pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab Satu Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya memiliki potensi pengembangan pariwistata yang luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB II TINJAUAN TEORITIS

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PENDAHULUAN Latar Belakang

MENYIMAK PERANAN PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

Dalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. III METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan suatu studi kasus

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

Conventional vs Sustainable Tourisms WISATA KONVENSIONAL 1. Satu tujuan: Keuntungan 2. Tak terencana 3. Berorientasi pada wisatawan 4. Kontrol oleh pi

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan penyumbang devisa negara terbesar ke lima

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. DTW Tanah Lot tidak saja ramai dikunjungi wisatawan, tetapi juga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam diunduh tanggal 23

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

SUMBERDAYA ALAM PARIWIASTA

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

Transkripsi:

Bab Enam Kesimpulan Masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau daerah tujuan wisata (DTW), seringkali diabaikan dan kurang diberikan peran dan tanggung jawab dalam mendukung aktivitas tersebut. Peran masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di berbagai daerah akhir-akhir ini ramai diperbincangkan, mengingat peran mereka sangat krusial dalam mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan di daerahnya. Dalam studi ini, pengalaman pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kampung Sawinggrai dengan memanfaatkan pengetahuan lokal dan kearifan lokal (local wisdom) menjadi suatu fenomena yang menarik untuk diketahui. Perkembangan wilayah Sawinggrai sebagai DTW dimulai dengan diberlakukannya otonomi khusus untuk Papua. Sejak saat itu berbagai kesempatan terbuka bagi wilayah-wilayah di Papua untuk mengembangkan potensi masing-masing termasuk Kampung Sawinggrai dengan potensi pariwisatanya. Pengalaman pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di kampung Sawinggrai memberikan gambaran yang nyata atau real bahwa masyarakat lokal bisa dan mampu untuk mengembangkan pariwisata di aras kampung, dengan memanfaatkan kondisi kekayaan alam dan potensi kearagaman budaya yang dimilikinya. Ini menjadi potret bagi para pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah daerah agar lebih fokus untuk melihat dan memberikan kesempatan kepada masyarakat di aras lokal (kampung) untuk berkembang dengan memanfaatkan kearifan lokal (local wisdom) untuk mewujudkannya Kontribusi dari pemanfaatan kearifan lokal (local wisdom) dan pengetahuan lokal (local knowledge) dari beberapa anggota masyarakat, akhirnya bisa membawa perubahan dalam pengelolaan sumberdaya alam di wilayahnya. Pengalaman pengembangan pariwisata berbasis kemasyarakatan dengan memanfaatkan pengetahuan tradisional akhirnya membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap pengembangan pariwisata itu sendiri. Contoh 141

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya. Selama ini fokus-fokus daerah daerah tujuan wisata di Raja Ampat lebih menonjolkan wisata kebaharian dibandingkan dengan beberapa obyek wisata lainnya. Namun apa yang terjadi kampung Sawinggrai, menunjukkan bahwa suatu kampung wisata tidak hanya diidentikan dengan wisata baharinya, melainkan juga kalau di telusuri dan diupayakan pengelolaannya bisa memperoleh atau mendapatkan alternatif obyek wisata lain. Ada hal lain yang menarik untuk ditelusuri dari pengalaman pengembangan pariwisata berbasis komunitas lokal adalah bagaimana masyarakat lokal memanfaatkan kondisi lingkungan untuk dijadikan dan dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan lain di luar, pekerjaan utama mereka. Pemanfaatan kondisi lingkungan alam di sekita kampung oleh masyarakat dalam pengembangan pariwisata dengan menggunakan pendekatan kearifan lokal (local wisdom) menjadi sesuatu yang perlu dihargai dan diberikan apresiasi. Masyarakat lebih mengenal alam dimana mereka tinggal. Pemanfaatan alam bagi kebanyakan masyarakat lokal masih dianggap sebagai sesuatu yang penting dan harus dilestarikan. Itu sebabnya, mengapa dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di aras masyarakat, pemanfaatan sumber daya alam masih sangat dijaga dan dihargai sebagai sumber penghidupan mereka di masa yang akan datang. Pengalaman pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di aras lokal tidak hanya dijumpai dalam hal kelestarian alamnya semata. Ada hal menarik dan unik dibalik kesuksesan dalam pengembangannya. Ketika pengembangan pariwisata belum dikelolah secara serius oleh masyarakat, aktivitas masyarakat di kampung hanya disibukkan dengan kegiatan pertanian dan nelaya. Kehadiran pengembangan pariwisata secara tidak langsung telah sedik membawa perubahan dari sisi pendapatan ekonomi masyarakat di kampung. Proses pengalaman pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai, membuktikan bahwa lewat adanya aktivitas pariwisata ada beberapa anggota masyarakatnya mampu untuk mengembangkan usaha jasa wisata yang bermanfaat bagi anggota masyarakat di kampungnya. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya 142

