E. Kerangka Konseptual. Tingkat Pengetahuan. Kepatuhan Hemodialisis pasien gagal ginjal kronik. Sikap. Dukungan Keluarga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

PENDAHULUAN. Dalam penatalaksanaan sindrom gagal ginjal kronik (GGK) beberapa aspek yang harus diidentifikasi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

GAGAL GINJAL Zakiah,S.Ked. Kepaniteraan Klinik Interna Program Studi Pendidikan Dokter FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

penyakit yang merusak massa nefron ginjal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

Gagal Ginjal Khronis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel. Ginjal berfungsi sebagai. kerusakan pada sistem endokrin akan menyebabkan terganggunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

Proses Peritoneal dialisis dan CAPD. Dahlia Lara Sikumalay Putri Ramadhani Tria Wulandari

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

Gagal Ginjal Kronis. 1. Apa itu Gagal Ginjal Kronis?

Transkripsi:

E. Kerangka Konseptual Variabel bebas Tingkat Pengetahuan Sikap Variabel terikat Kepatuhan Hemodialisis pasien gagal ginjal kronik Dukungan Keluarga F. Hipotesa Penelitian a) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan hemodialisis pada pasien GGK. b) Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan hemodialisis pada pasien GGK. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan hemodialisis pada pasien GGK.

4. Suntikan-suntikan yang sekian lama harus diterima, dirasakan cukup membosankan. (13) j. Faktor fasilitas kesehatan/keterlibatan tenaga kesehatan Keterlibatan tenaga kesehatan sangat diperlukan oleh pasien dalam hal ini sebagai pemberi pelayanan kesehatan, penerimaan informasi bagi pasien dan keluarga, serta rencana pengobatan selanjutnya. Suatu penjelasan dapat membantu meningkatkan kepercayaan pasien dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan pasien. Faktor fasilitas kesehatan juga merupakan faktor bagi seseorang yang menjalani pengobatan jangka panjang dalam menentukan derajat kepatuhan karena pasien mendapatkan fasilitas atau jaminan kesehatan. (6,18) D. Kerangka Teori A. Faktor Internal/individu : 1. Pengetahuan* 2. Sikap* 3. Tingkat ekonomi 4. Usia 5. Derajat Kesehatan 6. Nilai dan keyakinan B. Faktor eksternal/ stimulus : 1. Dukungan keluarga* 2. Jarak/lingkungan 3. Lama hemodialisis/lama pengobatan 4. Fasilitas kesehatan/keterlibatan tenaga kesehatan TINGKAT KEPATUHAN HEMODIALISIS PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK PATUH TIDAK PATUH Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi 11,13,15

Jarak pusat hemodialisis dengan tempat tinggal pasien, juga berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang dalam menjalani terapi hemodialisis.(15) g. Nilai dan Keyakinan Nilai-nilai dan keyakinan individu dalam mengambil suatu keputusan dalam hal ini untuk mendapatkan kesehatan yang optimal melalui terapi hemodialisis merupakan keyakinan dasar yang digunakan oleh individu tersebut untuk memotivasi dirinya selama menjalani terapi tersebut. Pasien mempunyai keyakinan dan keinginan untuk sembuh dan takut untuk meninggal maka pasien selalu taat menjalani terapi. (15) h. Derajat Penyakit Pada penderita gagal ginjal grade 2 dan grade 3 yang tanpa disretai berbagai komplikasi yang memperburuk fungsi ginjal sehingga jatuh dalam kondisi GGK tentu saja memiliki angka keberhasilan atau harapan hidup lebih baik dibanding yang sudah GGK dengan komplikasi yang berat. (15) i. Faktor lama menjalani hemodialisis/ lama pengobatan Dalam pengobatan yang memerlukan jangka panjang akan memberikan pengaruh-pengaruh bagi penderita seperti; 1. Merupakan suatu tekanan psikologis bagi penderita tanpa keluhan atau gejala penyakit saat dinyatakan sakit dan harus menjalani pengobatan yang lama. 2. Datang ketempat pengobatan selain waktu yang tersisa juga menurunkan motivasi yang akan semakin menurun dengan waktu lamanya pengobatan. 3. Pengobatan yang lama merupakan beban dilihat dari segi biaya yang harus dikeluarkan.

3. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya pasien dari kelelahan. 4. Dukungan emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan didengarkan. Hemodialisis adalah suatu alternatif terapi bagi penderita GGK yang membutuhkan biaya besar. Tidak cukup 1-2 bulan saja tapi membutuhkan waktu yang lama. Penderita tidak dapat melakukanya sendiri melainkan membutuhkan orang lain. Penderita sangat membutuhkan orang lain untuk mengantarkan, menemani ke pusat pengobatan hemodialisis dalam hal pengaturan diet, pembatasan cairan, obat-obatan, dan pengecekan laborat setelah hemodialisis juga memerlukan keluarga untuk mencapai target. Tanpa adanya dukungan keluarga mustahil program terapi hemodialisis dapat dilaksanakan sesuai jadwal. (12,15) f. Jarak Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda dengan benda lainnya melalui suatu lintasan tertentu atau letak suatu daerah dari daerah satu ke daerah yang lain. Dekatnya jarak klien dengan Rumah Sakit/ klinik tempat pelayanan medis lain juga mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki pelayanan kesehatan.

memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit. (11) Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program pengobatan, seperti pengurangan berat badan, diet pengurangan asupan cairan, berhenti merokok, dan menurunkan konsumsi alkohol. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidaktaatan, dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan (15). Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan (11). Fungsi dukungan keluarga sebagai berikut: 1. Dukungan informasi Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi, menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. 2. Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

Tingkat ekonomi juga dapat mempengaruhi pemilihan metode terapi yang akan digunakan oleh klien GGK. Biaya yang harus dikeluarkan oleh klien cukup besar meliputi obat, pemeriksaan laborat, transportasi, hemodialisis dan trasnplantasi. Aspek penting lain dari biaya adlah adanya komplikasi atau efek samping yang timbul akibat tindakan hemodialisis dan transplantasi. (15) Setiap orang memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap tindakan hemodialisis. Hal ini disebabkan oleh tingak pengetahuan dan pengalaman pasien menjalani terapi hemodialisis. Sikap merupakan faktor penentu dalam tingkah laku seseorang termasuk dalam memutuskan untuk selalu taat menjalani terapi hemodialisis. Sikap pasien terhadap ketaatan yang dijalaninya dapat dinilai dari waktu kedatangan, tingkat keparahan penyakit, komplikasi penyerta, gagal ginjal yang makin memburuk. (15) d. Usia Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. Usia juga erat kaitanya dengan prognosa penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun. (15) e. Dukungan Keluarga/Dukungan Sosial Merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang member bantuan kepada pasien berupa perhatian (perasaan suka, cinta dan empati), bantuan instrumental (barang, jasa), informasi dan penilaian (informasi yang berhubungan dengan self evaluation). (12) Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat diterima mereka. Keluarga juga dapat

5) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi. Ini berarti bahwa sikap terhadap obyek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan yang bersifat positif atau menyenangkan dan juga negatif atau tidak menyenangkan. Sikap mengandung motivasi berarti sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap obyek yang dihadapinya. Sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap dikatakan sebagai respon yang hanya timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus. Sikap seseorang terhadap sesuatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. (17) Cara menilai sikap. Cara menilai sikap pasien tentang GGK dan Hemodialisis menggunakan kuesioner. Penilaian sikap menggunakan skala Likert. Setiap kategori responden dari pertanyaan bersifat positif jika jawaban sangat setuju skor 4, jika jawaban setuju skor 3, jika jawaban tidak setuju skor 2 dan jika jawaban sangat tidak setuju skor 1. Sedangkan pada pertanyaan negatif, jika jawaban sangat setuju skor 1, jika jawaban setuju skor 2, jika jawaban tidak setuju skor 3, dan jawaban sangat tidak setuju skor 4. c. Tingkat Ekonomi Tingkat ekonomi atau pengahsilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau untuk perawatan pengobatan atau membayar transportasi. (15)

