Ketahanan Lapangan Lima Genotipe Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

dokumen-dokumen yang mirip
Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV

Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tiga Varietas Padi Sawah yang Diinokulasi pada Beberapa Fase Pertumbuhan

Wildanya Hafiah, Abdul Latief Abadi, Luqman Qurata aini. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145

Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tiga Varietas Padi Sawah yang Diinokulasi pada Beberapa Fase Pertumbuhan

Kata kunci : padi, ketahanan, hawar daun bakteri, xanthomonas oryzae, pertumbuhan

Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu

PERTANIAN EVALUASI KETAHANAN EMPAT VARIETAS UNGGUL DAN SATU GALUR PADI TERHADAP WERENG HIJAU

REAKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI KOMERSIAL TERHADAP PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE ISOLAT SULAWESI TENGGARA

Pengendalian penyakit hawar daun bakteri

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

Ketahanan Galur Isogenik IRBBN dan Galur Harapan Padi terhadap Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae Dominan pada Tanaman Padi di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

Karakterisasi Sifat Morfologi dan Ketahanan terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Beberapa Varietas Padi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Institut Pertanian Bogor 2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Universitas Pattimura ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman ini berasal

Komposisi dan Dominasi Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi dengan Pola Tanam Tidak Serempak

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) (Xanthomnas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PEMETAAN PATOTIPE PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (HDB) ENDEMIS SUBANG MAPPING PATOTIPE BACTERIAL LEAF BLIGHT (BLB) ENDEMIC SUBANG Gustiani Riva

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan

Oleh TIMBUL SIMBOLON ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

EFISIENSI PENULARAN PENYAKIT BLAS MELALUI BENIH PADA VARIETAS PADI UNGGUL NASIONAL YANG UMUM DITANAM PETANI DI KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK

Uji Tanaman Padi Hasil Persilangan Varietas Lokal dengan IRBB-27 terhadap Pertumbuhan dan Ketahanan Hawar Daun Bakteri

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

Epidemiologi, Patotipe, dan Strategi Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN

Pengembangan padi gogo merupakan usaha. Hasil Padi Gogo dari Dua Sumber Benih yang Berbeda. Sri Wahyuni

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Penelitian ini

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

LAPORAN KEMAJUAN I. Peneliti Utama: Dr. Ida Hanarida Somantri PROGRAM PKPP. Kode Produk Target : 1.2 Kode Kegiatan :

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati

Fitria Yuliani, Giyanto*, Kikin Hamzah Mutaqin Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

PERKEMBANGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT DAN INSIDEN PENYAKIT TOBACCO MOSAIC VIRUS PADA TEMBAKAU NA OOGST DAN VOOR OOGST PADA LAHAN TANAM YANG BERBEDA

121 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 2, Juni 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN IKLIM DAN SERANGAN PENYAKIT UTAMA PADA PADI VARIETAS UNGGUL DI LAHAN PASANG SURUT

INSIDENSI PENYAKIT TUNGRO PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

Evaluasi Ketahanan Tanaman Padi Haploid Ganda Calon Tetua Padi Hibrida terhadap Wereng Batang Coklat dan Hawar Daun Bakteri

III. METODE PENELITIAN

Reaksi Padi Hibrida Introduksi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Hubungannya dengan Hasil Gabah

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN. Compilled by N.Istifadah

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

Hama Penyakit Tanaman Padi Gogo. Tim : BPTP Jawa Tengah

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI KETAHANAN GALUR-GALUR PADI TERHADAP PENYAKIT TUNGRO DI DAERAH ENDEMIK ABSTRAK PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

Respons ketahanan berbagai galur padi rawa terhadap wereng cokelat, penyakit blas, dan hawar daun bakteri

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

KAJIAN POTENSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL TANAMAN Padi (Oryza sativa L.) BERBASIS VIABILITAS

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

OPT PADA TANAMAN PADI

KETAHANAN DUA PULUH SATU VARIETAS PADI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

