Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca (Cerita Rakyat dari daerah Jabung) Ditulis kembali oleh : Iin Muthmainnah Teruntuk Sekolah Alam Mutiara Lampung Bandarlampung 2005 Judul Naskah : Putri Sinar Alam dan Putri Sinar
Kaca Pemain 1. Ratu di-pugung 2. Puteri Sinar Kaca 3. Puteri Sinar Alam 4. Banten 5. Kesultanan Banten 6. Ratu Dara 7. Ratu 8. Gayung Garunggung 9. Para Pengawal 10. Dayang-Dayang BABAK I
Balairung Istana Kesultanan Banten, Banten sedang duduk di atas singgasananya, ditemani oleh kepercayaannya.. : Ampun, Baginda. Bukan hamba lancang untuk bertanya, tetapi hamba perhatikan dalam beberapa hari ini Baginda sangatlah murung dan bermuram saja. Ada apakah gerangan yang terjadi Baginda? : Benar, ku. Beberapa hari ini aku selalu bermimpi melihat cahaya yang terang benderang muncul dari arah sebuah aliran sungai. Di dalam mimpiku juga disebutkan nama sungai tersebut adalah Way Sekampung, dan aku diminta mengambil cahaya yang muncul itu, patih. Banten menghela nafas panjang, kemudian melanjutkan ceritanya. : Aku, bingung dan heran. Bagaimana caranya aku bisa menemukan daerah tersebut. Karena mimpi itu sudah sangat menggangguku,! : Hamba tahu, Baginda. Hamba pernah mendengar nama Pugung dan Way Sekampung dari para pengelana yang sampai di pelabuhan banten beberapa hari yang lalu, Baginda. Harus berlayar mengarungi laut menuju Meringgai untuk sampai ke Way Sekampung tersebut, baginda. : Benarkah? Kalau begitu segera siapkan kapal terbaik yang kita punya, besok kita akan berangkat mencari wilayah itu. Jangan lupa bawa para pengawal dan dayang-dayang beserta hadiah berupa emas dan intan berlian, aku punya firasat bahwa aku akan menemukan jodohku di daerah tersebut. : Baik, Baginda akan seegera hamba laksanakan! Kemudian dilakukan beberpa persiapan, tari-tarian dimainkan, musik dan lagu dilantunkan mengiringi kepergian Banten ke Way Sekampung. Banten beserta rombongannya menaiki kapal besar. Di laut lepas, kapal bergoyang dimainkan ombak yang berkejaran. : Baginda, lihat di sebelah sana. Di balik pantai itu, keluar cahaya yang sangat terang seperti yang Baginda maksudkan. : Cepat, segera arahkan kapal ke pantai itu. : Pasukan siapkan kapal.
Pasukan : Siap..laksanakan! Kapal terus berlayar, cahaya semakin meredup. Di muara Way Sekampung, di hutan dekat pantai, Ratu di-pugung bersama dua puterinya Sinar Alam dan Sinar Kaca sedang bercakap-cakap. Ratu : Cahaya dari tubuh kalian telah terlihat oleh Banten,anakku. Saat ini Banten tengah berlayar untuk mencarinya. Banten tidak tahu jika cahaya itu berasal dari kalian berdua. Pasukan dan Kerajaannya terlalu besar dan kita tak mungkin sanggup melawannya jika ia hendak meminta cahaya yang kalian miliki. Dan itu berarti salah satu dari kalian akan dibawanya. Sinar Alam : Lalu, Bagaimana selanjutnya Ratu, apa yang harus kita lakukan? Sinar Kaca : Negeri Pugung ini akan hancur jika kita tak menuruti keinginan Banten itu, Ratu. Apa yang