Bambu lamina penggunaan umum

dokumen-dokumen yang mirip
Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

KAYU LAPIS DAN PAPAN BLOK PENGGUNAAN UMUM

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kayu lapis dan papan blok bermuka kertas indah

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Semen portland komposit

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Kayu lapis Istilah dan definisi

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji berat jenis aspal keras

Analisis kadar abu contoh batubara

KAJIAN DAN PENYUSUNAN KONSEP STANDAR PRODUK OLAHAN KAYU. 1. Ir. M. I. Iskandar, MM. 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. 3. Drs. Achmad Supriadi, MM.

Cara uji sifat tahan lekang batu

Kayu gergajian daun jarum Bagian 2: Cara uji

Cara uji daktilitas aspal

Kayu gergajian jenis jati Cara uji

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Susu segar-bagian 1: Sapi

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Kayu gergajian jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

VENIR JATI BASAH DAN KAYU LAPIS INDAH JATI

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Biji kakao AMANDEMEN 1

Kayu gergajian daun lebar Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Cara uji penetrasi aspal

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS)

Kayu gergajian daun lebar Bagian 2: Cara uji

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Air demineral SNI 6241:2015

Cara uji geser langsung batu

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

SNI Standar Nasional Indonesia

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Rambu evakuasi tsunami

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Sosis ikan SNI 7755:2013

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Cara uji kelarutan aspal

Kayu bundar daun jarum Bagian 2: Cara uji

Kayu bundar jenis jati Bagian 2: Cara uji

Alat penyuling minyak atsiri - Bagian 1 : Sistem kukus Syarat mutu dan metode uji

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

KAYU LAMINASI DAN PAPAN SAMBUNG

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

Bibit sapi perah holstein indonesia

Air mineral SNI 3553:2015

Kayu bundar daun lebar Bagian 2: Cara uji

Papan serat SNI Standar Nasional Indonesia

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Bambu lamina penggunaan umum ICS 79.060.01 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi... 2 5 Persyaratan... 2 6 Pengambilan contoh... 4 7 Cara uji... 5 8 Syarat lulus uji visual... 7 9 Penandaan dan pengemasan... 8 Bibliografi... 9 Tabel 1 Mutu penampilan permukaan bambu lamina penggunaan umum... 3 Tabel 2 Toleransi panjang, lebar dan tebal bambu lamina penggunaan umum... 4 Tabel 3 Jumlah lembar contoh bambu lamina... 4 Tabel 4 Persyaratan perlakuan pendahuluan... 7 BSN 2014 i

Prakata Standar ini disusun untuk memberikan pedoman kepada produsen dan konsumen mengenai penetapan mutu bambu lamina penggunaan umum. Standar ini disusun berdasarkan penelitian di lapangan, di laboratorium dan studi pustaka. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 79-01 Hasil Hutan Kayu yang telah dibahas dalam rapat teknis dan disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 18 Juli 2013 di Bogor Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 12 September 2013 sampai tanggal 11 November 2013 dengan hasil akhir RASNI BSN 2014 ii

Bambu lamina penggunaan umum 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan klasifikasi, persyaratan dan pengujian bambu lamina penggunaan umum. 2 Acuan normatif Dokumen acuan berikut sangat diperlukan untuk penggunaan dokumen ini. Untuk acuan tidak bertanggal digunakan edisi terakhir (termasuk revisinya). SNI 01-5008.2 Kayu lapis penggunaan umum SNI ISO 2074 Kayu lapis Istilah dan definisi SNI ISO 9426 Panel kayu Penentuan dimensi panel SNI ISO 16979 Panel kayu Penentuan kadar air SNI 7537.1 Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi SNI 7538.2 Kayu gergajian daun lebar Bagian 2: Cara uji SNI 7537.2 Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi 3 Istilah dan definisi Untuk keperluan standar ini, istilah dan definisi berikut digunakan: 3.1 bambu lamina suatu produk yang diperoleh dari hasil perekatan bilah bambu sejajar serat ke arah lebar dan/atau ke arah tebal 3.2 bambu lamina contoh bambu lamina yang diambil dari suatu partai dengan cara atau metode pengambilan contoh yang telah ditetapkan, sehingga dapat mewakili partai tersebut dalam pengujian 3.3 bambu lamina penggunaan umum bambu lamina yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan selain penggunaan struktural 3.4 bambu lamina susunan tegak bambu lamina yang diperoleh dengan merekatkan bilah bambu pada bagian sisi lebarnya 3.5 bambu lamina susunan mendatar bambu lamina yang diperoleh dengan merekatkan bilah bambu pada bagian sisi tebalnya BSN 2014 1 dari 9