Padi hibrida merupakan tanaman F1 yang berasal dari

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

serum medium koloni Corynebacterium diphtheria tampak putih keabuabuan, spesimenklinis (Joklik WK, Willett HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

KEANEKARAGAMAN HAYATI PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI DATARAN TINGGI DAN RENDAH DI SUMATERA UTARA

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

P A S P A L U M V O L I V N o. 1 M a r e t

KAJIAN FAKTOR IKLIM TERHADAP DINAMIKA POPULASI Pyricularia oryzae PADA BEBERAPA VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa)

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

SELEKSI CALON TETUA GALUR MANDUL JANTAN (F1) PADI HIBRIDA

PENGUJIAN EFEKTIVITAS Trichoderma sp PADA BERBAGAI MEDIA PERBANYAKAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP PENYAKIT LANAS TEMBAKAU

Rizka Zahara 1, Marlina 1, Abduh Ulim 1. Darussalam Banda Aceh *

Pengelompokan Isolat Xanthomonas oryzae pv. oryzae dengan Menggunakan Galur Isogenik Padi IRRI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

Ketahanan Genotipe Padi terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae Patotipe III, IV, dan VIII

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

Kata kunci: galur padi sawah, tahan cekaman, hasil produksi.

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

Transkripsi:

ISSN: 0215-7950 Volume 11, Nomor 5, Oktober 2015 Halaman 159 165 DOI: 10.14692/jfi.11.5.159 Ketahanan Lapangan Lima Genotipe Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri Field Resistance of Five Rice Genotypes to Bacterial Leaf Blight Rezki Heru Aditya, Wiwiek Sri Wahyuni*, Paniman Ashna Mihardjo Universitas Jember, Jember 68121 ABSTRAK Penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae merupakan penyakit penting di Indonesia. Padi varietas Inpari 30, Situbagendit, Luk-ulo, dan Cibogo diketahui memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB sehingga dapat digunakan untuk mengukur ketahanan galur padi baru. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi ketahanan lapangan galur padi baru, yaitu galur X yang memiliki ketahanan terhadap HDB. Penelitian dilakukan di Desa Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember dengan infeksi X. oryzae yang terjadi secara alami. Ketahanan tanaman diukur dengan nilai insidensi penyakit (IP) dan keparahan penyakit (KP). IP tertinggi (100%) dicapai oleh semua varietas dan galur uji pada umur yang berbeda. Pada 90 hari setelah tanam, KP pada galur X mencapai 11.85%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan KP pada var. Situbagendit (40.25%). Berdasarkan nilai KP dan IP, galur X memiliki ketahanan yang terbaik, yaitu tahan pada fase vegetatif dan agak tahan pada fase generatif. Namun, pada penelitian ini tidak diketahui galur X. oryzae yang menyerang varietas dan galur padi tersebut. Kata kunci: galur padi, insidensi penyakit, keparahan penyakit, Xanthomonas oryzae pv.oryzae ABSTRACT Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae is an important disease on rice in Indonesia. Four rice varieties, i.e. Inpari 30, Situbagendit, Luk-ulo and Cibogo has been known to have resistance to the disease. Therefore, they can be used as indicator plants to measure the resistance of any new rice genotypes to the disease. Research was aimed to evaluate field resistance of a new rice line, i.e. line X, with 4 resistant rice varieties as check control. The research was conducted in the field in Wirolegi villages, Sumbersari-Jember with natural infection of X. oryzae. Plant resistance was observed by measuring disease incidence (DI) and severity (DS). The highest DI (100%) was reached by all genotypes in different age. At 90 days after planting, DS of line X reached 11.85% which is far low compared to DS of var. Situbagendit (40.25%). Based on DI and DS, line X is considered to have the best resistance to the disease, i.e. resistant in vegetative phase and moderately resistant in generative phase. However, the strain of X. oryzae infecting the plants in the field was unknown. Key words: disease incidence, disease severity, rice line, Xanthomonas oryzae pv. oryzae *Alamat penulis korespondensi: Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember, Kampus Tegal Boto. Jalan Kalimantan No. 37, Jember, 68121. Tel: 0331-330224, Faks: 0331-339029, Surel: wiwiekwahyuni@gmail.com. 159