b. Sikap Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.menjelaskan bahwa sikap itu memiliki 3 (tiga) komponen pokok yaitu: 1) Kepercayaan (keyakinan, ide dan konsep dalam suatu obyek). 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyak. 3) Kecenderungan untuk bertindak. Sikap mempunyai perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia itu. Untuk membedakan sikap dengan pendorong-pendorong yang lain, ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut. Adapun ciri-ciri sikap tersebut adalah : 1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir, sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat berubah. Tetapi sikap mempunyai kecenderungan yang agak tetap dan stabil. 2) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap. Oleh karena itu, sikap selalu terbentuk atau pelajari melalui proses persepsi terhadap objek tertentu. 3) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tapi dapat juga tertuju pada sekumpulan objek-objek. Bila seseorang mempunyai sikap negatif pada satu objek, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukan sikap yang negatif pula pada kelompok dimana objek tersebut tergabung di dalamnya. 4) Sikap itu dapat berlansung lama atau sebentar tergantung apakah sikap tersebut sudah menjadi nilai dalam diri seseorang tersebut atau belum.

6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek. (16) Proses terjadinya pengetahuan menjadi masalah mendasar bagi pemikiran seseorang. Pandangan yang sederhana dalam memikirkan proses terjadinya pengetahuan yaitu dalam sifatnya baik apriori maupun aposteriori. Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin. Sedangkan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. (16) Status pengetahuan seseorang tentang penyakit gagal ginjal kronik dapat mempengaeuhi kemampuannya dalam memilih dan memutuskan terapi hemodialisis yang sesuai dengan kondisinya, dengan pengambilan keputusan yang tepat ketaatan klien dalam menjalani hemodialisis dapat dipertahankan. (15) Cara menilai pengetahuan. Dalam mengukur pengetahuan dengan kuesioner dengan menggunakan skor. Setiap jawaban benar dari item pertanyaan pengetahuan diberi skor 1 dan bila salah beri skor 0, sehingga setiap responden mempunyai total skor pengetahuan yang kemudian dilakukan perhitungan proporsi benar yang dinyatakan dalam persen (%). Kriteria pengetahuan dikategorikan menurut Arikunto (2006) dengan kategori sebagai berikut : 1. Baik dengan nilai 76% - 100% 2. Cukup dengan nilai 56% - 75% 3. Kurang dengan nilai < 56%

dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk kesehatan dirinya. (15) Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu : (16) 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang sesuatu obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam obyek komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemamapuan untuk meletakakan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi-formulasi yang ada.

patuh memakai obat secara teratur sesuai petunjuk dan patuh dalam pengobatan taat terhadap diet yang dianjurkan.(13) 2) Pasien yang sama sekali tidak patuh (Non Compliance) Pada keadaan ini pasien berhenti dalam pengobatan sebelum sembuh atau pasien sama sekali tidak menjalani perawatam tersebut.(13) Faktor keberhasilan bagi kepatuhan perawatan/pengobatan meliputi pendidikan dalam manajemen diri sendiri, program manajemen tenaga kesehatan profesional medis maupun non medis seperti ahli gizi membuat protocol intervensi,konseling dan tindak lanjut.(14) 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan melaksanakan Hemodialisis a. Pengetahuan Pengetahun merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penawaran rasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek mengandung 2 aspek yaitu aspek positif dan aspek negative. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek yang diketahui, maka menumbuhkan sikap yang makin positif terhadap obyek tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.(19) Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor yang berhubungan

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang dalam melaksanakan aturan dipengaruhi oleh :(11) a. Faktor internal Faktor internal keadaan fisiologis dan psikologis, misalnya umur, jenis kelamin, derajat kesehatan, kepribadian, tingkat ekonomi dan pengetahuan. Fisiologis seseorang akan menentukan bagaimana seseorang bersikap. Pada umumnya orang usia muda sikapnya relatif lebih radikal sedangkan orang dewasa akan lebih moderat dan bila dalam keadaan sakit akan lebih patuh. Kondisi psikologis misalnya motivasi atau disebut tingkah laku serta rasa tanggung jawab ikut berperan terhadap kepatuhan individu selain itu elemen kognitif juga memegang peranan penting dalam kepatuhan. b. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah hal diluar individu yang merupakan rangsangan untuk menentukan sikap. Faktor tersebut juga dapat berupa pengalaman, lingkungan (misalnya situasi yang sedang dihadapi, fasilitas, norma-norma yang ada, hambatan-hambatan dilingkungan sekitarnya), dukungan keluarga, keterlibatan petugas kesehatan, pengobatan. Hal ini yang membuat individu merasa bertanggung jawab terhadap perilakunya atau yang menonjolkan aspek negative dari apa yang dilakuk an akan mengurangi tingkat kepatuhan. Berhasilnya suatu terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan pengobatan yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan pasien yang mengikuti terapi yang telah ditentukan.(13) Kepatuhan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Kepatuhan penuh (Total Compliance) Pada keadaan ini pasien tidak hanya berobat/menjalani terapi secara teratur sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan juga