3.6 bambu lamina kelas 1- kondisi kering bambu lamina yang ditujukan untuk penggunaan interior dengan kelembaban relatif tidak melebihi 65 % 3.7 bambu lamina kelas 2- kondisi kering-tropis/lembab bambu lamina yang ditujukan untuk penggunaan di bawah naungan. Bambu lamina ini dapat digunakan pada keadaan interior dengan kelembaban relatif tidak melebihi 85 % 3.8 bambu lamina kelas 3- kondisi kelembaban tinggi/eksterior bambu lamina yang tahan pada kondisi kelembaban relatif yang lebih tinggi daripada kondisi Kelas 2 atau terpapar langsung pada cuaca yang berkepanjangan 3.9 bilah bambu bambu persegi empat tanpa kulit dengan ukuran tertentu yang diperoleh dengan membelah dan menyerut batang bambu 3.10 buku bambu bagian batang di antara dua ruas bambu 3.11 buku bambu tidak sehat (bbts) buku bambu yang cacat CATATAN Istilah dan definisi lainnya sesuai dengan SNI ISO 2074 dan SNI 7537.1. 4 Klasifikasi 4.1 Berdasarkan mutu penampilan a) Mutu A b) Mutu B c) Mutu C 4.2 Berdasarkan kelas mutu perekatan a) Bambu lamina kelas 1- Kondisi kering b) Bambu lamina kelas 2 - Kondisi kering-tropis/lembab c) Bambu lamina kelas 3 - Kondisi kelembaban tinggi/eksterior 5 Persyaratan 5.1 Syarat mutu penampilan 5.1.1 Syarat umum Tidak diperkenankan ada gagal rekat, bubuk dan lapuk BSN 2014 2 dari 9

5.1.2 Syarat khusus Syarat khusus mutu penampilan bambu lamina penggunaan umum sesuai Tabel 1. No Tabel 1 Mutu penampilan permukaan bambu lamina penggunaan umum Karakteristik Mutu A B C A Cacat alami 1 Bbts Jml tmp x 1 bh - 2 Lubang gerek x Maks Ø 1,5 mm, tidak berkelompok dan panjang 16 mm Didempul dan diampelas rata 3 Keseragaman warna Seragam 75 % seragam - B Cacat teknis 1 Retak dan Pecah x Didempul - 2 Celah antar bilah x lebar 1,5 mm, didempul lebar 3 mm, didempul 3 Tergores x Didempul dan - diampelas rata 4 Permukaan kasar x Diperkenankan asal - didempul rata 5 Cacat ampelas x Halus dan rata - 6 Cacat kempa x Sejajar serat 3 mm x 20mm, 1 buah per papan, didempul dan diampelas rata Sejajar serat 8 mm x 20mm, 2 buah per papan, didempul dan diampelas rata 7 Noda perekat x Diperkenankan asal rata 8 Noda minyak/oli x - 9 Membusur x 0,7% panjang 1% panjang Keterangan: - adalah tidak dibatasi x adalah tidak diperkenankan 5.2 Syarat ukuran 5.2.1 Sistem satuan ukuran Sistem satuan ukuran yang diterapkan adalah sistem Satuan Internasional (SI). 5.2.2 Alat ukur Alat ukur yang digunakan untuk mengukur bambu lamina harus sudah dikalibrasi oleh instansi yang berwenang. 5.2.3 Dimensi Besarnya ukuran panjang, lebar dan tebal bambu lamina sesuai dengan ukuran nominal, dinyatakan dalam satuan milimeter (mm). BSN 2014 3 dari 9

5.2.4 Toleransi Toleransi panjang, lebar dan tebal bambu lamina penggunaan umum sesuai Tabel 2. Tabel 2 Toleransi panjang, lebar dan tebal bambu lamina penggunaan umum Satuan dalam milimeter (mm) No Ukuran Toleransi 1 Panjang dan lebar - 0,00 + 1,5 2 Tebal : - 5 6 - < 15 15 - < 25 25 ± 0,2 ± 0,3 ± 0,4 ± 0,5 3 Kesikuan (beda diagonal) Maksimum 0,8 4 Kelurusan tepi 1 mm/m 5.3 Syarat kadar air Kadar air maksimum 14 %. 5.4 Syarat lulus delaminasi a) Untuk bambu lamina kelas 1 dan kelas 2, jumlah panjang delaminasi dari satu garis rekat pada setiap sisi contoh uji tidak boleh lebih dari 1/3 panjang garis rekat yang bersangkutan, dan rasio jumlah panjang delaminasi keempat sisi terhadap jumlah panjang keseluruhan garis rekat tidak lebih dari 10%. b) Untuk bambu lamina kelas 3, jumlah panjang delaminasi dari satu garis rekat pada setiap sisi contoh uji tidak boleh lebih dari 1/4 panjang garis rekat yang bersangkutan, dan rasio jumlah panjang delaminasi keempat sisi terhadap jumlah panjang keseluruhan garis rekat tidak lebih dari 5%. 6 Pengambilan contoh Pengambilan contoh untuk uji visual dan uji laboratoris dilakukan secara acak sesuai Tabel 3. Tabel 3 Jumlah lembar contoh bambu lamina No Jumlah lembar per partai Jumlah lembar contoh Visual Laboratoris 1 500 35 2 2 501 1 000 60 3 3 1 001 2 000 80 4 4 >2 000 125 5 CATATAN Apabila jumlah lembar per partai 35, maka jumlah lembar contoh uji visual 100 % BSN 2014 4 dari 9

