KAREKTERISASI PROTEIN ADHESIN Streptococcus pneumoniae( Pneumococcus ) SEBAGAI TARGET PENGEMBANGAN VAKSIN BERBASIS PROTEIN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

Berk. Penel. Hayati: 15 (11 16), 2009

RESPON IMUNOGENITAS ANTIBODI POLIKLONAL IgY TERHADAP PROTEIN ADHESI PILI 95 kda Shigella dysenteriae SKRIPSI

Respon Imunogenitas Protein Permukaan 19 kda Streptococcus pneumoniae. (Immunogenicity Response of Streptococcus pneumoniae 19 kda Surface Protein)

Respon Imunogenitas Antibodi Poliklonal IgY terhadap Protein Adhesi Pili 95 kda Shigella dysenteriae

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

I. PENDAHULUAN. banyak dipelajari sejak salah satu strain anggotanya diisolasi pertamakali oleh

STRUKTUR SEL BAKTERI

PROTEIN HEMAGLUTININ VILI Vibrio alginolyticus SEBAGAI MOLEKUL ADHESIN PADA RESEPTOR SEL EPITEL IKAN KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis)

Chlamydia trachomatis

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

Identifikasi Protein Adhesi Pili Proteus Mirabilis P355 dan Protein Reseptor pada Vesika Urinaria Kelinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini

BAB I mengalami komplikasi karena infeksi ini (WHO, 2012). Prevalensi tertinggi infeksi nosokomial terjadi di Intensive Care Units

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HAEMAGGLUTINATION ACTIVITY OF Salmonella typhi FLAGELLIN PROTEIN BASED ON ABO BLOOD GROUP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. S.pneumoniae atau pneumokokus adalah diplokokus gram-positif. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Protein Hemaglutinin Pili Proteus Mirabilis P 355

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

Protein Haemaglutinin Outer Membran Protein (OMP) 35 kda sebagai Protein Adhesin Proteus mirabilis pada Vesika Urinaria Kelinci

Kasus Penderita Diabetes

AGENT AGENT. Faktor esensial yang harus ada agar penyakit dapat terjadi. Jenis. Benda hidup Tidak hidup Enersi Sesuatu yang abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Reaksi Silang Antara Antibodi Adho36 Salmonella typhi dengan Outer Membrane Protein Vibrio cholerae Menggunakan Metode Western Blotting

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berbentuk coccus (Rosenkranz et al., 2001). Secara serologis, sampai saat ini

NEISSERIA MENINGITIDIS

STRUKTUR SEL BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB I PENDAHULUAN. negara, dan Indonesia menduduki tempat ke-6, dengan jumlah kasus 6 juta kasus

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi dan gangguan kekebalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga

Protein Hemaglutinin 35,2 kda Pili Proteus mirabilis

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI Vibrio alginolitycus PADA IKAN KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis) SEBAGAI FAKTOR VIRULENSI BAKTERI PATOGEN

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare adalah buang air besar (defekasi) yang berbentuk tinja cair atau

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PATOLOGI SERANGGA (BI5225)

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari Juni 2011 terdapat 20 subjek yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. melioidosis (Udayan et al., 2014). Adanya infeksi B. pseudomallei paling sering

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare merupakan penyebab kedua kematian pada anak usia dibawah 5. terdapat 1,7 milyar kasus diare baru pertahunnya (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun

I.PENDAHULUAN. karena merupakan penyebab kematian paling tinggi (Ahira, 2013). Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, PCR, DAN ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS PAGE

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diinfeksi Klebsiella pneumoniae, diperoleh hasil sebagai berikut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Putri Ayuningtyas, 2015

Perbedaan dan ciri-ciri bakteri garam positif dan bakteri garam negatif: Bakteri garam negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KADAR GLUKOSA TERHADAP EKSPRESI PROTEIN AdhO36 BAKTERI Salmonella Typhi. Sri Winarsih*, Hidayat Sujuti**, Aulia Yasmin* Abstrak

