BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

Ringkasan Set Instruksi Dan Mode pengalamatan ( Addressing Mode )

BAB 2 LANDASAN TEORI. Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi

BAHASA PEMOGRAMAN AT89S/Cxx (assembly)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini penulis akan membahas tentang komponen-komponen yang

I/O dan Struktur Memori

MIKROKONTROLER AT89S52

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB II LANDASAN TEORI

Memprogram Port sebagai Output dan Input Sederhana

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu:

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bidang elektronika, perlahan-lahan peralatan-peralatan manual mulai digantikan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pendahuluan Mikrokontroler 8051

Dalam kondisi normal receiver yang sudah aktif akan mendeteksi sinyal dari transmitter. Karena ada transmisi sinyal dari transmitter maka output dari

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir Controller Aktuator Plant/Process. Gambar 2.1 Sistem Kontrol Closed Loop

Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III DESKRIPSI MASALAH

DESKRIPSI SINGKAT INSTRUKSI-INSTRUKSI PADA AT89S51

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

BAB III RANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat

M1632 MODULE LCD 16 X 2 BARIS (M1632)

BAB II LANDASAN TEORI

Contoh Bentuk LCD (Liquid Cristal Display)

BAB 2 LANDASAN TEORI. bisa digunakan untuk memindahkan program yang ber-ekstention.hex ke Flash,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8]

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

INSTRUKSI DAN BAHASA PEMOGRAMAN MIKROKONTROLER

PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

COUNTER DAN TRANSPORTER BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 ABSTRAKSI

Mengenal bahasa assembly

BAB II LANDASAN TEORI

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sumber Clock, Reset dan Antarmuka RAM

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih

PERTEMUAN MEMORY DAN REGISTER MIKROKONTROLER

AT89S52 8kByte In-System Programmable Mikrokontroler

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

Pengendalian 8 buah Motor oleh DST-51

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio

INTRUKSI-INTRUKSI BAHASA PEMROGRAMAN ASSEMBLY

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller AT89S51 Mikrokontroller merupakan chip yang dapat menjalankan instruksi tanpa peripheral pendukung. Berbagai jenis mikrokontroller telah diproduksi oleh perusahaan semikonduktor yang masing-masing produk memiliki arsitektur dan bahasa pemrograman yang berbeda. Pada mikrokontroller tipe S, antara lain : AT89S51, AT89S52, AT89S53 adalah produk istimewa dari ATMEL. Karena memiliki flash yang dapat diprogram pada logika 5V dan dilengkapi dengan ISP (In System Programming) sehingga mikrokontroller jenis ini dapat diprogram dan dihapus melalui port yang tersedia pada komputer. 2.1.1 Struktur dan Fungsi Pin AT89S51 AT89S51 dikemas dalam 40 pin IC. Konfigurasi pin AT89S51 dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 2.1 Bentuk dan konfigurasi pin C AT 89S51 Adapun fungsi dari tiap-tiap pin adalah sebagai berikut. 4

5 VCC Merupakan pin untuk catu daya dengan tegangan +5 volt. GND Merupakan pin yang dihubungkan dengan ground Port 0 Port 0 merupakan port parallel I/O 8 bit dua arah. Port O dapat memultiplek alamat rendah (A0-A7) dan data selama mengakses memori eksternal. Pada mode verifikasi diperlukan resistor pull- up. Port 1 Port 1 merupakan port parallel I/O 8 bit dua arah (bi-directional) dengan tahanan pull-up internal. Buffer keluaran port 1 dapat menyerap atau mengerluarkan arus sebesar empat masukan TTL. Port 1 juga menerima alamat byte rendah selama pemrograman flash dan verifikasi. Disamping sebagai port parallel I/O 3 pin port 1 juga memiliki fungsi alternatif seperti pada tabel dibawah ini: Port Pin Fungsi Alternatif P1.5 (MOSI) Digunakan dalam sistem pemrograman P1.6 (MISO) Digunakan dalam sistem pemrograman P1.7 (SCK) Digunakan dalam sistem pemrograman Tabel 2.1 Fungsi Alternatif Port 1 Port 2 Port 2 adalah port parallel I/O 8 bit dua arah (bi-directional) dengan tahanan pull up internal. Buffer keluaran port 2 juga mengeluarkan arus sebesar empat masukan TTL. Port 2 juga mengeluarkan alamat byte tinggi selama mengakses memory eksternal. Selama proses pemrograman flash dan verifikasi port 2 menerima alamat byte tinggi dan beberapa sinyal kendali. Port 3 Port 3 adalah port parallel I/O 8 bit dua arah (bi-directional) dengan tahanan pull up internal. Buffer keluaran port 3 dapat menyerap atau

