Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
akses pada tanggal 28 April 2012 pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Eka Puspa Janurviningsih 1, Rina Suparyanti 2, Syaifuddin 3

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KEBAYANAN TERSO DESA KANDANGSAPI JENAR

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN PADA IBU IBU DI DUSUN MULEKAN II TIRTOSARI KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SISWA DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SADARI KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU BANTUL

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

ABSTRAK. Nanik Widiawaty

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA N 1 GEYER KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

HUBUNGAN PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI KELAS VII SMP NEGERI I TANGEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEMELIHARAAN ORGAN REPRODUKSI DENGAN RISIKO KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 1 WONOSARI KABUPATEN KLATEN Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh HILDA RUKMAWATI FITRIANINGSIH J410 070 044 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

PERSETUJUAN PUBLIKASI Skripsi dengan judul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEMELIHARAAN ORGAN REPRODUKSI DENGAN RISIKO KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X DI SMA NEGERI 1 WONOSARI KABUPATE EN KLATEN Disusun Oleh NIM : Hilda Rukmawati Fitrianingsih : J 410 070 044 Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, Maret 2012 Pembimbing I Pembimbing II Yuli Kusumawati SKM, M.Kes (Epid) NIK. 863 Farid Setyo Nugroho,SKM NIK.

ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEMELIHARAAN ORGAN REPRODUKSI DENGAN RISIKO KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X SMA N 1 WONOSARI KABUPATEN KLATEN Hilda Rukmawati Fitrianingsih, Yuli Kusumawati, Farid Setyo Nugroho Progdi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Univ. Muhammadiyah Surakarta Keputihan merupakan cairan atau lendir yang dikeluarkan oleh vagina yang berwarna putih seperti susu basi atau kuning kehijauan, bahkan sampai berbau (amis busuk), tanpa rasa gatal atau disertai rasa gatal, dapat pula disertai rasa nyeri seperti terbakar. Keputihan biasa terjadi pada remaja putri, bisa juga disebabkan oleh bakteri, parasit, virus dan jamur. Selain itu faktor psikologis juga bisa mempengaruhi remaja mengalami keputihan.populasi pada penelitian ini 197 orang siswi kelas X. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Sample Random Sampling dengan jumlah sampel 117 orang. Analisis data yang dilakukan menggunakan uji hipotesis Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemeliharaan organ reproduksi (p=0,000), sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi (p=0,000), dan perilaku tentang pemeliharaan organ reproduksi (p=0,010) dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 1 Wonosari Kabupaten Klaten. Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku pemeliharaan organ reproduksi, keputihan. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu seseorang telah jatuh sakit. Kesehatan yang dimiliki manusia merupakan hak dasar untuk menentukan kualitas sumber daya manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia agar sumber daya manusia berkualitas serta produktif diantaranya adalah faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan (Irianto at.al, 2004). Kesehatan reproduksi merupakan unsur yang paling penting dalam kesehatan umum baik wanita maupun pria. Proses reproduksi dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang menjadi tanggung jawab bersama antara pria dan wanita (Emilia, 2008). Pada masa sekarang perilaku seksual yang positif dan negatif tidak bisa dihindari oleh setiap makluk hidup apalagi sangat berkaitan erat dengan awal perkembangan masa remaja. Setiap remaja harus dibekali ilmu serta pemberian informasi yang benar dan tepat tentang aspek kesehatan reproduksi yang meliputi cara memelihara kesehatan organ reproduksi serta dapat mempraktekkan perilaku reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab agar terhindar dari penyakit-penyakit yang mungkin bisa menyerang organ reproduksinya. Maka dari itu permasalahan reproduksi selalu menjadi salah satu topik yang menarik untuk didiskusikan.

Masalah rendahnya pengetahuan mengenai reproduksi menjadi urutan yang pertama. Kurangnya pengetahuan remaja di Indonesia tentang kesehatan reproduksi serta cara melindungi diri terhadap risiko kesehatan reproduksi mengakibatkan KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan), Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dan lain-lain. Semakin banyak persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi sangat dibutuhkan sedini mungkin (Husni, 2005). Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi kesehatan organ seksual, termasuk vagina. Vagina merupakan salah satu organ reproduksi wanita yang sangat rentan terkena penyakit infeksi, salah satunya adalah keputihan. Penyakit infeksi yang dijumpai pada alat genital merupakan masalah penting. Keputihan sungguh mengganggu aktifitas sehari-hari apalagi terkadang disertai dengan adanya rasa gatal. Keputihan dapat disebabkan virus, bakteri, parasit dan jamur. Kelainan dapat berupa keluhan yang sangat ringan sampai tanpa gejala sama sekali sehingga penderita mengabaikannya, tetapi dapat pula kelainan menjadi sangat hebat disertai dengan komplikasi yang dapat mengkhawatirkan penderita bahkan sampai terjadi kematian. Penyakit venerik atau yang sering disebut dengan penyakit yang menyerang alat kelamin pada manusia meliputi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, kanker rahim, kanker servik, keputihan, dan lainnya. Masalah keputihan merupakan masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena akibat dari keputihan yang berlanjut bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan. Keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada kematian bila tidak segera mendapat penanganan. Di dunia, setiap tahun terdapat kurang lebih 400.000 kasus baru kanker serviks, sebanyak 80% terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Di Asia Pasifik ditemukan sekitar 266.000 kasus kanker serviks setiap tahunnya dan 143.000 di antaranya meninggal dunia pada usia produktif. Sedangkan di Indonesia, terdapat 40-45 kasus baru kanker serviks setiap hari dan menyebabkan kira-kira 20-25 kematian per hari (Hidayati, 2010). Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia antara 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker leher rahim dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun ( Febriana, 2012). Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia, jenis kanker tertinggi di rumah sakit seluruh Indonesia pasien rawat inap tahun 2008 adalah kanker payudara (18,4%) dan disusul dengan kanker leher rahim atau serviks (10,3%). Sedangkan menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI) tahun 2006 berdasarkan patologi di 13 center, kanker serviks menempati urutan pertama dengan angka 16%, yang kemudian disusul dengan kanker payudara (15%). Artinya, perempuan Indonesia lebih

