I. PENDAHULUAN. alternatif (Suryana dan Purwoto, 1996). dan serat. Bentuk buah sukun padat dan sering disebut sebagai Bread fruit.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kenyataan menunjukkan bahwa terigu lebih bersifat adaptif dibandingkan pangan

KUALITAS NON FLAKY CRACKERS DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG. SUKUN DAN TEPUNG IKAN TERI NASI (Stolephorus sp.)

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Biskuit crackers merupakan makanan kecil ringan yang sudah. memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya kekayaan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

KAJIAN PENGARUH PENEPUNGAN TEPUNG UBI JALAR YANG SESUAI UNTUK MENSUBSTITUSI TEPUNG TERIGU TERHADAP KARAKTERISTIK BISKUIT YANG DIHASILKAN

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

I. PENDAHULUAN. yang memadai akan mengakibatkan terjadinya kerawanan sosial berupa

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. masyarakat, arakat, mulai dari buah, daun, batang, pelepah, sampai jantungnya.

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan bentuk dari biskuit (Widianto dkk., 2002). Tepung juga memegang peranan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan vitamin A (KVA). KVA yaitu kondisi kurang zat gizi mikro

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu produk pangan kesehatan yang muncul di pasaran adalah

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki ketergantungan terhadap sumber karbohidrat berupa beras dan terigu yang tinggi. Kebutuhan bahan pangan pokok yang terus meningkat tentu harus dipenuhi dengan cara diversifikasi pangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan bahan pangan alternatif (Suryana dan Purwoto, 1996). Pemanfaatan buah-buahan sebagai sumber karbohidrat yang berpotensi dalam diversifikasi pangan salah satunya adalah sukun (Artocarpus altilis). Buah sukun menurut Djafar dan Rahayu (2005) merupakan tanaman yang banyak mengandung karbohidrat, mineral, vitamin, dan serat. Bentuk buah sukun padat dan sering disebut sebagai Bread fruit. Buah sukun juga memiliki kandungan vitamin dan mineral yang lebih tinggi dari beras sehingga dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif (Suyanti dkk., 2003). Menurut Graham dan De Bravo (1981) dalam Astuti (2013), sukun memiliki kandungan serat sebesar 3,50% pada daging buah, kulit sebesar 5,66% sehingga dapat digunakan sebagai bahan membuat non flaky cracker. Ciri khas cracker ini tidak berlapis-lapis dan proses pembuatannya tidak memerlukan proses laminasi. (Nadra, 2008). Jenis cracker ini memiliki persyaratan gluten rendah. Menurut Hary (2009), non flaky cracker memiliki tekstur renyah, tidak keras bila digigit, tidak hancur, dan mudah meleleh apabila dikunyah. 1

2 Crackers adalah salah satu produk makanan yang terbuat dari tepung terigu. Perbedaan craker dengan biskuit adalah crackers perlu difermentasi sebelum dicetak dan tidak perlu ditambahkan telur dalam pembuatannya sedangkan biskuit tidak difermentasi dan perlu ditambah telur. Selain itu, crackers menggunakan dust filling sebagai bahan pengisi sedangkan biskuit tidak menggunakan dust filling (Manoppo, 2012). Tepung terigu yang digunakan pada pembuatan crackers adalah tepung terigu lunak yang mempunyai kandungan protein yang rendah. Ciri khas utama adalah crackers memiliki struktur berlapis, kering, dan umumnya berasa asin (Azha, 1996). Crackers merupakan makanan kecil yang banyak dijual di pasaran dengan berbagai variasi rasa, bentuk, dan dapat diberi isi maupun taburan. Umumnya crackers dibuat dengan tepung terigu berprotein rendah sehingga perlu dicari alternatif bahan yang dapat meningkatkan kandungan protein pada crackers (Driyani, 2007). Ikan teri nasi merupakan jenis ikan yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lauk maupun sambal. Pemanfaatan ikan teri nasi sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan belum banyak dilakukan sehingga bahan ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan crackers. Kelebihan lain dari ikan teri nasi adalah kandungan kalsium yang tinggi. Menurut Winarno (2002), kalsium merupakan salah satu mineral terbanyak dalam tubuh manusia dengan kisaran mencapai 2% dan kebutuhan kalsium pada orang dewasa adalah 700 mg per hari. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), tepung ikan adalah suatu produk padat kering

