BAB I PENDAHULUAN. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) adalah sebuah organisasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

BAB I PENDAHULUAN. adanya Undang-undang Guru dan Dosen. Guru bertanggung jawab mengantarkan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. di negara kita tidak ketinggalan dengan negara lain. anak didik agar mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

PROGRAM KERJA JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK POS BANTUAN HUKUM ADVOKAT INDONESIA (POSBAKUMADIN)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan hal penting dalam komunikasi sosial. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

NUR ENDAH APRILIYANI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu elemen penting dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. Mewujudkan kesejahteraan, penghargaan, pengayoman dan perlindungan hukum untuk meningkatkan harkat dan martabat anggota 4.

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

ETIKA PROFESI GURU TIK

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PENDIDIKAN, GURU, DAN PAYUNG HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

1 Universitas Indonesia

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB VI P E N U T U P

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan data penelitian dan hasil analisis yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals,

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

POSDAYA BERSERI DUSUN I

KONSEP DASAR PROFESIONALISME PENDIDIKAN BAGIAN 1. Oleh Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

KODE ETIK PNS TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ANDALAS SK REKTOR NOMOR : 24 TAHUN 2012)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan. Pendidikan bermutu di era global dituntut akrab dengan

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

RAPAT PIMPINAN NASIONAL PERKUMPULAN ADVOKAT INDONESIA 2016

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang sengaja dirancang untuk

GURU HONORER ANTARA TANTANGAN DAN HARAPAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) adalah sebuah organisasi wadah berkumpulnya guru atau tenaga kependidikan untuk bekerja sama dan bersama-sama dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam mencapai tujuan mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional. Profesionalisme guru dituntut agar terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan, teknologi serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional maupun internasional. Upaya pembangunan pendidikan nasional sangat diperlukan guru dalam jumlah yang memadai dan standar mutu kompetensi profesionalisme yang terjamin. Untuk mencapai jumlah guru profesional yang mencukupi dapat menggerakan dinamika kemajuan pendidikan nasional diperlukan proses yang berkesinambungan, tepat sasaran dan efektif. Proses menuju profesional perlu didukung oleh semua unsur yang terkait dengan guru. Unsur unsur tersebut dapat dipadukan untuk menghasilkan suatu system yang dapat dengan sendirinya bekerja menuju pembentukan guru-guru yang profesional dalam kualitas yang mencukupi. Era reformasi merupakan suatu kurun waktu yang ditandai dengan berbagai perubahan untuk membentuk suatu keseluruh tatanan baru yang lebih baik. Organisasi PGRI belum nampak atau membawa perubahan kompetensinya dalam meningkatkan guru profesional.

2 Guru sebagai komponen penting dalam pendidikan belum mendapat perhatian dan perlakuan yang benar. Manajemen guru di Indonesia masih gelap, penuh persoalan. Pembinaan guru baik profesi maupun karir di tingkat kabupaten atau kota belum dilakukan dengan baik. Guru belum optimal memperoleh pembinaan, termasuk peningkatan kompetensinya. Hujatan untuk guru tidak ada dasarnya, banyak guru yang jadi korban politik tempat tumpuhan kesalahan, sejauh mana organisasi PGRI dapat memberikan perlindungan terhadap guru sebagai anggotanya. Di era otonomi daerah, PGRI belum eksis penuh dan menyikapi berbagai permasalahan dan tantangan sesuai dengan tuntutan otonomi daerah, belum mampu menjadi pelopor, teladan dalam mengembangkan jiwa, semangat dan nilai otonomi melalui kinerja organisasi serta melakukan adaptasi dalam aspek struktur, kultur, subtansi dan sumber daya manusia. PGRI di era globalisasi harus membangun kerja sama dengan masyarakat internasional, bagaimana PGRI aktif menyetarakan setara internasional sebagai respons terhadap perkembangan global. Sesuai dengan dinamika dan perubahan-perubahan yang berlangsung, keberadaan PGRI harus dapat memberikan jawaban terhadap masalah-masalah yang timbul. Mampu menyikapi tantangan yang menghadang dan memberikan kontribusi terhadap tuntutan, pemenuhan kebutuhan yang dihadapi bangsa khususnya bidang pendidikan. PGRI mampu melakukan konsolidasi internal, misalnya pada tantangan global, tantangan guru agar dapat beradaptasi secara dinamis untuk menjamin kelangsungan kehidupannya. Tantangan nasional, PGRI dituntut untuk beradaptasi dengan melakukan reformasi secara dinamis dalam segi struktur, kultur, subtansi dan sumber daya

