangkis ialah salah satu permainan yang harus di tunjang oleh peralatan permainan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suherman (2003:3) sebagai berikut: Bulutangkis adalah sebuah permainan yang setiap pemainnya memerlukan sebuah raket dan schuttle-cock. Reket ini digunakan untuk memukul schuttlecock melewati net yang tingginya ditetapkan dalam peraturan. Permainan ini dimulai dengan melakukan servis oleh pemain A yang diarahkan kepada lawannya pemain B. Kedua pemain ini harus berada pada bagian lapangan yang sudah ditentukan oleh peraturan permainan. Pengertian bulutangkis yang lain dikemukakan oleh Subarjah (2007:30) bahwa bulutangkis adalah olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket sebagai alat pukul, schuttle-cock sebagai obyek yang dipukul, dan berbagai keterampilan, mulai keterampilan dasar hingga keterampilan yang paling kompleks. Pengertian tentang permainan bulutangkis tersebut menghasilkan gambaran tentang bentuk olahraga bulutangkis. Hal ini tentunya sangat diperlukan agar masyarakat umum maupun pemain pada khususnya memperoleh suatu pengertian yang jelas tentang permainan bulutangkis. 2. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Teknik dasar permainan bulutangkis adalah suatu proses gerakan dalam permainan untuk mempelajari beberapa bentuk pola gerak dasar yang terkait dengan teknik dasar khususnya yang dominan dalam permainan bulutangkis, maka selanjutnya atlet/siswa diarahkan untuk mempelajari teknik dasar bulutangkis yang sebenarnya. Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik, kita

11 terlebih dahulu harus menguasai beberapa teknik/keterampilan seperti pegangan raket yang sesuai, langkah kaki lincah, menerima schuttle-cock dengan baik, dan memukul schuttle-cock dengan terarah. Pernyataan ini sesuai dengan keterangan PB PBSI (1983:27) bahwa teknik adalah beberapa keahlian khusus atau skill yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis dengan tujuan untuk dapat mengembalikan schuttle-cock dengan cara yang sebaik-baiknya. Pembahasan tentang aspek teknik dasar dalam permainan bulutangkis dikemukakan oleh Rani (1990:11) meliputi : (1) dropshort, (2) smash, (3) netting, (4) lob. Kemampuan untuk melakukan teknik sesuai dengan keadaan untuk tujuan memenangkan permainan merupakan pondasi penting dalam permainan bulutangkis. Keterampilan ini sering disebut dalam istilah keterampilan taktis. Namun demikian kemampuan ini hanya dapat dilaksanakan bila pemain mampu melaksanakan teknik dasar dengan efisien. Atlet terlebih dahulu harus menguasai beberapa teknik dasar permainan ini dengan baik, untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik. Mengenai teknik dasar ini Subarjah (1999:21) menjelaskan Keterampilan dasar atau teknik dasar permainan bulutangkis yang perlu dipelajari secara umum dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian yaitu: (a) cara memegang raket/grips, (b) sikap berdiri/stance, (c) gerakan kaki/footwork, (d) pukulan/strokes. Berikut ini penjelasan dari beberapa teknik dasar yang telah dikemukakan oleh pendapat Subarjah di atas, bahwa teknik dasar bermain bulutangkis untuk dipelajari agar bisa bermain bulutangkis dengan baik adalah secara berurutan sebagai berikut: a) Cara Memegang Raket Cara memegang raket tidak sukar karena raket bulutangkis relatif ringan, teknik memegang raket yang dianggap baik adalah teknik memegang raket yang dapat dipergunakan untuk menerima dan mengembalikan schuttle-cock dengan mudah. Pengenalan fungsi pegangan raket sebaiknya diberikan kepada pemain pemula seawal mungkin agar pemain pemula tersebut dapat memilih cara pegangan sebagaimana yang dibutuhkannya. Bagian pegangan raket dapat dibagi dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah. Memegang raket pada bagian atas