masyarakat lokal memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya dalam menjalankan segala usahanya dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Apa yang dilakukan oleh masyarakat lokal terhadap pengembangan usaha pariwisata di tingkat kampung sangat sederhana. Berbekal kemauan untuk maju dan berkembang, diiringi dengan kemampuan (bakat) alam berupa pengetahuan lokal - yang dimiliki sebagai putra daerah di kampung, mereka mampu untuk menjalankan usahanya. Secara tidak sadar apa yang dilakoni oleh masyarakat lokal, sebenarnya mereka telah melakukan kegiatan (aktivitas) kewirausahaan. Ini menjadi penting untuk dicermati dan yang harus tetap dikembangkan. Untuk pencapaian tersebut, dibutuhkan kerjasama semua pihak swasta, LSM, pemerintah untuk mendukung dan memberdayakan potensi mereka. Selain itu yang menjadi penting adalah bagaimana masyarakat lokal diberikan peran dan tanggung jawab untuk mengelola potensi daerahnya. Mengapa demikian, karena ketika masyarakat diberikan kesempatan untuk mengelola usahanya sendiri di wilayahnya maka masyarakat tersebut akan memanfaatkan potensi sumberdaya alam dengan baik dan bertanggung jawab serta dikelola berdasarkan semangat hubungan kekerabatan antar anggota masyarakat didalam komunitasnya. Disisi lain, masyarakat yang lebih mengetahui apa dan bagaimana pengelolaan sumber daya alam yang tersedia. Oleh sebab itu, kepada pemerintah daerah dan pihak investor diharapkan lebih memanfaatkan potensi dan keanekaragaman budaya masyarakat lokal dalam mengembangkan sektor pariwisata. Karena tujuan mulia dari pembangunan (pariwisata) sejatinya adalah bagaimana masyarakat di wilayah tersebut dapat memanfaatkan hasil dari tujuan pembangunan tersebut. Dalam konteks pengembangan pariwisata dari sisi pengelolaan usaha jasa wisata oleh masyarakat lokal menjadi menarik, mengingat pengalaman yang dilakukan oleh anggota masyarakat mampu tetap eksis dalam pengelolaannya. Yang menjadi pertanyaan kemudian, apa rahasia yang menyebabkan masyarakat mampu melakukannya? Jawabannya sederhana saja, karena pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan kekeluargaan untuk membangun usaha jasa wisata dengan memanfaatkan potensi alam di sekitarnya, serta mempertahankan adat-istiadat, lewat kegiatan kesenian dan kebudayaan. Ini menunjukkan bahwa kearifan 143

dan pengetahuan lokal masyarakat menjadi salah satu pendekatan yang menarik dalam rangka mengembangkan potensi pariwisata di suatu kawasan. Ketika kearifan lokal (local wisdom) diimplementasikan dalam ranah pengembangan usaha jasa wisata, secara tidak sadar menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembangan pariwisata di aras lokal (kampung). Ketika pemanfaatan kearifan lokal (local wisdom) dimanfaatkan dalam aktivitas pariwisata, maka konsekuensi yang akan timbul antara lain, wisatawan akan banyak berkunjung ke kampung, karena mereka (wisatawan) lebih memilih untuk menikmati suasana yang alamiah (tradisional) dan itu sampai saat ini masih dijumpai di kawasan pedesaan. Akibat dari kunjungan wisatawan ke kampung, maka ada pendapatan yang akan diterima akibat aktivitas pariwisata. Itu berarti dari sisi ekonomi masyarakat penggiat pariwisata dan masyarakat secara umum di kampung wisata akan memperoleh pendapatan. Dalam konteks pengembangan pariwisata berkelanjutan, - dari sisi manfaat ekonomi, menjadi sesuatu yang penting. Kemanfaatan ekonomi dalam pengertian pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah bahwa dalam pemenuhan kebutuhan seharihari atau jangka panjang, diharapkan tidak memanfaatkan sumberdaya alam yang berlebihan. Atau dengan kata lain, pemanfaatan lingkungan alam untuk kepentingan ekonomi, dengan tetap mempertahankan kaidah-kaidah berkelanjutan lingkungan. Sehingga konsep ekonomi hijau (green economic) menjadi relevan untuk diterapkan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Untuk mencapai pada konsep pengembangan pembangunan berkelanjutan, saat ini pengembangan bidang (sektor) pariwisata, masih dianggap relevan dan sangat realistis untuk mencapai tujuan tersebut. Sektor pariwisata bukan hanya berperan sebagai sumber penghasil devisa di luar migas dan pajak semata menyentuh sektor ekonomi semata -, melainkan (saat ini) sektor pariwisata menjadi salah satu bidang yang gencar-gencarnya di galakkan untuk mendukung kegiatan kelestarian baik lingkungan (konservasi) maupun sosial budaya di berbagai belahan dunia. Mengingat pentingnya pengembangan pariwisata berkelanjutan maka diperlukan sebuah perencanaan yang komprehensif dan simultan dari semua stakeholder dalam mendukung pencapaiannya. 144

