II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundametal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum diuraikan pengertian peta konsep, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

Pertemuan 12. Materi 1: Peta Konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TUGAS PETA KONSEP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

Transkripsi:

10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemetaan Konsep Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubunganhubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Pemahaman terhadap suatu konsep dalam pembelajaran sangat diperlukan agar siswa dapat mengeneralisasikan konsep-konsep yang telah dikuasai dengan konsep yang akan dikuasai. Peta konsep dapat memfasilitasi siswa agar dapat menguasai suatu konsep dengan cepat dan mudah. Menurut pendapat Novak (dalam Dahar, 1996: 122) peta konsep merupakan suatu diagram hierarki berdimensi dua yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Suatu peta konsep dalam bentuknya yang paling sederhana hanya terdiri dari dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Oleh karena belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta

11 konsep harus disusun secara hierarki. Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif berada di puncak peta. Semakin ke bawah konsep-konsep diurutkan semakin menjadi lebih khusus. Peta konsep menurut Martin (dalam Trianto, 2010: 157-158) adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan dengan konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Peta konsep merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna di dalam kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ideide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1996: 125) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut: 1. Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa melihat bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna. 2. Peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Peta konsep bukan hanya

12 menggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga hubungan antara konsep-konsep tersebut. 3. Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama, ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain. Konsep yang paling inklusif terdapat pada puncak, lalu menurun hingga sampai konsep-konsep yang lebih khusus atau contoh-contoh. 4. Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut. Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahanya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dalam proses belajar bermakna, peta konsep memegang peranan penting. Oleh karena itu, siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna. Berikut ini adalah langkahlangkah untuk menyusun suatu peta konsep menuru Dahar (1996: 126): 1. Memilih suatu bahan bacaan dari buku pelajaran 2. Menentukan konsep-konsep yang relevan

13 3. Mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh 4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan di atas kertas, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut. 5. Menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. 6. Jika peta konsep sudah selesai dibuat, perhatikan kembali letak konsepkonsepnya atau jika perlu diperbaiki dan disusun kembali agar menjadi lebih baik lagi. Ada berbagai macam bentuk peta konsep. Menurut Nur (dalam Trianto, 2010: 160), peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan laba-laba (spider concept map). 1. Pohon Jaringan (Network Tree) Pada peta konsep tipe ini, ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dituliskan oleh garis penghubung. Katakata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Peta konsep tipe pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-

14 hal yang menunjukan informasi sebab-akibat, suatu hirarki, prosedur yang bercabang, dan istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan. Berikut ini adalah salah satu contoh peta konsep pohon jaringan: Gambar 2. Peta Konsep Bentuk Pohon Jaringan 2. Rantai Kejadian (Events Chain) Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen. Peta konsep tipe rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal yang memerikan tahap-tahap suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur linier, dan suatu urutan kejadian. 3. Peta Konsep Siklus (Cycle Concept Map) Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke

15 kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang. Berikut ini adalah salah satu contoh peta konsep siklus: Evaporasi mengalami membentuk Air Uap Air terbentuk mengalami Kondensasi Gambar 3. Contoh peta konsep siklus 4. Peta Konsep Laba-Laba (Spider Concept Map) Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal yang tidak menurut hirarki kecuali berada dalam suatu kategori, kategori yang tidak paralel dan hasil curah pendapat. B. Penguasaan Konsep Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu

16 kelas, objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubunganhubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Sedangkan menurut Carrol (dalam Kardi, 1997: 2) konsep adalah suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi merupakan proses pemusatan perhatian pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu serta mengabaikan elemen yang lain, sebagai contoh untuk membuat abstraksi tentang daun harus dipusatkan pada warna daun dan mengabaikan bahwa daun sebagai habitat ulat daun. Berdasarkan pendapat Carrol tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa untuk dapat menguasai konsep maka seseorang harus mampu membedakan antara benda yang satu dengan benda yang lainnya, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lainnya. Dengan menguasai konsep, siswa akan dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah dan sebagainya. Konsep-konsep itu sangat penting bagi seseorang dalam berpikir dan dalam belajar. Dengan menguasai konsep, siswa dapat memperoleh pengetahuan yang tidak terbatas. Konsep-konsep itu berkembang melalui satu seri tingkatan. Menurut Klausmeier (dalam Dahar, 1996: 88), ada empat tingkat pencapaian konsep, yaitu: 1. Tingkat konkret. Seseorang telah mencapai konsep pada tingkat konkret bila orang tersebut mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. 2. Tingkat identitas. Seseorang akan mengenal suatu objek sesudah suatu selang waktu, bila orang itu mempunyai orientasi ruang yang berbeda