Gambar Scan gel SDS PAGE protein sel galur HSC-3

LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

MIKROBIOLOGI BAKTERI

4 Hasil dan Pembahasan

Patomekanisme Molekuler Faktor Virulensi Pili Vibrio alginolyticus Pada Ikan Kerapu Tikus Cromileptes altivelis

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, PCR, DAN ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS PAGE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh

PENELITIAN PENGUATAN PURIFIKASI DAN KARAKTERISASI ENZIM FIBRINOLITIK ASAL BAKTERI PANTAI SELATAN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram

Identifikasi Molekul Adhesi Pili Pseudomonas aeruginosa pada Human Umbilical Vein Endothelial Cells (HUVECs) Culture

Transkripsi:

ABSTRAK DAN EKSEKUTIF SUMMARY LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL KAREKTERISASI PROTEIN ADHESIN Streptococcus pneumoniae( Pneumococcus ) SEBAGAI TARGET PENGEMBANGAN VAKSIN BERBASIS PROTEIN Oleh : dr. Diana Chusna Mufida, M.Kes ( 0018037204) dr. Enny Suswati, M.Kes ( 0014027001) UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER, 2013

KARAKTERISASI PROTEIN ADHESIN Streptococcus pneumoniae( Pneumococcus ) SEBAGAI TARGET PENGEMBANGAN VAKSIN BERBASIS PROTEIN Peneliti Mahasiswa terlibat Sumber dana : Diana Chusna Mufida *, Enny Suswati* : Abcarina, Endivia Rizki M, Rahma Fadilah, Sanny : DP2M DIKTI ABSTRAK Pneumonia merupakan penyebab kematian kedua tertinggi setelah diare di antara balita di Indonesia pada tahun 2007. Studi mikrobiologik menemukan penyebab utama bakteriologik pneumonia pada anak balita adalah Streptococcus pneumoniae. Streptococcus pneumoniae mempunyai berbagai macam faktor virulensi, diantaranya adalah fimbria atau pili dan protein permukaan. Tujuan penelitian pada tahun 1 adalah identifikasi protein adhesi S. pneumonia yang berasal dari pili maupun protein permukaan. Protein pili maupun permukaan yang telah diidentifikasi diperbanyak dan selanjutnya dipotong pada band tertentu untuk dielekroelusi dan dialiasis.protein yang telah didialisis tersebut dilakukan uji adhesi. Uji adhesi mempergunakan protein pili dan protein permukaan, disalutkan pada enterosit mencit dengan konsentrasi 1, 1/2, 1/4,1/8,1/16 dan 1/32 tanpa disalut protein pili sebagai kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa protein pili mempunyai berat molekul dominan dengan berat molekul 78, 52, 50kDa dan protein permukaan dengan berat molekul 50, 36, 23 dan 19 kda. Dan hasil uji adhesi menunjukkan bahwa protein pili dengan berat molekul 78 dan 52 merupakan protein adhesi dan protein permukaan dengan berat molekul 19 dan 23 juga merupakan protein adhesi. Persentase besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat dari besarnya Adjusted R Square pada pili dengan berat molekul 78 kda yaitu 0,963 yang berarti terdapat pengaruh konsentrasi sebesar 96.3 % terhadap besarnya indeks adhesi. Protein pili dengan berat molekul 52 kda mempunyai Adjusted R Square 0.506. Protein permukaan dengan berat molekul 19 kda mempunyai Adjusted R Square 0.702. Protein permukaan dengan berat molekul 23 kda mempunyai Adjusted R Square 0.976. Hasil ini menunjukkan bahwa protein permukaan dengan berat molekul 23 kda dapat merupakan protein adhesin yang paling kuat, selanjutnya diikuti oleh protein pili dengan berat molekul 78 kda. Kata kunci : protein adhesi, Streptococcus pneumoniae

