BAB II TINJUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TERAPI DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA MELALUI METODE CRIMINON DAN KESENIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah untuk menampung orang-orang yang melanggar

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

BAB I PENDAHULUAN. laporan kinerja BNN pada tahun 2015 dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba dalam bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

Green menganalisis perilaku manusia dari kesehatan. Kesehatan seseorang atau

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengendalian dan pencegahan infeksi HIV/AIDS bagi pengguna

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

Kementerian Sosial RI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN. Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang terus meningkat di negara ini. Berawal dijadikan

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

2012, No.1156

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

17. Keputusan Menteri...

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah pengguna narkotika dan obat terlarang dari tahun ke

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

DRUG ABUSE KELOMPOK 5

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan secara terus menerus usaha usaha dibidang pengobatan dan

sehingga teori Skinner ini disebut S-O-R (Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya

Indonesia Nomor 5211); 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 9.

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

PETUNJUK PELAKSANAAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

Transkripsi:

BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) 2.1.1 Pengertian PTRM Metadon pertama kali dikembangkan di Jerman pada akhir tahun 1937. Metadon adalah suatu agonis opioid sintetik yang kuat dan diserap dengan baik secara oral dengan daya kerja jangka panjang, digunakan secara oral dibawah supervisi dokter dan digunakan untuk terapi pengguna heroin (Ismi, 2014). Saat ini WHO memberikan upaya pencegahan dengan program Harm Reduction atau pengurangan dampak buruk, program ini adalah program yang memberikan layanan rumatan atau pemeliharaan yang diberikan kepada penasun, yaitu dengan menyediakan dan memberikan metadon (sebagai obat legal) yang dikonsumsi secara oral (dengan cara diminum), sebagai pengganti narkoba (obat illegal) yang biasanya dikonsumsi dengan cara menyuntikkan ke tubuh. Program ini merupakan program pemeliharaan jangka panjang yang dapat diberikan hingga 2 tahun atau lebih (Adriana, 2014). Menurut penelitian (Andita, 2012) Terapi substitusi metadon atau PTRM ini memiliki banyak komponen yang bertujuan mengubah perilaku pengguna berisiko menjadi kurang atau tidak berisiko. Beberapa komponen di dalam PTRM ini adalah sebagai berikut: 1. Pemberian metadon. 2. Konseling, meliputi: konseling adiksi, metadon, keluarga, kepatuhan minum obat, kelompok dan VCT. Akses ke pelayanan konseling harus di pusat 8

9 pelayanan kesehatan atau penyelenggara PTRM. Pasien dapat mengikuti konseling tersebut jika dianggap perlu oleh petugas kesehatan. 3. Program pencegahan kekambuhan (relapse prevention program). 2.1.2 Tujuan Terapi Metadon Menurut buku pedoman metadon, penggunaan metadon bertujuan untuk mengurangi penggunaan narkoba yang disuntikkan, sehingga jumlah penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang, selain itu metadon juga dapat meningkatkan fungsi psikologis dan sosial, mengurangi risiko kematian dini, mengurangi tindak kriminal karena tingkat kecanduan yang dapat menyebabkan seorang pengguna menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapatkan, misalnya dengan mencuri atau merampok dapat ditekan, selain itu metadon juga bertujuan untuk mengurangi dampak buruk akibat penyalahgunaan narkoba itu sendiri (Preston, 2006). 2.1.3 Manfaat Terapi Metadon Berbagai macam manfaat dari metadon diantaranya metadon dapat mengembalikan kehidupan pengguna sehingga mendekati kehidupan normal, pasien yang menggunakan metadon dapat selalu terjangkau oleh petugas karena pemakaian metadon yang digunakan secara oral atau diminum langsung di depan petugas, pasien akan mengurangi penggunaan heroin, pasien juga berhenti menggunakan jarum suntik sehingga penyebaran HIV/AIDS, Hepatitis dapat berkurang, kesehatan fisik dan status gizi meningkat karena pola hidup yang teratur, metadon dapat membuat hubungan anatara pasien dan keluarga menjadi lebih baik dan stabil, masa kerja dari metadon lebih panjang dibandingkan dengan heroin dan putaw, dari segi harga metadon lebih murah atau tidak mahal dibandingkan dengan heroin dan putaw, metadon bersifat legal sehingga pasien tidak perlu takut tertangkap polisi, dan