6 mengeluarkan arus sebesar empat masukkan TTL. Disamping sebagai port parallel I/O port 3 memiliki beberapa fungsi alternatif seperti pada tabel dibawah ini: Port Pin Fungsi Alternatif P3.0 RXD (Serial Input Port) P3.1 TXD (Serial Output Port) P3.2 INT 0 (External interup 0) P3.3 INT 1 (External interup 1) P3.4 T0 (Timer 0 External Input) P3.5 T1 (Timer 1 External Input) P3.6 WR (External Data Memory Write Stobe) P3.7 RD (External Data Memory Read Stobe) Tabel 2.2 Fungsi Alternatif Port 3 RST Merupakan pin yang digunakan untuk mengeset ulang pencacah program sehingga mikrokontroller menjalankan program dari alamat 0000H. Pin yang dihubungkan dengan rangkaian power on reset. 2.1.2 Organisasi Memory Mikrokontroller AT89S51 memiliki ruang alamat memori program yang terpisah. Pemisahan memungkinkan memori data menggunakan alamat 8 bit, namun demikian alamat data memori 16 bit juga dapat dihasilkan melalui register untuk pengalamatan memori eksternal yaitu register DPRT (Data Pointer Register). Memori program hanya bias dibaca saja. Terdapat memori program yang bias diakses langsung hingga 64 Kbyte, sedangkan strobe (tanda) untuk akses program memory eksternal melalui sinyal PSEN atau Program Store Enable. Memory data menempati suatu ruang alamat yang terpisah dari memori program. Memori eksternal dapat diakses langsung hingga 64 Kbyte dalam ruang memori data eksternal.

7 2.1.3 Memori Program ALE / PROG Address Latch Enable, digunakan untuk menahan alamat byte rendah selama mikrokontroller mengakses memori eksternal. Pin ini juga menghasilkan input pulsa program selama pemrograman flash. Pada operasi normalnya ALE menghasilkan pulsa sebesar 1/6 frekuensi isolator dan dapat digunakan sebagai sinyal clock untuk perangkat luar. PSEN Program Store Enable, merupakan sinyal pengontrol yang memperbolehkan program memory keluar masuk ke dalam bus selama proses pemberian dan pengambilan perintah. EA / VPP External Access Enable, Pin EA harus dihubungkan ke ground untuk menjalankan program dari memori eksternal, dan dihubungkan ke Vcc bila program yang dijalankan berasal dari memori internal. XTAL 1 Merupakan pin masukkan ke oscillator penguat inverting. XTAL 2 Merupakan output dari oscillator penguat inverting. Kapasitas memori program internal mikrokontroller AT89S51 adalah 4 Kbyte. Kapasitas tersebut dapat dinaikkan dengan menambah memori eksternal. Kapasitas maksimal memori program eksternal yang dapat ditambahkan adalah sampai 64 Kbyte. Dua buah port parallel AT89S51 (Port 0 dan Port 2) digunakan sebagai bus selama berhubungan dengan memori program eksternal. Port 0 digunakan untuk memultipleks data dan alamat byte rendah. Port 0 akan mengeluarkan byte rendah dari PCL (Program Counter Low) selama byte rendah dari PC sudah siap di port 0. Sinyal ALE (Address Latch Enable) akan memindahkan kode byte ke penahan alamat. Pada waktu yang sama port 2 juga akan mengeluarkan byte tinggi dari PCH (Program Counter High). Mikrokontroller akan membaca kode

