2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar merupakan jenjang terbawah dari sistem pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran dengan mata pelajaran lain dalam satu tema. Alasannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengalaman langsung dan nyata. Model ini memberi contoh bagi guru di kelas awal SD untuk menyusun

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 (BNSP, 2006: 5-7), KTSP

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 19 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas

Naskah Publikasi Ilmiah. Oleh : KHOIROTUN NISA A

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006). Pada kurikulum KTSP

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. (Peraturan Mendiknas No.23 Tahun 2006). Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang terpadu dan

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata (2010:3) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dari para penulis, maupun para penyusun kurikulum khususnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pengertian dan tujuan. pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. Tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat di Indonesia saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. hasil penelitian adalah pembelajaran kemandirian di TK Sahabat Pelangi adalah

KURIKULUM 2013 PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting saat ini untuk setiap. insan manusia. Dalam perkembangannya, banyak berbagai

BAB I PENDAHULUAN. semuannya dirumuskan oleh Pemerintah. perencana tentang keberadaan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN atau yang biasa disebut kurikulum KTSP. Penyelenggaraan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan secara berturut-turut sesuai dengan perubahan Kurikulum yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam kegiatan studi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

KENDALA IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kelompok Materi: Pokok

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. Program Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB).

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional.

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Sragen yang telah berhasil mewujudkan sekolah adiwiyata dengan

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB I PENDAHULUAN. keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PEMAHAMAN GURU TENTANG KONSEP PERENCANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS RENDAH DI SD 2 PADOKAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran memiliki peranan penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. siswa memahami materi yang diajarkannya, sangat sesuai dengan kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Generasi yang tangguh ditandai dengan terampil. kelompok (Warsono dan Hariyanto, 2012: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh bangsa kita adalah

Gambar 1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan sarat perkembangannya, sehingga perubahan atau

I. PENDAHULUAN. Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nita Solina, 2015

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

MENJAWAB DINAMIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR. Faisal PGSD FIP UNIMED Surel :

I. PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh. kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATERI PELATIHAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan. dipertanggungjawabkan (Rusman, 2012:251).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan di Indonesia saat ini tengah digencarkan dengan adanya perubahan kurikulum. Dalam draft sosialisasi Kurikulum 2013 dijelaskan rasionalisasi perubahan kurikulum tersebut didasarkan pada permasalahan yang terdapat dalam Kurikulum 2006diantaranyadisebutkan bahwa konten kurikulum masih terlalu padat serta belum sepenuhnya berbasis kompetensi yang sesuai tuntutan kebutuhan dan pekembangan jaman, kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan, selain itu standar penilaian pun belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi atau penilaian proses dan hasil. Dari hasil identifikasi kesenjangan yang terdapat dalam draft sosialisasikurikulum 2013 tersebut diperoleh gambaran bahwa terdapat masalah dalam aspek kompetensi lulusan, pengelolaan kurikulum, materi, proses dan penilaian pembelajaran serta kualitas pendidik dan tenaga kependidikan saat ini. Materi pembelajaran diharapkan memuat materi esensial yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013 mengenai Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI menegaskan bahwa Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar didesain dengan menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Sebelum diterapkannya Kurikulum 2013, penetapan pendekatan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar telah disebutkan pula oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) tahun 2006.Berdasarkan kondisi tersebut maka diketahui bahwa pembelajaran tematik bukanlah suatu hal yang baru dalam sejarah kependidikan di Indoneasia. Adapun hal yang menjadi perbedaan dalam penerapan pembelajaran tematik di Kurikulum 2013 adalah implementasi pembelajaran tematik terpadu 1