Peran pemerintah diharapkan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan tidak hanya mengejar angka pertumbuhan ekonomi semata, sehingga membuat berbagai kebijakan-kebijakan yang merugikan masyarakat lokal dengan terlalu banyak mengharapkan investor untuk mengembangkan sektor pariwisata di suatu daerah. Pengalaman pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai telah membuktikannya. Bahwa minimnya campur tangan pemerintah dan peran swasta, masyarakat mampu mengembangkan kampungnya sebagai salah satu daerah tujuan wisata (DTW). Kepada pihak swasta, juga diharapkan tidak hanya berorientasi mengejar keuntungan semata, melainkan juga bagaimana pro aktif dalam ikut serta mengembangkan potensi masyarakat lokal di DTW, serta ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan alam. Kepada pihak LSM, diharapkan terus memberikan pendampingan kepada masyarakat lokal, dan sebagai mitra kerja dan mitra kritis kepada pemerintah daerah dalam mengawal tujuan mulia dari pengembangan pariwisata berkelanjutan. Belajar dari pengalaman masyarakat lokal di Sawinggrai, dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan, dengan memanfaatkan kearifan lokal (local wisdom) dan pengetahuan lokal (local knowledge atau ) yang diperoleh turun temurun dalam menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam di kampung akhirnya membawa kampung ini menjadi salah satu kampung wisata yang terkenal di Raja Ampat. Keunikan dan kesuksesan dalam pengembangan pariwisata di kampung ini, tidak bisa dipisahkan dari peran pemimpin lokalnya. Berbekal pengalaman, niat dan ketulusannya sebagai putra daerah asli kampung Sawinggrai, akhirnya berhasil mengelola kampung yang tadinya hutan di belakang kampung tidak terawat - dan dibiarkan saja -, kemudian dengan pengetahuannya dan kerja keras membawakan hasil dengan ditetapkannya kampung ini sebagai kampung wisata di Raja Ampat. Ini menjadi proses pembelajaran bagi semua pemangku kepentingan, bahwa tanpa ada dukungan pihak pemerintah sekalipun, atau dukungan investor, ada pemimpin lokal bersama kelompok komunitasnya, mampu untuk mengembangkan potensi sumberdaya di kampungnya, untuk dikelola sebagai pendapatan tambahan untuk kebutuhan hidup mereka, dengan tetap memanfaatkan kondisi alam dan kearifan lokal serta pengetahuan dan adat istiadat masyarakat setempat, guna melestarikan 145