17 terhadap objek itu, atau bila objek itu ditentukan melalui suatu cara indera yang berbeda. 3. Tingkat klasifikatori. Seseorang mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. 4. Tingkat formal. Untuk mencapai konsep tingkat formal seseorang harus dapat menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep. Seorang siswa yang telah menguasai suatu konsep maka dia dapat dengan mudah menyelesaikan masalah dalam suatu bidang ilmu atau mengaitkan konsep yang satu dengan yang lainnya. Ada empat kemungkinan siswa untuk menggunakan konsep setelah menguasainya. (Slameto, 2003: 141). Empat kemungkinan tersebut yaitu: 1. Siswa dapat menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapi sekarang termasuk konsep yang sama atau dalam konsep lain. 2. Siswa dapat mengenal konsep-konsep lain. 3. Siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah. 4. Penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep lain. Penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Arikunto, 2010: 117), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut: 1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi bloom. Seringkali disebut aspek ingatan (recall), karena siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.

18 2. Pemahaman (Comprehension) Kemampuan ini umumnya, siswa diminta membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. 3. Penerapan (Application) Dalam jenjang kemampuan ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk memilih abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru secara benar. 4. Analisis (Analysis) Dalam jenjang kemampuan ini seseorang diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar. 5. Sintesis (Synthesis) Dalam jenjang ini seseorang diminta untuk dapat menggabungkan atau menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru. 6. Evaluasi (Evaluation) Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus. Penguasaan konsep suatu pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (2001: 1), bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan dari suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya kemudian dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Tes adalah serentetan

19 pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 32). Taraf penguasaan konsep siswa dapat diketahui kriterianya dengan kriteria penguasaan konsep yang dimodifikasi dari Thoha (1994 : 89) sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria Penguasaan Konsep Taraf Nilai Rata-Rata 66 Kualifikasi Nilai Baik 55 65 Cukup 55 Kurang C. Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, karena tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Menurut Sardiman (2007: 99), aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Melalui aktivitas, siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki peranan penting untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Diedrich (dalam Hamalik, 2009:

20 172), menyatakan bahwa aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Kegiatan-kegiatan visual, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, melihat gambar-gambar, mengamati percobaan, mengamati pekerjaan orang lain atau bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, sebagai contoh, mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik atau pidato. 4. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, mengerjakan tes. 5. Kegiatan-kegiatan menggambar, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan metrik, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat model, bermain, berkebun, menari. 7. Kegiatan-kegiatan mental, misalnya: merenungkan, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Selain berperan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, aktivitas dalam belajar juga memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik. (Hanafiah dan Suhana, 2009: 24). Nilai tambah tersebut adalah:

21 1. Peserta didik memiliki kesadaran untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal untuk belajar sejati. 2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. 3. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya. 4. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik. 5. Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuhkembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme. 6. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif di kalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi lebih hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. D. Organisasi Kehidupan Semua tubuh makhluk hidup tersusun atas sel. Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil penyusun makhluk hidup. Semua aktivitas hidup dari makhluk hidup adalah perwujudan dari proses yang terjadi di dalam sel. Pada organisme uniseluler sebuah sel merupakan kesatuan utuh sebagai individu. Jadi segala aktivitasnya dilakukan oleh satu sel itu sendiri, misalnya respirasi, mencerna makanan, dan berkembang biak. Akan tetapi pada organisme multiseluler seperti manusia, sel-sel tubuh hanya merupakan bagian terkecil dari penyusun tubuh individu (Wasis dan Irianto, 2008: 204)

22 Sel-sel saling bekerja sama membentuk jaringan. Jadi jaringan merupakan sekelompok sel yang mempunyai bentuk, susunan dan fungsi yang sama, misalnya jaringan epidermis merupakan lapisan sel-sel yang terletak paling luar. Jaringan merupakan organisasi sel, namun suatu jaringan saja tidak dapat melakukan fungsi yang lebih besar tanpa bekerjasama dengan jaringan lainnya. Oleh karena itu, jaringan-jaringan saling bekerjasama membentuk organ. Misalnya organ daun tersusun atas jaringan parenkim palisade, parenkim spons, jaringan pengangkut, dan jaringan epidermis (Suyitno dan Sukirman, 2009: 64-68). Beberapa organ kemudian bersatu dan saling bekerja sama dalam melakukan fungsi tertentu membentuk sistem organ. Sebagai contoh sistem organ adalah sistem pernapasan yang tersusun atas hidung, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. Tubuh organisme tersusun atas beberapa sistem organ. Kemudian beberapa sistem organ akan bekerja sama membentuk organisme. Urutan tingkat organisasi dari sel yang membentuk jaringan, kemudian jaringan membentuk organ, organ membentuk sistem organ dan sistem organ membentuk organisme inilah yang disebut organisasi kehidupan (Suyitno dan Sukirman, 2009: 70-72).