2 tidak hanya diterpakan di kelas awal Sekolah Dasar (kelas I-III) saja, tapi diterapkan mulai dari kelas I sampai kelas VI. Urgensi penetapan pendekatan tematik dalam program pembelajaran dikarenakan perkembangan peserta didik di Sekolah Dasar memiliki ciri tersendiri. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir Piaget, Majid (2014: 10) menyebutkan kecenderungan belajar anak sekolah dasar memiliki tiga ciri yaituanak melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, selain itu anak belajar secara bertahap mulai dari sederhana ke kompleksdan proses belajar beranjak dari hal-hal konkrit. Pembelajaran tematik dapat memberikan kebermaknaan dari materi yang di pelajari. Hal ini dipertegas oleh Syaifurahman & Ujiati (2013; 93) yang mengatakan Pembelajaran tematik dapat memberikan kebermaknaan dalam belajar yang diperoleh dari pengalaman langsung yang dilakukan siswa. Adapun menurut Semiawan (2013: 74-75) Pembelajaran tematik terpadu melatih anak mengaitkan informasi dengan informasi yang lain sejak kecil sehingga akan dapat menghadapi situasi silang lingkungan, silang pengetahuan ataupun silang perangkat dengan keasyikan yang menyenangkan dan sekaligus menjadikan siswa belajar aktif dan terlibat langsung dalam kehidupan nyata. Dengan kata lain, kebermaknaan hasil pembelajaran berkaitan dengan nilai manfaat dari apa yang telah dipelajari sehingga dapat digunakan sebagai bekal dalam kehidupannya sehari-hari di masa kini maupun di masa yang akan datang. Sebaliknya, pembelajaran yang dilakukan dengan mata pelajaran terpisah atau terkotak-kotak kurang mengembangkan peserta didik untuk berpikir holistik dan membuat hambatan bagi peserta didik dalam mengkaitkan konsep dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Akibatnya peserta didik tidak mengerti manfaat dari materi yang dipelajarinya untuk kehidupan nyata. Ostroff (2013: 35) menyebutkan bahwa pendekatan yang sangat akademis tidak produktif bagi anak-anak kecil. Ditegaskannya bahwa Tekanan itu akan memberikan resiko jangka pendek (seperti stress, kelelahan, hilangnya selera makan, menurunnya efisiensi, penyakitpenyakit psikosomatis) dan resiko jangka panjang (berkurangnya motivasi belajar, minimnya pembelajaran yang diarahkan sendiri, dan lainnya).

3 Banyak negara yang menerapkan sistem pembelajaran berbasis tematik terpadu sampai SD kelas VI seperti Finlandia, England, Jerman, Scotland, Perancis dan negara-negara maju lainnya. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran urgensi penerapan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar yang dimaksudkan dalamkurikulum 2013. Selain itu, banyak sekolah alternatif yang menunjukan hasil menggembirakan karena menerapkan sistem pembelajaran integratif berbasis tema. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran tematik di banyak daerah selama ini dinilai masih belum efektif. Telah banyak penelitian yang mengungkap permasalahan mengenai ketidakefektifan pembelajaran tematik ini. Salah satu hasil menyebutkan bahwa implementasi pembelajaran tematik pada Sekolah Dasar dalam kategori tidak efektif (Amelia, 2012; Sadri, 2012 ). Selain itu, penelitian Sulastri (2012: i) mengenai analisis kesenjangan pelaksanaan standar proses pembelajaran temaik di Sekolah Dasar menunjukan bahwa pelaksanaan standar proses pada pembelajaran tematik kelas permulaan SD di kecamatan Kuta Kabupaten Badung belum mencapai standar yang dipersyaratkan. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran tematik dalam Kurikulum 2013 juga didasarkan pada fakta bahwa terdapat hal-hal yang mempengaruhi kurang efektifnya pembelajaran tematik terpadu selama ini yaitu faktor kompetensi guru yang kurang mampu dalam merencanakan, mengelola dan menilai hasil pembelajaran tematik. Adapun faktor penyebab ketidakefektifan pembelajaran tematik menurut hasil penelitian tentang permasalahan dan hambatan pembelajaran tematik ditemukan fakta bahwa guru Sekolah Dasar tidak maksimal dalam melaksanakan pembelajaran tematik karena kurangnya pemahaman tentang pembelajaran tematik secara utuh, belum disesuaikannya waktu pelaksanaan, minimnya sumber-sumber belajar yang ada, dan sarana prasarana yang belum lengkap. (Arif Nur Wahyuni, 2008:i) PenelitianPudjiastuti(2011:i)menerangkan secara lebih rinci mengenai permasalahan penerapan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar mulai dari