3 manusia, sehingga organisasi akan tetap lestari, tanggap terhadap kondisi serta perkembangannya. Pada masa sekarang ini masih sering dijumpai pihak yang memandang PGRI hanya sebagai aspek yang sempit, banyak berkembang persepsi atau pendapat-pendapat yang tidak kondusif terhadap PGRI. Tantangan organisasi harus mampu dijawab untuk mewujudkan dirinya sebagai organisasi pembelajaran, organisasi yang belajar secara berkesinambungan melakukan transformasi kearah yang lebih baik dalam pengelolaan mutu pendidikan. Menurut Ketua Umum PGRI (Sulistyo), jati diri PGRI merupakan urat nadi organisasi, perkembangan dan keberadaan organisasi guru dalam perjalanan bangsa untuk mewujudkan hak azasi guru, sebagai pribadi warga Negara dan pengembang profesi. Sebagaimana telah tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PGRI pasal 3, bahwa jati diri PGRI adalah sebagai berikut : 1. PGRI Sebagai Organisasi Profesi. Sebagai organisasi profesi berarti organisasi yang terdiri dari guru dan tenaga kependidikan yang sejawat berkumpul dalam suatu wadah persatuan dan berjuang mewujudkan semua amanat keputusan organisasi, baik yang tersurat maupun yang tersirat sesuai dengan ketentuan atau aturannya. Sebagi organisasi profesi, PGRI mempunyai fungsi sebagai wadah kebersamaan, rasa kesejawatan dalam mewujudkan peningkatan keahlian atau karier untuk menjalankan tugas keprofesiannya secara profesional. 2. PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan. Sebagai organisasi pejuangan dalam AD/ART tersirat mengemban amanat dan cita-cita Proklamsi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945,

4 menjamin, menjaga, mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan membudayakan nilai luhur Pancasila. Makna dari PGRI merupakan wadah bagi guru-guru dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan dan membela hak-hak azasinya baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, maupun pemangku profesi keguruan. 3. PGRI Sebagai Organisasi Ketenagakerjaan. Sebagai organisasi ketenagakerjaan adalah menyadari bahwa anggota mempunyai hak untuk bekerja, memilih tempat kerja secara bebas, memperoleh lingkungan kerja yang nyaman, aman serta dilindungi dari hak mendapat upah dan pekerjaan secara adil tanpa diskriminasi. Ketenagakerjaan atau organisasi serikat pekerja adalah suatu organisasi didirikan sendiri oleh anggotanya, dilaksanakan untuk kepentingan anggotanya sendiri tanpa intervensi dari pihak luar. Guru sebagai kelompok tenaga kerja profesional memerlukan jaminan yang pasti menyangkut hukum, kesejahteraan, hak-hak pribadi sebagai warga Negara. PGRI sangat ideal sebagai wadah solusi atas berbagai masalah yang dihadapi guru. PGRI merupakan wahana akselerasi kumpulan guru-guru, dalam upaya meningkatan profesionalisme, sarana perjuangan bersama untuk peningkatan kesejahteraan guru yang bermuara kepada peningkatan kualitas pendidikan nasional. Kualitas pendidikan bukan semata urusan negara, semua elemen bangsa harus turut terlibat dan berpartisipasi secara sinergis, berangkat dari suatu kesadaran serta tanggung jawab kolektif untuk membangun dunia pendidikan bermutu dan berdaya saing tinggi. Keberadaan organisasi PGRI merupakan salah satu elemen masyarakat profesi bidang pendidikan, berada pada suatu ranah strategis ikut berperan aktif

