BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STERILISASI & DESINFEKSI

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

DAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

FOMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Saya adalah mahasiswa Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

SOP UPTD PUSKESMAS LAPPADATA

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI

A. Informasi Fasilitas Kesehatan

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

MEMISAHKAN ALAT YANG BERSIH DAN ALAT YANG KOTOR, ALAT YANG MEMERLUKAN STERILISASI, ALAT YANG MEBUTUHKAN PERAWATAN YANG LEBIH LANJUT

Untuk menjamin makanan aman

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan Asuhan Persalinan Normal adalah untuk menjaga kelangsungan

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

Pengendalian infeksi

Universitas Sumatera Utara

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

Sanitasi Penyedia Makanan

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) memperkirakan lebih dari ibu

CABE GILING DALAM KEMASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.


Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut :

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

JE65 PERLINDUNGAN PENTING. Alat Pengambilan Sari / Ekstraktor Jus 2 Kecepatan

PETUNJUK PERAWATAN TENSIMETER RAKSA (Sphigmomanometer Raksa) dan STETOSKOP

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti


SURAT KEPUTUSAN No. TENTANG DESINFEKSI STERILISASI DIREKTUR RS. AIRLANGGA JOMBANG

PENUNTUN PEMBELAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan soal 8.2. Petunjuk menghilangkan rasa sakit karena tertusuk duri yang tepat adalah...

Selain itu, menyimpan peralatan gelas dalam keadaan kotor, atau dari hasil pencucian yang tidak/kurang bersih akan menyukarkan proses pencucian atau

BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES


PENCEGAHAN INFEKSI PADA PERAWATAN JENAZAH

LAMPIRAN. Lampiran 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

BAB III METODE PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PASAR MANNA Jalan Pangeran Duayu Pasar Manna Bengkulu Selatan Kode Pos 38516

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tindakan Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu : a. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan. b. Respon terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. c. Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis d. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah berkembang dan dilakukan dengan baik (Notoatmodjo Soekidjo 2007). B. Bidan Defenisi Bidan adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan pendidikan bidan dan sudah mempunyai izasah, dan telah mendapat pengakuan dari negara dan diberi lisensi oleh pemerintah untuk mengaplikasikan ilmunya dengan buka praktek (Suryani Soepardan, 2008). C. Pencegahan Infeksi Defenisi pencegahan infeksi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menurunkan resiko terjangkitnya atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit berbahaya, yang hingga kini belum ditemukan cara penyembuhannya. misalnya penyakit Hepatitis dan HIV /AIDS, ( JNPK-KR 2004).

sekecil mungkin kejadiannya dengan melaksanakan prosedur tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (Taylor Wendy 2005). D. Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi Ada berbagai tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu yang lain yang dapat menyebarkan infeksi, yaitu pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi dengan cara melakukan tindakan-tindakan esensial sebagai berikut : A. Cuci tangan B. Memakai sarung tangan C. Pengelolaan cairan antiseptik D. Pemprosesan alat bekas pakai E. Mengelola sampah medik A. Cuci Tangan Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan timbulnya infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Prosedur cuci tangan : 1. Melepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan. 2. Membasahi tangan dengan air bersih dan air mengalir. 3. Menggosok dengan kuat kedua tangan dengan menggunakan sabun biasa atau yang mengandung anti mikroba selama 15 sampai 30 detik dan telah di pastikan sudah menggosok sela-sela jari. Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama. 4. Membilas tangan dengan air bersih dan mengalir.

