UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI AMPAS HASIL PENGOLAHAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.) ABSTRAK

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI FRAKSI BUAH SIRIH HUTAN (Piper cubeba) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

KANDUNGAN TOTAL FENOLIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI FRAKSI PELARUT SAGU BARUK (Arenga microcharpa)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

Anang Budi Utomo, Agus Suprijono, Ardan Risdianto. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN WAKTU MASERASI TERHADAP PEROLEHAN FENOLIK, FLAVONOID, DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK RAMBUT JAGUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

PENGARUH EKSTRAK KASAR ENZIM PEROKSIDASE DARI KUBIS (Brassica oleraceae L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

ANALISIS FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI GETAH KULIT BUAH PISANG GOROHO (Musa acuminate (L.))

Perbandingan Aktivitas Antioksidan Dari Tongkol Jagung (Zea mays L.) Segar dan Kering Dengan Metode Refluks

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH KAKAO MASAK DAN KULIT BUAH KAKO MUDA

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

PENENTUAN KADAR TOTAL FENOLIK, FLAVONOID, DAN KAROTENOID EKSTRAK METANOL KLIKA ANAK DARA. (Croton oblongus Burm.f.).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009

Pengaruh Perebusan Terhadap Kadar Senyawa Fenolat Total dan Daya Antioksidan Dari Daun Kol (Brassica oleracea L. Var. capitata L,)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI SANTAN KELAPA DI SULAWESI UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK FENOLIK CORTEX UMBI UBI KAYU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 (1) dapat diakses melalui

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK DAN SUN PROTECTION FACTOR (SPF) DARI EKSTRAK ETANOL DARI BEBERAPA TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

Sri Febriani Hatam, Edi Suryanto, Jemmy Abidjulu Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado ABSTRACT

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

PENENTUAN KANDUNGAN TOTAL FENOLIK, FLAVONOID, DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI KUSO MAFOLA (Drynaria quercifolia L.)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL TAUGE (Phaseolus radiatus L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

UJI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN TIGA (Allophylus cobbe L.)

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. BB buah takokak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA BUAH TALOK (Muntingia calabura L.) DENGAN METODE DPPH DAN RANCIMAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

PENENTUAN TOTAL FENOLIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT DARI TEPUNG PELEPAH AREN (Arenga pinnata)

PENGARUH SARI BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB II METODE PENELITIAN

PENGARUH METODE EKSTRAKSI TERHADAP AKTIVITAS PENANGKAL RADIKAL BEBAS EKSTRAK METANOL KULIT BIJI PINANG YAKI (Areca vestiaria Giseke)

PERBANDINGAN KADAR FENOLIK TOTAL EKSTRAK METANOL KELOPAK MERAH DAN UNGU BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa, Linn) SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fenolik dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

The Experiment Antioxidant Activity Of Aleurites moluccana (L.) Willd Leaves Ethanolic Extract By DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl) Method.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

EKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIV DARI DAUN MORINGA OLEIFERA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50

39 Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

BAB III. Metode Penelitian. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC50 serta nilai SPF

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH RAMBUSA (Passiflora foetida)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN REFLUKS TERHADAP KADAR FENOLIK DARI EKSTRAK TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji determinasi di laboratorium Sistematika tumbuhan Fakultas

AKTIVITAS PENANGKAP RADIKAL BEBAS EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA DENGAN METODE DPPH (1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL)

Antioksidan dalam Bakso Rumput Laut Merah Eucheuma cottonii

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI DAUN CENGKEH (Eugenia Carryophyllus) DENGAN METODE DPPH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

THE EXPERIMENT ANTIOXIDANT ACTIVITY OF RUMPUT TEKI LEAVES (Cyperus rotundus L.) ETHANOLIC EXTRACT WITH DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl) METHOD

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ETIL ASETAT DAN EKSTRAK METANOL

PERBEDAAN JENIS PELARUT TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DENGAN METODE DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)

THE EXPERIMENT ANTIOXIDANT ACTIVITY OF RUMPUT TEKI LEAVES (Cyperus rotundus L.) ETHANOLIC EXTRACT WITH DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl) METHOD

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA PADA EKSTRAK KULIT BUAH PISANG GOROHO (Musa acuminate L.)

