Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

Boks 2 SURVEI INDIKATOR PERBANKAN RIAU TAHUN I. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Sektor Riil 7

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR *) TRIWULAN II TAHUN 2014

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

Transkripsi:

Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis keuangan global. Krisis global telah berimbas terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Imbas tersebut akhir-akhir ini semakin dirasakan baik melalui pasar barang dan pasar uang (pasar modal dan perbankan). Di pasar barang, indikasinya terlihat dari adanya pembatalan kontrak ekspor, penundaan pengiriman barang dan kelancaran pembayaran yang sebagian terganggu, khususnya dalam rangka ekspor. Kondisi ini diperparah dengan harga komoditas yang turun, sehingga mempengaruhi nilai ekspor dan disisi lain menjadi potensi masuknya barang impor dengan harga yang relatif murah ke pasar domestik. Di pasar modal, IHSG mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi awal tahun. Sementara itu, pembiayaan ekspor-impor melalui perbankan terganggu terkait dengan memburuknya kepercayaan, terutama terhadap bank-bank internasional yang berskala besar. Namun demikian, untuk kegiatan pembiayaan domestik masih relatif aman, walaupun kewaspadaan tetap harus ditingkatkan. Ekspor yang terganggu, harga komoditas yang turun, sistem pembayaran yang terganggu, dan kinerja di pasar modal yang terkoreksi menurun akan dapat mengganggu perkembangan di sektor riil. Di sisi lain, rentetan dari perlambatan tersebut pada gilirannya menurunkan pula pendapatan pelaku ekonomi yang bermuara pada tekanan daya beli sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan domestic demand. Di samping itu, sudah mulai muncul kekhawatiran bahwa PHK, khususnya pada sektor industri yang berorientasi ekspor, akan meningkat dalam periode ke depan. Di sisi daerah, perekonomian daerah akan menghadapi problem yang sama namun dengan tingkat pengaruh yang bervariasi terhadap ekonomi di masing-masing daerah. Perbedaan pengaruh dari krisis ekonomi global 1 Catatan Analisis 22

terhadap ekonomi daerah tergantung pada struktur dari ekonomi masingmasing daerah. Daerah yang memiliki tingkat ketergantungan ekspor yang relatif besar diperkirakan akan menghadapi implikasi yang lebih kuat dibandingkan daerah yang lebih didukung oleh domestik demand. Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional, perekonomian provinsi di wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi-Maluku-Papua memiliki tingkat ketergantungan terhadap ekspor yang relatif besar yaitu antara 22,6% sd. 27,4%, dimana 70,3% s.d 72,2% 2 dari ekspor tersebut ditujukan ke luar negeri. Sementara itu, propinsi yang sektor keuangannya menjadi salah satu leading ekonomi akan mengalami tekanan yang kuat, khususnya dengan tergerusnya nilai kapitalisasi di pasar modal dan kemungkinan tekanan di subsektor perbankan. Tabel 1 Struktur Ekonomi Daerah ditinjau dari sisi Permintaan Konsumsi PMTB Net Ekspor Sumatera 59,6 19,3 22,6 53,3 46,7 Jakarta 57,5 33,9 14,8 69,1 30,9 Jabalnustra 73,9 19,0 5,2 49,5 50,5 Kali-Sulampua 52,7 19,5 27,4 71,0 29 Sumber : BPS Daerah (diolah) Porsi di dalam Net Ekspor Ekspor Persentase Impor Struktur Ekonomi DKI Jakarta Jakarta, sebagai barometer perekonomian nasional, memiliki karakteristik ekonomi yang relatif berbeda dibandingkan daerah lainnya. Struktur ekonomi Jakarta dari sisi permintaan lebih didominasi oleh konsumsi dengan porsi mencapai 57,5% (Tabel 1). Adapun struktur konsumsi di Jakarta lebih didominasi oleh konsumsi rumah tangga yang mencapai 80%. Apabila dikaitkan dengan jenis barang yang dikonsumsi oleh rumah tangga di Jakarta, maka sekitar 55% barang yang dikonsumsi merupakan barang non makanan (durables goods), sedangkan 45% merupakan barang makanan dan minuman. 2 Pengertian ekspor daerah adalah merupakan ekspor ke luar negeri, tidak termasuk ekspor antar daerah. 23