5 meningkatkan mutu pendidikan dengan sasaran pada upaya peningkatan profesioanlisme guru (Musaheri :2009). Guru sebagai tenaga pendidik merupakan ujung tombak dan garda terdepan dalam proses pendidikan. Guru dapat berperan secara maksimal menjalankan tugasnya apabila didukung, dibantu, diorganisasikan dalam wadah yang dinamis, independen, dan prospektif untuk menjawab berbagai persoalan serta tantangan masa depan. Namun ironi yang terjadi di kalangan guru dewasa ini, bahwa guru belum mengenal lebih dekat keberadaan PGRI secara umum. Persepsi guru tentang peningkatan derajat dan perubahan nasib guru selama ini, merupakan goodwill dari upaya pemerintah semata, tanpa keterlibatan PGRI. Pemahaman guru hanya sebatas pada potongan gaji setiap bulan sebagai iuran anggota, tanpa memahami atau perduli manfaaf menjadi anggota organisasi. Manfaat yang diperoleh seorang guru sangat substansial untuk kenyamanan dalam pelaksanaan tugas keprofesian guru. Namun hal ini masih belum disadari sebagian guru maupun anggota organisasi, hal tersebut tentu mengecilkan organisasi PGRI maupun bagi guru sendiri. Manfaat substansial yang diperoleh guru diantaranya sebagai berikut : 1. Terpenuhi kepentingan guru yang diamanatkan undang-undang bahwa guru harus tergabung dalam sebuah organisasi profesi independen guna melindungi hak-hak sekaligus wadah kreatif secara aktif bagi kemajuan guru maupun dunia pendidikan pada umumnya, 2. Tersedianya kesempatan luas terhadap akses dan jaringan komunikasi antar sesama guru dari berbagai tingkatan di daerah, sarana sharing

6 untuk berbagi pengalaman dalam upaya meningkatkan profesionalisme serta kinerja guru, 3. Tersedianya layanan bantuan hukum dari Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH), dapat dimanfaatkan ketika guru bersinggungan dengan masalah hukum, berkaitan tugas keprofesian tanpa dipungut biaya, 4. Adanya akses mendapat pesangon dari Yayasan Dana Setia Kawan Pensiun besar disesuaikan dengan pengabdian menjadi pengurus PGRI, 5. Kartu Tanda Anggota dan SK Kepengurusan bagi pengurus PGRI dapat dijadikan sebagai instrumen penambah angka kredit guru atau untuk kepentingan sertifikasi guru, 6. Makin luasnya kesempatan untuk mengikuti berbagai macam kegiatan peningkatan profesionalisme guru yang dilakukan organisasi dari tingkat kepengurusan kecamatan hingga tingkat pusat. Tanpa disadari kenyataan selama ini guru-guru telah menikmati berbagai peningkatan, perbaikan nasib, perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan pada umumnya merupakan hasil kegigihan, kerja keras serta perjuangan ulet dilakukan PGRI. Namun belum nampak diimbangi dengan dengan peningktan profesionalnya. Jika ditelusuri lebih jauh, hasil perjuangan bukan guru semata yang memetik perubahan nasib, tetapi PNS lain juga ikut merasakan dampak positif dari regulasi pemerintah. kenaikan gaji untuk semua PNS pada tahun 1999, Lahirnya kebijakan secara bertahap terus berkelanjutan hingga nilainya lebih realistis dan membaik seperti sekarang. Kebijakan tunjangan beras dalam bentuk uang serta luasnya akses penggunaan Asuransi Kesehatan (ASKES) bagi Guru atau PNS pada rumah sakit pemerintah

7 maupun swasta, merupakan bukti sebagian hasil kinerjanya (Ichwan, 2010). Melalui berbagai bentuk komunikasi intensif dengan pemerintah pembuat regulasi kebijakan, disetujuhi realisasi peningkatan anggaran pendidikan hingga 20% dari APBN sebagaimana amanat undang-undang. Serta dalam pernyataan resmi Konkernas IV Tahun 2012, PB PGRI mendesak pemerintah untuk mengevaluasi masalah Ujian Nasional dan RSBI. Dalam rangka menjadikan guru profesional, sejahtera yang terlindungi, berbagai upaya telah dilakukan dibawah pimpinan Sulistyo, dengan menggalang kerjasama dan dukungan DPRRI, organisasi guru regional maupun internasional, Kemendikbud Kemenag, Menko Perekonomian, Mabes Polri, pendirian Bank Guru, maupun perusahaan swasta dan berbagai pihak lainnya. Nota kesepahaman (MoU) antara PGRI dengan jajaran direksi maskapai penerbangan Garuda, Merpati, serta Sriwijaya mampu memberikan kemudahan bagi anggota dengan menunjukkan KTA. Hal ini sangat membantu mobilisasi guru masa kini yang dituntut semakin aktif, tanggap, dan cepat dalam merespon dinamika masa depan. Terbitnya Undang- Undang Guru dan Dosen merupakan bentuk riil hasil perjuangannya. Kewajiban pemerintah dalam mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari ABPN, cukup alot berulang kali diuji materikan oleh Makamah Kontitusi. Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan, implementasi Peraturan Pemerintah tentang Guru (nasib guru, peningkatan profesionalisme, dan perlindungan profesi), semua merupakan investasi perjuangan sangat berharga untuk pembangunan pendidikan. Perjuangan terusmenerus secara bertahap membawa dampak perubahan nasib, Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru, bentuk bukti kepastian hukum