byte dari memori program eksternal setelah sinyal PSEN dikirimkan. Untuk mengakses memori program eksternal harus menggunakan alamat memori 16 bit. 8 2.1.4 Memori Data Memori data disimpan dalam RAM. Memori data internal AT89S51 dibagi menjadi 3 blok yaitu: 128 byte rendah, 128 byte tinggi dan SFR (Special Function Register). Memori data internal Memori data internal (RAM internal) bagian bawah (128 byte lower) dibagi 3 area, yaitu: 1. Register Bank Area ini berada pada alamat 00H s/d 1FH. AT89S51 memiliki bank register (bank 0 s/d bank 3). Setiap bank register terdiri dari 8 register kerja (R0 s/d R7). Jadi AT89S51 memiliki 32 register kerja. Pemilihan bank register dilakukan melalui bit RS0 dan RS1 pada register PSW (Program Status Word) 2. 16 byte bit Addressable (alamat 20H s/d 2FH) Yaitu RAM internal yang dapat dialamati per-bit. Pada setiap byte alamat terdapat 8 bit Addressable. Dengan demikian AT89S51 memiliki 128 bit Addressable. 3. Area RAM Serbaguna Area RAM internal ini berada pada alamat 30 H sampai 7FH dan dapat dialamati per-byte. 2.1.5 Instruksi-instruksi Pemograman Bahasa Assembler a. MOV, MOVC dan MOVX Instruksi MOV digunakan untuk menyalin data antara dua operand. Instruksi MOVC digunakan untuk menyalin data yang terdapat pada memori internal program. Instruksi MOVX digunakan untuk menyalin data yang terdapat pada memori eksternal program. b. ADD dan ADDC

9 Instruksi ADD digunakan ntuk melakukan operasi penjumlahan akumulator dengan suatu operand dan hasilnya disimpan dalam akumulator. Instruksi ADDC digunakan untuk menambahkan carry flag (0 atau 1) ke dalam isi akumulator. Hasil penambahan dilakukan operasi penambahan kembali ke dalam register yang dioperasikan. c. SUBB Instruksi ini digunakan untuk melakukan operasi pengurangan akumulator dengan suatu operand dan hasilnya disimpan dalam akumulator. d. DAA (Decimal Adjust) Instruksi ini digunakan setelah instruksi ADD, ADDC atau SUBB yang berfungsi untuk merubah nilai biner 8 bit yang tersimpan dalam akumulator menjadi 2 digit bilangan dalam format binary coded decimal (BCD). e. MUL AB Instruksi yang digunakan untuk melakukan operasi perkalian antara akumulator dengan register B. Hasilnya berupa data 16 bit dengan low byte pada register A dan high byte pada register B. f. DIV AB Instruksi ini digunakan untuk melakukan operasi pembagian antara akumulator dengan register B. Hasilnya disimpan pada akumulator dan sisa pembagian disimpan pada register B. g. DEC Instruksi ini digunakan untuk melakukan pengurangan sebesar satu pada suatu operand. h. INC Instruksi yang digunakan untuk melakukan penambahan sebesar satu pada suatu operand. i. ORL, ANL dan CPL Instruksi ORL digunakan untuk melakukan operasi OR antara dua operand. Instruksi ANL digunakan untuk melakukan operasi AND antara dua operand. Instruksi CPL digunakan ntuk melakukan operasi komplemen suatu operand.

10 j. RR, RL dan SWAP Instruksi RR digunakan untuk melakukan operasi pergeseran ke kanan sebanyak 1 bit. Instruksi RL digunakan untuk melakukan operasi pergeseran ke kiri sebanyak 1 bit. Instruksi SWAP digunakan untuk melakukan operasi penukaran data low nible dan high nible. k. SETB dan CLR Instruksi SETB digunakan untuk memberikan logik 1 pada bit operand. Instruksi CLR digunakan untuk memberikan logik 0 pada bit operand. l. PUSH and POP Instruksi PUSH digunakan untuk menyimpan operand ke dalam stack. Instruksi POP digunakan untuk mengembalikan nilai operand dari stack. m. LJMP, AJMP dan SJMP Instruksi LJMP digunakan untuk melompat ke suatu alamat atau label untuk alamat kode yang panjang, alamat program baru dinyatakan dengan bilangan biner 16 bit, menjangkau memori 64 Kbyte. Instruksi AJMP digunakan untuk melompat ke suatu alamat untuk alamat kode absolut (tak terbatas), alamat program baru dinyatakan dengan bilangan 11 bit dan hanya menjangkau 2 Kbyte. Instruksi SJMP digunakan untuk melompat ke alamat untuk alamat kode yang lebih pendek n. JZ (Jump if Zero) Instruksi ini digunakan untuk menguji akumulator, jika 0 maka instruksi akan dilanjutkan ke alamat kode. o. JNZ (Jump if not Zero) Instruksi untuk menguji akumulator jika 1 instruksi dilanjutkan ke alamat kode. p. JC (Jump on Carry) dan JNC (Jump on no Carry) Instruksi jump bersyarat yang memantau nilai bit Carry di dalam Program Status Word (PSW). q. JB (Jump on Bit Set)