sumberdaya alam yang ada, untuk pemfaatannya saat ini, bahkan untuk kepentingan jangka panjang / berkelanjutan. (Sustainable) Menjawab Tantangan Pembangunan Daerah Dari hasil penelitian tentang pengembangan pariwisata berbasis komunitas di kampung Sawinggrai, menunjukkan bahwa, ada nilai positif yang bisa diperoleh atau dipelajari dari masyarakat, yang kalau dengan jeli dan serius diadopsi oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan sebagai titik awal dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di Raja Ampat. Nilainilai tersebut bisa terlihat dari antara lain : pertama, perkembangan pariwisata di kampung ini, bisa ada seperti saat ini, bukan atas inisiatif pemerintah daerah, melainkan berkat upaya dan kerja keras dari komunitas lokal masyarakat yang memulainya dengan berbagai upaya kelestarian lingkungan. Dengan demikian ini, menunjukkan bahwa, dalam pengembangan suatu destinasi pariwisata, tidak dibutuhkan suatu program yang muluk-muluk oleh pemerintah daerah, melainkan pemerintah daerah harus lebih jeli melihat keunikan dan kekhasan komunitas masyarakat dalam menjaga lingkungan dan menjalani aktivitas budayanya. Ada upaya anggota masyarakat dengan memanfaatkan pengetahuan lokal (local knowledge) dan kearifan lokal (local wisdom) yang dimilikinya untuk menjaga dan mengembangkan sektor pariwisata. Ini menjadi penting untuk dilestarikan dan dikembangkan, karena masyarakat lokal dalam komunitasnya lebih mengetahui kondisi dan keadaan daerahnya, dibandingkan dengan orang lain atau pihak lain di luar komunitasnya. Oleh sebab itu, dalam membuat kebijakan atau melakukan sesuatu kebijakan, diharapkan agar tetap memperhatikan dan melibatkan anggota komunitas masyarakat di level apapun. Dalam kerangka itulah, maka dibutuhkan peran pemimpin lokal (local leader) yang lebih bijaksana dan lebih mengetahui kondisi dan seluk beluk realita komunitasnya. Kehadiran dan peran pemimpin lokal dalam komunitasnya, bisa dijadikan sebagai figure dalam menjalankan aktivitas pembangunan. Oleh sebab itu, menjadi penting dalam pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di Raja Ampat atau daerah lain yang 146

sementara ini sedang bergumul dalam mengembangkan pariwisata sebagai sektor unggulan, untuk jangan terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi semata dengan mengundang para investor (wisatawan investasi), akan tetapi pemerintah daerah juga harus membuat sebuah kebijakan pemerintah yang mengedepankan kepentingan masyarakat dan kelestaian ekologi. Dengan demikian dibutuhkan sebuah pendekatan pengembangan pariwisata berbasis komunitas, dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, dengan tetap menjaga keberlangsungan lingkungan agar kelak dapat dinikmati juga oleh generasi akan datang. Sehingga lirik lagu Surga kecil Jatuh ke Bumi tetap ada dan berkelanjutan tidak rusak dan hancur akibat keserahkahan manusia - dan dapat dinikmati oleh masyarakat lokal yang diidentikan hitam kulit dan keriting rambut, dan bukan dinikmati oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab dalam mengelola potensi alam yang ada. Penelitian lanjutan Disadari bahwa penelitian ini, baru (hanya) bersinggungan dengan salah satu tujuan dari pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu bagaimana peran masyarakat lokal di libatkan dan diberdayakan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Pada tahap ini, sesungguhnya harus diakui bahwa keberhasilan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis komunitas, hanya disoroti pada satu temuan yakni peran pemimpin lokal dalam komunitas. Karena itu, berangkat dari temuan studi saat ini, masih terbuka berbagai kemungkinan dilakukan penelitian untuk menggali dan mendalami konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan segala dinamika yang menyertainya. Kemungkinan penelitian lanjutan terhadap pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat, antara lain : Pertama, bahwa dalam penelitian ini tidak terlalu membahas secara mendetail mengenai dampak (sebelum dan sesudah) pemberlakukan otonomi khusus dalam pengembangan pariwisata di Raja Ampat. Ini menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai hal tersebut. Dalam penelitian yang sudah dilakukan, peneliti merasa penting untuk dikaji secara mendalam dan komprenhensif terhadap hal tersebut; Kedua, bahwa penelitian ini juga tidak secara mendalam membahas peran serta swasta dan 147

pihak LSM dalam kontribusinya terhadap pengembangan pariwisata terhadap masyarakat lokal di Raja Ampat. Untuk itu, mengingat pentingnya peran serta mereka, diharapkan dalam penelitianpenelitian selanjutnya unsur-unsur tersebut bisa diangkat sebagai topik penelitian yang relevan. Ketiga, mengingat dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif - peneliti tidak menyinggung sama sekali kajian ekonomi -, maka ada beberapa kajian yang tidak dibahas, namun menuntut peneliti, ini sangat penting dalam pengembangan pariwisata di Raja Ampat. Misalnya kajian menyangkut cost and benefit analisis dari pengembangan pariwisata. Ini menjadi penting mengingat berbicara pengembangan pariwisata tidak bisa dipisahkan juga dari keberlanjutan lingkungan dan kemanfaatan ekonomi. 148