KARAKTERISASI PROTEIN ADHESIN Streptococcus pneumoniae( Pneumococcus ) SEBAGAI TARGET PENGEMBANGAN VAKSIN BERBASIS PROTEIN Peneliti : Diana Chusna Mufida *, Enny Suswati* Mahasiswa terlibat : Abcarina, Endivia Rizki M, Rahma Fadilah, Sanny Sumber dana : DP2M DIKTI Kontak email : dianachusna@yahoo.com Diseminasai : Latar Belakang dan Tujuan Latar Belakang Streptococcus pneumoniae (Pneumococcus) merupakan mikroorganisme yang pathogen terhadap manusia yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yaitu pneumonia, otitis media, meningitis serta bacteremia. Di negara berkembang diperkirakan 5 juta anak pertahun meninggal karena pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus. Sedangkan insidensi pneumonia oleh pneumococcus terjadi 1000 kasus per 100.000 ( Schmidt et al,2006 ). Untuk dapat menyebabkan infeksi, pada fase awal bakteri pathogen harus bisa melakukan kolonisasi pada tempat yang sesuai di jaringan target pejamu. Kecoccokan ( tropisme) berhubungan dengan kemampuan bakteri melewati barier mukosa dan invasi ke pejamu. Kolonisasi dimulai dengan penempelan bakteri dengan reseptor yang ada di lapisan mukosa. Penempelan diperantarai oleh protein adhesi bakteri, yang sebagian merupakan lektin baik pada bakteri Gram negative maupun Gram positif (Wizemann et al, 1999). Pada penempelan awal diperankan oleh pili dan sifat penempelannya adalah anchoring, setelah itu dilanjutkan dengan penempelan melalui outer membrane protein, yang sifat penempelannya bersifat doching. Setelah melakukan pelekatan maka bakteri akan berkembang biak disertai dengan produksi

bahanbahan metabolisme bakteri yang dapat merugikan sel inang ( Salyer and White,2002 ). Seperti bakteri patogen lainnya, permukaan sel pneumokokus yang terdapat berbagai faktor virulensi yang memperantarai adhesi, kolonisasi ke sel host dan juga berperan invasi. Salah satu faktor virulensi yang menonjol adalah pili bakteri berupa protein filamen tipis memanjang dari dinding sel yang mempunyai peranan adhesi dan kolonisasi bakteri pada sel epitel nasofaring. Pili bakteri Grampositif merupakan sub unit protein rantai tunggal yang tersusun secara kovalen, biasanya terdiri dari suatu adhesin pada ujung distal, sebuah pili utama yang membentuk poros polimer dan pili kecil yang memediasi pelekatan ke sel host. Disamping berperan penting dalam memediasi pelekatan bakteri ke sel inang, kolonisasi dan invasi ke jaringan, pili meningkatkan daya virulensi bakteri serta memacu respon inflamasi. Penelitian yang dilakukan oleh Barocchi et al, 2005, menunjukkan bahwa pili bakteri Pneumococcus memacu respon imun, yang pada penelitian ini indikator yang diukur adalah TNF. Disamping pili, pneumokokus juga memiliki protein permukaan yang berperan dalam proses adhesi. Penelitian yang dilakukan oleh Frolet et al, 2010 menunjukkan bahwa protein permukaan yang berperan dalam proses adhesi adalah choline binding protein (Cbps), protein tersebut mampu berikatan dengan elastin yang terdapat di paru dan pembuluh darah. Selain memediasi kolonisasi ke pejamu, penempelan bakteri juga berperan dalam regulasi dan ekspresi gen yang mengkode berbagai macam protein yang berperanan dalam invasi ke pejamu. Protein tersebut dapat memediasi hubungan yang lebih erat dengan sel epitel, memicu penyusunan kembali filament aktin sel epitel dan menginduksi perubahan signalling sel host. Pada beberapa kasus bakteri juga mensekresi protein yang menyisip ke sel mamalia dan digunakan sebagai reseptor penempelan dengan pejamu. Setelah penempelan bakteri pathogen ke pejamu, memacu ekspresi faktor virulensi yang berperan dalam inflamasi local ataupun invasi. Pemahaman mengenai mekanisme penempelan dan karakterisasi protein adhesi, sangat diperlu dipelajari untuk dikembangkan sebagai vaksin berdasar molekul adhesi.