PENDAHULUAN Penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae merupakan penyakit penting yang berpengaruh pada kehilangan hasil tanaman padi di Indonesia (Khaeruni et al. 2014). Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui buku kalender tanam terpadu (BPPP 2014a), menyatakan bahwa penyakit ini sangat rawan. Penyakit ini dapat mengurangi mutu beras yang dihasilkan karena dapat menyerang pada semua fase pertumbuhan padi (Herlina dan Silitonga 2011). Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengelolaan penyakit HDB yang murah, mudah, efektif dan ramah lingkungan. Bakteri X. oryzae merupakan patogen yang mampu membentuk galur baru dengan cepat, hingga kini telah ditemukan 12 galur X. oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda. Serangan X. oryzae di Indonesia saat ini didominasi oleh galur IV dan VIII (Wahyudi et al. 2011). Pada tahun 1999 2010 pemerintah melepas varietas padi yang tahan terhadap penyakit HDB, di antaranya Cisantana, Ketonggo, Sintanur, dan Wera yang tahan terhadap X. oryzae galur III, serta Situbagendit yang agak tahan terhadap X. oryzae galur III dan IV (BPTP 2011). Penanaman varietas baru yang tahan merupakan salah satu solusi untuk menghambat perkembangan penyakit HDB. Namun berbagai varietas baru banyak yang belum diketahui ketahanannya terhadap galur X. oryzae yang beragam. Oleh karena itu, pengujian kembali terhadap penyakit HDB perlu dilakukan. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember pada bulan Januari April 2015. Padi varietas Inpari 30, Luk-ulo, Situbagendit, Cibogo, dan padi galur X ditanam dengan sistem jajar legowo (6:1) pada lahan yang tergolong sangat rawan terhadap penyakit HDB berdasarkan ramalan kalender tanam terpadu (2014 2015). Padi galur X diperoleh dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Subang. Proses budi dayanya mengikuti cara pada umumnya, namun tidak dilakukan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Serangan X. oryzae dibiarkan terjadi secara alami. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel padi pada setiap varietas dan galur dilakukan dengan metode diagonal random sampling. Setiap lahan terdapat 5 petak sampel yang berukuran 3 m 3 m, di setiap petak tersebut ditentukan 18 rumpun secara acak sebagai tanaman sampel (10% dari populasi tanaman). Pengamatan dilakukan dengan interval 7 hari, dimulai dari 20 90 hari setelah tanam (HST) dan dihitung jumlah anakannya untuk mengetahui hubungan kerapatannya dengan insidensi penyakit (IP) dan keparahan penyakit (KP). Insidensi Penyakit dan Keparahan Penyakit Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus: IP = (n/n) 100 %, dengan IP, insidensi penyakit (%); N, jumlah rumpun yang diamati; n, jumlah rumpun yang terserang. Keparahan penyakit dihitung menggunakan rumus: KP = [Σ (ni vi) / (V N)] 100%, dengan KP, keparahan penyakit (%); ni, jumlah rumpun dengan skala i; vi, nilai skala penyakit dari i; V, nilai skala tertinggi, N, jumlah rumpun yang diamati. Skala kerusakan tanaman menurut IRRI (1994): 0 (tidak ada gejala), 1 (1 5%), 3 (>5 12%), 5 (>12 25%), 7 (>25 50%), 9 (>50 100%). Kategori Ketahanan Berdasarkan pada nilai IP, ketahanan tanaman dikelompokkan sesuai kategori gejala penyakit sistemik, yaitu tahan (0 35%), agak tahan (36 70%), dan rentan (>70%) (PCARRD 1985). Berdasarkan pada nilai KP, ketahanan tanaman dikategorikan sesuai standar evaluation system IRRI (1994), yaitu tahan (1 5%), agak tahan (>5 12%), agak rentan (>12 25%), rentan (>25 50%), sangat rentan (>50%). 160