11 Instruksi untuk menguji suatu alamat bit, jika berisi 1 akan menuju ke alamat kode. r. JNB (Jump on not Bit Set) Instruksi untuk menguji suatu alamat bit, jika berisi 0 akan menuju ke alamat kode. s. JBC (Jump on Bit Set then Clear Bit) Instruksi untuk menguji suatu alamat bit dan jika 1 akan diubah menjadi 0 kemudian instruksi dilanjutkan ke alamat kode. t. CJNE (Compare and Jump if Not Equal) Instruksi ini digunakan untuk melakukan perbandingan dua operand dan lompat ke blok program lain jka tidak sama. u. ACALL Instruksi untuk memanggil subrutin absolute (tak terbatas) ke sebuah label dari sub-program. v. LCALL Instruksi yang digunakan untuk memanggil subrutine atau sub program yang relatif panjang. w. RET Instruksi ini digunakan untuk mengembalikan ke baris program yang melakukan CALL. x. ORG (Set Origin) Pengarah ORG digunakan untuk menentukan posisi awal program untuk pernyataan yang mengikutinya. 2.2 Sensor MQ5 Sensor gas MQ5 merupakan salah satu sensor utama dalam pembuatan alat ini. Sensor ini merupakan sebuah sensor kimia atau sensor gas. Sensor ini mempunyai nilai resistansi Rs yang akan berubah bila terkena gas yang mewakili gas LPG di udara yaitu gas metana, ethanol, butane dan pentana. Sensor MQ5 mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap jenis gas tersebut. Jika sensor tersebut mendeteksi keberadaan gas-gas tersebut di udara dengan tingkat

12 konsentrasi tertentu, maka sensor akan menganggap terdapat gas LPG di udara. Ketika sensor mendeteksi keberadaan gas-gas tersebut maka resistansi elektrik sensor tersdebut akan menurun yang menyebabkan tegangan yang dihasilkan oleh output sensor akan semakin besar. Selain itu, sensor juga mempunyai sebuah pemanas (heater) yang digunakan untuk membersihkan ruangan sensor dari kontaminasi udara luar agar sensor dapat bekerja kembali secara efektif. Secara umum bentuk dari sensor gas MQ5 dapat dilihat dari gambar berikut : (a). (b). Gambar 2.2 a. Bentuk MQ5 dan b. Simbol sensor MQ5 Adapun prinsip kerja dari sensor MQ5 ini adalah sebagai berikut. Sensor ini hanya terdiri dari sebuah lapisan silikon dan dua buah elektroda pada masingmasing sisi silikon. Hal ini akan menghasilkan perbedaan tegangaan pada outputnya ketika lapisan silikon ini dialiri oleh arus listrik. Tanpa adanya gas LPG yang terdeteksi, arus yang mengalir pada silikon akan tepat berada ditengahtengah silikon dan menghasilkan tegangan yang sama antara elektroda sebelah kiri dan elektroda sebelah kanan, sehingga beda tegangan yang dihasilkan pada output adalah sebesar 0 volt. Ketika terdapat gas LPG yang mempengaruhi sensor ini, arus yang mengalir pada silikon akan berbelok mendekati atau menjauhi salah satu sisi elektroda. Ketika arus yang melalui lapisan silikon tersebut mendekati sisi elektroda sebelah kiri maka terjadi ketidakseimbangan tegangan output dan hal ini akan menghasilkan beda tegangan di outputnya. Begitu pula bila arus yang melalui lapisan silikon tersebut mendekati sisi elektroda sebelah kanan. Semakin besar konsentrasi gas yang mempengaruhi sensor ini, pembelokan arus di dalam