12 biasanya dilakukan pada waktu melakukan pukulan yang cepat atau pada saat bertahan, sedangkan pegangan bawah banyak dilakukan pemain pada waktu melakukan serangan. Mengenai hal ini Subarjah (1999:22) mengemukakan bahwa Ada beberapa cara memegang raket yang dilakukan orang, di antaranya cara pegangan Western (American grip), cara pegangan Inggris, cara pegangan shakehand dan cara campuran (combination grips). Cara memegang raket menurut Alhusin (2007:24) Pada dasarnya dikenal beberapa cara pegangan raket. Namun hanya dua bentuk pegangan yang sering digunakan dalam praktik, yaitu memegang raket forehand dan backhand. Semua jenis pukulan dalam bulutangkis dilakukan dengan kedua jenis pegangan ini. 2.1. Cara Memegang Raket Forehand - Pegangan raket dengan tangan kanan, kepala raket menyamping. Pegangan raket dengan cara seperti jabat tangan. Bentuk V tangan diletakkan pada bagian gagang raket. - Tiga jari, yaitu jari tangan, manis dan kelingking menggenggam raket, sedangkan jari telunjuk agak terpisah. - Letakkan ibu jari di antara tiga jari dan telunjuk. Gambar 2.1 Cara Memegang Raket Forehand Alhusin (2007:27)

13 2.2. Cara Memegang Raket Backhand - Pada saat memukul, tinggi kepala (daun) raket berada di bawah pegangan raket. - Perkenaan Shuttle-cock berada di bawah pinggang. - Kaki kanan statis, berposisi di depan (kecuali bagi pemain yang kidal). - Mengayun raket dalam satu rangkaian. - Penerimaan servis bergerak sesaat setelah servis dipukul. Gambar 2.2 Cara memegang raket backhand Alhusin (2007:28) b) Sikap Berdiri (Stance) Cara berdiri dalam permainan bulutangkis walaupun relatif mudah tetapi tetap harus dipelajari agar dapat bermain bulutangkis dengan enak dan gembira. Beberapa bentuk stance yang perlu diketahui dijelaskan oleh Subarjah (1999:24) bahwa Beberapa bentuk stance yang perlu diketahui dan dikuasai pada dasarnya dapat dibagi tiga bagian, yaitu: (1) stance pada saat melakukan servis, (2) stance pada saat menerima servis, dan (3) stance pada saat rally. c) Gerakan Kaki (footwork) Manusia bergerak umumnya dengan menggunakan kedua kakinya, kemana saja kaki bergerak kesitu pulalah badannya bergerak. Apabila suatu saat kedua kaki bergerak tidak tepat atau bertentangan dengan prinsip mekanika gerak,

14 maka posisi badan menjadi tidak tepat dengan sikap memukul yang baik, akibatnya badan sulit digerakkan dan keseimbangan tubuh menjadi terganggu sehingga sulit dikendalikan. Jadi gerakan seluruh anggota tubuh pada dasarnya tergantung kepada gerakan kakinya. Kaki merupakan bagian yang sangat penting dalam melakukan gerakan tubuh. Dalam permainan bulutangkis, kaki berfungsi sebagai penyangga tubuh untuk menempatkan badan dalam posisi yang memungkinkan untuk melakukan gerakan pukulan yang efektif. Gerakan kaki ini biasanya disebut footwork atau kerja kaki. Tentang hal ini Subarjah (1999:27) seperti yang tertera dibawah ini : Footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul schuttle-cock sesuai dengan posisinya. Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan (righthanded) adalah kaki kanan selalu berada di ujung (akhir), atau setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak memukul schuttle-cock yang berada di lapangan bagian depan atau di samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul schuttle-cock di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang. d) Pukulan (strokes) Secara garis besar, teknik pukulan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu terdiri dari pukulan bawah, pukulan lurus atau samping dan pukulan atas. 1. Pukulan dengan ayunan raket dari bawah (under arms strokes) terdiri dari: a) servis: servis panjang/lob, servis pendek dan servis kedut/flick servis. b) Under arm lob (mengangkat schuttle-cock tinggi): defensif clear dan offensif clear. c) Pukulan Netting. 2. Pukulan mendatar atau menyamping terdiri dari : offensif lob, defensif lob, drive, dropshort dan netting. 3. Pukulan dari atas kepala (overhead strokes) terdiri atas: overhead lob, defensif lob, overhead smash, dropshort, chopped, around the head.