5. Membiarkan tangan kering dengan diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang bersih dan kering. 6. Bila menggunakan sabun padat misalnya sabun batangan, gunakan dalam potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah yang berlubanglubang untuk mencegah air menggenangi sabun tersebut. 7. Jangan mencuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah berisi air meskipun air tersebut sudah ditambah larutan antiseptik, karena Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam larutan tersebut. 8. Bila tidak tersedia air mengalir : a. Menggunakan ember tertutup dengan kran yang bisa ditutup pada saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika ingin membilas. b. Menggunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir. c. Minta orang lain menyiramkan air ke tangan. d. Menggunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba berbahan dasar alkohol atau campuran bahan alkohol 60-90% kira-kira 100 ml dengan 2 ml gliserin. Kemudian menggosok kedua tangan hingga kering cara ini diulangi sampai tiga kali. 9. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering. Jangan menggunakan handuk yang juga digunakan orang lain. Handuk basah atau lembab adalah tempat yang baik untuk mikroorganisme berkembang biak. 10. Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan, kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di kamar mandi (Depkes RI, 2004).

B. Pemakaian Sarung Tangan Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah baik kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya maupun peralatan. Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk menangani setiap ibu atau bayi baru lahir setelah terjadi kontak langsung untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula. Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika sarananya sangat terbatas, sarung tangan bisa digunakan berulang kali tetapi lebih dahulu, yaitu dengan cara cuci dan bilas, atau desinfeksi tingkat tinggi maupun sterilisasi. Jika sarung tangan sekali pakai digunakan berulang kali, jangan diproses lebih dari tiga kali karena mungkin telah terjadi robekan atau lubang yang tidak terlihat memungkinkan sarung tangan dapat robek pada saat sedang digunakan. Ada beberapa prosedur pelaksanaan tindakan yang memerlukan pakai sarung tangan diantaranya : 1. Mengambil sampel darah 2. Menghisap lendir dari jalan napas bayi baru lahir 3. Memegang dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi 4. Memegang sampah yang terkontaminasi 5. Membersihkan percikan darah atau cairan tubuh (Depkes 2004). C. Pengelolaan Cairan Antiseptik Cara pencegahan kontaminasi larutan antiseptik dan desinfektan : 1. Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika pengenceran diperlukan).

2. Jika tersedia kemasan antiseptik besar, untuk pemakaian sehari-hari tuangkan ke dalam wadah lebih kecil untuk mencegah penguapan dan kontaminasi. Buat jadwal rutin yang tetap, misalnya tiap minggu untuk menyiapkan larutan dan membersihkan wadah pemakaian sehari-hari. Berhati-hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil karena pinggiran wadah larutan utama tidak boleh bersentuhan dengan wadah yang lebih kecil. 3. Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air serta membiarkannya kering dengan cara diangin-anginkan setidaknya sekali seminggu dan tempelkan label bertuliskan tanggal pengisian ulang. 4. Menuangkan larutan antiseptik kegulungan kapas atau kasa dan jangan merendam gulungan kapas atau kasa di dalam wadah ataupun mencelupkannya ke dalam larutan antiseptik. 5. Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap (Jhonson, et all, 2005) D. Pemrosesan Alat Bekas Pakai Pemrosesan peralatan yang telah bekas pakai, baik terbuat dari logam, maupun plastik, ataupun benda-benda lainnya, dalam upaya pencegahan infeksi. Pemrosesan alat bekas pakai diproses melalui tiga langkah pokok yaitu : 1. Dekontaminasi Dekontaminasi adalah langkah pertama yang penting dalam menangani peralatan atau perlengkapan seperti sarung tangan, dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal dan sarung tangan rumah tangga dari lateks, jika menangani peralatan yang sudah digunakan atau kotor. Setelah digunakan, segera masukkan benda-benda yang

terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Daya kerja larutan klorin akan cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit satu kali 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh (Syafuddin, 2004). Jumlah Bagian Air = % Larutan Konsentrat % Larutan Yang Diinginkan - 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5,25% Jumlah Bagian Air = 5,2% - 1 = 10,5 1 = 9,5 0,5% 1. Tambahkan 9 bagian air ke dalam 1 bagian larutan klorin. Catatan : Air tidak perlu dimasak Sumber : (Syafuddin 2004). Gambar 1 : Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5%. 2. Pencucian dan Pembilasan Pencucian adalah langkah pertama paling efektif untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan dan perlengkapan yang kotor yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya, jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah dikontaminasi. Bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci tangan dengan seksama secepat mungkin.

