Faktor Eksternal Lingkungan Karakteristik sosial Stimulasi Tingkat Tingkat Pola kemandirian asuh Status orang pekerjaan tua anak anak BAB ibu prasekolah I Cinta dan kasih sayang Kualitas informasi PENDAHULUAN anak- orang tua Pendidikan orang tua A. Latar belakang Pekerjaan masalah ibu Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2000). Ahli psikologi anak dari Amerika Serikat, Elisabeth B. Hurlock mengatakan bahwa kurun usia ini merupakan periode keemasan (golden period) dalam proses perkembangan seorang anak manusia. Setiap aspek perkembangannya, baik fisik, mental, dan sosial, harus ditangani dengan baik. Begitu pula dengan kemandiriannya, misalnya merapikan tempat tidur, menyimpan kembali mainannya, mencuci dan mengeringkan tangan tanpa dibantu, berkunjung ke rumah teman atau tetangga terdekat tanpa ditemani dan dapat dimintai keterangannya mengenai kunjungan tersebut. Apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik atau maksimal maka anak tersebut dapat mengalami keterlambatan dalam kemandirian misalnya tidak bisa makan minum sendiri, tidak bisa pakai pakaian dan sepatu sendiri, tidak mampu merawat diri, mencuci muka,menyisir rambut sikat gigi sendiri, tidak bisa menggunakan toilet, tidak bisa memilih kegiatan sendiri yang di sukai dan sekolah TK masih dituggui. Berdasarkan penelitian TK ashfiya Bandung kelompok B tahun ajaran 2008/2009 pada umumnya tingkat kemandirian anak usia prasekolah berada pada kategori tinggi, yaitu sebanyak 14 orang anak, Sedangkan 7 orang berada pada kategori sedang, dan sebanyak 3 orang anak berada pada kategori rendah. Sedangkan menurut (Ainurrofiq,2011) di Tk bina ana prasa jati sidoarjo dari 120 anak yang tidak mandiri 40%, Tk sabilu salam, TK siti fatimah rata-rata 80 anak yang tidak mandiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak usia prasekolah adalah status pekerjaan ibu, jika ibu bekerja maka anaknya 1
diasuh oleh nenek atau pembantunya. Hal ini dapat terjadi pada keluarga besar (extended family) dimana keluarga terdiri dari keluarga inti (ayah, ibu, anak) ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek yang ikut merawat anaknya. Terkadang ada juga yang mempunyai pembantu rumah tangga yang ikut membantu ibu dalam merawat anaknya sementara ibu bekerja. Bila anak itu dititipkan pada seorang pembantu maka orang tua atau khususnya ibu harus tahu betul bahwa pembantu tersebut mampu membimbing dan membantu anak-anak dalam melakukan pekerjaannya. Untuk itu ibu yang bekerja di luar rumah harus bijaksana mengatur waktu. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga memang sangat mulia, tetapi tetap harus diingat bahwa tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga. Ibu yang harus berangkat bekerja pagi hari dan pulang pada sore hari tetap harus meluangkan waktu untuk berkomunikasi, bercanda, memeriksa tugas-tugas sekolahnya meskipun ibu sangat capek setelah seharian bekerja di luar rumah. Pengorbanan tersebut akan menjadi suatu kebahagiaan jika melihat anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan stabil. Sedangkan untuk ibu yang bekerja di dalam rumah pun tetap harus mampu mengatur waktu dengan bijaksana.tetapi tugas tersebut tentunya bukan hanya tugas ibu saja tetapi ayah juga harus ikut menolong ibu untuk melakukan tugas-tugas rumah tangga sehingga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga pun akan tetap terjaga dengan baik. Ibu Pekerja adalah ibu yang melakukan suatu kegiatan dengan tujuan untuk mencari nafkah. Jika seorang ibu bekerja maka ibu tersebut akan mempunyai peran ganda. Peran orang tua sangat banyak diantaranya sebagai pengasuh, pendidik, pelindung dan memandirikan anak anaknya. Menurut Friedman (1998), ibu juga mempunyai peran sebagai penentu kepribadian dan nilai bagi anak anaknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa peran ibu adalah sebagai pengasuh, pendidik anak termasuk di dalamnya memandirikan anak. Kemandirian adalah suatu kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kemandirian ini harus dikembangkan pada anak agar anak bisa menjalani kehidupan tanpa ketergantungan 2
