TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

APLIKASI INDEKS MORFOLOGI DALAM PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN TIPE PADA DOMBA EKOR GEMUK DAN DOMBA EKOR TIPIS

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Domba

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

KARAKTERISTIK BANGSA DOMBA EKOR TIPIS (DET) DAN KODISINYA SAAT INI DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kaspia yang tepatnya berada didaerah Stepa Aralo-Caspian sejak masa neolitik.

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

STUDI KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF PADA DOMBA LOKAL DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA SKRIPSI NOK MALEKHA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Qurban

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel. 2. Perbedaan Domba dan Kambing. Mempunyai kelenjar di bawah mata yang menghasilkan sekresi seperti air mata.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

PUSTAKA Domba Lokal di Indonesia Sejarah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rahmat Sulaeman, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

POLA PERTUMBUHAN BERDASARKAN BOBOT BADAN DAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL DI UNIT PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL (UP3J)

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha ternak Domba

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba UP3 Jonggol Domba Garut

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Domba

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH DOMBA EKOR TIPIS MELALUI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA DI UP3J, PETERNAKAN TAWAKAL DAN MITRA TANI

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi dalam 40 varietas. Diantara varietas yang masih liar diperkirakan mempunyai andil pada ternak domba dewasa ini adalah Argali (Ovis ammon) dari Asia Tengah, Urial (Ovis vignei) juga dari Asia dan Mouflon (Ovis muimon) dari Asia Kecil dan Eropa. Pusat asal terjadinya domestikasi tampaknya di padang rumput Ario-Caspian, termasuk wilayah yang diduduki oleh Iran dan Irak dewasa ini. Domba menyebar dari Asia ke arah barat menuju Eropa dan Afrika dan ke arah timur ke daerah Subcontinent India, Asia Tenggara dan Oceania (Tomaszewska et al., 1993). Domba domestikasi menurut Ensminger (1991) mempunyai sistematika sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Arthidactyla Famili : Bovidae Genus : Ovis Spesies : Ovies Aries Ciri khas domba domestikasi adalah memiliki tanduk yang berpenampang segitiga dan tumbuh melilit seperti spiral yang terdapat pada domba jantan. Bobot badan pada jantan lebih besar dibandingkan betina. Bangsa Domba di Indonesia Secara umum domba asli Indonesia diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu domba ekor tipis (Javanese thin tailed) atau domba lokal, domba ekor sedang atau domba Priangan (Priangan of West Java) yang dikenal dengan nama domba Garut dan domba ekor gemuk (Javanese fat tailed) (Mulyaningsih, 1990). Asal domba tersebut tidak diketahui pasti, diasumsikan bahwa domba ekor tipis berasal dari India, sedangkan domba ekor gemuk berasal dari Somalia-Arab (Williamson, 1993). Domba lokal yang ada di Indonesia sebagian besar (92,3%) tersebar di Pulau Jawa 3