15 3. Teknik Dasar Servis Pendek Servis pendek diarahkan pada bagian depan lapangan lawan, biasanya dilakukan dalam permainan ganda. Tetapi akhir-akhir ini pemain tunggal juga banyak yang melakukan servis pendek dengan asumsi bahwa dengan melakukan servis pendek maka kita berada dalam posisi menyerang. Hal itu terjadi karena penerima servis pendek dipaksa untuk mengembalikan schuttle-cock dari bawah atau dari samping sedangkan untuk melakukan penyerangan yang paling berpeluang apabila memiliki kesempatan memukul dari atas kepala. Adapun cara melakukan servis pendek adalah sebagai berikut: a) Berdiri dengan rileks pada daerah servis, salah satu kaki di depan; b) Schuttle-cock dipegang didepan, raket di samping badan; c) Jatuhkan schuttle-cock, ayunkan raket ke depan ke arah schuttle-cock sedemikian rupa, sampai reket menyentuh schuttle-cock; d) Pukul schuttle-cock pada bagian gabusnya, lakukan dari bawah pinggang; e) Setelah schuttle-cock dipukul di bawah pinggang, segera kembali ke sikap siap seperti semula. 2.3. Teknik Forehand Short Servis - Shuttle-cock harus dipukul dengan ayunan raket yang relatif pendek. - Pada saat perkenaan dengan kepala (daun) raket dan Shuttle-cock, siku dalam keadaan bengkok, untuk menghindari penggunaan tenaga pergelangan tangan, dan perhatikan peralihan titik berat badan. - Cara latihannya adalah menggunakan sejumlah Shuttle-cock dan dilakukan secara berulang-ulang.

16 Gambar 2.3 Teknik Servis Forehand Pendek Alhusin (2007:34) 2.4. Teknik Backhand Short Servis Jenis servis ini pada umumnya, arah dan jatuhnya Shuttle-cock sedekat mungkin dengan garis serang pemain lawan, dan Shuttle-cock sedapat mungkin melayang relatif dekat di atas jaring (net). Oleh karena itu, jenis servis ini kerap digunakan oleh pemain ganda. Tetapi akhir-akhir ini pemain tunggal juga banyak yang melakukan servis pendek. - Sikap berdiri adalah kaki kanan di depan kaki kiri, dengan ujung kaki kanan mengarah ke sasaran yang diinginkan. Kedua kaki terbuka selebar pinggul, lutut dibengkokan, sehingga dengan sikap seperti ini titik berat badan berada di antara kedua kaki. Badan tetap rileks dan penuh konsentrasi. - Ayunan raket relatif pendek, sehingga Shuttle-cock hanya didorong dengan bantuan peralihan berat badan dari belakang ke kaki depan, dengan irama gerak kontinu dan harmonis. Hindari menggunakan tenaga pergelangan tangan yang berlebihan, karena akan mempengaruhi arah dan akurasi pukulan.