Aktivitas Antioksidan Fraksi Dietileter Buah Mangga Arumanis (Mangifera indica L.) dengan Metode DPPH

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

Transkripsi:

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI AMPAS HASIL PENGOLAHAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb) Selvian Talapessy, Edi Suryanto, Adithya Yudistira Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT, MANADO, 95115 ABSTRACT The study aimed to determine the phenolic content and antioxidant activity of sago waste processing results. Results of processing sago pulp esxtraction was conducted using 1 x 24 hour maceration using solvents ethanol with a concentration of 20, 40, 60 and 80%. Phenolic content was determined by Folin Ciocalteu method and determination of antioxidant activity using the DPPH free radical scavengers. The results showed that the extract with the solvent concentration of 40% has a higher total phenolic 83,26 µg/ml followed by solvent extract concentration of 20, 60 and 80% respectively 70,01; 60,58; 22,04 µg/ml. extract with 60% solvent concentration has free radical scavengers activity the highest of 82,75% followed by concentration of solvent extracts 80, 20 and 60% are respectively 80,45; 76,62; 62,83%. These results suggest that the processing of sago pulp extract contains phenolic antioxidants and can be potentially as. Keywords : pulp extract sago precessing results, phenolic compend, antioxidants. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan fenolik dan aktivitas antioksidan dari ampas hasil pengolahan sagu. Ekstraksi ampas hasil pengolahan sagu dilakukan dengan metode maserasi 1 x 24 jam menggunakan pelarut etanol dengan konsentrasi 20, 40, 60 dan 80%. Kandungan fenolik ditentukan dengan metode Folin Ciocalteu dan penentuan aktivitas antioksidan menggunakan penangkal radikal bebas DPPH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dengan pelarut konsentrasi 40% memiliki total fenolik yang lebih tinggi yaitu 83,26 µg/ml diikuti ekstrak dengan pelarut konsentrasi 20, 60, dan 80% berturut-turut adalah 70,01; 64,58; 22,04 µg/ml. Ekstrak dengan pelarut konsentrasi 60% memiliki aktivitas penangkal radikal bebas yang paling tinggi yaitu 82,75% diikuti ekstrak dengan konsentrasi pelarut 80, 20 dan 60% berturut-turut adalah 80,45; 76,62; 62,83%. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak ampas hasil pengolahan sagu memiliki kandungan fenolik dan dapat berpotensi sebagai antioksidan. Kata kunci : ekstrak ampas hasil pengolahan sagu, senyawa fenolik, antioksidan 40

