BAB 5 HASIL PENELITIAN. induksi selama 9 bulan didapatkan 18 ekor mencit berhasil tumbuh tumor pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sampel 24 ekor mencit jantan strain Swiss, setelah

Gambar / foto sel mitosis pada jaringan karsinoma epidermoid (anak panah merah. Kelompok kontrol Kelompok P1

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan pendekatan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit betina strain C3H berusia 8

BAB IV. only control group design yang menggunakan binatang percobaan sebagai objek

BAB 4 METODE PENELITIAN. post test only control group design yang menggunakan binatang

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL. masing kelompok dilakukan inokulasi tumor dan ditunggu 3 minggu. Kelompok 1

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB 6 PEMBAHASAN. ekstrak Phaleria macrocarpa terhadap penurunan indek mitosis dan

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB 4 METODE PENELITIAN. Randomized post test only control group design yang menggunakan binatang percobaan

BAB 3 METODE PENELITIAN. desain "Pre and post test control group design". Kelompok penelitian dibagi

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan jenis New Zealand

PENGARUH EKSTRAK PHALERIA MACROCARPA TERHADAP INDEK MITOSIS SEL DAN PERTUMBUHAN DIAMETER KARSINOMA EPIDERMOID

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancanganpost-test control

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Empat puluh pasien karsinoma mammae stadium III B yang memenuhi kriteria

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian hewan coba pengaruh infiltrasi levobupivakain

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB V HASIL. menghasilkan ekstrak kering sebanyak 45,60 gram (21,92%). Streptozotocin dua ekor tikus diambil lagi secara acak untuk diperiksa gula

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan

Gambar 6. Desain Penelitian

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL. abrasi ileum melalui laparotomi, umur 8-12 minggu dengan berat badan antara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang keilmuan imunologi,

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Insidensi diperkirakan

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pendekatan Pre test - Post Test Only Control Group Design. Perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN PHALERIA MACROCARPA DAN KEMOTERAPI TERHADAP JUMLAH SEL T CD4 + TUMOR PADA KARSINOMA EPIDERMOID

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sediaan dalam bentuk ekstrak etanol 70% batang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PHALERIA MACROCARPA TERHADAP EKSPRESI IFN-ɣ DAN SEBUKAN SEL MONONUKLEAR PADA MENCIT SWISS DENGAN KARSINOMA EPIDERMOID KULIT

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. suplementasi vitamin C terhadap jumlah fibroblas dan kolagen padat disekitar

BAB 6 PEMBAHASAN. lengkap baik dari segi farmakologi maupun fitokimia. Pemanfaatan Phaleria macrocarpa ini

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

BAB 5 HASIL. Hasil perhitungan perkembangan tumor disajikan pada tabel sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. imunologi, farmakologi dan pengobatan tradisional. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Mikrobiologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang keilmuan mikrobiologi, imunologi, farmakologi, dan pengobatan tradisional.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan

PROSIDING SEMNAS HERBS FOR CANCER FK UNISSULA ISBN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. ilmu patologi anatomi, biologi molekuler dan farmakologi.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Mikrobiologi Fakultas

Transkripsi:

BAB 5 HASIL PENELITIAN Dua puluh empat ekor mencit jantan strain Swiss yang diadaptasi selama 7 hari tidak didapatkan mencit yang sakit maupun mati. Setelah itu dilakukan induksi sel karsinoma epidermoid terhadap mencit resipien. Evaluasi induksi selama 9 bulan didapatkan 18 ekor mencit berhasil tumbuh tumor pada bagian kulit yang diinduksi 9, 12-dimethyl-1,2-benzanthracene (DMBA) dan 12-o-tetradecanoylphorbol-13-acetate (TPA), dan setelah dilakukan biopsi serta pemeriksaan patologi anatomi 12 mencit menunjukkan karsinoma epidermoid. Randomisasi dilakukan dengan cara penomoran dan pengundian ke dalam 4 kelompok, Pembagian kelompok perlakuan sebagai berikut : K : kelompok mencit yang diinduksi karsinoma epidermoid. P1 : kelompok perlakuan 1, mencit yang diinduksi karsinoma epidermoid, setelah timbul tumor mendapat Phaleria macrocarpa 0,0715 mg (0,36 ml/hari). P2 : kelompok perlakuan 2, mencit yang diinduksi karsinoma epidermoid, setelah timbul tumor mendapat sitostatika Paclitaxel 175 mg/m 2 dan cisplatin 50 mg/m 2. P3 : kelompok perlakuan 3, mencit yang diinduksi karsinoma epidermoid setelah timbul tumor mendapat sitostatika Paclitaxel 175 mg/m 2 dan cisplatin