13 silikon juga semakin besar, sehingga ketidakseimbangan tegangan antara kedua sisi lapisan elektroda pada sensor semakin besar pula. Semakin besar ketidakseimbangan tegangan ini, beda tegangan pada output sensor juga semakin besar. Gambar 2.3 Karakteristik MQ5 2.3 Komparator Komparator tegangan adalah sebuah rangkaian yang dapat membandingkan besar tegangan masukan. Komparator tegangan biasanya menggunakan Op-Amp sebagai piranti utama dalam rangkaian. Vref di hubungkan ke +V supply, kemudian R1 dan R2 digunakan sebagai pembagi tegangan, sehingga nilai tegangan yang di referensikan pada masukan + op-amp adalah sebesar : V = [R1/(R1+R2) ] * Vsupply

14 Op-amp tersebut akan membandingkan nilai tegangan pada kedua masukannya, apabila masukan (-) lebih besar dari masukan (+) maka, keluaran op-amp akan menjadi sama dengan Vsupply, apabila tegangan masukan (-) lebih kecil dari masukan (+) maka keluaran op-amp akan menjadi sama dengan + Vsupply. Jadi dalam hal ini jika Vinput lebih besar dari V maka keluarannya akan menjadi Vsupply, jika sebaliknya, Vinput lebih besar dari V maka keluarannya akan menjadi + Vsupply. Gambar 2.4 Rangkaian Komparator Tegangan Sederhana 2.4 Relay Relay adalah saklar yang dapat bekerja otomatis dengan menggunakan aliran listrik dan dapat dikendalikan dari jarak jauh. Berikut Prinsip kerja relay, kumparan dialiri arus listrik, maka inti besi menjadi magnet, magnet yang dibangkitkan kumparan menarik tuas kontak, sehingga kontak berubah posisi. Relay yang digunakan berjenis Single Pole Double Throw (SPDT).

15 Simbol Konstruksi Gambar 2.5 Simbol dan konstruksi relay 2.5 Transmitter FM Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 88-108 MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari gangguan baik atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan. Tujuan dari pemancar FM adalah untuk mengubah satu atau lebih sinyal input yang berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang termodulasi dalam sinyal RF (Radio Frekuensi) yang dimaksudkan sebagai output daya yang kemudian diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan. Dalam bentuk sederhana dapat dipisahkan atas modulator FM dan sebuah power amplifier RF dalam satu unit. Sebenarnya pemancar FM terdiri atas rangkaian blok subsistem yang memiliki fungsi tersendiri, yaitu: a. FM exciter mengubah sinyal audio menjadi frekuensi RF yang sudah termodulasi b. Intermediate Power Amplifier (IPA) dibutuhkan pada beberapa pemancar untuk meningkatkan tingkat daya RF agar mampu menghandle final stage c. Power Amplifier di tingkat akhir menaikkan power dari sinyal sesuai yang dibutuhkan oleh sistem antenna d. Catu daya (power supply) mengubah input power dari sumber AC menjadi tegangan dan arus DC atau AC yang dibutuhkan oleh tiap subsistem. Transmitter Control System memonitor, melindungi dan memberikan perintah bagi tiap subsistem sehingga mereka dapat bekerja sama dan memberikan hasil yang diinginkan f. RF lowpass filter membatasi frekuensi yang tidak diingikan dari output pemancar

g. Directional coupler yang mengindikasikan bahwa daya sedang dikirimkan atau diterima dari sistem antena 16 2.6 Receiver FM Penerima FM memiliki konsep yang sama dengan AM untuk mengetahui lebih jelas prinsip daripenerima FM dapat dilihat pada gambar berikut : Penguat IF Limiter Penguat RF Mixer Detektor FM De- Emphasi s Penguat Audio OSC AFC Gambar 2.6 Blok diagram penerima FM a. Antena : berfungsi menangkap sinyal-sinyal termodulasi yang berasal dari antena pemancar. b. RF amplifier : berfungsi untuk menguatkan signal yang sangat lemah dan untuk memudahkan tuning receiver maka disini digunakan system front end Band Pass Filter serta menaikkan amplitudo dari sebuah sinyal RF c. Mixer digunakan mengubah masukan sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi lainnya sebagai keluaran. Kadang-kadang disebut frequency-converter circuit. Local Oscillator (L.O.), merupakan voltage-controlled-oscillator (VCO) yang menghasilkan gelombang kontinyu. Keluaran mixer berupa dua buah sinyal meliputi frekuensi LO dan sinyal masukan RF, serta mempunyai dua keluaran yang diperoleh dari penjumlahan frekuensi tersebut (LO freq + RF freq) dan pengurangan (LO freq - RF freq). d. OSC atau Local oscilator pada dasarnya adalah RF carrier generator. Kenaikan tegangan gelombang dimasukkan dalam LO. Tegangan tersebut menyebabkan perubahan frekuensi pada LO. Frekuensi oscilator mengubah frekuensi band dari sinyal masukan kemudian mengubahnya menjadi

