KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA

dokumen-dokumen yang mirip
KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP NEGERI 22 SURABAYA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN LANGKAH POLYA

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

Retno Sri Iswari, Sri Mulyani ES, Sigit Saptono, Endah Peniati, Eling Purwantoyo. Abstrak FMIPA UNNES

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

PROFIL BERPIKIR SISWA SMA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN CHOLERIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

BAB I PENDAHULUAN. prioritas utama untuk melahirkan generasi-generasi yang lebih baik. Sehingga. mutu pendidikan menjadi fokus penting pendidikan.

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

Pengaruh Pembelajaran KontekstualTerhadap Kemampuan Berhitung Pengurangan Pada Siswa Tunagrahita Kelas 4

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

PROSES PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POKOK DIMENSI TIGA BERDASARKAN KEMAMPUAN SISWA DI SMA NEGERI 5 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kemampuan Pemecahan Masalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Ditinjau Dari Kecerdasan Logis Matematis dan Gender

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LANGKAH POLYA SISWA KELAS VII SMP

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe mind mapping, pemecahan masalah

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-A MTs MUHAMMADIYAH 6 KARANGANYAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

ABSTRAK. Kata Kunci: Kesalahan Siswa, Menyelesaikan Soal

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OLEH SISWA SEKOLAH DASAR. Janet Trineke Manoy

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATERI GAYA

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012.

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER

ZULFA SAFITRI A54F100040

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

TEORI BELAJAR. Proses perubahan perilaku BELAJAR. Diperoleh dari PENGALAMAN. Physics

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER BANGSA SISWA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SDN Santigi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya mengenai definisi matematika.

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA

ANALISIS KESULITAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA MODERN MAHASISWA CALON GURU FISIKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mananggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat

Anggraini Gandung Sugita Program Studi Pendidikan MatematikanUniversitas Tadulako Nia Kurniadin SMP Al-Azhar Palu. Abstrak

PROSIDING ISSN:

PROFIL KEMAMPUAN MEMECAHAN MASALAH KESEIMBANGAN BENDA TEGAR SISWA KELAS XIA2 SMAN 1 SAMBIT PONOROGO DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

JURNAL ERROR ANALYSIS OF STUDENTS IN RESOLVING PROBLEMS LOGARITHMS SMK KARTANEGARA KEDIRI TENTH GRADE ODD SEMESTER ACADEMIC YEAR 2016/2017

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB II. Tinjauan Pustaka

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DISERTAI TUGAS PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

Mengembangkan Disposisi Matematik Melalui Model Pembelajaran Kontekstual

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH OPEN-ENDED PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT BAGI SISWA SMP

BAB II KAJIAN TEORITIK. spesifik (Solso, 2008). Menurut Suherman (2001) pemecahan masalah merupakan

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya, baik pada dimensi intelektual moral maupun

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

Transkripsi:

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA Adiyatmo Djafar 1, Karim NakiI 2, Abdul Wahab Abdullah 3 Program Studi S1 Pendidikan Matematika 1) Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika 2) Dosen Pembimbing I Pendidikan Matematika 3) Dosen Pembimbing II Pendidikan matematika Abstrak Penelitian ini merupakan Penelitian Desktiptif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan pendekatan kontekstual di SMP Negeri 2 Telaga. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Telaga yang berjumlah 35 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan wawancara untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Data dari hasil tes dan wawancara dianalisis dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa siswa SMP Negeri 2 Telaga yang memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi sebanyak 31,429 %, siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sedang sebanyak 57,143 %, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah sebanyak 11,429 %. Dari empat indikator kemampuan pemecahan masalah, sebanyak 74,476 % siswa SMP Negeri 2 Telaga memiliki kemampuan memahami masalah, 52,789 % siswa memiliki kemampuan membuat rencana penyelesaian, 47,619 % siswa memiliki kemampuan melaksanakan rencana penyelesaian dan 39, 864 % siswa memiliki kemampuan menafsirkan kembali hasilnya. Pendahuluan Kata Kunci : Kemampuan, Pemecahan Masalah, Pendekatan Kontekstual. Di zaman moderen seperti saat ini, pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang. Untuk mencapai hal tersebut, maka kualitas pendidikan yang saat ini harus lebih ditingkatkan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan, yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Dalam pembelajaran matematika kegiatan yang utama adalah memecahkan masalah matematika itu sendiri. Namun, seperti yang dijelaskan bahwa salah satu indikasi adanya transfer belajar adalah adanya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, akan tetapi banyak siswa yang masih sulit memecahkan masalah karena kurangnya pengetahuan untuk memperjelas masalah sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan. (Nur dan Wikandri, 2004: 42-43) Mengetahui permasalahan tersebut, penyebab hal itu dapat terjadi karena siswa beranggapan bahwa matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sulit, siswa merasa kesulitan dalam melakukan penghitungan dan penghafalan rumus, siswa cenderung kurang memahami dan memecahkan masalah, kesadaran siswa dalam mempelajari matematika masih kurang, ketrampilan siswa dalam penyelesaian soal yang masih rendah, dan kegiatan