50 mg/m 2 dan dikombinasikan dengan Phaleria macrocarpa 0,0715 mg (0,36ml/hari). Selama perlakuan tidak didapatkan mencit yang mati dan setelah dilakukan terminasi tidak didapatkan mencit yang drop out. 24 mencit SWISS dibagi dalam 4 kelompok (random alokasi) Adaptasi 1 minggu Random alokasi Induksi tumor evaluasi 9 bulan PA Berhasil pada 12 mencit K P1 P2 P3 3 mencit 3 mencit 3 mencit 3 mencit 9 minggu Penghitungan diameter tumor dan indek mitosis Keterangan: K = diberi plasebo, tanpa ekstrak Phaleria macrocarpa P1 = diberi ekstrak Phaleria macrocarpa 0,0715 mg (0,36 ml/hari). P2 = diberi sitostatika Paclitaxel 175 mg/m 2 dan cisplatin 50 mg/m 2 (tiap 3 minggu sekali) P3 = diberi ekstrak Phaleria macrocarpa 0,0715 mg (0,36 ml/hari) dan sitostatika Paclitaxel 175 mg/m 2 dan cisplatin 50 mg/m 2 (tiap 3 minggu sekali) Gambar 4. Diagram skematik hasil penelitian

Gambar 5. Pemeliharaan mencit Swiss pada penelitian Gambar 6. Foto mencit Swiss yang sudah diinduksi tumor Gambar 7. Pengukuran diameter massa tumor dengan caliper (CaliPro) Diameter massa tumor, diukur dengan menggunakan alat caliper yang dilakukan sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan, dengan memberikan tanda yang berbeda pada tiap mencit dalam satu kelompok perlakuan dengan tujuan agar dapat membandingkan diameter tumor pre dan post test.

5.1 Perubahan Ukuran Tumor Perubahan ukuran diameter tumor diperoleh dengan cara menghitung selisih diameter dari tumor yang dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Pengukuran ukuran tumor menggunakan alat caliper. Tabel 3 menunjukkan rerata pengukuran sebelum dan setelah perlakuan, sedangkan tabel 4 menunjukkan delta hasil pengukuran. Diameter rerata tumor pada kelompok kontrol sebelum perlakuan adalah 1,3 cm dan setelah 3 minggu tanpa perlakuan didapatkan diameter rerata tumor sebesar 2,4 cm. Pada kelompok perlakuan I (P1) yang mendapat Phaleria macrocarpa dengan dosis 0,0715 mg (0,36 ml/hari), didapatkan diameter rerata tumor awal sebelum perlakuan adalah 0,56 cm, sedangkan setelah pemberian dosis selama 9 minggu, besar dari diameter rerata tumor adalah 1 cm. Pada kelompok perlakuan II (P2) yang mendapatkan sitostatika Paclitaxel 175 mg/m 2 dan cisplatin 50 mg/m 2, sebelum perlakuan didapatkan diameter rerata tumornya 1,1 cm, dan setelah perlakuan selama 9 minggu didapatkan diameter rerata tumornya sebesar 1,5 cm. Sedangkan pada kelompok perlakuan 3 (P3) yang mendapatkan sitostatika Paclitaxel 175 mg/m 2 dan cisplatin 50 mg/m 2 dan dikombinasikan dengan Phaleria macrocarpa 0,0715 mg (0,36 ml/hari) didapatkan diameter rerata tumor sebelum perlakuan sebesar 0,96 cm dan diameter rerata tumor setelah perlakuan selama 9 minggu sebesar 0,7 cm.

Tabel 3. Rerata pengukuran diameter tumor sebelum dan sesudah perlakuan (cm) Diameter tumor Kontrol P1 P2 P3 Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan 1,3 0,56 1,1 0,96 2,4 1 1,5 0,7 3 2,5 2 1,5 1 K P1 P2 P3 0,5 0 Pre Post Gambar 8. Pengukuran diameter tumor sebelum dan sesudah perlakuan Uji normalitas data dari perubahan diameter tumor menggunakan Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal (p>0,05)

Tabel 4. Deskriptif dan normalitas data selisih diameter tumor Kelompok Mean SD Median (min max) K 1,1 0,265 1 (0,9 1,4) P1 0,43 0,252 0,4 (0,2 0,7) P2 0,4 0,10 0,4 (30 0,5) P3-0,27 0,543-0,2 ((-0,5) (-10)) Levene test = 0,394 Gambar 9. Boxplot perubahan diameter tumor Dari tabel normalitas dengan uji Shapiro Wilk didapatkan pada kelompok K, P1, P2 dan P3 mempunyai nilai p > 0,05 dan dari uji levene test = 0,303, sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal dan homogen, tetapi karena syarat uji parametrik tidak terpenuhi maka uji selanjutnya dengan

menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan Mann Whitney. Tabel 5. Uji Kruskal Wallis selisih diameter tumor Kelompok Median (min max) p K 1,1 0,265 P1 0,47 0,306 P2 0,4 0,10 0,025* Keterangan : P3-0,27 0,543 * Signifikan p < 0,05 Dari tabel uji Kruskal Wallis didapatkan nilai p < 0,05 atau signifikan, maka untuk mengetahui perbedaan antar kelompok dilakukan uji Mann Whitney. Tabel 6. Uji Mann Whitney Selisih Diameter Tumor Kelompok P1 P2 P3 K 0,049* 0,049* 0,049* P1 1,000 0,049* P2 0,050 Keterangan : * Signifikan p < 0,05 Dari tabel uji Mann Whitney pada variabel perubahan diameter tumor, didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,049) antara kelompok K terhadap P1, p=0,049 antara K dan P2, p=0,049 antara K dan P3, dan perbedaan bermakna juga (p=0,049) didapatkan pada kelompok P1 terhadap P3. Sedangkan antara kelompok P1 terhadap P2 tidak didapatkan perbedaan