10 metadon juga dapat diikuti dan disertai konseling dan perawatan medis (Preston, 2006). 2.1.4 Efek Pemberian Metadon pada PTRM Efek metadon terhadap setiap orang berbeda-beda, namun ada efek lain yaitu efek yang akan menyebabkan perubahan suasana hati yang tidak begitu kuat, tetapi masa kerjanya lebih panjang dibandingkan dengan heroin, metadon juga dapat menyebabkan cepat mengantuk, mual dan muntah serta metadon dapat mengurangi segala bentuk sakit fisik. Metadon juga menyebabkan pelepasan histamine (suatu zat kimia) yang biasanya dikeluarkan pada saat terjadinya alergi, yang akan menimbulkan produksi keringat meningkat, kulit merah-merah, tubuh terasa gatal dan penyempitan udara pernafasan. Efek lain dari metadon juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan frekuensi atau tidak adanya menstruasi, buang air besar menjadi jarang, penurunan rangsangan seksual, penurunan tenaga disertai dengan berkeinginan untuk memakan-makanan yang manis-manis (Preston, 2006). 2.1.5 Kelemahan Metadon pada PTRM Kelemahan dari metadon karena sifatnya yang sama dengan heroin, maka penyalahgunaan dapat terjadi. Metadon harus diminum di depan petugas setiap harinya, oleh karena klien dapat kemungkinan lari dari terapi. Tidak bisa begitu saja bepergian atau berlibur (Preston, 2006). 2.2 Rehabilitasi 2.2.1 Definisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu (semula). Selain itu arti lain yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbaikan anggota

11 tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misalnya pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat. Menurut penelitian Risdiyanto (2014) pada abad pertengahan di masyarakat feudal istilah rehabilitasi diartikan sebagai restoration yang mengandung pengertian perbaikan atau pemulihan hak, pangkat, kehormatan yang hilang atau dihapuskan. Beberapa waktu kemudian istilah rehabilitasi dimaknakan semakin luas yang mencakup perbaikan atau pemulihan nama baik (reputasi) seseorang dengan cara membersihkan dari tuntutan-tuntutan yang tidak adil atau tidak mendasar, dan menetapkan kembali nama baiknya. Secara umum rehabilitasi merupakan proses pemulihan dan pengembalian kemampuan fisik maupun non fisik terhadap perilaku sehari-hari sebelum terdapat unsur negatif yang berdampak pada tubuh ataupun kondisi psikologisnya. Selain itu keteraturan fungsi tubuh tersebut dapat mengembalikan kemampuan sosial tiap individu di masyarakat dan mengembangkan daya kretaivitasnya agar tidak kembali menggunakan narkoba (Amaliyah, 2015). 2.2.2 Manfaat Rehabilitasi Rehabilitasi memiliki banyak manfaat positif sehingga tiap individu dapat berjalan lebih baik. Secara rinci (Qoleman, 1988 dalam Amaliyah, 2015) mengemukakan manfaat rehabilitasi adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan insight individu terhadap problem yang dihadapi, kesulitannya dan tingkah lakunya. 2. Membentuk sosok self identity yang lebih baik pada individu. 3. Memecahkan konflik yang menghambat dan mengganggu.

12 4. Merubah dan memperbaiki pola kebiasaan dan pola reaksi tingkah laku yang tidak diinginkan. 5. Meningkatkan kemampuan melakukan relasi interpersonal maupun kemampuan-kemampuan lainnya. 6. Modifikasi asumsi-asumsi individu yang tidak tepat tentang dirinya sendiri dan dunia lingkungannya. 7. Membuka jalan bagi eksistensi individu yang lebih baik berarti dan bermakna atau berguna. Maka secara garis besar manfaat dari rehabilitasi adalah membentuk kepribadian yang lebih baik setelah penyembuhan serta meningkatkan kemampuan fisik, mental, serta sosial pasien. Peningkatan kemampuan-kemampuan tersebut mempermudah kehidupan pasien setelah sembuh dari ketergantungannya pada narkoba. 2.2.3 Model Pelayanan Rehabilitasi Narkoba Model-model dari pelayanan rehabilitasi narkoba adalah sebagai berikut: a. Metadon Metadon merupakan zat opioid sintetik berbentuk cair yang diberikan lewat mulut. Metadon merupakan obat yang paling sering digunakan untuk terapi substitusi bagi ketergantungan opioid. Bentuk terapi ini telah diteliti secara luas sebagai terapi modalitas. Terapi substitusi metadon dari penelitian dan monitoring pelayanan, secara kuat terbukti efektif menurunkan penggunaan narkoba jalur gelap, mortalitas, risiko penyebaran HIV/AIDS, memperbaiki kesehatan mental dan fisik, memperbaiki fungsi sosial serta menurunkan kriminalitas. Pada klien dengan pengguna heroin yang memakai rehabilitasi dengan metadon, maka dosis

13 metadon dosis tinggi dinilai lebih efektif daripada dosisnya rendah atau menengah. Dosis metadon yang tinggi akan diturunkan secara bertahap. Tidak semua pengguna dengan ketergantungan opioid dapat diberi terapi substitusi metadon. Bagi mereka yang tidak dapat menggunakan metode ini, tersedia banyak pendekatan lainnya dan menggugah mereka tetap berada dalam terapi. (Catherine, 2011). b. Burprenorfin Buprenorfin adalah obat yang diberikan oleh dokter melalui resep dokter. Aktifitas agonis opioid buprenorfin lebih rendah dari metadon. Buprenorfin tidak diabsorbsi dengan baik jika ditelan, karena itu cara penggunaannya adalah sublingual yakni diletakkan di bawah lidah (Catherine, 2011). 2.3 Perilaku Perilaku didefinisikan sebagai suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku adalah tindakan secara spontan maupun secara sadar oleh individu dalam bertingkah laku (Maryati dkk., 2012). Beberapa teori perilaku yang telah berkembang menurut Notoatmodjo (2010) yaitu teori Snehandu Kar Model.