Dalam psikologi kesehatan kepatuhan atau ketaatan lain adalah tingkat ketaatan pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain. Kepatuhan pasien berkenaan dengan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasehat, aturan pengobatan yang ditetapkan, mengikuti jadwal pemeriksaan. Tahap kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk megobati seperti diet,kebiasaan hidup,dan ketepatan berobat. Sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi kemudian menjadi internalisasi. Mula-mula individu mematuhi anjuran atau interaksi petugas tanpa kerelaan untuk memberikan tindakan tersebut dan sering menghindar, hukuman atau sangsi jika tidak patuh, untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan bila mematuhi anjuran berikut,tahap ini disebut tahap kepatuhan atau compliance. (12) Membangun suatu kepatuhan tergantung pada dua faktor yaitu sengaja atau tidak sengaja dan biasanya didasari informasi yang benar harus selalu diberikan pada pasien yang tidak patuh yang mungkin secara langsung membantu mengingatkan kembali sejak penderita dipercaya dan patuh dengan nasehat penderita akan mengikuti pengalaman kesehatan masa lampau oleh karena perubahan perilaku memerlukan banyak teknik persuasive. (13) Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan tersebut kuratif atau preventif, jangka panjang atau jangka pendek. Sackett dan Snow menemukan bahwa ketaatan terhadap 10 hari jadwal pengobatan sejumlah 70%-80% dengan tujuan adalah mengobati,dan 60%-70% dengan tujuan pengobatan ini adalah pencegahan. Kegagalan untuk mengikuti program pengobatan jangka panjang yang bukan kondisi akut, dimana derajat ketidakpatuhan rata-rata 50% dan derajat tersebut bertambah buruk sesuai waktu (11).

hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialirkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien.(6) 3. Prinsip Hemodialisis Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah.(6) Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Adanya tekanan negatif (ultrafiltrasi) diterapkan pada mesin dialisis ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).(6) 4. Komplikasi Hemodialisis Beberapa komplikasi klinik selama prosedur hemodialisis tidak jarang ditemukan dan sangat mengganggu kenyamanan pasien. Beberapa komplikasi sering dialami pasien hemodialisis seperti hipotensi (20 30%), kram otot (5 20%), mual muntah (5 15%), sakit kepala (5%), febris sampai menggigil kurang dari 1%.(4) C. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis yang mengobatinya.(10) Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.(11)

meningkatkan katabolisme dan ureum darah, misalnya tetrasiklin, kortikosteroid, dan sitostatik. g. Deteksi dan terapi komplikasi Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialisis. h. Persiapkan dialisis dan program transplantasi Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan dialisa biasanya adalah GGK dengan gejala klinis yang jelas walaupun telah dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi. (9) B. Hemodialisis 1. Pengertian Hemodialisis Apabila fungsi ginjal untuk membuang zat-zat sisa metabolic yang beracun dan kelebihan cairan dari tubuh sudah sangat menurun (lebih dari 90%). Saat ini hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan dan jumlahnya dari tahun ketahun terus meningkat. (4) Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua komponen yang terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semi permeabel buatan (artifisial) dengan kompartemen dialisat. (5) 2. Indikasi Dialisis Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. (6) Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat zat nitrogen yang toksin dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada

4 Penurunan LFG berat 15 29 - malnutrisi - asidosis Metabolik -cenderung hiperkalemia - dislipidemia 5 Gagal ginjal < 15 - gagal jantung - uremia (Sumber : Suwitra dalam Sudoyo, 2006, hlm.572 (5) 6) Penatalaksanaan Penatalaksanaan pasien GGK adalah : a. Pertahankan keseimbangan cairan Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urin, dan pencatatan keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran sekitar 500 ml). b. Diet tinggi kalori dan rendah protein Diet rendah protein (20 40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia. c. Kontrol hipertensi Bila tidak terkontol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal jantung kiri. d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit Yang sering ditemukan adalah hiperkalemi dan asidosis berat. Untuk mencegah hiperkalemia, hindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat kalium. e. Deteksi dini dan terapi infeksi Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan terapi lebih ketat. f. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal Banyak obat-obat yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya digoksin, aminoglikosid, analgesik opiat, amfoterisin, dan alopurinol. Juga obat-obatan yang

e) Sistem saraf dan otot : merasa pegal pada kaki sehingga selalu digerakkan, kesemutan dan rasa terbakar, lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor dan kejang. f) Sistem kardiovaskuler : hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung dan edema akibat penimbunan cairan. g) Sistem endokrin : gangguan seksual, pada laki-laki: libido, fertilisasi, dan ereksi menurun, pada wanita : gangguan menstruasi, gangguan ovulasi, gangguan metabolisme glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan metabolisme vitamin D. h) Gangguan sistem lain : - Asidosis Metabolik (karena penimbunan asam organic sebagai hasil metabolism) - Elektrolit : hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia.(8) 5) Komplikasi Penyakit Ginjal Tabel 2.1 Komplikasi Penyakit Ginjal Der ajat 1 Tingkat Kerusakan LFG (ml/mnt) Komplikasi Kerusakan ginjal dengan LFG normal 90 2 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan 60 89 Tekanan darah mulai meningkat 3 Penurunan LFG sedang 30 59 - hiperfosfatemia - hipokalcemia - anemia - hiperparatiroid - hipertensi - hiperhomosistinemia

ginjal masih dalam batas normal (keratin, serum Blood Urea Nitrogen atau BUN). b. Stadium II Isufeinsi ginjal (faal ginjal antara 20%-50%). Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas seperti biasa, padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada tahap ini lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak, kadar Blood Urea Nitrogen(BUN) baru mulai meningkat di atas normal. Gejala yang muncul pada tahap ini tekanan darah naik, kekurangan darah, aktifitas terganggu. c. Stadium III Uremi ginjal (faal ginjal kurang dari 10%), semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan tidak dapat melakukan tugas sehari-hari sebagai mana mestinya. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan mencolok. Gejala yang muncul antara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala, tidur kurang, jumlah urin berkurangn kejang, dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma.(1) 4) Tanda dan gejala a) Umum : lelah, kurang berenergi. b) Kulit : pucat akibat anemia,gatal-gatal akibat toksin uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori. c) Sistem gastrointestinal : anoreksia, nausea dan vomitus, faktor uremik (bau busuk), cegukan, gastritis erosive, ulkus peptikum. d) Sistem hematologi : anemia, gangguan fungsi thrombosis dan trombositopenia (perdarahan), gangguan fungsi leukosit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gagal Ginjal Kronik (GGK) 1) Pengertian GGK atau penyakit gagal ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).(3) 2) Etiologi Penyebab Gagal Ginjal Kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi 2, yaitu: a. Penyakit parenkim ginjal Penyakit ginjal primer : glomerulusnefritis, mielonefritis ginjal polokistik, Tuberkulosis (TBC) ginjal. Penyakit ginjal sekunder: Nepropati, Diabetes Melitus(DM), Gout. b. Penyakit ginjal obstruktif: pembesaran prostat, batu saluran kemih, hipertensi lama obtruksi saluran kemih.(3) 3) Patofisiologi Perjalanan penyakit GGK pada awalnya tergantung pada penyakitnya yang mendasari, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.(1) Perjalanan umum gagal ginjal kronik di bagi 3 stadium : a. Stadium I Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40%-75%) tahap inilah yang paling ringan, di mana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita merasakan gejala dan pemeriksaan laboratorium faal