pembelajaran yang terpusat pada guru. Berdasarkan hal itu maka diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Pendekatan yang harus diambil berupa pendekatan yang dapat membuat materi pelajaran metematika yang diberikan kepada siswa menjadi menarik dan dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap matematika yaitu pendekatan yang proses belajarnya efektif dan menyenangkan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang efektif dan menyenangkan dapat dilakukan dengan pendekatan yang menghubungkan konsep matematika dengan masalah-masalah matematika yang ada di lingkungan siswa dimana basis pembelajarannya berasal dari lingkungan siswa itu sendiri. Pendekatan pembelajaran berbasis lingkungan merupakan pendekatan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Seperti yang dijelaskan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2002: 1) bahwa Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Wardhani (2004: 12), pendekatan pembelajaran adalah suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran berupa dicapainya kompetensi tertentu oleh siswa sebagai hasil belajar. Sementara menurut Sanjaya (2006: 253), Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan merupakan sebuah sistem yang menyeluruh yang saling terhubung yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh dan aktif serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran matematika yang kontekstual sangat berguna untuk memudahkan siswa dalam mempelajari maatematika karena proses pembelajarannya berdasarkan pengalaman memecahkan masalah yang ada di dunia nyata. Dengan konsep matematika kontekstual ini juga, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002: 10) menjelaskan bahwa secara garis besar penerapan CTL dalam kelas adalah berikut ini. 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya! 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik! 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya! 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok), Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi! 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran! 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan! 7) Lakuakan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara! Menurut Wardhani (2004: 12-13) menjelaskan bahwa penerapan pendekatan CTL di kelas secara umum adalah sebagai berikut. 1) Siswa diberitahu soal atau masalah yang berkaitan dengan kehudupan nyata. 2) Siswa untuk beberapa waktu dibiarkan menggunakan caranya sendiri dalam memecahkan masalah itu. 3) Guru mendampingi siswa dan mendorong mereka agar menemukan penyelesaian yang relevan dan memuat materi yang sesuai. 4) Guru membimbing dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berpendapat sehingga pada akhirnya siswa memperoleh pengetahuan tentang masalah tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan CTL di dalam kelas adalah sebagai berikut. 1) Siswa diberitahu soal atau masalah yang berkaitan dengan kehudupan nyata. Lalu kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Siswa untuk beberapa waktu dibiarkan menggunakan caranya sendiri dalam memecahkan masalah itu. 3) Guru mendampingi siswa dan mendorong mereka agar menemukan penyelesaian yang relevan dan memuat materi yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.

4) Guru dapat menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. 5) Guru memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. 6) Guru membimbing dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berpendapat sehingga pada akhirnya siswa memperoleh pengetahuan tentang masalah tersebut. Dalam kegiatan kehidupan manusia, pada hakekatnya selalu berhadapan dengan masalah, baik dalam bentuk masalah yang besar maupun dalam bentuk yang kecil dan sederhana. Suherman (dalam Nirmalitasari, 2012: 2) menjelaskan bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Berikut Wolfolk (dalam Uno, 2011: 134) menjelaskan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah suatu keterampilan seseorang siswa dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif. Sementara menurut Polya (dalam Wardhani, 2004: 14) menyatakan bahwa masalah matematika adalah masalah terkait dengan menemukan sesuatu yang teoritis ataupun praktis dan masalah terkait dengan membuktikan atau menunjukan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya. Untuk menemukan sesuatu tersebut landasan dalam menyelesaikan masalah adalah (1) apakah yang dicari? (2) data apa saja yang telah dikethui, (3) apa saja syarat-syaratnya. Dari pendapat di atas kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan seorang siswa dalam mencari jalan keluar dengan menggunakan proses berpikir matematikanya untuk memecahkan masalah matematika itu sendiri sehingga mendapatkan solusi pada akhir kegiatan belajar mengajar. Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Depdiknas (dalam Muhtarom, 2011: 21) adalah memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, memecahkan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Sedangkan Polya (1973) menjelaskan bahwa langkah-langkah pemecahan masalah adalah: 1) Mamahami masalah/understanding the problem Polya mengatakan you have to understand the problem yang artinya kau harus memahami maslah. Jadi langkah pertama dalam memecahkan masalah adalah dengan memahami masalah itu sendiri. 2) Membuat rencana penyelesaian/devising a plan