14 2.3.1 Snehandu Kar Model B = f (BI, SS, AI, PA, AS): Behavior Intention Social Support Accessibility of Information BEHAVIOR Personal Autonomy Action Situation Gambar 2.1 Teori Snehandu Kar Model Menurut teori ini terdapat lima determinan perilaku, yaitu: 1. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya (Notoadmojo, 2010) Niat adalah usaha yang disadari untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah didefinisikan secara jelas, serta niat merupakan prediktor terbaik untuk melihat dinamika perilaku (Wiratri, 2012). Niat dapat diukur dengan menggunakan norma subyektif dan sikap yang mempengaruhi niat seseorang di dalam bertindak. Sedangkan norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan dan motivasi yang didalamnya apakah menginginkan orang lain untuk terlibat. Oleh karena itu, keyakinan, evaluasi, dan motivasi akan mempengaruhi niat dengan sendirinya (Warmanto&Handhika, 2007). Berdasarkan penelitian Wulandari dkk (2009) yang meneliti tentang

15 kecerdasan adversitas dan intensi sembuh pada pengguna narkoba di panti rehabilitasi, menyatakan bahwa niat untuk sembuh dari penggunaan narkoba dapat tercermin dari beberapa aspek, yaitu perilaku, keyakinan normatif dan motivasi. Dari semua aspek inilah yang berperan besar dalam proses penyembuhan bagi pengguna narkoba. 2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support) Dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula, untuk berperilaku kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya. Hasil penelitian yang mengkaitkan dengan dukungan dari masyarakat sekitar adalah penelitian Andita (2012) tentang dukungan sosial terhadap pasien program terapi rumatan metadon (PTRM). Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikumpulkan, maka dapat dikatakan bahwa pihak keluarga memberikan dukungan sosial berupa dukungan emosional, dukungan finansial dan dukungan informasi. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadinya peningkatan kualitas hidup dari para pasien setelah mengikuti PTRM ini. 3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information) Keterjangkauan informasi yakni tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. Penelitian Sanyoto (2008) mengenai penanggulangan peredaran narkoba di lembaga pemasyarakatan klas IIA narkotika Jakarta mengungkapkan bahwa dari hasil

16 penelitian dapat diketahui bahwa faktor yang mendorong terjadinya peredaran narkoba di lembaga pemasyarakatan klas IIA narkotika Jakarta adalah jumlah penghuni yang padat, penggunaan handphone secara bebas serta sistem pengamanan manual dan moral petugas yang masih mudah untuk disuap. Berkaitan dengan keterjangkauan informasi maka penggunaan handphone secara bebas akan meningkatkan risiko warga binaan untuk mendapatkan informasi dan transaksi terkait narkoba. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pada dasarnya penanggulangan peredaran narkoba di lembaga pemasyarakatan klas IIA narkotika Jakarta dapat dilaksanakan dengan baik bilamana Kepala lembaga pemasyarakatan klas IIA narkotika Jakarta mengoptimalkan kinerja dan disiplin petugas untuk membatasi akses informasi yang bersifat negatif yang dapat meningkatkan risiko penggunaan narkoba di dalam lapas. 4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) Kebebasan pribadi (personal autonomy) merupakan otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan. Berkaitan dengan faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan PTRM, maka pengambilan keputusan untuk mengikuti PTRM dilakukan individu tanpa adanya intervensi atau larangan yang kuat dari orang-orang sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian dari Nugroho, dkk (2010) mengenai motivasi berhenti menggunakan narkoba pada anak jalanan pengguna narkoba, dalam penelitian ini beberapa anak jalanan mengalami tekanan hidup dan tindak kekerasan di jalan, sebagai bentuk pelarian dari permasalahan hidup yang mereka alami adalah dengan

17 menggunakan narkoba. Akan tetapi penggunaan narkoba pada mereka bisa terhenti dikarenakan adanya faktor lingkungan, orang tua dan teman-teman yang tidak henti-hentinya memberi tau mengenai bahaya narkoba dikedepannya bila terus digunakan. Maka dari itu beberapa anak jalanan ini termotivasi untuk berhenti menggunakan narkoba. 5. Adanya kondisi atau situasi yang memungkinkan (action situation) Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang mengkaitkan dengan ketersediaan fasilitas dengan keikutsertaan WBP masih sangat jarang, namun hasil penelitian yang dapat dijadikan rujukan yaitu penelitian Triadi (2008) tentang penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik di kalangan tahanan dan narapidana rutan klas I Jakarta Pusat, dapat disimpulkan bahwa penanggulangan narkoba suntik yang dilakukan instansi Rutan Klas I Jakarta Pusat belum optimal. Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan dan jumlah petugas di lapas terbatas, selain itu kurangnya sarana dan prasarana kesehatan maupun sarana dan prasarana penanggulangan narkoba.