Tingginya peran konsumsi di DKI didukung oleh tingginya jumlah penduduk yang berpenghasilan menengah ke atas. Jumlah masyarakat yang berpenghasilan di atas Rp. 3 juta mencapai 74% dari total penduduk Jakarta 3 (Tabel 2). Dengan jumlah penduduk berpenghasilan strata menengah ke atas yang besar tersebut, maka kemampuan untuk membeli barang-barang tahan lama relatif tinggi. Berdasarkan hasil kajian 4, terdapat dua jenis barang durables yang relatif signifikan terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Jakarta, yaitu konsumsi kendaraan bermotor roda empat dan barang elektronik, serta barang kebutuhan konsumsi lainnya (eceran). Kecenderungan pertumbuhan konsumsi masyarakat strata atas dan menengah di Jakarta terefleksi pula dari pertumbuhan konsumsi kendaraan bermotor roda empat, barang elektronik, dan penjualan eceran barang lainnya. Akibat krisis, terindikasi bahwa kedua prompt indikator dan hasil survei penjualan eceran 5 memasuki triwulan IV 2008 menunjukkan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan. Tabel 2 Strata Penghasilan di Jakarta Strata Pengeluaran Penghasilan Jakarta (Rp ribu) (Rp ribu) (%) A1 > 3.000 > 9.000 13 A2 2.000-3.000 6.000-9.000 16 B 1.500-2.000 4.500-6.000 20 C1 1.000-1.500 3.000-4.500 25 C2 700-1.000 2.100-3.000 18 D 500-700 1.500-2.100 4 E < 500 < 1.500 3 Sumber : AC Nielsen, 2007 Dari sisi penawaran, struktur ekonomi Jakarta dipengaruhi oleh sektor keuangan, sektor perdagangan/hotel/restoran, dan sektor industri pengolahan. Porsi sektor keuangan dalam mempengaruhi ekonomi Jakarta mencapai 29,6%, dimana subsektor perbankan dan subsektor keuangan non 3 Survei AC Nielsen, 2007. Susenas BPS Jakarta juga menyatakan : terdapat kecenderungan bahwa semakin kaya sebuah rumah tangga, pengeluaran untuk non makanan semakin meningkat 4 Uji korelasi antara pertumbuhan mobil baru dan pertumbuhan penjualan elektronik dengan pertumbuhan konsumsi menghasilkan korelasi yang positif yaitu masing-masing 0,64 dan 0,69, Bank Indonesia. 5 Bank Indonesia melakukan survei penjualan eceran secara rutin 24

bank memiliki porsi relatif besar di dalam sektor keuangan yaitu masingmasing sebesar 56,0% dan 44,0%. Sektor perdagangan/hotel/ restoran memberikan peranan dalam struktur ekonomi Jakarta sebesar 21,7%, di mana subsektor perdagangan menjadi penyumbang terbesar dari sektor tersebut. Sementara itu, sektor industri memberikan peranan sebesar 16,9% dengan subsektor industri yang terbesar adalah industri alat angkut, mesin dan peralatannya dan sub sektor industri pupuk dan kimia. Terkait dengan sektor industri di Jakarta, output yang dihasilkan oleh sektor industri di Jakarta diperuntukkan bagi ekspor rata-rata sebesar 23,9%, sehingga perlambatan demand dunia akan berdampak pula bagi sektor industri. Di Sektor keuangan, koreksi besar di pasar modal dan mulai melambatnya kinerja perbankan akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Jakarta. Tabel 3 Struktur Ekonomi Daerah Jakarta dari sisi Penawaran Lapangan Usaha Share (%) 1 Pertanian 0,09 2 Pertambangan dan penggalian 0,28 3 Industri Pengolahan 16,88 Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 10,09 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 2,09 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,66 5 Bangunan 10,09 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,70 Perdagangan 16,74 Restoran 3,92 7 Pengangkutan dan Komunikasi 9,22 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 29,60 B a n k 16,57 Jasa Perusahaan 5,93 Sewa Bangunan 4,34 9 Jasa-jasa 11,49 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 Pembiayaan Perbankan untuk Ekonomi Jakarta Untuk menganalisis dampak krisis keuangan global terhadap ekonomi Jakarta maka diperlukan analisis peranan pembiayaan perbankan terhadap ekonomi Jakarta. Fokus dari analisis pembiayaan diarahkan pada peranan perbankan 25