17 - Sebelum melakukan servis, perhatikan posisi dan sikap berdiri lawan, sehingga dapat mengarahkan Shuttle-cock ke sasaran yang tepat dan sesuai perkiraan. - Biasakan berlatih dengan jumlah Shuttle-cock yang banyak dan berulangulang tanpa mengenal rasa bosan, sampai dapat menguasai gerakan dan keterampilan servis pendek ini dengan utuh dan sempurna. Gambar 2.4 Teknik Servis Backhand Pendek Alhusin (2007:37) B. Metode Latihan Drill Menggunakan Tali Pengertian drill menurut Sugiyanto (1996:72) menyatakan, "dalam metode drill siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru dan melakukan secara berulang-ulang. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan untuk mempermudah latihan keterampilan dasar servis pendek yang bertujuan agar siswa/atlet lebih terarah dan tidak terlalu tinggi melakukan servis pendek di atas net.

18 1. Keuntungan Keuntungan menggunakan metode drill menggunakan tali adalah bentuk latihan ini dalam proses latihannya selalu diulang-ulang, sehingga konsentrasi pemain tidak terpecah. Yang bertujuan agar siswa/atlet lebih tepat melakukan servis pendek di dekat garis center line dan tidak terlalu tinggi melakukan servis pendek di atas net. 2. Kerugian Metode drill menggunakan tali memiliki kerugian bahwa bentuk latihan ini memerlukan tingkat konsentrasi yang sangat tinggi sehingga dalam proses latihannya memiliki tingkat kesalahan yang tinggi pula. Artinya bentuk latihan metode ini memerlukan kesabaran dan keuletan yang tinggi pula dari pemain atau pelatih. Pemain bulutangkis, terutama pemula dalam melatih servis pendek dengan metode drill menggunakan tali pada tahap-tahap awal diperlukan bukan hanya konsentrasi yang tinggi tetapi harus pula beradaptasi dari segi teknik. Faktor lain dari kerugian metode ini adalah schuttle-cock yang di gunakan harus selalu stabil jalannya, karena apabila tidak stabil maka akan lebih sulit pula dalam arah dan tenaga. C. Metode Latihan Tidak Menggunakan Tali Metode latihan tidak menggunakan tali ialah latihan yang banyak dilakukan pada umumnya untuk melakukan servis pendek dengan ketinggian net tetap dengan tinggi 1,524 m di tengah lapangan. 1. Keuntungan Keuntungan latihan tidak menggunakan tali adalah bentuk latihan ini dalam proses latihannya lebih mudah dilakukan oleh para pemain terutama pemain pemula sehingga bisa meminimalisasi faktor kesalahan. Kemudahan tersebut bisa di jadikan tolak ukur untuk pukulan servis pendek selanjutnya, artinya apabila hasil dari pukulan terlalu atas atau terlalu pendek siswa/atlet bisa memperbaiki pukulannya servis pendek berikutnya agar lebih baik lagi.

19 2. Kerugian Latihan tidak menggunakan tali memiliki kerugian bahwa dengan cara ini siswa/atlet belum teruji dengan cara latihan drill menggunakan tali, karena dalam latihan dengan tidak menggunakan tali selalu digunakan pada umumnya untuk melakukan servis pendek dengan ketinggian net tetap. Kerugian dari latihan tidak menggunakan tali ini sangat jelas apabila direlevasikan dengan permainan sesungguhnya seperti dalam sebuah pertandingan. Seorang pemain bulutangkis dalam permainan tunggal lebih efektif apabila menggunakan servis pendek karena lebih memungkinkan pukulan tersebut di samping sebagai sajian pukulan pertama, juga sebagai awal serangan terhadap lawan. D. Aspek-aspek Pembinaan untuk Meningkatkan Kemampuan Bermain Bulutangkis Paradigma yang berkembang saat ini dalam permainan bulutangkis telah terjadi pergeseran atau revolusi dari tipe permainan lama menjadi tipe permainan modern. Perubahan ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan dunia modern yang sangat memperhatikan faktor kecepatan dan akurasi. Perbedaan antara dua tipe permainan tersebut dijelaskan oleh Arisanto, dkk. (1997:3). Tipe lama lebih menekankan pada faktor keindahan dan kekuatan, sedangkan tipe permainan modern mengutamakan bagaimana dapat menang dalam waktu singkat. Dampak ini berpengaruh pada pandangan dasar dari jiwa dan tipe atau karakteristik permainan bulutangkis sebagai konsekuensinya, hal ini berpengaruh terhadap pandangan orang tentang aspek-aspek yang perlu diutamakan pengembangannya secara maksimal. Tahap pembinaan dalam permainan bulutangkis meliputi beberapa aspek yang dikembangkan, di antaranya: 1. Aspek Fisik Permainan cepat yang dikembangkan dalam permainan bulutangkis modern menuntut pemain dapat bergerak cepat ke arah schuttle-cock sebelum jatuh di lapangan sendiri. Mengingat luasnya daerah yang harus dikuasai