4 tahap perencanaan, pelaksanaan sampai padatahap penilaian pembelajaran. Hal yang menjadi permasalahan dalam persiapan pembelajaran tematik antara lain : (1) Guru mengalami kesulitan dalam menjabarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator terutama dalam hal menentukan kata kerja operasional yang tepat; (2) Guru kesulitan dalam mengembangkan tema dan contoh tema tidak selalu sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa; (3) Guru kesulitan tentang bagaimana cara melakukan pemetaan bagi Kompetensi Dasar yang lintas semester dan Kompetensi Dasar yang tidak sesuai dengan tema; (4) Beberapa contoh silabus pembelajaran tematik yang ada sangat beragam pendekatannya sehingga menimbulkan masalah dan keraguan untuk menggunakan; (5) Guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selanjutnya Pujiastuti menyatakan permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik antara lain : (1) Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajarkan lagu anak-anak sesuai tema; (2) Bahan ajar yang tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema; (3) Bahan ajar tematik masih bersifat nasional sehingga beberapa materi kurang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa; (4) Model team teaching sesuai untuk kondisi sekolah yang menerapkan sistem guru bidang studi. Namun model ini memerlukan koordinasi dan komitmen yang tinggi pada masing-masing guru; (5) Sekolah yang kekurangan jumlah guru menerapkan model pembelajaran kelas rangkap, sehingga kesulitan menerapkan pembelajaran tematik di kelas awal; (6) Untuk guru kelas dapat menggunakan model webbed yakni pembelajaran yang menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran; (7) Lingkungan sekolah di wilayah kabupaten masih standar dan sarana teknologi sangat kurang karena sarana pendukungnya yang tidak memenuhi syarat; (8) Jadwal yang menggunakan mata pelajaran menyulitkan guru dalam memadukan berbagai mata pelajaran secara luwes; (10) Penggunaan jadwal tema lebih luwes dalam penyampaian pembelajaran tematik, namun memerlukan perencanaan yang matang dalam hal bobot penyajian antar mata pelajaran. Sedangkan permasalahan penilaian pembelajaran tematik antara lain : (1) Guru kesulitan dalam melakukan penilaian bagi siswa kelas 1 yang belum lancar membaca dan menulis; (2) Penilaian lisan, unjuk kerja, tingkah laku, produk maupun portofolio sudah dilakukan namun jarang didokumentasikan; (3) Guru masih kesulitan membuat instrumen penilaian unjuk kerja, produk dan tingkah laku, sehingga 57/ cenderung S1/ KTP/ JUNI lebih 2014 suka