Menurut Polya Find the connection between the data and the unknown. You may be obliged to consider auxiliary problems if an immediate connection cannot be found. You should obtain eventually a plan of the solution. Berdasarkan hal itu maka langkah selanjutnya yaitu menemukan hubungan antara data dan yang dicari yang menjadi hal yang kita tidak ketahui hingga akhirnya kita menemukan rencana untuk menyelesaikan maslah itu. 3) Melaksanakan rencana penyelesaian/carriying out the plan Selanjutnya menurut Polya Carrying out your plan of the solution, check each step. Dengan demikian setelah membuat rencana penyelesaian kita harus melaksanakan rencana tersebut dengan memeriksa setiap langkah yang direncanakan. 4) Menafsirkan kembali hasilnya/looking back Terakhir menurut Polya adalah examine the solution obtained yang artinya kita harus melihat kembali solusi dan menafsirkan kembali hasilnya. Dengan demikian proses pemecahan masalah dapat dilakuakan dengan tahap-tahap yang dikemukakan polya yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian dan menafsirkan kembali hasilnya. Hal ini dikarenakan: (1) langkah-langkah dalam proses pemecahan masalah yang dikemukan Polya cukup sederhana, (2) aktivitas pada setiap langkah yang dikemukan Polya jelas maknanya dan, (3) langkah pemecahan masalah menurut Polya secara umum mencakup semua langkah pemecahan masalah yang dikemukakan oleh ahli yang lain. Sukayasa (dalam Muhtarom, 2011: 122) menuliskan perbandingan langkah-langkah dalam pemecahan masalah menurut beberapa pendapat ahli yang disajikan dalam tabel berikut ini. Fase-Fase Pemecahan Masalah Krulik & Rudnick Polya John Dawey dalam Swadener 1. Membaca dan 1. Memahami masalah 1. Pengenalan memikirkan (read and (understanding the (recognition) think) problem) 2. Mengeksplorasi dan 2. Membuat rencana 2. Pendefinisian merencanakan penyelesaian (definition) (explore and plan) (devising a plan) 3. Memilih suatu strategi 3. Perumusan (select a strategy) 4. Menemukan suatu jawaban (find an answer) 3. Melaksanakan rencana penyelesaian (carrying out the plan) (formulation) 4. Mencobakan (test) 5. Meninjau kembali dan 4. Menafsirkan 5. Evaluasi (evaluation)

mendiskusikan (reflect and extend) kembali hasilnya (looking back) Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Telaga dan waktu penelitiannya dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Sevilla (2006: 91) tujuan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan yang ada pada waktu penelitian dilakukan dan menjelajahi penyebab dari gejala-gejala tertentu. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Telaga tahun pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Telaga tahun pelajaran 2012/2013 semester genap. Sampel penelitian ini berjumlah 35 orang yang terdiri dari 2 kelas. Teknik pengumpulan data yaitu pemberian tes berupa tes esay dan merupakan masalah matematika berbentuk kotekstual serta wawancara. Adapun analisis data di lapangan dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:246) yaitu: 1) reduksi data (data reduction), merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal penting (Sugiyono, 2012: 247). 2) Penyajian Data (Data Display), dapat dilakukan dalam bentuk tabel atau grafik. 3) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification), merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian melalui pemberian tes dengan pendekatan kontekstual, data hasil penelitian dapat dideskripsikan menjadi 3 kelompok yaitu: 1) Siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi Berikut data subjek yang memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi. NO SUBJEK TOTAL SKOR PEROLEHAN NILAI 1 S9 51 85 2 S10 50 83.33333 3 S20 50 83.33333 4 S29 50 83.33333 5 S31 50 83.33333