3 yang dihasilkan dengan jalan mengeluarkan sebagian besar cairan dan sebagian atau seluruh lemak yang terkandung di dalam tubuh ikan. Oleh karena itu, ikan teri nasi dapat dimanfaatkan sebagai tepung bahan baku dalam pembuatan crackers. Berdasarkan penelitian Aisiyah (2012), penambahan tepung ikan teri nasi sebanyak 10% meningkatkan kandungan protein pada crackers ubi jalar kuning sehingga crackers memiliki kualitas gizi dan organoleptik yang baik. Substitusi tepung ikan teri nasi pada non flaky crackers sukun diharapkan akan menghasilkan kualitas non flaky crackers dengan gizi yang baik dan organoleptik yang baik pula. B. Keaslian Penelitian Penelitian pernah dilakukan oleh Purba (2002), yaitu Karakterisasi Tepung Sukun Hasil Pengeringan Drum dan Aplikasinya untuk Substitusi Tepung Terigu pada Pembuatan Biskuit. Penelitian ini menggunakan konsentrasi substitusi tepung sukun terhadap tepung terigu sebesar 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dan 60%. Hasil menunjukkan bahwa tingkat substitusi tepung sukun masih dapat diterima pada substitusi 30%. Susilawati dan Medikasari (2008) membuat non flaky crackers dari tepung terigu yang disubstitusi tepung dari berbagai ubi jalar sebagai bahan dasar pembuatan crackers. Substitusi tepung ubi jalar yang digunakan adalah 10%, 30%, dan 50% dengan hasil berupa formulasi tepung ubi jalar putih sebesar 10% menghasilkan biskuit dengan kualitas paling baik.

4 Penelitian yang dilakukan Juniati dkk. (2010), melakukan penelitian Pemanfaatan Ikan Teri (Stolephorus sp.) untuk Meningkatkan Kadar Kalsium Pada Kerupuk Bawang menggunakan variabel substitusi tepung ikan teri sebesar 0% sebagai kontrol, 5% dan 10%. Hasil dari penelitian adalah kerupuk yang memiliki nilai kalsium paling tinggi sekaligus paling disukai adalah kerupuk dengan penambahan tepung ikan teri sebesar 10%. Ridwan (2011), melakukan penelitian mengenai pemanfaatan tepung ikan teri nasi sebagai sumber kalsium dan fosfor dalam pembuatan biskuit crackers. Penulis melakukan percobaan dengan substitusi tepung ikan teri nasi sebesar 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8%. Hasil uji protein dan uji kesukaan memperlihatkan bahwa susbtitusi tepung ikan teri nasi sebesar 2% memiliki nilai protein, kadar air, dan kesukaan paling baik. Penelitian yang dilakukan oleh Asmoro dkk., (2012) menunjukkan bahwa substitusi tepung ikan teri nasi 5% memberikan nilai kesukaan panelis terbaik pada produk biskuit. Penelitian yang dilakukan oleh Perana (2003), menyatakan bahwa substitusi tepung ikan teri Stolephorus sp. dalam pembuatan tortilla chips tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, karbohidrat, maupun kalsium dan daya cerna protein namun berpengaruh nyata terhadap kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein tortilla chips. Berdasarkan uji kesukaan panelis didapatkan data yang menunjukkan tingkat kesukaan terbaik pada tortilla chips adalah penambahan tepung ikan sebesar 10%. Pembuatan non flaky crackers bayam hijau (Amaranthus tricolor) dengan substitusi tepung sukun dilakukan Astuti (2013). Penelitian

5 menunjukkan bahwa substitusi tepung sukun dilakukan sebesar 0%, 15%, 30%, dan 45%. Hasil terbaik dari penelitian yang dilakukan adalah substitusi tepung sukun sebesar 15% ditinjau dari segi kualitas kimia, fisik, dan organoleptik. Berdasarkan penelitian Aisiyah (2012), substitusi tepung ubi jalar kuning sebanyak 15% dan penambahan tepung ikan teri nasi sebanyak 10% meningkatkan kandungan protein pada crackers ubi jalar kuning dan memiliki tingkat kesukaan paling baik dari seluruh sampel uji non kontrol. Oleh karena itu, diharapkan penambahan tepung ikan teri nasi pada crackers sukun akan menghasilkan kualitas crackers dengan gizi dan organoleptik yang baik. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, maka penelitian mengenai pembuatan non flaky crackers dengan substitusi tepung sukun dan tepung ikan teri nasi adalah asli belum pernah dilakukan. Pembuatan non flaky crackers ikan teri nasi akan disesuaikan dengan penelitian terdahulu. Hal ini bertujuan agar didapatkan produk yang berkualitas baik dari segi kimia, fisik, dan organoleptik. C. Rumusan Masalah 1. Apakah substitusi tepung sukun, dan tepung ikan teri nasi Stolephorus sp. berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia, mikrobiologis, dan organoleptik non flaky crackers? 2. Berapa jumlah substitusi tepung sukun, dan tepung ikan teri nasi yang tepat untuk mendapatkan non flaky crackers berkualitas terbaik?

6 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbedaan pengaruh substitusi tepung sukun, dan tepung ikan teri nasi terhadap sifat fisik, kimia, mikrobiologis, dan organoleptik non flaky crackers? 2. Menentukan substitusi tepung sukun, dan tepung ikan teri nasi yang tepat untuk mendapatkan non flaky crackers berkualitas terbaik. E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat memberikan informasi mengenai pengolahan hasil perikanan melalui peningkatan gizi crackers dan meningkatkan nilai tambah pemanfaatan ikan teri nasi menjadi produk olahan yang lebih beragam, dan memberikan variasi bagi teknologi pengolahan pangan.