bermakna p=1,000, dan kelompok P2 terhadap P3 tidak didapatkan perbedaan bermakna p=0,050. 5.2 Indek Mitosis Pada setiap kelompok dibuat preparat untuk mengetahui indek mitosis dihitung sesuai dengan metode yang digunakan oleh Aihara M et al, dimana sediaan tumor yang dilakukan pengecatan dengan Hematoxylin Eosin dihitung jumlah sel yang sedang mengalami mitosis per 100 sel tumor dari area yang signifikan dengan pembesaran 400x, pada 5 lapangan pandang dari tiap preparat dalam satu blok parrafin, kemudian diambil nilai rata ratanya. Sel yang mengalami mitosis dinilai Selama fase ini aktivitas sel yang dapat diamati : 1. Kondensasi kromosom 2. Formasi spindle dan pergeseran kromosom ke equator 3. Pemisahan kromosom ke kutub sel 4. Pembentukan lekukan pembelahan 5. Pemisahan akhir menjadi 2 sel (daughter cell)

Kelompok kontrol Kelompok P1 Kelompok P2 Kelompok P3 Gambar 10. Sel yang mengalami mitosis (anak panah hitam) perbesaran 400 x Tabel 7. Deskriptif dan normalitas data Indek mitosis Kelompok Mean SD Median (min max) p K 3,2 0,346 3,4 (2,8 3,4) 0,000 P1 1,13 0,115 1,2 (1 1,2) 0,000 P2 1,07 0,115 1,0 (1 1,2) 0,000 P3 0,67 0,115 0,6 (0,6 0,8) 0,000 Levene test = 0,026

Gambar 11. Boxplot Indek mitosis Dari tabel normalitas dengan uji Shapiro Wilk didapatkan pada kelompok K, P1, P2 dan P3 mempunyai nilai p < 0,05 dan dari uji levene test = 0,026, sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi tidak normal dan tidak homogen, karena syarat uji parametrik tidak terpenuhi maka uji selanjutnya dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan Mann Whitney. Tabel 8. Uji Kruskal Wallis Indek Mitosis Kelompok Median (min max) P K 3,4 (2,8 3,4) P1 1,2 (1 1,2) P2 1,0 (1 1,2) 0,020* P3 0,6 (0,6 0,8) Keterangan : * Signifikan p < 0,05

Dari tabel uji Kruskal Wallis didapatkan nilai p < 0,05 atau signifikan, maka untuk mengetahui perbedaan antar kelompok dilakukan uji Mann Whitney. Tabel 9. Uji Mann Whitney Indek Mitosis Kelompok P1 P2 P3 K 0,043* 0,043* 0,043* P1 0,456 0,043* P2 0,043* Keterangan : * Signifikan p < 0,05 Dari tabel uji Mann Whitney didapatkan perbedaan bermakna p=0,043 antara kelompok K dan P1, p=0,043 antara K dan P2 dan p=0,043 antara K dan P3 secara signifikan. Terdapat perbedaan bermakna p=0,043 antara P1 terhadap P3, p=0,043 antara P2 terhadap P3 secara signifikan, sedangkan antara P1 terhadap P2 tidak signifikan (p=0,456). 5.3 Uji korelasi antara indek mitosis dengan perubahan diameter tumor Tabel 10. Deskriptif dan normalitas data selisih diameter tumor dan index mitosis Variabel Mean SD Median (min max) P Selisih diameter tumor 0,42 0,537 0,4 (-0,5 1,4) 0,999 Indek mitosis 1,52 1,046 1,1 (0,6 3,4) 0,002 Dari tabel normalitas data dengan uji Shapiro Wilk didapatkan pada Variabel indek mitosis mempunyai nilai p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan

data berdistribusi tidak normal, dan untuk uji selanjutnya digunakan uji non parametrik korelasi spearman. Tabel 11. Uji korelasi Spearman selisih diameter tumor terhadap indek mitosis Variabel Median (min max) r p Selisih diameter tumor 0,4 (-0,5 1,4) Index mitosis 1,1 (0,6 3,4) Keterangan : * Signifikan p < 0,05 0,813 0,001* Dari tabel uji korelasi spearman didapatkan nilai p = 0,001 (p < 0,05) dan r = 0,813, sehingga dapat disimpulkan terdapat korelasi yang signifikan antara selisih diameter tumor terhadap indek mitosis dengan sifat hubungan positif sangat kuat. Sehingga apabila indek mitosis menurun, maka pertumbuhan tumornya akan menurun.