7 Cara uji 7.1 Uji visual 7.1.1 Penetapan dimensi a) Penetapan panjang, lebar, dan tebal sesuai dengan SNI 7537.2. b) Penetapan kelurusan tepi sesuai dengan SNI ISO 9426. c) Penetapan kesikuan sesuai dengan SNI 01-5008.2. 7.1.2 Penetapan mutu penampilan 7.1.2.1 Prinsip Mengamati dan menilai cacat yang terdapat pada permukaan bambu lamina. 7.1.2.2 Peralatan a) jangka sorong; b) pita ukur 7.1.2.3 Persiapan a) Pengambilan contoh sesuai pasal 6. b) Pengujian dilakukan dengan pencahayaan yang cukup. 7.1.2.4 Prosedur a) Amati jenis, ukuran dan penyebaran cacat yang terdapat pada kedua muka lebar. b) Setiap cacat yang ada digunakan untuk menetapkan mutu sesuai dengan persyaratan. 7.1.2.5 Pernyataan hasil Mutu penampilan adalah mutu yang terendah. Apabila terdapat mutu di bawah yang disyaratkan, maka bambu lamina tersebut tidak lulus uji. 7.1.2.6 Laporan hasil Hasil dinyatakan dalam bentuk tabel 7.2 Uji laboratoris 7.2.1 Uji kadar air Penentuan kadar air sesuai dengan SNI ISO 16979. 7.2.2 Uji delaminasi 7.2.2.1 Prinsip Menguji pengaruh air dingin atau air panas terhadap keutuhan garis rekat bambu lamina. BSN 2014 5 dari 9

7.2.2.2 Peralatan a) penangas air; b) tangki perebus; c) oven; d) ruang vakum tekan; e) otoklaf; f) jangka sorong; 7.2.2.3 Persiapan a) Pengambilan contoh sesuai pasal 6. b) Tiap contoh uji bambu lamina harus berbentuk persegi dengan ukuran (75 ± 1) mm x (75 ± 1) mm dan ketebalan sama dengan tebal bambu lamina. Jika lebar bambu lamina kurang dari 75 mm maka lebar contoh uji sama dengan lebar bambu lamina dan panjangnya (75 ± 1) mm. 7.2.2.4 Prosedur 7.2.2.4.1 Macam perlakuan pendahuluan a) Perendaman air dingin 24 jam : rendam selama 24 jam dalam air pada suhu minimum 17 C. b) Perebusan 6 jam : rendam dalam air mendidih selama 6 jam, dilanjutkan dengan pendinginan dalam air dengan suhu maksimum 30 C selama 1 jam. c) RKR (rebus-kering-rebus): rendam dalam air mendidih selama 4 jam, kemudian keringkan pada oven berventilasi selama 16 sampai 20 jam pada suhu (60 3) C, kemudian rendam dalam air mendidih selama 4 jam, dilanjutkan dengan pendinginan pada air dengan suhu maksimum 30 C selama 1 jam. d) VT (vakum tekan): contoh uji direndam dalam air pada suhu kamar dan divakum 85 kpa selama 30 menit diikuti segera dengan tekanan (465 15) kpa selama 30 menit. e) Perebusan 72 jam: rendam selama (72 1) jam pada air mendidih, dikuti dengan pendinginan dalam air pada suhu maksimum 30 C selama 1 jam. f) Pengukusan: contoh uji dikukus dengan tekanan (200 7) kpa selama 6 jam 15 menit dilanjutkan dengan pendinginan selama 1 jam pada air dengan suhu kurang dari 30 C. g) Perendaman air panas: direndam dalam air pada suhu (70 3) C selama 2 jam. 7.2.2.4.2 Pemilihan perlakuan pendahuluan a) Perlakuan pendahuluan untuk uji delaminasi bambu lamina terdiri atas perlakuan pendahuluan dasar dan perlakuan pendahuluan tambahan b) Pemilihan perlakuan pendahuluan untuk setiap kelas mutu perekatan bambu lamina sesuai dengan persyaratan perlakuan pendahuluan padatabel 4. c) Salah satu perlakuan pendahuluan dasar harus dipilih, ditambah satu perlakuan pendahuluan tambahan untuk kelas 2 dan kelas 3. d) Untuk kelas 2 dan kelas 3, dimana dua perlakuan pendahuluan diperlukan, tiap perlakuan pendahuluan harus dilakukan terhadap dua set contoh uji secara terpisah. e) Untuk perekat fenolik murni, bila vakum tekan digunakan sebagai perlakuan pendahuluan dasar, perlakuan pendahuluan tambahan hanya perlu dilakukan sesekali untuk validasi. BSN 2014 6 dari 9