20 dibandingkan jangkauan tangan dengan raket, maka terpaksa pemain berusaha melangkah dengan gesit kian kemari bahkan bila perlu melompat untuk mencapai posisi terbaik dalam melakukan pukulan balik yang menyulitkan. Komponen kondisi fisik yang sangat diperlukan untuk dimiliki oleh seorang pemain bulutangkis adalah daya tahan kardiovaskular, kekuatan (strength), kelentukan (flexibilitas) dan kecepatan (speed). Komponen-komponen kondisi fisik tersebut mutlak sangat diperlukan untuk mengatasi kompleksnya permainan ini, oleh karena itu komponen kondisi fisik tersebut harus diberikan secara terprogram dan terencana dengan baik. 2. Aspek Teknik Aspek ini memegang peranan yang sangat penting, karena itu setiap pemain bulutangkis harus dapat menguasainya dengan benar. Hal ini ditegaskan oleh Arisanto, dkk. (1996:3). Seorang pemain perlu menguasai macam-macam tipe pukulan yang mengandung faktor kesulitan yang tinggi sehingga lawan akan menemui kesulitan dalam pengambilan schuttle-cock nya. Di samping menguasai teknik pukulan secara efisien dan otomatis, maka akurasi yang ditunjang oleh latihan ulangan yang banyak dari suatu jenis pukulan tertentu harus diperhatikan. Teknik dasar permainan bulutangkis harus dikuasai dengan baik oleh seorang pemain, karena apabila pemain tidak menguasai aspek ini kecil peluangnya untuk dapat memenangkan suatu permainan atau pertandingan. Lebih lanjut mengenai hal ini, Abdullah (1981:186) mengemukakan betapa pentingnya teknik dasar atau kecakapan dasar pemainan bulutangkis, seperti yang tertera di bawah ini: Kecakapan-kecakapan dasar dari permainan bulutangkis harus dipahami sungguh-sungguh, kemudian dicoba melakukannya berulang kali sehingga akhirnya dapat dikuasai sebaik-baiknya. Kecakapan dasar dalam bulutangkis dapat dibagi dalam empat aspek pokok : (1) macam-macam pegangan raket dan servis, (2) pukulan-pukulan forehand overhead, (3) pukulan-pukulan backhand overhead, (4) pukulan-pukulan underhand. Sudah barang tentu ada macam-macam pukulan lain, tetapi dengan menguasai kecakapan-kecakapan