8 yang jelas. Kebijakan tersebut secara implementatif dapat dirasakan manfaatnya, melalui pengakuan profesional diiringi dengan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok setiap bulan, merupakan konsekwensi logis guru bersertifikat pendidik, selalu dituntut untuk meningkatkan profesionalnya. Diakui atau tidak oleh guru, hal tersebut telah teralisasi berkat kegigihan perjuangan organisasi untuk menekan pemerintah. Kondisi riil di lapangan, persepsi guru terhadap keberadaan organisasi PGRI beraneka ragam, seperti Guru PNS maupun Guru Non PNS (Guru Tidak Tetap) atau Guru berstatus honorer, mempunyai persepsi bagaimana pengurus mengenalkan program kerjanya yang dapat menyentuh kepada semua guru di Kota Malang. Guru belum memahami sepenuhnya atau mengenal lebih dekat keberadaan organisasinya, tentu sebuah ironi yang perlu ditelaah lebih mendalam. Wajar jika keberadaan organisasi hanya mampu dikenal dan berdengung di level atas tetapi lemah pada tataran grassroot, yaitu kalangan guru sendiri. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelti tertarik untuk melakukan kegiatan penelitian kualitatif diskriptif guna mengungkapkan fenomenafenomena persepsi guru sebagaimana diuraikan diatas. Permasalahan ini akan dirumuskan sebagai kajian menarik dengan harapan dapat memberikan masukan kepada pengurus mulai tingkat ranting hingga kota dalam mengembangkan program kerja dan kegiatan organisasi. B. Rumusan Masalah Keberadaan organisasi PGRI sebagai wadah berhimpunnya guru-guru, selain menjadi media dan alat daya perekat, pemersatu guru, diharapkan mampu menjadi konektor atau penghubung yang efektif dan bermanfaat bagi aspirasi

9 kepentingan profesionalieme guru. Dengan tertatanya organisasi yang baik, dapat dikenal oleh anggota baik program kerjanya maupun bentuk perlindungan kepada anggota untuk mewujudkan profesionalisme guru secara terarah, efektif dengan suasana nyaman dan kondusif. Guru berhimpun dalam wadah organisasi profesi merupakan wujud perlindungan jabatan guru. Sehingga guru ada jaminan bantuan hukum secara optimal bagi yang membutuhkan. Tuntutan dan tantangan harus mampu dijawab oleh pengurus organisasi PGRI secara serius dalam berbagai tingkat kepengurusan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, berimplikasi bukan semakin menguatkan positioning PGRI secara kelembagaan, namun diiringi makin tingginya harapan dan tuntutan masyarakat pendidikan atas peran strategis yang diemban oleh organisasi. Jaringan kepengurusan organisasi begitu luas, mulai kecamatan diseluruh wilayah Indonesia, tentu membutuhkan manajemen pengorganisasian yang tertata dengan rapi dan bersinergi, baik antar kepengurusan di pusat maupun daerah. Apabila tuntutan tersebut mampu dijawab secara implementatif, niscaya keberadaan organisasi PGRI akan memiliki potensi pemberdayaan yang luar biasa bagi kepentingan guru dan dunia pendidikan. Dalam kerangka menafsirkan soliditas PGRI sebagai organisasi wadah guru-guru, pertanyaan awal yang perlu dikemukakan adalah, bagaimana persepsi guru terhadap peran organisasi PGRI? Pertanyaan tersebut perlu diungkap melalui implementasi kinerja atau kegiatan pengurus agar dapat diterima dan dipahami oleh guru pada umumnya. Hal ini masih nampak manakala dijumpai guru menggerutu dan menganggap kegiatan organisasi hanya