17 frekuensi IF. Resolusi frekuensi carriernya dapat diatur sampai dengan 100 khz. e. IF amplifier dalam hal ini kekuatan sinyal mengalami pengurangan selama proses mixing maka sinyal perlu dikuatkan kembali oleh IF untuk mengembalikan sensitivitas dari penerima. f. Limiter dapat diartikan sebagai diskriminator frekuensi diterapkan di dalam sistem pengaturan frekuensi otomatik. Limiter adalah suatu rangkaian yang melewatkan sinyal jika daya sesuai dengan spesifikasi daya masukan, berubah ketika attenuasi puncak sinyal yang kuat melebihi daya masukan karena frekuensi hasil dari proses IF ampifier adalah frekuensi tinggi menimbulkan amplitudo yang berubah-ubah, untuk menjaga agar amplitudo tetap konstan dibutuhkan rangkaian limiter pada penerima AM dan FM. g. Detektor FM : digunakan untuk mendeteksi perubahan frekuensi termodulasi, menjadi sinyal informasi (Audio). h. De-emphasis : berfungsi untuk menekan frekuensi audio yang besarnya berlebihan (tinggi) yang dikirim oleh pemancar. i. AFC (Automatic Frequency Control / Pengendali Frekuensi Otomatis) : berfungsi untuk mengatur frekuensi osilator local secara otomatis agar tetap stabil. j. Dekoder Stereo : digunakan untuk memproses sinyal stereo, sehingga hasilnya diteruskan pada 2 buah penguat AF (FM Stereo). k. Penguat Audio : digunakan untuk menyearahkan getaran/ sinyal AF serta meningkatkan level sinyal audio dan kemudian diteruskan penguat AF ke suatu pengeras suara. e. Speaker (pengeras suara) digunakan untuk mengubah sinyal atau getaran listrik berfrekuensi AF menjadi getaran suara yang dapat didengar oleh telinga manusia. 2.7 LCD (Liquid Crystal Display) Display LCD sebuah liquid crystal atau perangkat elektronik yang dapat digunakan untuk menampilkan angka atau teks. Ada dua jenis utama layar LCD yang dapat menampilkan numerik (digunakan dalam jam tangan, kalkulator dll)

18 dan menampilkan teks alfanumerik (sering digunakan pada mesin foto kopi dan telepon genggam). Dalam menampilkan numerik ini kristal yang dibentuk menjadi bar, dan dalam menampilkan alfanumerik kristal hanya diatur kedalam pola titik. Setiap kristal memiliki sambungan listrik individu sehingga dapat dikontrol secara independen. Ketika kristal off' (yakni tidak ada arus yang melalui kristal) cahaya kristal terlihat sama dengan bahan latar belakangnya, sehingga kristal tidak dapat terlihat. Namun ketika arus listrik melewati kristal, itu akan merubah bentuk dan menyerap lebih banyak cahaya. Hal ini membuat kristal terlihat lebih gelap dari penglihatan mata manusia sehingga bentuk titik atau bar dapat dilihat dari perbedaan latar belakang. Sangat penting untuk menyadari perbedaan antara layar LCD dan layar LED. Sebuah LED display (sering digunakan dalam radio jam) terdiri dari sejumlah LED yang benar-benar mengeluarkan cahaya (dan dapat dilihat dalam gelap). Sebuah layar LCD hanya mencerminkan cahaya, sehingga tidak dapat dilihat dalam gelap. LMB162A adalah modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1 baris terakhir adalah kursor). Memori LCD terdiri dari 9.920 bir CGROM, 64 byte CGRAM dan 80x8 bit DDRAM yang diatur pengalamatannya oleh Address Counter dan akses datanya (pembacaan maupun penulisan datanya) dilakukan melalui register data. Pada LMB162A terdapat register data dan register perintah. Proses akses data ke atau dari register data akan mengakses ke CGRAM, DDRAM atau CGROM bergantung pada kondisi Address Counter, sedangkan proses akses data ke atau dari Register perintah akan mengakses Instruction Decoder (dekoder instruksi) yang akan menentukan perintah perintah yang akan dilakukan oleh LCD.