harus kita Ratu lakukan? : Baiklah, tenang anak-anakku. Kesaktianku untuk dapat memerintah dan menjadi Ratu di negeri ini terletak pada cahaya yang kalian miliki, jika kalian pergi maka aku akan mati. Kaca+Alam : Kami tidak akan meninggalkan Ratu. Sinar Kaca : karena aku yang lebih tua lebih baik ratu menyerahkan aku saja jika banten itu datang dan menanyakan sumber cahaya yang dilihatnya itu Ratu. Ratu S.Alam : Baik, sekali hatimu anakku puteri Sinar kaca. (kepada Sinar Alam) Kau bersembunyilah di goa ini dan jangan keluar sebelum aku memanggilmu. : Baik, Ratu. Hati-hati Sinar Kaca, doaku bersamamu. Sinar Kaca dan Ratu di-pugung meninggalkan puteri Sinar Alam di dalam goa. Mereka menuju istana. Tak lama Rombongan Banten sampai. Dayang-dayang menarikan tarian penyambutan tamu. Ratu : Selamat datang, Banten. Terima kasih anda telah jauhjauh datang ke negeri kami, ada apakah gerangan maksud kedatangan Tuanku? : Terima kasih, atas sambutannya yang meriah, maksud kedatanganku adalah untuk menanyakan cahaya apakah yang selalu memancar dari negerimu ini, Ratu. Aku telah melihatnya dalam mimpiku, dan sangat penasaran ingin mengetahuinya. Ratu : Oh, cahaya itu. Baiklah akan kutunjukkan. Sinar Kaca keluarlah.
Muncul puteri Sinar Kaca. Ratu : Inilah sumber cahaya yang memancar itu. Dia tak lain adalah puteriku Sinar kaca namanya. : alangkah cantik dan eloknya. Cahaya yang memantul dari tubuhnya adalah cermin keindahan. Ratu di-pugung aku ingin meminang puterimu untuk kujadikan permaisuriku, dan aku telah membawa berbagai macam hadiah yang indah untuk dirinya sebagai lambang ketulusan dariku. Muncul dayang-dayang membawa keranjang-keranjang hadiah yang berwarnawarni sambil melakukan tari-tarian. Ratu : Terima kasih,. Aku akan menikahkan puteriku dengan dirimu. Tetapi kau harus mengembalikannya pada purnama berikutnya, untuk tinggal kembali di negeri ini karena jika tidak tubuhnya tidak akan bercahaya kembali untuk selama-lamanya. : Baiklah, aku terima syarat darimu Ratu. Di istana dilaksanakan pesta yang meriah. Lagu dan tari mainkan. Semua orang gembira. Setelah seminggu, Banten memboyong Puteri Sinar Kaca menuju Banten. Sepanjang perjalanan di ats kapalnya, banten melihat kembali cahaya yang lebih terang dari cahaya yang berasal dari tubuh puteri Sinar Kaca yang ada di sebelahnya. : Kita kembali ke Way Sekampung. Puteri Sinar Kaca, cahaya apalagi yang muncul itu. Sinar Kaca : Ampun, Baginda. Itu adalah cahaya dari tubuh adikku Puteri Sinar Alam. Tetapi Baginda tidak akan mungkin dapat membawanya pergi dari negeri kami, karena jika itu Baginda lakukan maka cahaya dari tubuhnya akan hilang sama sekali dalam waktu sekejap Baginda. : Aku ingin menemuinya lebih dahulu dan membuktikan ucapanmu. Banten kembali ke Way Sekampung. Menuju goa persembunyian Puteri Sinar Alam. Setelah bertemu kembali dilangsungkan pernikahan antara keduanya di negeri Way Sekampung. Pentas dipenuhi tari-tarian dan musik yang gembira.