Tabel 4 Persyaratan perlakuan pendahuluan Kelas mutu perekatan Perendaman air dingin 24 jam Dasar VT (Vakum tekan) Perendaman air panas Perlakuan pendahuluan Perebusan 6 jam RKR (Rebus kering rebus) Tambahan Perebusan 72 jam Pengukusan 1 2 3 7.2.2.4.3 Persiapan pengujian a) Kelas mutu perekatan 1: setelah perlakuan pendahuluan, contoh uji dikeringkan pada suhu (60 ± 3) o C selama 24 jam kemudian dievaluasi; b) Kelas mutu perekatan 2: setelah perlakuan pendahuluan, contoh uji dikeringkan pada suhu (70 ± 3) o C selama 24 jam kemudian dievaluasi; c) Kelas mutu perekatan 3: perlakuan pendahuluan harus dilakukan 2 kali, contoh uji harus dikeringkan setelah setiap siklus perlakuan pendahuluan pada suhu (70 ± 3) o C selama 24 jam kemudian dievaluasi. 7.2.2.5 Pernyataan hasil a) Panjang delaminasi untuk tiap garis rekat pada keempat sisi contoh uji harus diukur (delaminasi dengan panjang kurang dari 3 mm dan tinggi bagian yang terbuka (gap) kurang dari 0,05 mm diabaikan). Dihitung rasio delaminasi dari satu garis rekat pada setiap sisi contoh terhadap panjang garis rekat yang bersangkutan. Rasio delaminasi pada tiap garis rekat terhadap jumlah panjang garis rekat dari keempat sisi ditentukan dalam persentase. Rasio jumlah panjang delaminasi keempat sisi terhadap jumlah panjang keseluruhan garis rekat dihitung dengan menggunakan persamaan: Keterangan: a adalah jumlah panjang yang mengelupas, dinyatakan dalam milimeter (mm); b adalah jumlah panjang garis rekat, dinyatakan dalam milimeter (mm). b) Delaminasi dinyatakan dengan rasio panjang delaminasi dari satu garis rekat terhadap jumlah panjang garis rekat tersebut pada satu sisi contoh uji dan rasio jumlah panjang delaminasi keempat sisi terhadap jumlah panjang keseluruhan garis rekat (%). 7.2.2.6 Laporan hasil Hasil dinyatakan dalam bentuk tabel. 8 Syarat lulus uji visual a) Apabila 90% atau lebih dari jumlah bambu lamina contoh lulus uji, maka partai tersebut dinyatakan lulus uji. b) Apabila yang lulus uji antara (70-90)%, maka pengujian diulang dengan ketentuan jumlah contoh 2 kali jumlah contoh pertama. BSN 2014 7 dari 9

c) Apabila yang lulus uji pada pengujian pertama < 70% atau hasil uji ulang < 90%, maka partai tersebut dinyatakan tidak lulus uji. 9 Penandaan dan pengemasan 9.1 Penandaan 9.1.2 Pada bambu lamina Pada setiap bambu lamina dimarkahkan tanda sebagai berikut : a) Ukuran nominal (panjang, lebar, tebal). b) Tipe perekat. c) Mutu penampilan. 9.1.3 Pada kemasan Tanda yang dimarkahkan pada satu sisi kemasan adalah: a) buatan Indonesia. b) nama pabrik. c) ukuran nominal. d) tipe perekat. e) kelas mutu penampilan. f) nomor kemasan. g) tujuan pengiriman. h) nomor SNI terkait. i) tanda atau keterangan lain atas kesepakatan antara penjual dengan pembeli. 9.2 Pengemasan Bambu lamina yang akan diperdagangkan dikemas sesuai dengan cara pengemasan yang telah disepakati. BSN 2014 8 dari 9

Bibliografi Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries. 2007. Japanese Agricultural Standard for Glued Laminated Timber, Notification No. 1152, September 2007. SNI ISO 631: 2011 Panel parket mosaik Karakteristik umum ISO 10033-1: 2011 Laminated veneer lumber (LVL)-Bonding quality-part 1: Test methods SNI ISO 10033-2: 2013 Venir lamina Mutu perekatan Bagian 2: Persyaratan BSN 2014 9 dari 9