21 dasar saja seseorang telah dapat bermain bulutangkis dengan agak memuaskan. Penjelasan Arma Abdullah tersebut di atas menandaskan betapa pentingnya kecakapan dasar atau teknik dasar bulutangkis, dan salah satu aspek teknik tersebut adalah pukulan servis. Logikanya, tidak mungkin seorang pemain bisa bermain bulutangkis dengan baik dan memenangkan permainan (pertandingan) apabila tidak bisa melakukan pukulan servis dengan baik dan benar. Seorang pemain bulutangkis dalam rangka memperkembangkan permainannya bisa terjadi apabila aspek teknik dasar (termasuk di dalamnya pukulan servis) bisa dikuasai terlebih dahulu. 3. Aspek Taktik dan Strategi Aspek lain yang cukup penting bagi seorang pemain bulutangkis adalah taktik dan strategi dalam permainan. Mengenai taktik dan strategi ini Arisanto, dkk. (1997:3) menjelaskan bahwa: Setiap pemain harus berusaha mengerahkan segala macam tipu daya sehingga pukulannya sukar diterka oleh lawan kemana schuttle-cock akan ditempatkan. Membuat segala macam siasat sehingga lawan akan terperangkap dan masuk ke cara bermain yang justru dikehendaki dan menguntungkan karena mudah dimatikan. Betapa pun tingginya aspek teknik dan kemampuan fisik, tidak akan menolong bilamana tidak dilengkapi dengan taktik yang jitu dan strategi yang baik yang dapat memperdaya lawan. Penjelasan tersebut di atas apabila dikaji lebih jauh terdapat kesesuaian antara teoritis dan praktek permainan di lapangan, artinya sehebat apapun seorang pemain memiliki kemampuan fisik dan teknik, dia tidak akan dapat menguasai permainan dan memenangkan permainan tersebut apabila tidak menggunakan taktik dan strategi untuk mematikan schutlle-cock di bidang permainan lawan. Bulutangkis adalah permainan yang sangat kompleks dan dinamis, sehingga segala macam kemungkinan bisa terjadi. Aspek taktik dan strategi berfungsi untuk mengatasi dinamisnya permainan ini, salah satu contoh adalah bagaimana upaya kita dalam memperdaya lawan, mengatasi lawan yang memiliki kemampuan fisik

22 dan teknik yang baik, dan bagaimana bisa memenangkan permainan (pertandingan). 4. Aspek Psikologis (mental) Faktor lain yang juga sangat penting dalam permainan bulutangkis atau olahraga pada umumnya adalah faktor mental. Saat-saat kritis dalam pertandingan, di mana emosi kadang-kadang sukar dikendalikan dan ketegangan emosional dapat mencapai puncaknya, sering kali dapat mengakibatkan hilangnya keterampilan gerak atau skill fisik dari atlet. Mengenai hal ini Harsono (1988: 123) mengemukakan: Hilangnya skill berarti menurunnya teknik, berkurangnya insight, perhitungan (judgement) dan keseimbangan (balance), makin meningginya tention, merosotnya kekuatan dan ketepatan, hilangnya ketelitian akhirnya hancurnya mental. Seluruh otot tiba-tiba bekerja melawan otot-otot antagonistik yang terlalu tegang. Gerakan-gerakan atlet menjadi kaku dan lamban. Ketelitian dan ketepatan yang dibutuhkan dalam skill performances dan keterampilan-keterampilan yang halus akan hilang karena adanya tahanan atau resistance dalam gerakan-gerakan yang disebabkan oleh ketegangan. Aspek psikologis, seperti ketenangan (rileksasi) sangatlah dibutuhkan untuk dilatihkan kepada pemain pemula cabang olahraga bulutangkis. Rileksasi adalah alat yang penting untuk mengendalikan diri sendiri dan untuk mempertahankan sikap dan keseimbangan selama permainan berlangsung, baik fisik maupun mental. Rileksasi adalah alat yang efektif untuk menghindarkan kekakuan, ketegangan terutama pada saat-saat terakhir suatu permainan. Dalam kegiatan sehari-hari terlihat bahwa aspek psikologis (mental) acap kali sangat menentukan. Seorang pemain yang daya tahannya lemah sulit untuk melampaui ambang rangsang kepekaannya, di mana dalam keadaan seperti ini terjadi berbagai tekanan dari dalam dirinya. Menurut Arisanto (1997:5) seperti yang tertera di bawah ini: Semua tekanan ini harus dapat diatasi dan diterima dengan sadar tanpa adanya keluhan yang berlebihan. Tanpa adanya kemampuan untuk