10 sebatas pihak pemotong gaji mereka untuk iuran anggota. Cara pandang yang sederhana namun memberikan sinyalemen kuat atas rendahnya pemahaman persepsi guru terhadap PGRI dalam menaungi guru di Indonesia. Dengan mengacu pemaparan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang perlu diungkapkan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Bagaimanakah persepsi guru di Kota Malang terhadap keberadaan PGRI dan program kerjanya? 2. Apakah yang menjadi harapan guru terhadap perjuangan Pengurus PGRI Kota Malang? 3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan Pengurus PGRI Kota Malang dalam meningkatkan profesionalisme guru? 4. Bagaimana persepsi guru terhadap perlunya PGRI sebagai wadah untuk media pengembangan profesi guru? C. Tujuan Penelitian. Kemudian berdasarkan rumusan masalah sebagaimana di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui persepsi guru di Kota Malang terhadap keberadaan PGRI dan program kerjanya. 2. Mengindentifikasikan yang menjadi harapan guru terhadap perjuangan Pengurus PGRI Kota Malang. 3. Mendiskripsikan upaya yang dilakukan Pengurus PGRI Kota Malang dalam meningkatkan profesionalisme guru. 4. Menguraikan persepsi guru terhadap perlunya PGRI sebagai wadah untuk media pengembangan profesi guru

11 D. Kegunaan Penelitian. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap guru, khususnya pengurus PGRI Kota Malang terkait upaya peningkatan kualitas guru dan kegunaan bagi pihak-pihak sebagai berikut : 1. Penelitian ini dijadikan masukan terkait persepsi guru terhadap PGRI dalam menjalankan program kerjanya yang dapat menyentuh kersejahteraan dan meningkatkan profesionalisme guru. 2. Bagi para pemegang kebijakan, pemerintah dan para pengambil keputusan mempunyai tanggungjawab terhadap kualitas meningkatkan profesionalisme guru, sehingga dampak dari kebijakan dapat digunakan pendekatan pengurus untuk masa depan sesuai dengan perubahan zaman. 3. Bagi para peneliti terutama para pemerhati masalah pendidikan, diharapkan temuan penelitian ini bisa menjadi dasar pengembangan penelitian-penelitian sesuai dengan pendekatan berbeda dan kajian yang lebih mendalam sehingga problem persepsi negatip guru terhadap peran Pengurus PGRI Kota Malang selama ini dapat dipecahkan secara ilmiah. E. Penegasan Istilah Untuk mendapatkan pemahaman tentang Persepsi Guru Terhadap PGRI, perlu pembatasan masalah untuk menghindari kesalah-pahaman terhadap penelitian ini, maka perlu dikemukakan penegasan istilah. Batasan pengertian judul tesis tersebut adalah sebagai berikut :

12 1. Persepsi adalah kumpulan sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti atau pemaknaan atas lingkungan mereka. 2. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. 3. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Artinya profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. 4. Harapan adalah suatu keunginan yang akan dicapai dalam suatu perjuangan atau kebijakan sebagai suatu tujuan. Harapan merupakan pancaran suasana batin atau situasi kemanusiaan yang sedang menantinanti sesuatu yang disenanginya bakal menjadi kenyataan. 5. Kesiapan adalah suatu proses perencanaan langkah-langkah yang diambil dalam melakukan program kerja yang telah ditetapkan. 6. Profesional menunjuk pada dua hal pertama, orang yang menyandang suatu profesi, kedua penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. 7. Guru Profesional adalah guru yang memiliki komoptensi yang disyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik bersifat pribadi, sosial maupun akademis.

13 8. Proposionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional dan yang memiliki profesi. Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. 9. Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya. 10. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) adalah sebuah organisasi wadah berkumpulnya guru atau tenaga kependidikan untuk bekerja sama atau bersama-sama dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 11. Organisasi Profesi adalah wadah atau sarana perkumpulan yang anggotanya secara khusus memiliki keahlian tertentu, dimana tempat berlangsungnya interaksi dan kegiatan yang dilakukan secara bersamasama atau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu yang telah disepakati secara kolektif. Dalam penelitian ini penulis, sengaja menfokuskan masalah pada program kerja pengurus PGRI dan aspek kesejahteraan guru, karena selama ini masalah kesejahteraan selalu dijadikan asumsi akan rendahnya kualitas pendidikan dalam hal ini peningkatan profesionalisme guru. Oleh karena itu masalah kesejahteraan guru adalah salah satu permasalahan yang paling esensial dalam meningkatkan kompetensi guru dan kualitas SDM sekaligus motivasi untuk meningkatkan profesionalisme guru.