Banten Kembali kekesultanannya di Banten. Puteri Sinar Alam dan Sinar Kaca tetap tinggal di negeri mereka. Musik dan suasana pagi yang cerah. Orang-orang berlalu lalang sambil bekerja. Kehidupan di Negeri sepanjang aliran sungai way Sekampung berjalan damai. Suatu hari, terdengar suarasuara seperti orang tengah berlatih ilmu silat, mereka adalah Ratu Darah, Ratu dan Gayung Garunggung. Gayung : Ayo kita berlatih. : Istirahat dulu, aku lelah sekali. : Benar, aku juga lelah sekali. Muncul Puteri Sinar Kaca dan Sinar Alam. SinarAlam : Anakku Ratu Darah, istirahatlah sejenak, ada yang ingin ibu sampaikan. Sinar Kaca : Benar, istirahatlah dulu, Ratu. Duduklah di sini di dekat Ibu., dan menghampiri ibu mereka masing-masing. Galung mengikuti dari belakang. Sinar Alam : Anak-anak, sesuai perjanjian kelak jika dewasa kalian harus datang ke negeri Banten untuk menemui ayahanda kalian yaitu Banten, dan meminta restu darinya. Sinar Kaca : Benar dan sekarang kalian telah dewasa, berangkatlah ke sana. Gayung, kau harus menemani mereka dan memastikan mereka bertemu dengan ayah mereka Banten. Keesokan paginya mereka berangkat menuju Banten. Mengarungi Way Sekampung, lewat Meringgai dan Sampai ke laut lepas dan menuju Banten. Sampailah di Kesultanan Banten. Mereka disambut dengan musik penyambutan. : katakana maksud kedatangan kalian wahai anak muda? : Ampun, Baginda. Kami diperintahkan oleh Ibu kami untuk menemui Banten dan menyampaikan pesan bahwa kedua anaknya kini telah dewasa, dan anak-anak itu adalah kami berdua. : Benar baginda, kami adalah anak baginda yang sudah lama tak bertemu. : Apa buktinya jika kalian adalah anakku? : Silahkan, Baginda Buktikan sendiri.
memanggil kepercayaannya. :, lukai kedua dahi mereka. Aku akan melihat buktinya. : Baik, Baginda. melukai kening Ratu Darah, dari sana keluar darah berwarna putih dan melukai kening Ratu keluar darah yang berwarna merah. : Baiklah, ternyata kalian berdua memang benar anak-anakku. Sekarang kembalilah kalian ke Pugung. Bawalah bekal ini dan jangan sekali-kali kalian buka bekal ini sebelum kalian sampai di Pugung dan bertemu dengan Ibu kalian. +: Baik, ayahanda. Kami permisi pulang kembali ke Pugung. : Selamat jalan anak-anakku, berhati-hatilah di jalan. Ratu dan Ratu Darah beserta Gayung Galunggung kembali ke Pugung negeri mereka. Di tengah perjalanan. Gayung : Aku penasaran dengan isi bekal ini. Apakah gerangan isinya? : Aku juga demikian. Bagaimana kalau kita buka saja sekarang. : Jangan, Tuanku bukankah kalian telah dipesankan untuk tidak boleh membukanya sebelum sampai di Pugung? : Ah, tidak apa-apa sama saja. : Benar, kita buka saja sekarang. Ratu dan Ratu Darah membuka bekal yang diberikan oleh Ayah mereka. Ketika bungkusan itu terbuka keluar cahaya yang sangat terang dari keduanya, lalu cahaya itu terbang dengan sangat cepat. Cahaya pertama melesat menuju Melinting dan dikejar oleh Ratu darah, dan cahaya kedua menuju Kalianda (Gunung Raja Basa) dan dikejar oleh. Di kapal, tinggal Gayung seorang diri. : Gayung sampaikan pada Ibuku, aku tidak akan kembali ke pugung sebelum berhasil menangkap cahaya itu, aku akan pergi menuju Kalianda. : Gayung, sampaikan juga pada ibuku. Aku akan mengejar cahaya itu menuju Melinting, dan tak akan kembali sebelum kudapatkan cahaya itu. Selamat tinggal.
Gayung : Selamat jalan, hati-hatilah kalian berdua, jagalah negeri yang kalian datangi Melinting dan Kalianda dengan segenap jiwa dan raga kalian, aku akan kembali ke Pugung, kelak kita akan berjumpa lagi. Musik Penutup, Ratu Darah dan Ratu menghilang di Kejauhan. TAMAT