HASIL Penyakit Hawar Daun Bakteri Gejala penyakit HDB ditemukan pada semua varietas dan galur yang diuji. Gejala pada fase vegetatif dimulai dari perubahan warna daun kekuningan kemudian menjadi abu-abu atau kering yang dimulai dari bagian tepi maupun ujung daun. Pada fase generatif gejala yang ditemukan ialah hawar (blight), yaitu daun berubah menjadi abu-abu pada bagian tepi daun, pada satu sisi daun, atau pada kedua sisi daun. Gejala ini sering dijumpai pada sepanjang tulang daun. Gejala pada fase ini cenderung sama dengan gejala pada fase vegetatif (Gambar 1). Xanthomonas oryzae pv. oryzae Bakteri memiliki koloni berwarna kuning, berbentuk mukoid, bulat dan cembung setelah ditumbuhkan pada medium yeast dextrose agar (YDA), sedangkan sel bakteri berbentuk batang dan bersifat Gram negatif. Hal tersebut memang belum mencerminkan bahwa bakteri tersebut ialah X. oryzae pv. oryzae. Jika ditinjau dari hasil isolasi biakan dan gejala penyakitnya maka isolat bakteri ialah X. oryzae pv. oryzae Insidensi dan Keparahan Penyakit Sejak 20 HST, semua varietas dan galur padi yang diuji ketahanannya terhadap penyakit HDB mempunyai nilai IP >5% dan KP >1% dan terus meningkat sampai hari ke- 90 (Gambar 2 dan 3). IP 100% dicapai varietas Luk-ulo dan varietas Situbagendit secara berurutan pada 48 HST dan 55 HST, pada varietas Inpari 30 dan Cibogo nilai IP 100% masing-masing dicapai pada 69 HST dan pada galur padi X nilai IP 100% dicapai pada 76 HST (Gambar 2). Pada 90 HST, nilai KP galur padi X ialah 11.85%, var. Inpari 30, Cibogo, Lukulo, dan Situbagendit secara berurutan ialah 20%, 20.85%, 39.75%, dan 40.25% (Gambar 3). Secara keseluruhan varietas maupun galur mempunyai nilai IP dan KP yang meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Bahkan var. Luk-ulo pada 48 HST mempunyai IP 100% dan merupakan yang tercepat dari semua varietas dan galur padi yang diuji. Nilai KP juga naik pada 3 varietas yang diuji (Situbagendit, Luk-ulo, dan Cibogo) hingga mencapai ambang kerusakan (Gambar 2 dan 3). Sebaliknya galur padi X mempunyai nilai IP dan KP terendah serta membutuhkan waktu yang paling lama untuk mencapai nilai IP dan KP tersebut. a Gambar 1 Gejala penyakit hawar daun bakteri pada daun tanaman padi. a fase vegetatif, gejala yang dimulai dari tepian daun yang berubah keabu-abuan; b fase generatif, gejala yang dimulai dari bagian ujung dan tepian tulang daun yang menjadi keabu-abuan dan mulai mengering. b 161