Perlengkapan atau bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci peralatan : a. Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang terbuat dari bahan lateks. b. Sikat halus, berupa sikat gigi c. Tabung suntik, minimal ukuran 10 ml, untuk membilas bagian dalam kateter, termasuk kateter penghisap lendir. d. Wadah plastik atau baja antikarat, seperti stainless steel. e. Air bersih f. Sabun atau deterjen Tahap-tahap pencucian dan pembilasan : a) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan. b) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi. c) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam. d) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dengan tahapan sebagai berikut: 1. Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran. 2. Buka engsel gunting dan klem. 3. Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan pojok peralatan. 4. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan. 5. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih jika perlu dengan air dan sabun atau deterjen. 6. Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.

e) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain. Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT. Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi secara dengan cara dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan menggunakan air bersih. i) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan. Untuk mencuci kateter termasuk kateter penghisap lendir, lakukan tahap-tahap berikut ini : a) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan. b) Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter penghisap lendir). c) Gunakan tabung suntik untuk mencuci tangan bagian dalam kateter sedikitnya tiga kali atau lebih jika perlu dengan air dan sabun atau deterjen. d) Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih. e) Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum dilakukan proses DTT. 3. Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi Desinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen. Desinfeksi tingkat tinggi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau secara kimiawi.

Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, parasit dan virus, termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrumen. DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. DTT dengan cara merebus : a) Gunakan panci dengan penutup yang rapat. b) Gunakan setiap kali mendesinfeksi peralatan. c) Rendam peralatan sehingga semuanya terendam di dalam air. d) Mulai panaskan air. e) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih. f) Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai. (1) Rebus selama 20 menit (2) Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus. (3) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan, jika peralatan dalam keadaan lembab maka tingkat pencapaian desinfeksi tingkat tinggi tidak terjaga. (4) Setelah peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi secara tertutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka. DTT dengan uap panas : a) Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap DTT dengan uap tanpa diberi talck. b) Gunakan panci perebus yang memiliki tiga susun nampan pengukus.

c) Gunakan bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai, sarung tangan dapat dipakai tanpa membuat kontaminasi baru. d) Letakkan sarung tangan pada baki atau nampan pengukus yang berlubang di bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian atas panci pengukus, letakkan sarung tangan dengan bagian jarinya ke arah tengah panci. Jangan menumpuk sarung tangan lima sampai sepuluh pasang sarung tangan bisa diletakkan di panci pengukus tergantung dari diameter panci. e) Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor. f) Letakkan penutup di atas panci pengukus paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. g) Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan capat dan bahan bakar akan terbuang. h) Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci pengukus, mulailah penghitungan waktu. Catat lamanya pengukusan sarung tangan dalam buku khusus. i) Kukus sarung tangan selama 20 menit. j) Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar. k) Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di sebelah kompor. l) Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung tangan tersusun di atas panci perebus yang kosong. Letakkan penutup di atasnya hingga sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi.

m) Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai kering di dalam panci selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau digunakan). n) Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering, gunakan cunam penjepit atau pinset desinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan tersebut dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi lalu tutup rapat sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengkus yang berpenutup rapat. Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu. DTT Kimiawi : a) Letakkan peralatan yang kering, sudah didekontaminasi dan dicuci ke dalam wadah. Kemudian isi wadah tersebut dengan larutan kimia. Perlu diingat jika peralatan masih dalam kondisi basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka dapat terjadi pengenceran tambahan terhadap larutan tersebut dan membuatnya menjadi kurang efektif. b) Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia. c) Rendam peralatan selama 20 menit. d) Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus e) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup rapat. f) Setelah kering peralatan dapat digunakan dengan segera atau disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup rapat. DTT Kateter secara kimiawi :