6 S25 49 81.66667 7 S15 48 80 8 S19 47 78.33333 9 S11 46 76.66667 10 S13 45 75 11 S22 45 75 2) Siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sedang Berikut data subjek yang meiliki kemampuan pemecahan masalah sedang. NO SUBJEK TOTAL SKOR PEROLEHAN NILAI 1 S12 44 73.33333 2 S17 43 71.66667 3 S24 43 71.66667 4 S33 43 71.66667 5 S34 43 71.66667 6 S3 42 70 7 S30 42 70 8 S32 42 70 9 S5 41 68.33333 10 S6 41 68.33333 11 S2 40 66.66667 12 S4 39 65 13 S14 38 63.33333 14 S21 38 63.33333

15 S7 37 61.66667 16 S16 37 61.66667 17 S1 34 56.66667 18 S18 34 56.66667 19 S8 33 55 20 S35 30 50 3) Siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah Berikut data subjek yang meiliki kemampuan pemecahan masalah rendah. NO SUBJEK TOTAL SKOR PEROLEHAN NILAI 1 S27 29 48.33333 2 S28 28 46.66667 3 S26 27 45 4 S23 23 38.33333 Dari pembagian 3 kelompok di atas didapatkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi sebanyak 31,429 %, siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sedang sebanyak 57,143 %, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah sebanyak 11,429 % serta sebanyak 74,476 % siswa memiliki kemampuan memahami masalah, 52,789 % siswa memiliki kemampuan membuat rencana penyelesaian, 47,619 % siswa memiliki kemampuan melaksanakan rencana penyelesaian dan 39, 864 % siswa memiliki kemampuan menafsirkan kembali hasilnya. Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi siswa dalam menyelesaikan masalah adalah terbatasnya pemberian contoh masalah atau soal, siswa cenderung mengandalkan catatan yang dibuatnya mengenai suatu materi yang diajarkan dan adanya kecenderungan siswa dalam menghafal rumus yang ada dalam penyelesaiana soal. Sipulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi sebanyak 31,429 %, siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sedang sebanyak 57,143 %, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah sebanyak 11,429 %. 2) Sebanyak 74,476 % siswa memiliki kemampuan memahami masalah, 52,789 % siswa memiliki kemampuan membuat rencana penyelesaian, 47,619 % siswa memiliki kemampuan melaksanakan rencana penyelesaian dan 39, 864 % siswa memiliki kemampuan menafsirkan kembali hasilnya. 3) Faktor-faktor yang memepengaruhi siswa dalam menyelesaikan masalah adalah terbatasnya pemberian contoh masalah atau soal, siswa cenderung mengandalkan catatan yang dibuatnya mengenai suatu materi yang diajarkan dan adanya kecenderungan siswa dalam menghafal rumus yang ada dalam penyelesaiana soal. Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti menyarankan: 1) Bagi pengajar ada baiknya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan pengajaran selanjutnya. 2) Hasil penelitian ini juga dapat ditindaklanjuti dengan melakukan penelitian selanjutnya yaitu berupa penelitian tindak lanjut untuk mencari solusi untuk menanggulangi rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 3) Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dalam penelitian dan memperkaya pengetahuannya tentang strategi pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk membimbing siswa. 4) Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran bagi siswa, guru, maupun sekolah. DAFTAR PUSTAKA Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara Nur, Mohamad dan Prima Retno Wikandri. 2004. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Universitas Negeri Surabaya Muhtarom. 2011. Proses Berpikir Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama dalam Memecahkan Masalah Matematika. (Online). (s2pmath.pasca.uns.ac.id...2.- MAKALAH-PEND..., diakses 1 April 2013) Polya, G. 1973. How To Solve It. New Jersey: Proncetion University Press

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning (CTL)). Direktoral Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Wardhani, Sri. 2004. Pembelajaran Matematika Kontekstual Di SMP. (Online). (httpp4tkmatematika.orgdownloadssmpmatkontekstual.pdf, diakses 18 April 2013) Sevilla, Consuelo G. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia Uno, Hamzah B. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Nirmalitasari, Octa S. 2012. Profil Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Berbentuk Open-Start pada Materi Bangun Datar. (Online). (www.google.co.id247-419-1-pb) Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.