Vaksin pneumonia saat ini dirancang untuk melindungi orang dewasa terhadap lebih dari dua lusin strain S. pneumoniae tidak efektif pada anakanak. Vaksin pneumokokkus yang beredar saat ini terdiri dari potonganpotongan karbohidrat alami yang ada pada permukaan bakteri. Ketika digunakan dalam vaksin, potonganpotongan dari karbohidrat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi terhadap target karbohidrat bakteri. Problem dari vaksin tersebut bahwa sistem kekebalan tubuh anak yang sangat muda (lebih muda dari dua tahun) tidak menanggapi secara alami karbohidrat. Disamping itu tiaptiap strain mempunyai karbohidrat yang berbedabeda, sehingga strain yang berbeda tidak dapat menanggapi karbohidrat strain yang lainnya. Saat ini sedang dikembangkan suatu vaksin berbasis molekul adhesi. Vaksin yang berdasar molekul adhesi dan telah digunakan dimasyarakat adalah pertactin, yang merupakan molekul adhesi Bordeolla pertussis. Vaksin ini diberikan bersamasama dengan difteri dan tetanus dan memiliki kelebihan tidak menimbulkan demam. Hal ini berlawanan dengan pemberian vaksin berupa bakteri yang dilemahkan, akan menimbulkan demam, sehingga menyebabkan sebagian ibu agak keberatan kalau anaknya divaksinasi.untuk dapat mengembangkan vaksin berbasis molekul adhesi, maka langkah awal kita adalah identifikasi dan karakterisasi dari molekul adhesi tersebut. Tujuan penelitian pada tahun pertama ini adalah Identifikasi protein adhesin S. pneumonia yang berasal dari pili maupun protein permukaan bakteri Metodologi yang digunakan Bakteri yang akan digunakan adalah Pneumokokus galur lokal yang berasal dari sputum pasien pneumonia. Bakteri yang telah diisolasi, dikultur pada media bifasik untuk memperbanyak pertumbuhan pili, selama 2x24 jam dan selanjutnya dipanen. Setelah dipanen dan dibersihkan media pertumbuhannya, dilakukan pemotongan pili sampai supernatan berwarna seperti PBS dan dilanjutkan dengan

isolasi protein permukaan menggunakan detergen. Supernatant yang mengandung protein pili dan protein permukaan di elektroforesis untuk menentukan berat moleku. Hasil dari elektroforesis, akan terbentuk pitapita dengan berat molekul tertentu. Berat molekul protein yang dominan di potong, dielusi dan dialysis. Larutan dialysis yang mengandung protein tersebut diuji hemaglutinasi dan uji adhesi. Hasil Bakteri Pneumococcus yang diperoleh dari penderita pneumonia, ditanam pada media agar darah dan dilakukan pengecatan Gram. Gb 1. Koloni S. pneumoniae pada media BAP Gb 2. Morfologi S. pneumoniae, dengan pewarnaan Gram

Pada media BAP, tampak koloni bakteri dengan hemolisis α. Pewarnaan Gram menunjukkan morfologi bakteri berbentuk kokus, berwarna ungu, berderet atau berpasangan duadua. Supernatan yang merupakan potongan pili dan protein permukaan di lakukan SDS PAGE dengan hasil sebagai berikut : Gambar 3. Hasil SDSPAGE potongan pili dan protein permukaan S. pneumoniae Keterangan : M merupakan marker, P15, berturutturut potongan pili ke 1 sd ke 5 OMP merupakan protein permukaan. Protein yang dominan dipotong pada pita berat molekul tersebut, dielektroelusi dan didialisis dengan hasil merupakan protein larutan, dan selanjutnya dilakukan uji hemaglutinasi dan adhesi.