5 menggunakan penilaian tertulis; (4) Guru masih kesulitan menentukan Kriteria ketuntansan Minimal; (5) Guru juga menemui kesulitan dalam cara menilai pembelajaran tematik, karena rapor siswa menggunakan mata pelajaran. Hal ini pun di pertegas dalam draft kurikulum 2013 yang menyebutkan permasalahan dalam pembelajaran tematik yaitu tidak ada kompetensi inti yang mengikat semua mata pelajaran dan warna mata pelajaran sangat kental bahkan berjalan sendiri-sediri dan saling mengabaikan. Menimbang urgensi penerapan pembelajaran tematik terpadu tersebut, maka perlu diadakan perbaikanperbaikan dalam implementasi tematik terpadu di Sekolah Dasar. Tematik terpadu dalam kurikulum 2013 hadir dengan menawarkan kemudahan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran tematik terpadu yaitu dengan disediakannya sarana penunjang implementasi pembelajaran tematik berupa buku panduan guru yang disusun sebagai acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik terpadu dikelas. Buku ajar dan buku siswa diberikan secara gratis yang berasal dari anggaran khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Puspitarini, 2014: p1). Buku panduan guru dan buku siswa yang difasilitasi oleh pemerintah tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas pembelajaran tematik terpadu. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik terpadu memerlukan persiapan yang tinggi dari guru dalam segi pemahaman dan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran. Guru disebut sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan karena guru adalah manajer utama dalam kelas yang bertugas untuk menerjemahkan dan mengimplementasikan kurikulum menjadi satuan aksi pembelajaran. Selain faktor guru sebagai pelaksana, juga terdapat sumber daya pendidikan lain yang dapat mempengaruhi ketercapaian tujuan kurikulum 2013 seperti sarana prasarana serta budaya sekolah atau organisasi seperti peran pengawasan dan pembinaan. Pemerintah pun telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas praktisi dalam menerapkan kurikulum 2013 dengan memberikan pelatihan sebagai pembekalan agar dapat membantu mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan baik.

6 Instruktur nasional dilatih menggunakan empat materi utama, yakni konsep kurikulum 2013, analisis materi ajar, model rancangan pembelajaran, dan praktik. Peserta dilatih para narasumber kurikulum. Peserta terdiri dari guru, dosen, penyusun buku, dan widyaswara... Pelatihan digelar di enam kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, Surabaya, dan Malang. Buku-buku pelajaran pun, sudah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia (Malau, 2013, p. 6-10). Kurikulum 2013 diterapkan secara bertahap mulai dari tahun ajaran 2013/2014 terhitung dari bulan Juli 2013. Seperti yang telah diketahui bahwa banyak sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013, Adapun Sekolah Dasar yang telah menerapkan kurikulum 2013 saat ini berjumlah 44.609 Sekolah. Pada jenjang Sekolah Dasar, Kurikulum 2013 tahap pertama diterapkan di kelas I dan kelas IV (Afifah, 2013: p.7). Mengingat adanya upaya pemerintah untuk terus memperbaiki kualitas pembelajaran, maka studi mengenai keberlangsungan penerapan tematik terpadu perlu dilakukan. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran tematik terpadu yang telah diterapkan di beberapa Sekolah Dasar di Kota Bandung untuk membantu optimalisasi implementasi kurikulum 2013 secara menyeluruh pada tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung? Adapun rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung? 3. Bagaimana sistem penilaian pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung? 4. Apa yang menjadi kesulitan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung?

7 5. Bagaimana upaya guru untukmengatasi kesulitan dalam implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah dasar di Kota Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan sejauh mana implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: a. Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung b. Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung c. Mendeskripsikan dan menganalisis penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung d. Mengidentifikasi kesulitan dalam implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung e. Mendeskripsikan upaya guru untuk mengatasi kesulitan dalam implementasi tematik terpadu di Sekolah dasar di kota Bandung D. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian deskriptif tentang implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandungini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut; 1. Manfaat teoritis Analisis terhadap implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung ini memberikan gambaran mengenai penerapan tematik terpadu yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengelola dan

8 mengembangkan pembelajaran tematik terpaduserta sebagai dasar pertimbangan dalam evaluasi implementasi pembelajaran tematik terpadu. 2. Manfaat praktis a. Untuk sekolah yag diteliti, dapat mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran dan kesulitan guru dalam pengimplementasian pembelajaran tematik terpadu yang diterapkan, sehingga dapat dijadikan masukan dalam upaya perbaikan implementasi pembelajaran tematik terpadu. b. Untuk guru, dapat dijadikan bahan refleksi mengenai hal-hal yang harus diperbaiki atau ditingkatkan untuk menjamim kualitas kinerja dalam mengelola pembelajaran. c. Untuk peneliti, penelitian ini menjadi sumbangan pengetahuan dalam melaksanakan studi implementasi kurikulum khususnya mengenai implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah dasar.