dan Madura. Domba ekor tipis terdiri dari domba Jawa ekor tipis, domba Semarang ekor tipis, dan domba Sumatera ekor tipis. Domba ekor tipis ini didominasi oleh domba Jawa ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat. Domba ekor gemuk umumnya berada di Jawa Timur, Sulawesi, Lombok dan Madura, namun banyak ditemukan di Jawa Timur dan dikenal dengan nama domba Jawa ekor gemuk. Karakteristik sifat-sifat domba lokal Indonesia disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Sifat-sifat Domba Indonesia Karakteristik Ekor Tipis Ekor Gemuk Jawa Semarang Sumatera Jawa Warna putih, hitam, putih puting, cokelat putih cokelat terang Wool Kualitas rendah rendah rendah rendah Tanduk Jantan ada-besar ada-medium ada-medium tidak ada Betina tidak ada tidak ada Musim sepanjang sepanjang kawin tahun tahun Sumber : Bradford dan Inounu (1996) tidak ada sepanjang tahun tidak ada sepanjang tahun Domba Ekor Gemuk Domba Ekor Gemuk (DEG) dikenal karena bentuk ekornya yang gemuk dan berkembang di daerah Jawa Timur, Madura, Lombok, Sumbawa, Kisar dan Sawa (Devendra dan McLeroy, 1982). Menurut Hardjosubroto (1994) domba ekor gemuk diduga berasal dari Asia Barat Daya yang dibawa oleh pedagang bangsa Arab pada abad ke-18. Sekitar tahun 1731-1779, pemerintah Hindia Belanda memutuskan mengimpor domba pejantan Kirmani dari Persia (Kirmani adalah nama lain domba ekor gemuk dari Iran). Belum diketahui dengan pasti apakah domba ekor gemuk yang ada di Indonesia merupakan keturunan dari domba-domba ini. Diwyanto (1982) menyatakan di Sulawesi terdapat domba ekor gemuk yang mempunyai ekor tidak terlalu gemuk dan disebut sebagai domba Donggala. Ekor yang tidak terlalu gemuk tersebut membuat domba Donggala termasuk dalam kategori domba ekor gemuk tipe ekor sedang. 4

Domba ekor gemuk yang terlihat di daerah Surabaya dan Situbondo serta di Desa Semiring juga memiliki ekor yang lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di Pulau Madura. Besarnya ekor dari domba-domba yang ada di Pulau Madura memiliki kualitas terbaik dan pada umumnya berbentuk carrot (wortel) atau berbentuk strap (selempang) dan menggantung (Sutama, 1992). Domba Kisar diduga merupakan rumpun domba ekor gemuk yang telah lama dipelihara oleh masyarakat setempat. Domba kisar telah beradaptasi lama pada lingkungan setempat dengan populasi sekitar 7429 ekor (BPSPM, 2000). Karakteristik dan produktivitas domba kisar belum diteliti secara detail, tetapi ciri-ciri umum domba kisar antara lain pada domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan betina tidak bertanduk, memiliki warna bulu dominan putih dengan bercak hitam di bagian muka, leher, dan bagian tubuh lainnya, tapi ada juga penyimpangan warna, yaitu bercak coklat dan hitam seluruhnya (Salamena, 2006). Domba ekor gemuk pada umumnya tidak bertanduk, tetapi ada beberapa domba jantan yang memiliki benjolan tanduk dan umumnya mempunyai telinga berukuran medium dengan posisi agak menggantung. Warna bulu domba ekor gemuk adalah putih, tidak bertanduk dan wolnya kasar. Warna bulu yang putih juga dapat mengurangi stres akibat panas. Bentuk tubuh domba ekor gemuk lebih besar daripada domba ekor tipis (Devendra dan Mcleroy, 1982). Mulyaningsih dan Hardjosubroto (1990) menyatakan bahwa karakteristik khas domba ekor gemuk adalah ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor yang membesar merupakan timbunan lemak (cadangan energi), sedangkan bagian ujung ekor yang kecil tidak berlemak. Pada saat banyak pakan, ekor domba penuh dengan lemak sehingga terlihat ekornya membesar. Namun apabila keadaan pakan kurang, maka ekor domba tersebut akan mengecil karena cadangan energi pada ekornya dipergunakan untuk mensuplai energi yang dibutuhkan tubuh. Domba ekor gemuk mempunyai suatu keistimewaan, yaitu kemampuannya dalam beradaptasi terhadap lingkungan kering (Mulyaningsih, 1990), dan juga terhadap lingkungan yang panas (Mason, 1980 dan Hardjosubroto, 1994). Domba ekor gemuk merupakan domba tipe pedaging dengan bobot badan pada jantan dewasa 40-60 kg, dan betina dewasa 25-35 kg. Ukuran tinggi badan pada jantan dewasa berkisar antara 60-65 cm, dan betina dewasa antara 52-60 cm 5