PENDAHULUAN Sagu adalah pohon yang menghasilkan bahan pangan pokok yang disantap oleh berbagai suku bangsa yang mendiami kepulauan Maluku dan Papua serta merupakan bahan pangan tradisional suku-suku bangsa yang mendiami daerah lain di Indonesia. Ampas sagu merupakan limbah yang dihasilkan dari pengolahan sagu, kaya akan karbohidrat dan bahan organik lainnya. Pemanfaatnnya terbatas dan biasanya dibuang begitu saja ketempat penampungan atau sungai yang ada di daerah sekitar penghasil tanpa disadari ampas sagu atau biasa yang disebut masyrakat Maluku ela sagu mempunyai manfaat lain. Limbah padat sagu juga dapat dijadikan kerajinan dan disebut kerajinan dari limbah sagu karena proses pengambilannya adalah memanfaatkan bagian yang terbuang pada proses penebangan pohon sagu (Risakotta, 2012). Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk melindungi komponen biologi seperti lipida, protein, vitamin dan DNA melalui perlambatan kerusakan, ketengikan atau perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi. Antioksidan mampu bertindak sebagai penyumbang radikal hidrogen atau dapat bertindak sebagai aseptor radikal bebas sehingga dapat menunda tahap inisiasi (Suryanto 2012). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antioksidan dan tabir surya dari ampas hasil pengolahan sagu. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Mei 2013 di Laboratorium Advance, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi Manado. Sampel yang digunakan pada penelitian adalah ampas hasil pengolahan sagu yang berasal dari Maluku. Jenis sagu yang digunakan adalah sagu molat. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol 80%, etanol 60%, etanol 40%, etanol 20%, reagen Folin-Ciocalteu 50%, 1,1-difenil-2- pikrilhidrazil (DPPH) 93µM, larutan natrium karbonat 2%. Alat yang digunakan alat-alat gelas pyrex, mikropipet, spatula, vortex, saringan, Spektrofotometer Milton Roy, timbangan analitik, blender. Ekstraksi Ekstraksi ampas hasil pengolahan sagu menggunakan pelarut etanol dengan konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80%. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Sebanyak 2 g ampas sagu dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah diberikan lebel lalu ditambahkan pelarut 20 ml hingga sampel terendam semuanya. Dilakukan ekstraksi selama 24 jam kemudian disaring. Filtrat diuapkan untuk menghilangkan pelarutnya dengan cara dikering anginkan sehingga diperoleh ekstrak ampas hasil pengolahan sagu. Penentuan Kandungan Total Fenolik Kandungan total fenolik ekstrak ampas hasil pengolahan sagu ditentukan menggunakan metode Folin Ciocalteu (Conde dkk. 1997). Sebanyak 0,1 ml larutan ekstrak dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah diberi lebel 20%, 40%, 60%, 80%, lalu ditambahkan 0,1 ml reagen folin Ciocalteu 50%. Campuran tersebut divortex, lalu ditambahkan 2 ml larutan natrium karbonat 2 ml. Selanjutnya campuran diinkubasi dalam ruang gelap selama 30 menit. Absorbansinya dibaca pada λ 750 nm. Penentuan penangkal Radikal Bebas DPPH Penentuan aktivitas penangkal radikal bebas DPPH menurut Burda dan Olezek (2001). Sebanyak 0,1 ml masingmasing larutan ekstrak ditambahkan dengan 1,5 ml larutan 1,1-difenil-2- pikrilhidrazil (DPPH) 93 µm dalam etanol dan divortekx selama 2 menit. Berubahnya warna larutan dari kuning ke biru menunjukkan efisiensi penangkal radikal bebas. Selanjutnya pada 5 menit terakhir menjelang 30 menit inkubasi, absorbansi diukur pada λ517 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Aktifitas penangkapan radikal bebas 41