dengan orang lain. Peran aktif ibu dalam memandirikan anak ini sangatlah penting karena ibu adalah orang yang utama bagi anak dan merupakan lingkungan pertama yang dimasuki anak untuk membina sosialisasi anak. Setelah penulis melakukan pengamatan dan kajian di masyarakat terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan jumlah pekerja di Indonesia. Selama periode 2006-2008 peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki. Jumlah angkatan kerja perempuan pada tahun 2006 mencapai 38,6 juta orang dan meningkat hingga 42,8 juta orang pada tahun 2008, sementara angkatan kerja laki-laki meningkat dari 67,7 juta orang menjadi 69,1 juta orang dalam waktu yang sama. Peningkatan tenaga kerja perempuan digambarkan dari terserapnya mereka ke sektorsektor yang secara tradisional banyak menampung tenaga kerja perempuan seperti perdagangan, pertanian dan industri. Masuknya perempuan kelapangan pekerjaan ini lebih dikarenakan dorongan pemenuhan dan usaha untuk menambah penghasilan keluarga (sakernas 2006-2008). Menurut badan statistik kota semarang jumlah tenaga kerja laki laki tahun 2007 adalah 79410 orang, sedangkan jumlah tenaga kerja perempuan tahun 2007 adalah 13654 oang. Tahun 2008 jumlah tenga kerja laki laki 78914 orang, perempuan 14815 orang (BPS 2009).Dari hasil pengamatan dan kajian peneliti, ibu di daerah perkotaan tidak banyak yang bekerja dan hanya mengurus rumah tangga dibanding dengan pedesaan. Kemungkinan hal ini terjadi karena tingkat kesejahteraan yang berbeda. Di perkotaan, kesejahteraan keluarga lebih baik dibandingkan di pedesaan. Akibatnya ibu di pedesaan banyak mencari nafkah untuk rumah tangganya, sedangkan ibu di perkotaan sepertinya sudah cukup dengan nafkah dari suami. Akibat dari gejala ini, perhatian ibu terhadap anak lebih baik di perkotaan karena mereka punya waktu yang cukup buat anak mereka. Tetapi anggapan ini masih harus dicermati dan diteliti kembali. Dengan adanya banyak fasilitas di perkotaan, maka godaan ibu rumah tangga untuk keluar dari rumah cukup besar. Misalnya shoping, arisan, 3
ngrumpi dan sebagainya. Dengan banyak baby sister dan pembantu yang datang ke perkotaan, menambah keyakinan kita bahwa ibu rumah tangga (tidak bekerja) belum tentu selalu menjaga anaknya Keadaan justru terbalik pada ibu-ibu di pedesaan. Walaupun mereka banyak yang bekerja mencari nafkah tetapi kemungkinan untuk selalu dekat dengan anak lebih besar. Setiap pulang kerja, biasanya mereka langsung bertemu anaknya di rumah. Selain itu waktu kerja di pedesaanpun tidak sebanyak di kota, masih banyak waktu untuk keluarga mereka. Kegiatan-kegiatan yang memakan waktu di luar keluargapun lebih sedikit Berdasarkan data penulis yang didapat dari poliklinik kelurahan Manyaran (data RW) terdapat 105 ibu yang mempunyai anak usia prasekolah. Dari wawancara yang dilakukan penulis terhadap beberapa ibu yang mempunyai anak usia 3-6 tahun, terdapat bermacam macam karakteristik anak, ada yang sudah mandiri ada yang belum. Anak yang Sudah mandiri, mereka menyimpan kembali mainannya setelah bermain, dan merapikan tempat tidur sendiri. Sedangkan anak yang belum mandiri, mereka tidak membereskan mainannya setelah bermain, dan tidak merapikan tempat tidur setelah bangun tidur, sehingga ibunya yang harus membereskan mainan dan tempat tidurnya. Berdasarkan fenomena di atas dan karena usia anak prasekolah merupakan masa keemasan, periode kritis, dan merupakan masa awal sosialisasi anak, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah hubungan antara status pekerjaan ibu dengan tingkat kemandirian anak prasekolah di RW 10, kelurahan Manyaran, Kecamatan Semarang Barat. B. Masalah penelitian Apakah ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan tingkat kemandirian anak prasekolah di RW 10, Kelurahan Manyaran, Kecamatan Semarang barat? 4
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan tingkat kemandirian anak prasekolah. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan status pekerjaan ibu yang mempuyai anak usia prasekolah di WR 10, Kelurahan Manyaran, kecamatan Semarang barat. b. Mendeskripsikan tingkat kemandirian anak prasekolah di RW 10, kelurahan Manyaran, kecamatan Semarang barat. c. Menganalisis hubungan antara status pekerjaan ibu dengan tingkat kemandirian anak prasekolah di RW 10, Kelurahan Manyaran, Kecamatan Semarang barat. d. Menganalisis keeratan hubungan antara status pekerjaan ibu dengan tingkat kemandirian anak prasekolah di RW 10, kelurahan Manyaran, Kecamatan Semarang barat. D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Untuk memperoleh pengalaman dalam penelitian di bidang keperawatan khususnya pada pengelolaan anak prasekolah. 2. Bagi ibu pekerja yang mempunyai anak prasekolah. Memberikan masukan tentang perkembangan anak kepada ibu pekerja khususnya yang mempunyai anak prasekolah terhadap kemandirian anak prasekolah di RW 10, Kelurahan Manyaran, Kecamatan sematang barat. 3. Bagi institusi Sebagai wacana ilmiah dan acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. 4. Bagi perawat 5
Untuk meningkatkan pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anak prasekolah dan meningkatkan perannya sebagai family advocator. 5. Bagi penelitian yang akan datang dapat dikembangkan variabelnya, sehingga dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak. E. 6