Insidensi penyakit (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0-10 20 27 34 41 48 55 62 69 76 83 90 Waktu (hari setelah tanam) Gambar 2 Perkembangan insidensi penyakit hawar daun bakteri (%) pada jenis padi yang ditanam., galur padi X;,varietas Inpari 30;, varietas Situbagendit;, varietas Cibogo;, varietas Luk-ulo. Keparahan penyakit (%) 100 80 60 40 20 0-20 20 27 34 41 48 55 62 69 76 83 90 Waktu (hari setelah tanam) Gambar 3 Perkembangan keparahan penyakit hawar daun bakteri (%) pada jenis padi yang ditanam., galur padi X;,varietas Inpari 30;, varietas Situbagendit;, varietas Cibogo;, varietas Luk-ulo. Padi varietas Situbagendit dan Luk-ulo memiliki jumlah rata-rata anakan terbanyak, yaitu berturut-turut 27 per rumpun dan 26 per rumpun (Tabel 1). Jumlah anakan yang banyak dapat mempengaruhi nilai IP dan KP HDB. Ketahanan Tanaman terhadap Penyakit HBD Ketahanan tanaman pada fase vegetatif berbeda dengan fase generatif, meskipun ada kalanya sama. Berdasarkan nilai IP pada fase vegetatif, hanya tanaman padi galur padi X saja yang tahan terhadap penyakit HDB. Padi var. Inpari 30, Situbagendit, Cibogo, dan Luk-ulo semuanya rentan. Namun setelah memasuki fase generatif, galur padi X yang semula tahan berubah menjadi rentan sehingga pada fase ini semua varietas dan galur yang diuji tergolong tanaman yang rentan (Tabel 2). Berdasarkan nilai KP, ketahanan terbaik dimiliki padi galur X, yaitu tahan pada fase vegetatif dan agak tahan pada fase generatif. Padi var. Situbagendit dan Luk-ulo samasama agak rentan pada fase vegetatif, namun berubah menjadi rentan pada fase generatif. Berdasarkan pada IP dan KP, padi galur X yang semula tahan menjadi agak tahan pada fase generatif (Tabel 2). PEMBAHASAN Xanthomonas oryzae merupakan patogen yang dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan. Pada percobaan ini, penyakit HDB sudah ditemukan pada semua varietas dan galur yang diuji pada 20 HST. Ciri khas dari gejala penyakit HDB pada 162