23 melampaui titik kritis ini, maka prinsip peningkatan beban latihan tidak dapat dilanjutkan dan ini berarti bahwa latihan tidak membawa kemajuan yang berarti. Hubungan antara faktor fisik dan psikologis ini sering kali terlihat pada saat berlangsungnya pertandingan. Seorang pemain yang tidak memiliki mental yang kuat akan selalu diserang rasa ketegangan yang berlebihan sebelum pertandingan dimulai. Akibatnya sering kali timbul gejala-gejala psikologis yang tidak menguntungkan seperti gemetar, telapak tangan basah, tingkah laku yang serba salah, bernapas seolah-olah berat bahkan rasa mual dan rasa ingin buang air. Jika hal ini terjadi maka kondisi fisik yang prima dan kemampuan teknik yang matang, yang telah dibina susah payah selama berbulan-bulan tidak ada artinya. E. Pengertian Metode Latihan Drill Menggunakan Tali Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Servis Pendek Bentuk latihan metode drill menggunakan tali memilik tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan latihan tidak menggunakan tali, akan tetapi justru inilah yang menyebabkan seorang pemain akan memiliki tingkat keakuratan servis pendek yang cukup baik manakala bentuk latihan ini telah dilewati prosesnya dengan baik. Pukulan servis pendek dalam permainan bulutangkis memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi dan kesabaran untuk arah pukulan yang tepat ke bidang sasaran. Sebab dengan metode ini pemain dibiasakan melakukan latihan servis pendek secara berulang-ulang diupayakan agar lawan bermain merasa kesulitan untuk mengembalikan pukulan. Metode latihan drill menggunakan tali memberikan pengaruh yang cukup baik dalam aspek kebiasaan melakukan pukulan yang berulang-ulang. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan untuk mempermudah latihan keterampilan dasar servis pendek yang bertujuan agar siswa/atlet lebih terarah dan tidak terlalu tinggi melakukan servis pendek di atas net. Berkenaan dengan hal ini Hidayat (2000:30) menjelaskan seperti berikut: Agar dapat mengantisipasi gerakan lawan atau peralatan yang dimanipulasi lawan, atlet harus selalu waspada, siap menghadapi segala

24 kemungkinan. Berdiri dalam situasi demikian disebut sikap siap atau sikap sedia. Sikap sedia dalam keadaan berdiri haruslah berdiri dalam keadaan seimbang (balance) pada kedua kaki. Dilihat dari esensinya, kesetimbangan tersebut ada dua macam, yaitu : 1. Kesetimbangan yang memerlukan waktu agak lama dalam keadaan stabil (enduring stability) 2. Kesetimbangan yang dilakukan dalam sekejap dan segera harus berubah sikap (momentary stability). Penjelasan kesetimbangan yang dikemukakan oleh Imam Hidayat tersebut di atas semakin memperjelas bahwa metode latihan drill menggunakan tali untuk melatih keterampilan hasil belajar servis pendek dalam permainan bulutangkis di samping harus dilakukan secara cermat juga harus dalam keadaan stabil. Metode latihan drill menggunakan tali yang dilakukan dengan berlandaskan pada prinsipprinsip tersebut niscaya akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar keterampilan melakukan servis pendek dalam permainan bulutangkis. F. Pengertian Metode Latihan Tidak Menggunakan Tali Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Servis Pendek Bentuk latihan metode tidak menggunakan tali mudah dilakukan oleh atlet dan hal ini lebih memungkinkan untuk mengurangi resiko kesalahan, karena hasil dari pukulan sebelumnya bisa dijadikan ukuran untuk melakukan pukulan berikutnya, pemain bisa mengukur tenaga pukulan serta arah pukulan ke sasaran apabila pada pukulan sebelumnya tidak sesuai harapan yang diinginkan. Kesalahan arah sasaran bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah besar atau kecilnya kekuatan pukulan yang bersumber pada komponen kekuatan (strength) otot lengan siswa/atlet yang bersangkutan. Berkenaan dengan relevansi kekuatan dan arah pukulan dikemukakan oleh Hidayat (2000:67) seperti yang tertera di bawah ini: Arah dari suatu gerakan tergantung dari arah yang dikerahkan oleh kekuatan yang bersangkutan. Sebuah benda yang dalam keadaan diam, akan bergerak ke arah kanan bila ada kekuatan yang menariknya dari sebelah kanan. Efek dari kekuatan selalu sesuai dengan arah dari bekerjanya kekuatan tersebut.