terhadap konsumsi rumah tangga dan pembiayaan kredit sektor-sektor yang berperanan besar terhadap ekonomi Jakarta. Konsumsi rumah tangga di Jakarta lebih didominasi oleh pembiayaan sendiri (self-financing) yang berasal dari gaji ataupun pendapatan lainnya (bunga, capital gain, warisan, dll). Sementara peranan pembiayaan kredit konsumsi terhadap konsumsi rumah tangga di Jakarta relatif rendah, yaitu sebesar 7,1%. Di sisi sektoral, sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan memiliki ketergantungan yang relatif besar terhadap pembiayaan dari sektor keuangan (kredit bank, obligasi, penerbitan saham di pasar modal), dengan tingkat ketergantungan masingmasing sebesar 24,8% dan 55% 6. Dengan kondisi ini, maka konsumsi rumah tangga penduduk Jakarta sangat rentan terhadap perubahan self financing, sedangkan sektor utama di Jakarta lebih rentan terhadap perkembangan sektor keuangan. Tabel 4 Struktur Pembiayaan Sektor Industri dan Perdagangan Persentase Pinjaman Self Financing Industri Pengolahan Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 53,2 46,8 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 57,7 42,3 Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan 24,8 75,2 Sumber : Neraca Perusahaan dan Anekdotal info Implikasi Ke depan Masih berlanjutnya krisis keuangan global perlu mendapatkan perhatian mengingat potensi risiko yang dihadapi ekonomi Jakarta relatif masih signifikan, dimana. Pertama, menurunnya pendapatan pada kelompok masyarakat atas dan menengah yang diikuti oleh ketatnya penyaluran kredit konsumsi akan mempengaruhi daya beli sehingga pertumbuhan konsumsi dapat terhambat. Selain itu, penurunan pendapatan masyarakat dikhawatirkan dapat mempengaruhi kemampuan pembayaran kredit yang berdampak pada meningkatnya net performing loan (NPL). Kedua, Krisis di 6 Informasi beberapa Perusahaan yang Go Public, 2008 26

pasar keuangan global yang belum jelas titik terangnya akan memunculkan ketidakpastian di pasar keuangan dan memperlemah kondisi sektor keuangan. Ketiga, berlanjutnya perlambatan permintaan dunia yang diikuti dengan penurunan harga komoditas internasional akan dapat mempengaruhi kinerja sektor industri pengolahan, terutama yang berorientasi ekspor. Kondisi ini dapat menjadi semakin parah mengingat risk profile sektor industri yang tinggi dengan Non Performing Loan sebesar 6,5%, tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Keempat, dalam jangka panjang, berlanjutnya pelemahan ekonomi dunia akan mempengaruhi arus investasi yang masuk ke Jakarta. Dengan memperhatikan potensi risiko yang dihadapi ekonomi Jakarta, diharapkan terdapat koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah DKI Jakarta guna mereduksi dampak yang dihadapi, melalui : 1. Salah satu faktor yang dapat menghambat perlambatan daya beli adalah turunnya laju inflasi sehingga upaya pengendalian inflasi daerah semakin penting. 2. Pemda beserta pengusaha menyusun kenaikan upah pada level yang memungkinkan perusahaan masih dapat bertahan, namun tetap membantu daya beli pekerja terhadap tekanan inflasi. 3. Pemda mempercepat dan meningkatkan realisasi belanja, khususnya belanja modal dalam rangka men-stimulus ekonomi daerah. 4. Kebijakan jangka pendek bagi industri misalnya kebijakan insentif bagi sektor industri yang berorientasi ekspor dan sektor perdagangan berupa penundaan/reduksi pajak. Kebijakan jangka menengah melalui pengetatan masuknya impor ilegal ke Indonesia khususnya barang konsumsi. Kebijakan jangka panjang adalah mencari alternatif pasar ekspor dan mengurangi impor barang konsumsi dengan meningkatkan kontain domestik. 5. Pemda dapat mengakselerasi kebijakan iklim investasi yang lebih kondusif. 27