Tabel 1 Rata-rata jumlah anakan per rumpun pada 42 HST. Genotipe padi Jumlah anakan a) Galur X 20 ± 0.55 Var. Inpari 30 22 ± 1.35 Var. Situbagendit 27 ± 0.65 Var. Cibogo 23 ± 2.36 Var. Luk-ulo 26 ± 0.65 a) diperoleh dari 90 rumpun tanaman pada 5 petak sampel setiap varietas yang diamati Tabel 2 Kategori ketahanan padi berdasarkan nilai IP (%) dan KP (%) Varietas padi Berdasarkan IP (%)* Berdasarkan KP (%)** Ketahanan varietas*** vegetatif generatif vegetatif generatif vegetatif generatif Galur X T R T AT T 2) AT 1) Var. Inpari 30 R R AT AR AT 1) AR 1) Var. Situbagendit R R AR R AR 1) R 2) Var. Cibogo R R AT AR AT 1) AR 1) Var. Luk-ulo R R AR R AR 1) R 2) IP, insidensi penyakit; KP, keparahan penyakit * kriteria ketahanan mengacu pada : ketahanan penyakit dengan gejala sistemik (PCARRD 1985). ** kriteria ketahanan mengacu pada : standart evaluation system IRRI (IRRI 1994). *** kriteria ketahanan mengacu: berdasarkan IP dan KP: 1) berdasarkan KP; 2) berdasarkan IP dan KP R: rentan, AR: agak rentan, AT: agak tahan, T: tahan varietas dan galur yang diuji ialah adanya perubahan warna daun menjadi keabu-abuan dan agak mengering yang dimulai dari pucuk atau tepian daun. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar X. oryzae menginfeksi tanaman dengan melakukan penetrasi ke dalam jaringan tanaman melalui hidatoda yang terletak di tepian daun (IRRI 2014). Setelah masuk kedalam jaringan tanaman, X. oryzae akan bersifat sistemik dan menyebar keseluruh jaringan tanaman melalui pembuluh xilem. Menurut Wahyudi et al. (2011) gejala kresek adalah gejala HDB pada fase vegetatif dan merupakan gejala yang paling merusak pada tanaman padi. Pada varietas yang rentan, gejala tersebut dapat berkembang hingga seluruh daun menjadi kering. Tingkatan terakhir dari gejala kresek ialah membusuknya tanaman atau dikenal dengan penyakit lodoh. Selama percobaan dilakukan, gejala kresek dengan nilai KP tinggi yang menyebabkan kematian pada tanaman tidak ditemukan. Meskipun semua varietas yang diuji mencapai IP 100%. Penyakit HDB berada pada ambang kerusakan apabila KP mencapai 20% pada umur 2 minggu sebelum panen dan setiap kenaikan KP 10% dari nilai tersebut akan diikuti dengan peningkatan kehilangan hasil 5 7% (Sudir dan Kadir 2012). Hal ini juga terjadi pada var. Situbagendit yang mencapai ambang kerusakan terparah dari varietas lain sejak 55 HST dengan KP 23.33%. Keparahan penyakit tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan studi epidemi penyakit. Waktu percobaan yang dilakukan pada musim hujan diduga berpengaruh terhadap nilai IP dan KP yang diperoleh, hal tersebut dikarenakan percikan air hujan adalah medium penularan yang efektif untuk penyakit ini (Sudir dan Kadir et al. 2012) sehingga berpengaruh terhadap IP yang mengalami peningkatan dengan cepat. Di samping hujan, kerapatan anakan juga mempengaruhi nilai IP yang tinggi. Kerapatan tanaman selain mempengaruhi kelembapan juga akan mempermudah penularan penyakit dari satu tanaman ke tanaman yang lain. Oleh karena itu, KP dan IP tertinggi terjadi pada kedua varietas tersebut. Riwayat semua lahan yang digunakan ditanami padi-padi-tembakau, namun di sekitar lahan yang digunakan selalu ada 163