19 (a). (b). Gambar 2.7 (a). Block Diagram LCD (b). LCD 2x16 karakter Klasifikasi LED Display 2x16 karakter a. 16 karakter x 2 baris b. 5x7 titik Matrix karakter + kursor c. HD44780 Equivalent LCD kontroller/driver Built-In d. 4-bit atau 8-bit MPU Interface e. Tipe standar f. Bekerja hampir dengan semua Mikrokontroler. 2.7.1 Karakter LCD Tabel karakter LCD dibawah ini menunjukkan karakter khas yang tersedia pada layar LCD. Kode karakter diperoleh dengan menambahkan angka di atas kolom dengan nomor di sisi baris. Perhatikan bahwa karakter 32-127 selalu sama untuk semua LCD, tapi karakter 16-31 & 128-255 dapat bervariasi dengan

20 produsen LCD yang berbeda. Oleh karena itu beberapa LCD akan menampilkan karakter yang berbeda dari yang ditunjukkan dalam tabel. Karakter 0 sampai 15 dijelaskan user-defined sebagai karakter dan harus didefinisikan sebelum digunakan, atau LCD akan berisi perubahan karakter secara acak. Untuk melihat secara rinci bagaimana menggunakan karakter ini dapat dilihat pada data Character LCD Tabel. Gambar 2.8 Data karakter LCD 16x2

21 2.7.2 Deskripsi PIN Untuk keperluan antar muka suatu komponen elektronika dengan mikrokontroler, perlu diketahui fungsi dari setiap kaki yang ada pada komponen tersebut. a. Kaki 1 (GND): Kaki ini berhubungan dengan tegangan +5 Volt yang merupakan tegangan untuk sumber daya. b. Kaki 2 (VCC) : Kaki ini berhubungan dengan tegangan 0 volt (Ground). c. Kaki 3 (VEE/VLCD) : Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini terhubung pada cermet. Kontras mencapai nilai maksimum pada saat kondisi kaki ini pada tegangan 0 volt. d. Kaki 4 (RS) : Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses. Untuk akses ke Register Data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk akses ke Register Perintah, logika dari kaki ini adalah 0. e. Kaki 5 (R/W) : Logika 1 pada kaki ini menunjukan bahwa modul LCD sedang pada mode pembacaan dan logika 0 menunjukan bahwa modul LCD sedang pada mode penulisan. Untuk aplikasi yang tidak memerlukan pembacaan data pada modul LCD, kaki ini dapat dihubungkan langsung ke Ground. f. Kaki 6 (E) : Enable Clock LCD, kaki mengaktifkan clock LCD. Logika 1 pada kaki ini diberikan pada saat penulisan atau membacaan data. g. Kaki 7 14 (D0 D7) : Data bus, kedelapan kaki LCD ini adalah bagian di mana aliran data sebanyak 4 bit ataupun 8 bit mengalir saat proses penulisan maupun pembacaan data. h. Kaki 15 (Anoda) : Berfungsi untuk tegangan positif dari backlight LCD sekitar 4,5 volt (hanya terdapat untuk LCD yang memiliki backlight) i. Kaki 16 (Katoda) : Tegangan negatif backlight LCD sebesar 0 volt (hanya terdapat pada LCD yang memiliki backlight).

22 Gambar 2.9 Blok Pin LCD 2.8 Buzzer Buzzer merupakan komponen yang digunakan untuk menghasilkan bunyi yang berfungsi sebagai peringatan atau indikator. Buzzer ini dikendalikan oleh mikrokontroler dengan memberikan nilai logic 1 atau 0 pada rangkaian buzzer. Jika input rangkaian buzzer mendapat nilai logic 1, maka buzzer akan berbunyi, dan sebaliknya jika rangkaian buzzer mendapat nilai logic 0, maka buzzer tidak akan berbunyi. Bagian rangkaian ini terdiri dari komponen-komponen seperti transistor yang jenisnya NPN dan buzzer. Pada rangkaian buzzer ini fungsi dari transistor digunakan sebagai saklar (switch).