25 Penjelasan yang dikemukakan oleh Imam Hidayat tersebut di atas semakin memperjelas bahwa teknik dasar pukulan arah pukulannya dipengaruhi oleh kekuatan otot lengan yang dimiliki oleh pemain yang bersangkutan. Metode latihan tidak menggunakan tali memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap ketepatan servis pendek permainan bulutangkis, apabila siswa/atlet tersebut selalu mengoreksi dan memperbaiki setiap pukulan yang dilakukannya, dengan cara mengatur kekuatan pukulan serta konsentrasi terhadap suatu target yang telah ditetapkan. G. Anggapan Dasar Anggapan dasar adalah suatu pendapat yang telah diyakini kebenarannya dan dijadikan titik tolak penelitian dalam memecahkan suatu masalah. Arikunto (2010:107) menjelaskan bahwa anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas. Secara teoretis, agar dapat melakukan servis pendek yang baik serta akurat, harus dilatih secara sistematis dan berulang-ulang sehingga keterampilan teknik dasar tersebut bisa dikuasai dengan baik oleh siswa/atlet. Dari sekian banyak cara untuk melatih kemampuan servis pendek, terdapat dua bentuk, yaitu bentuk latihan servis dengan metode latihan drill menggunakan tali dan tidak menggunakan tali. Bentuk latihan servis dengan metode latihan drill menggunakan tali adalah siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru atau pelatih dan melakukan secara berulang-ulang. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan untuk mempermudah latihan keterampilan dasar servis pendek yang bertujuan agar siswa/atlet lebih terarah dan tidak terlalu tinggi melakukan servis pendek di atas net. Mahendra, (2007:281) menyatakan bahwa: Latihan ini banyak dipakai oleh guru atau pelatih karena dianggap memungkinkan atlet berlatih secara terfokus, yaitu melatih suatu keterampilan berulang-ulang tanpa terganggu kegiatan lain. Cara ini tampaknya masuk akal karena dianggap memungkinkan anak untuk berkonsentrasi penuh dan menghaluskan gerakan.

26 Sedangkan metode latihan tidak menggunakan tali ialah latihan yang banyak dilakukan pada umumnya untuk melakukan servis pendek dengan ketinggian net tetap. Atas dasar pemaparan di atas tentang karakteristik dan perbedaan dua metode latihan yang berbeda. Peneliti mencoba membandingkan kedua metode latihan antara metode latihan menggunakan tali dan tidak menggunakan tali untuk mengetahui latihan menggunakan metode latihan mana yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek pada permainan bulutangkis. H. Hipotesis Menurut Arikunto (2010:110) bahwa: Hipotesis memang berasal dari dua penggalan kata, hypo yang artinya di bawah dan thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis yang kemudian cara penulisanya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang diajukan peneliti, yang harus diuji kebenarannya. Sebuah hipotesis akan dinyatakan diterima atau ditolak. Berdasarkan anggapan dasar yang telah dikemukakan, penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Bentuk latihan servis dengan menggunakan tali dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar servis pendek dalam permainan bulutangkis? 2. Bentuk latihan servis dengan tidak menggunakan tali dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar servis pendek dalam permainan bulutangkis? 3. Bentuk latihan servis dengan menggunakan tali dapat memberikan pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan bentuk latihan servis dengan tidak menggunakan tali terhadap hasil belajar keterampilan dasar servis pendek dalam permainan bulutangkis?

27