(Hardjosubroto, 1994). Sutama (1992) melaporkan bahwa pengembangan domba ekor gemuk meliputi daerah yang cukup luas dan umumnya mengarah ke wilayah Indonesia bagian timur dengan kondisi agroekosistem yang kering. Pertumbuhan domba ekor gemuk setelah sapih tergantung dari jumlah dan kualitas pakan yang dikonsumsi. Kisaran berat badan dewasa domba ekor gemuk cukup besar yaitu 20-78 kg dengan rataan 30,5 + 6,9 kg untuk jantan dan 27,2 + 4,7 kg untuk betina. Adanya variasi bobot badan yang besar ini akan memberi peluang yang besar untuk mengadakan seleksi terhadap domba ekor gemuk. Domba Ekor Tipis Domba ekor tipis merupakan ternak domba yang paling banyak populasinya dan paling luas penyebarannya. Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia dan sering dikenal sebagai domba lokal atau domba kampong (Sumoprastowo,1987). Penyebaran domba ekor tipis menurut Hardjosubroto (1994) banyak terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Bahkan menurut Gatenby (1991) jumlah tertinggi di Asia Tenggara adalah terpusat di Jawa Barat. Domba ini mempunyai tubuh yang kecil sehingga disebut domba kacang atau domba Jawa. Selain badannya yang kecil, ciri lainnya yaitu ekor relatif kecil dan tipis. Biasanya bulu badan berwarna putih, hanya kadang-kadang ada warna lain misalnya belang-belang hitam di sekitar mata, hidung, atau bagian lainnya. Domba betina umumnya tidak bertanduk sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan melingkar (Einstiana, 2006). Bobot domba ekor tipis jantan yang telah dewasa antara 20-30 kg, sedangkan bobot betinanya adalah 15-20 kg. Domba ekor tipis termasuk golongan domba kecil dengan bobot potong sekitar 20-30 kg. warna bulunya putih dan biasanya memiliki bercak hitam disekeliling matanya, selain itu pola warna belangnya bervariasi mulai dari bercak, belang dan polos. Ekornya tidak menunjukkan adanya deposisi lemak, sehingga disebut domba ekor tipis (Hardjosubroto, 1994). Sodiq dan Abidin (2002) menambahkan bahwa domba jantan memiliki tanduk kecil dan melingkar, sedangkan domba betina tidak bertanduk. Berat badan domba jantan berkisar antara 30-40 kg dan domba betina 15-20 kg. Salah satu keunggulan domba ekor tipis adalah sifatnya yang prolifik, karena mampu melahirkan anak kembar. 6

Ukuran-ukuran Tubuh. Penampilan seekor hewan adalah hasil dari suatu proses pertumbuhan yang berkesinambungan dalam seluruh hidup hewan tersebut. Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda karena pengaruh genetik maupun lingkungan Diwyanto, 1982). Menurut Mulliadi (1996), ukuran permukaan dan bagian tubuh hewan mempunyai banyak kegunaan, karena dapat menaksir bobot badan dan karkas serta memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri suatu bangsa tertentu. Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat memberikan gambaran eksterior seekor domba dan mengetahui perbedaanperbedaan dalam populasi ternak ataupun digunakan dalam seleksi. Pengaruh genetik dan lingkungan menyebabkan timbulnya keragaman pada pengamatan dalam berbagai sifat kuantitatif. Keragaman merupakan suatu sifat populasi yang sangat penting dalam pemuliaan terutama dalam seleksi. Seleksi akan efektif bila terdapat tingkat keragaman yang tinggi (Martojo, 1990). Ukuran permukaan tubuh hewan memiliki banyak kegunaan seperti untuk menaksir bobot badan dan memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa (Doho, 1994). Menurut Devendra dan McLeroy (1982), ukuran tubuh dewasa pada domba lokal untuk betina adalah tinggi badan 57 cm, bobot badan 25-35 kg, sedangkan pada jantan tinggi badan mencapai 60 cm dan bobot badan 40-60 kg dengan rata-rata bobot potong 19 kg. Indeks Morfologi Keragaman sifat morfologi dapat terjadi karena adanya proses mutasi akibat seleksi, perkawinan silang atau bencana alam yang dapat berakibat hilang atau hanyutnya gen tertentu. Menurut Suparyanto et al. (1999), Populasi yang besar dengan tingkat keragaman yang cukup tinggi, baik dalam bangsa maupun antar bangsa menjadikan domba-domba di Indonesia beragam bentuk dan pola warnanya. Perbedaan bobot badan, struktur tubuh, pola warna bulu dan kepadatan wol adalah contoh karakteristik morfologis yang berlainan antar agroekosistem yang dapat dijadikan sebagai gambaran spesifikasi suatu bangsa ternak. 7