tanaman padi. Hal tersebut memungkinkan bagi X. oryzae untuk tetap berada pada lokasi tersebut. X. oryzae merupakan bakteri yang dapat bertahan pada tanah hingga 3 bulan (Joko dan Wibisono 2007). Selain itu sisa tanaman sakit dan gulma seperti Zezania latifolia, Cyperus rotundus, dan Leptochloa chinensis juga merupakan inang alternatif bagi bakteri tersebut (Djatmiko et al. 2011). Fase vegetatif pada tanaman padi juga merupakan fase yang mudah diinfeksi dan merupakan fase rentan terhadap penyakit HDB (Djatmiko dan Fatichin 2009). Oleh karena itu, penurunan nilai ketahanan pada fase generatif oleh semua varietas dan galur yang diuji merupakan dampak dari infeksi X. oryzae pada fase vegetatif yang terus berkembang di dalam jaringan tanaman. Dengan demikian, saat yang tepat untuk mengukur ketahanan tanaman ialah fase vegetatif. Berdasarkan IP dan KP, padi var. Situbagendit yang agak tahan (AT) menjadi agak rentan (AR) pada fase vegetatif dan rentan (R) pada fase generatif, var. Luk-ulo yang tahan (T) menjadi AR pada fase vegetatif dan R pada fase generatif, sedangkan var. Cibogo yang juga tergolong AT menjadi AR pada fase generatif. Penurunan ketahanan ini diduga merupakan akibat dari galur X. oryzae yang lebih virulen dibandingkan dengan jenis galur yang dapat ditoleransi oleh varietas tersebut. Hal itu dikarenakan ketiga varietas tersebut hanya memiliki spesifikasi ketahanan terhadap bakteri galur III dan IV (BPTP 2011). Setiap galur dari X. oryzae memiliki kemampuan yang berbeda dalam menginfeksi tanaman. Patahnya ketahanan tanaman padi terhadap X. oryzae merupakan akibat dari sifat ketahanannya yang hanya diwariskan oleh satu gen mayor atau dikenal dengan ketahanan monogenik (Winandari 2014). Varietas Inpari 30 merupakan varietas yang baru dirilis pada tahun 2012 dan belum pernah ditanam di daerah Wirolegi sehingga menjadi varietas baru pada daerah itu. Varietas Inpari 30 yang tergolong AR menurut BPPP (2014b), pada percobaan ini menjadi AT pada fase vegetatif dan AR pada fase generatif. Diduga perubahan ketahanan varietas ini dikarenakan oleh jumlah anakannya yang tergolong sedikit (20 anakan per rumpun). Pada tulisan ini, ketahanan tanaman disajikan berdasarkan pada nilai IP dan KP dengan sumber acuan yang berbeda untuk mencari tahu varietas mana yang akan dipilih dalam hal ketahanannya terhadap penyakit HBD untuk ditanam lagi pada musim penghujan. IP pada dasarnya, lebih mencerminkan penyebaran penyakit pada lahan tersebut, yaitu menunjukkan pertambahan tanaman yang terinfeksi pada periode pengamatan berikutnya. Sedangkan KP mencerminkan perkembangan penyakit pada tiap rumpun tanaman, sehingga dapat diketahui tingkat kerusakan pada tanaman yang berpotensi mencapai ambang kerusakan. DAFTAR PUSTAKA [BPPP] Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2014a. Kalender Tanam Terpadu. Versi 2.0 MH Oktober 2014 Maret 2015 Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian RI. [BPPP] Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2014b. Varietas Inpari 30. http:// litbang.pertanian.go.id/varietas/one/848/. htm [diakses 19 April 2015]. [BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2011. Deskripsi Sederhana Varietas Padi Tahun 1978-2010. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian RI. Djatmiko HA, Fatichin. 2009. Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri. J HPT Tropika. 9(2):169 173. Djatmko HA, Prakoso B, Prihatiningsih N. 2011. Penentuan patotipe dan keragaman genetik Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada tanaman padi di wilayah karesidenan Banyumas. J HPT Tropika. 11(1):35 46. Herlina L, Silitonga TS. 2011. Seleksi lapang ketahanan beberapa varietas padi terhadap infeksi hawar daun bakteri strain IV dan VIII. J Plasma Nutfah. 17(2):80 87. 164

[IRRI] International Rice Research Institute. 1994. A Manual of Rice Seed Health Testing. Los Banos, Philippines: IRRI. [IRRI] International Rice Research Institute. 2014. Bacterial blight. http://www.knowledgebank.irri.org/ Ricebreedingcourse/Breeding_For_ Disease_Resistance_Blight [diakses 30 Desember 2014]. Joko S, Wibisono I. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman Pangan. Yogyakarta (ID): PT. Cipta Aji Parama. Khaeruni A, Rahim A, Syair, Adriani. 2014. Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi di lapangan menggunakan Rizobakteri indigenos. J HPT Tropika. 14(1):57 63. [PCARRD] Philippine Council for Agriculture and Resources Research and Development. 1985. Research Techniques in Crops. Book series No. 35. Los Banos (PH): Philippines National Science and Technology Authority. Winandari OP, Tjahjoleksono A, Utami DW. 2014. Identifikasi marka gen ketahanan hawar daun bakteri pada galur padi introduksi dan galur dihaploid. J HPT Tropika. 14(2):101 109. Sudir NB, Kadir TS. 2012. Epidemiologi, patotipe, dan strategi pengendalian penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi. J IPTEK Tanaman Pangan. 7(2):72 87. Wahyudi AT, Meliah S, Nawangsih AA. 2011. Xanthomonas oryzae pv. oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi: isolasi, karakterisasi, dan telaah mutagenesis dengan transposon. J Sains. 15(1):89 96. 165