Tabel 1. Hasil uji hemaglutinasi protein pili dan protein permukaan S. pneumoniae Pengenceran protein PILI78kDa PILI52kDa PILI50kDa PILI20kDa PP 23kDa PP 19 kd 1/2 1/4 1/8 1/16 1/32 1/64 1/128 1/256 1/512 1/1024 Protein yang mampu menghambat proses hemaglutinasi selanjutnya dilakukan uji adhesi. Tabel 2. Hasil perhitungan indeks adhesi pili 78 kda Indeks adhesi ulangan 1 1/2 1/4 1/8 1/16 1/32 0 µl I 36 55 74 75 110 122 560 II 35 54 82 106 128 193 552 III 41 55 72 78 113 115 572 Ratarata 44 54.67 76 86.33 117 143.3 561.33

Perhitungan indeks adhesi ini selanjutnya di uji statistic secara regresi linier, dengan hasil R 2 0.693 Tabel 3. Hasil perhitungan indeks adhesi pili 52 kda Indeks adhesi ulangan 1 1/2 1/4 1/8 1/16 1/32 0 µl I 172 208 220 228 228 240 560 II 132 157 168 174 191 193 552 III 144 149 170 177 183 212 572 Ratarata 149.33 171.33 186 193 200.66 215 561.33 Perhitungan indeks adhesi ini selanjutnya di uji statistik secara regresi linier, dengan hasil R 2 0.506 Tabel 4. Hasil perhitungan indeks adhesi protein permukaan 19 kda Indeks adhesi ulangan 1 1/2 1/4 1/8 1/16 1/32 0 µl I 72 152 156 160 192 280 560 II 98 164 178 188 210 258 552 III 64 172 182 200 224 264 572 Ratarata 78 162.67 172 182.67 208.67 267.33 561.33 Setelah dilakukan regresi linier diperoleh R 2 0.702 Tabel 5. Hasil perhitungan indeks adhesi protein permukaan 23 kda Indeks adhesi ulangan 1 1/2 1/4 1/8 1/16 1/32 0 µl I 124 140 274 360 440 536 560

II 128 136 270 372 448 520 552 III 136 152 250 368 420 516 572 Ratarata 129.33 142.67 264.667 366.67 436 524 561.33 Perhitungan indeks adhesi ini selanjutnya di uji statistik denganahasil R 2 0.976 secara regresi linier, Kesimpulan Pada penelitian ini, dapat disimpulkan S. Pneumonia mempunyai protein adhesi pada pili dengan berat molekul 78 kda dan 52 kda, serta protein adhesin yang berasal dari permukaan dengan berat molekul 23kDa dan 19 kda. Daftar Pustaka Cundell D.R., Weisser, J.N., Young and Tuomanen ( 1995 ) Relationship between colonial morphology and adherence in Streptococcus pneuminiae. Infection and Immunity 63: 2493 2498 Frolet C, Beniazza M, Roux L et al, 2010. New Adhesin Functions of Surface Exposed Pneumococcal proteins. BMC Microbiology 10: 190 : 14712180. Lee S.F and Boran TL. 2003. Roles of Sortase in Surface Expression of the Major Protein Adhesin P1, SalivaInduced Aggregation and Adherence, and Cariogenicity of Streptococcus mutans 71:2: 676681. Marc J. S, Jan W, Maikel P., Margriet J. B. M. V, Peter S, Sander J. H. D, et al, 2001. Mice Lacking the Multidrug Resistance Protein 1 Are Resistant to Streptococcus pneumoniaeinduced Pneumonia. Journal of Immunology 166: 4059 4064. Mitchell T.J., Alexander J.E.Morgan P.J. and AndewP.W., 1997. Molecular analysis of virulence factors of Streptococcus pneumoniae, Journal of Applied Microbyology Symposium Supplement 83: 52S71S Nakasone and Iwanaga, M, 1999. Characterization of Outer Membrane Protein OmpU of Vibrio cholerae. Infect.Immun. 66: 4724728 Ofek, I, Hasty D.L and Sharon N, 2003. Anti adhesion therapy of bacterial diseases : prospects and problem. FEM 38: 181191.