Alderson (1999) menyatakan bahwa satu pengukuran linear lebih relevan di dalam pertanian termasuk peternakan karena memberi pengaruh yang signifikan dari sistem peternakan pada pengukuran tubuh tertentu. Sistem pengukuran linear juga dapat memberikan penilaian kepada tipe sapi dan nilai keseluruhan pada hewan. Rasio bobot badan / tinggi badan dan lingkar badan / tinggi badan telah di usulkan sebagai perhitungan indeks dari jenis sapi (Knapp dan Cook, 1933) dan ini telah ditemukan oleh Guilbert dan Gregory (1952) menjadi sangat berhubungan dengan nilai pada sapi Hereford. Penentuan Umur Domba Faktor umur pada domba sangat penting diketahui karena berkaitan dengan program pemeliharaan domba, seperti pemilihan calon induk atau pemilihan bakalan domba yang akan digemukkan. Sebenarnya cara yang paling tepat dalam menentukan umur adalah dengan melihat catatan kelahiran domba tersebut. Namun ada cara lain untuk menentukan umur domba yaitu dengan melihat keadaan gigi geligi dari domba tersebut, seperti melihat keterasahannya gigi seri (bagian depan) dan pergantian (tanggalnya) gigi seri susu. Pendugaan umur domba berdasarkan gigi disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Pendugaan Umur Domba berdasarkan Pergantian Gigi Seri Umur Penggantian Gigi Seri Kode Umur Kurang dari 1 tahun Gigi seri masih utuh I 0 1 1,5 tahun Gigi seri pasangan pertama tanggal dan berganti I 1 1,5 2 tahun Gigi seri pasangan kedua tanggal dan berganti I 2 2,5 3 tahun Gigi seri pasangan ketiga tanggal dan berganti I 3 3,5 4 tahun Semua gigi seri susu sudah tanggal dan berganti I 4 Lebih dari 4 tahun Semua gigi seri permanen sudah terasah / aus I 5 Sumber : Devendra dan McLeroy (1982) Lingkungan Domba Produktivitas yang tinggi dari suatu ternak tidak terlepas dari pengaruh lingkungan tempat ternak tersebut hidup. Suhu, kelembaban udara dan curah hujan merupakan faktor penting dari iklim karena besar pengaruhnya terhadap produktivitas ternak baik secara langsung maupun tidak langsung. Suhu udara 8

yang tinggi dan konstan dapat menghambat metabolisme tubuh, mempengaruhi konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Ketinggian tempat juga mempengaruhi iklim, vegetasi tanaman serta kehidupan sosial masyarakatnya. Lebih lanjut Ramdan (2007) menyatakan bahwa peningkatan suhu dan kelembaban lingkungan dapat menyebabkan penurunan terhadap konsumsi pakan sehingga semakin tinggi suhu dan kelembaban udara pada suatu tempat cenderung menurunkan produktivitas ternak, produktivitas terutama pertambahan bobot badan yang lambat disebabkan oleh tidak efisiennya penggunaan energi untuk pertumbuhan, karena sebagian energi tersebut banyak digunakan untuk meningkatkan aktivitas fisiologis diantara respirasi. 9