dihitung sebagai persentase berkurangnya warna DPPH dengan menggunakan persamaan : Aktifitas penangkal radikal bebas (%) = 1 x 100% HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Ampas dari Pengolahan Sagu Penelitian ini menggunakan metode maserasi untuk mengektraksi ampas dari hasil pengolahan sagu. Sampel yang digunakan adalah ampas dari hasil pengolahan sagu yang sudah dikeringkan. Ampas dari hasil pengolahan sagu diambil kemudian di kering anginkan selama 1 x 24 jam hari pada suhu kamar, kemudian dihaluskan dengan alat penggiling. Ampas dari hasil pengolahan sagu ditimbang sebanyak 2 g lalu diekstraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 20, 40, 60 dan 80%. Setelah diekstraksi selama 1 x 24 jam, sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan ekstrak dari pelarutnya. Ekstrak yang telah terpisah dari pelarut dikeringkan di dalam oven pada suhu 40 C sampai kering. Setelah kering ekstrak dikeruk dan ditempatkan pada wadah dan diencerkan lagi dengan menggunakan etanol 50%. Rendemen yang diperoleh dari hasil ekstraksi 2 gram ampas hasil pengolahan sagu dengan pelarut etanol konsentrasi 20, 40, 60 dan 80% sebanyak 20mL dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 1. Rendemen ekstrak ampas pengolahan sagu Ekstrak Etanol Rendeman Warna (%) (%) E 20 E 40 E 60 E 80 2,48 2,46 2,20 1,76 Muda Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa rendeman terbanyak dihasilkan oleh ekstrak dengan pelarut etanol konsentrasi 20% (2,48%) diikuti dengan ekstrak pelarut etanol 40% (2,46%), ekstrak etanol 60% (2,20%) dan esktrak etanol 80% (1,76%). Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ekstrak dengan pelarut etanol dengan konsentrasi 20% memiliki rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan etanol dengan konsentrasi 40, 60 dan 80%. Suryanto (2012) menyatakan bahwa tingkat kelarutan senyawa fenolik dipengaruhi juga dengan tipe pelarut (polaritas) yang digunakan interaksi senyawa fenolik dengan komponen lain tanaman sehingga membentuk senyawa komplek yang tak larut. Pelarut yang sering digunakan untuk ekstraksi senyawa fenolik adalah metanol, etanol, aseton, air, etil asetat, propanol, dan kombinasi campuran pelarut. Penentuan Kandungan Total Fenolik Hasil ekstraksi ampas dari pengolahan sagu dengan menggunakan ekstraksi maserasi dengan konsentrasi 20, 40, 60 dan 80%, kemudian diuji kandungan total fenolik,. Hasil analisis kandungan total fenolik yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan total fenolik dari esktrak ampas sagu Jenis Ekstrak E 20% E 40% E 60% E 80% Kandungan Total Fenolik (µg/ml) 70,01 83,26 64,58 22, 04 Analisis kandungan total fenolik dilakukan untuk megetahui seberapa besar kandungan senyawa fenolik yang terdapat dalam ekstrak ampas hasil pengolahan sagu. Penentuan total fenolik dinyatakan sebagai asam galat µg/ml ekstrak. Total kandungan fenolik dari ekstrak ampas pengolahan sagu dengan metode maserasi 20, 40, 60 dan 80% dapat dilihat pada tabel 2. Pada tabel dapat diketahui bahwa ekstrak ampas dari pengolahan sagu dengan pelarut dengan konsentrasi 40% (83,26 µg/ml), diikuti dengan pelarut etanol 20% yang tidak berbeda jauh (70,01 µg/ml), etanol 60 % (64,58 µg/ml) dan etanol 80% (22,04 µg/ml). Hal ini dapat terjadi karena senyawa 42

golongan fenol banyak terdapat pada pelarut etanol yang berkonsentrasi kecil karena senyawa golongan fenol bersifat polar. Kandungan total fenolik dalam sampel ditentukan dengan menggunakan metode Folin Ciocalteu berdasarkan kemampuan senyawa fenolik dalam ampas pengolahan sagu, bereaksi dengan asam fosfomolibdat-fosfotungstat dalam reagen Folin-ciocalteu yang berwarna kuning dan akan berubah menjadi warna biru. Semakin tua intensitas warnanya menandakan semakin tingginya kandungan total fenol didalam ekstrak (Sahidi dan Naczk, 1995). Menurut Singleton dan Rosi (1965) warna biru yang teramati berbanding lurus dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang terbentuk sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat. Fenolat hanya terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi Folin- stabil pada Ciocalteu dan produknya tidak kondisi basa. Nely (2007) mengatakan, penambahan Na 2 CO 3 pada uji fenolik bertujuan untuk membentuk suasana basa agar terjadi reaksi reduksi Folin-Ciocalteu oleh gugus hidroksil dari fenolik didalam sampel. Metode ini mempunyai kelebihan diantaranya penampakan warna lebih baik (Rita 2006). Dalam hal ini ekstrak ampas dari pengolahan sagu dengan pelarut etanol 40% memiliki kandungan total fenolik tertinggi, diikuti dengan ekstrak etanol 20, 60 dan etanol 80% yang terkecil kandungannya. Aktivitas Penangkal Radikal Bebas (%) Senyawa radikal bebas biasanya digunakan untuk mengetahui aktivitas penangkal radikal bebas. Radikal bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPPH. Masing-masing ekstrak ampas dari hasil pengolahan sagu dihitung nilai persen aktivitas penangkal radikal bebas. Hasil pengujiann aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Grafik aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dari ekstrak ampas hasil pengolahan sagu. Dilakukan pengukuran aktivitas antioksidan metode DPPH adalah salah satu uji kuantitatif untuk mengetahui seberapa besar aktivitas kombinasi ekstrak pelarut ampas hasil pengolahan sagu. Metode pengujian menggunakan DPPH merupakan metode konvensional dan telah lama digunakan untuk penetapan aktivitas antioksidan. Untuk mengetahui tingkat peredaman warna sebagai akibat adanya senyawa antioksidan yang mampu mengurangi intensitas warna ungu dari DPPH, maka pengukuran reaksi warna dilakukan pada konsentrasi ekstrak yang berbeda beda. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak akan semakin besar pula peredamannya yang ditandai dengan terbentuknya warna kuning. Dikarenakan pada konsentrasi tinggi senyawa yang terkandung akan semakin banyak dan menyebabkan semakin besar pula aktivitas antioksidannya. Uji aktivitas antioksidan DPPH berdasarkan reaksi penangkapan radikal DPPH oleh senyawa antioksidan melalui mekanisme donasi atom hidrogen sehingga akan dihasilkan DPPH (bentuk non radikal) dan menyebabkan terjadinya penurunan intensitas warna ungu dari DPPH (Windono dkk, 2004). Pada saat penambahan larutan DPPH pada sampel ampas hasil pengolahan sagu, makaa terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning. Intensitas berkurangnya warna diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm. Penurunan absorbansi ekstrak menunjukkan peningkatan potensi ekstrak sebagai antioksidan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada gambar 3,maka dapat diketahui bahwa ekstrak dengan pelarut etanol 60% memiliki kemampuan 43