a) Siapkan larutan klorin 0,5%. Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan. b) Letakkan kateter yang sudah dicuci dan kering di dalam larutan klorin. Gunakan tabung suntik steril atau desinfeksi tingkat tinggi yang besar untuk membilas bagian dalam kateter dengan larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter terendam dalam larutan. c) Biarkan kateter terendam selama 20 menit. d) Gunakan tabung suntik desinfeksi tingkat tinggi atau steril yang besar dan air yang direbus sedikitnya 20 menit untuk membilas kateter. e) Biarkan kateter kering dengan cara diangin-anginkan dan kemudian segera digunakan atau disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi yang bersih. Selain DTT, petugas dapat menggunakan metode sterilisasi pada instrumen logam dan sarung tangan, yaitu : a) Sterilisasi dengan otoklaf 106 pada temperatur 121 0 C selama 30 menit jika instrumen terbungkus dan 20 menit jika tidak terbungkus. b) Panas kering pada temperatur 170 0 C selama 60 menit. c) Instrumen disimpan dalam wadah steril yang berpenutup rapat (Syafuddin,2004)

Langkah-langkah pemrosesan alat bekas pakai tersebut dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut : DEKONTAMINASI Rendam dalam larutan klorin 0,5% Selama 10 menit CUC DAN BILAS Gunakan deterjen dan sikat Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam Metode yang dipilih STERILISASI Metode alternatif DESINFEKSI TINGKAT TINGGI Otoklaf Panas Kering Rebus / Kukus Kimiawi 106 kpa 121 0 C 30 menit jika terbungkus 20 menit jika tidak terbungkus 170 0 C 60 menit Panci tertutup 20 menit Rendam 20 menit DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN (Peralatan yang sudah diproses biasa disimpan dalam wadah tertutup yang didesinfeksi tingkat tinggi sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka) Sumber : Depkes RI, 2004 Gambar 2. Pemrosesan Peralatan Bekas Pakai.

Tabel 2. Proses Dekontaminasi Dekontaminasi Pencucian Pencucuian DTT Sterilisasi (hanya air) (deterjen dan pembilasan) Efektivitas Membunuh virus Hingga Hingga 80% 95% 100% menghilangka AIDS dan 50% n atau menon- Hepatitis aktifkan mikro organisme Waktu kerja Rendam selama Cuci hingga Cuci hingga Rebus Kukus : yang 10 menit bersih terlihat bersih kukus 20-30 diperlukan atau menit 106 agar proses secara kpa, berjalan aktif kimia 121 0 C wi 20 Panas menit kering : 60 menit pada suhu 170 0 C Sumber : Depkes RI, 2004

E. Pengelolaan Sampah Medik Sampah terdiri dari yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka penelitian difokuskan kepada sampah terkontaminasi (darah, nanah, urin, kotoran manusia, dan benda-benda yang tercemar oleh cairan tubuh) yang berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut, termasuk anggota masyarakat Pengelolaan sampah terkontaminasi meliputi : 1) Setelah selesai melakukan suatu tindakan dan sebelum melepaskan sarung tangan, letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dan lain-lain) ke dalam tempat sampah kedap air/kantong plastik sebelum dibuang. 2) Hindarkan terjadinya kontak sampah terkontaminasi dengan permukaan luar kantong. 3) Pembuangan benda-benda tajam yang terkontaminasi dengan menempatkannya dalam wadah tahan bocor (misalnya botol air mineral dari plastik atau botol infus), kotak karton yang tebal atau wadah yang terbuat dari logam. 4) Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya. 5) Bersihkan percikan darah dengan larutan klorin 0,5% kemudian seka dengan kain atau pel. 6) Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi debu. 7) Bersihkan tempat tidur, meja, dan troli dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen.

8) Seka celemek dengan klorin 0,5%. 9) Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai dengan campuran klorin 0,5% dan deterjen. 10) Gunakan sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks. 11) Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah terkumpulnya debu. Bila terpercik darah segera bersihkan dengan klorin 0,5% (Depkes RI, 2004 ).