penangkal radikal bebas yang paling tinggi yaitu 82,75%, selanjutnya diikuti oleh ekstrak etanol 80% (80,45%), 20% (76,62%) dan yang terendah ekstrak etanol 40% (62,83%). Hal ini menunjukan bahwa senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak ampas hasil pengolahan sagu memiliki kemampuan dalam menangkal radikal bebas pada konsentrasi dengan pelarut etanol 60%. Senyawa yang bereaksi sebagai penagkap radikal bebas akan mereduksi DPPH membentuk DPPH-H yang tereduksi. Reaksi ini diamati dengan adanya perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning ketika elektron ganjil dari radikal DPPH telah berpasangan dengan hodrogen dari senyawa penangkap radikal bebas ( Molyneux, 2004). KESIMPULAN Ekstrak ampas hasil pengolahan sagu memiliki kandungan fitokimia fenolik. Hasil yang diperoleh dari penentuan total fenolik menunjukkan esktrak dengan pelarut etanol konsentrasi 40% yang paling tertinggi diikuti dengan pelarut etanol konsentrasi 20, 60 dan 80%. Hasil pengujian aktivitas penangkal radikal bebas DPPH menunjukkan bahwa ekstrak dengan pelarut etanol konsentrasi 60% memiliki kemampuan sebagai penangkal radikal bebas yang paling tinggi dibandingkan dengan pelarut 20,40 dan 80%. DAFTAR PUSTAKA Burda, S. dan Olezek,W., 2001. Antioxidant and Antiradical Activities of Flavonoids. J. Agric. Food Chem. 49 : 2774-2779. Conde, E.E., 1997. Cadahia,M.C., Vallejo, G., Simon, B.E.D dan Adrados, J.R.G., Low Molecular Weight polyphenol in Cork of Querceus Suber. J. Agric. Food Chem. 45 : 2695-2700. Molyneux, P. 2004. The use of the Stable Free Radical Dipehenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity.Songklanakarin Journal of Science and Technology. 26 : 211-219. Nely, F. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik dengan Metode Polifenol dan Uji AOM (Active Oxygen Method).Institud Pertanian Bogor. Bogor. Rita, Y. 2006. Kandungan Tanin dan Potensi Anti Streptococcus Mutans Daun The Varietas Assamica pada Berbagai Tahap Pengolahan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2006 Shahidi, F. and M. Naczk. 1995. Food Phenolic : Sources, Chemistry, Effect, Applications. Lancaster, Technomic Publishing, co.inc. Suryanto.E., 2012. Fitokimia Antioksida. Putra Media Nusantara. Surabaya. Windono,T., dkk. 2004. Studi Hubungan Struktur-Aktivitas Kapasitas Peredaman Radikal Bebas Senyawa Flavonoid terhadap 1,1-Difenil-2- Pikrilhidrazil (DPPH ). Artocarpus 4: 42-52 44