berisiko terkena kanker (Raurel, 2012). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sembilan puluh persen dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada sauran servikal yang menuju ke dalam rahim. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks diantaranya adalah hubungan seksual usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, personal hygiene yang tidak baik yaitu salah satu pasangan menggunakan pembersih vagina dalam jangka waktu yang lama (Abidin, 2007). Hasil penelitian Husni (2005) menunjukkan bahwa survei yang dilakukan di Semarang, remaja yang memiliki pengetahuan rendah tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 43,22%, remaja yang memiliki pengetahuan cukup tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 37,28%, sedangkan remaja yang memiliki pengetahuan memadai termasuk kurangnya pengetahuan mengenai caracara merawat organ reproduksi dan penyakit yang timbul pada reproduksi 19,50%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti et.al, (2008) tentang hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas X di SMU Negeri 2 Ungaran Semarang diperoleh hasil sebagian besar remaja tidak mengalami keputihan yaitu 65 responden (65%) dan 35 responden (35%) telah mengalami keputihan karena perilaku dalam merawat organ kewanitaan kurang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik perilaku vulva hygiene maka risiko terjadinya keputihan akan semakin kecil. Hasil penelitian yang dilakukan Prasetyowati, et.al (2009) tentang hubungan personal hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi SMU Muhammadiyah Metro tahun 2009 menunjukkan 75% siswi SMU tersebut memiliki personal hygiene yang buruk sehingga mengalami keputihan. Hasil penelitian Kustriyani (2009) menunjukkan peningkatan jumlah responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan sebesar 70,20% dan terdapat peningkatan jumlah responden yang memiliki sikap baik sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan sebesar 26,30%. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi yang diberikan kepada siswi SMU Negeri 4 Semarang dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat merubah sikap. Studi pendahuluan yang dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di daerah Wonosari dan sekitarnya, di SMA Pembangunan Delanggu tidak ditemukan kasus keputihan dan pada siswi SMK Muhammadiyah Delanggu dan SMA Muhammadiyah Delanggu tidak ditemukan banyak kasus yang serupa, siswi-siswi di sekolah tersebut pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi oleh lembaga-lembaga kesehatan serta sudah mendapat pendidikan kesehatan yang dimasukkan dalam mata pelajaran biologi. Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Wonosari didapatkan 14 dari 25 siswi di SMA Negeri 1 Wonosari yang telah diwawancarai belum banyak yang mengetahui keputihan dan cara perawatan organ reproduksi terutama pada bagian vagina secara benar, selain itu terdapat beberapa siswi yang pernah mengalami keluhan keputihan dengan ciriciri adanya cairan berwarna putih yang keluar dari vagina sehingga terasa tidak

nyaman saat beraktifitas, rasa gatal pada sekitar vagina, ada juga yang mendapat keluhan bau anyir pada vagina. Kurangnya pemeliharaan pada sanitasi yang berada disekolah yang memberi gambaran tentang penggunaan sanitasi yang buruk seperti kamar kecil dengan sanitasi yang kurang baik bisa memicu terjadinya keputihan. Dari hasil studi pendahuluan memberikan gambaran bahwa pengetahuan mengenai keputihan serta cara perawatan organ reproduksi sangat diperlukan supaya dapat menentukan tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 1 Wonosari Kabupaten Klaten. METODOLOGI PENEITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Observasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan antara variabel bebas yang meliputi tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pemeliharaan organ reproduksi dengan variabel terikat yaitu kejadian keputihan (Machfoedz, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari yang memenuhi kriteria inkusi dan eksklusi sebanyak 197 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Simpel Random Sampling. Pengambilan sampel diambil dengan cara pengundian pada nomor urut siswi pada buku absensi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 117 siswi kelas X. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner terstruktur. Alternatif jawaban pada kuesioner untuk mengukur variabe tingkat pengetahuan adalah benar dan salah. Untuk mengukur variabel sikap menggunakan kategori setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Untuk mengukur variabel perilaku adalah sering, kadang, tidak pernah. Uji Validitas untuk menguji kuesioner pada penelitian ini digunakan Correlation Product Moment Pearson (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini semua butir soal sudah dilakukan uji validitas dan semua item soal dinyatakan valid ( 0,396), sedangkan untuk uji reliabilitas diakukan dengan Alfa Cronbach. Hasilnya untuk variabel pengetahuan diperoleh nilai 0,482 (r hitung 0,396), variabel sikap diperoleh nilai 0,475 (r hitung 0,396), variabel perilaku diperoleh nilai 0,741 (r hitung 0,396) sehingga semua variabel dinyatakan reliabilitas. Hasil selengkapnya disajikan di lampiran. Uji reliabilitas instrumen (Sugiono, 2010) dilakukan menggunakan dua rumus yaitu Rumus KR 20 (Kuder Richardson). Pada uji Reliabilitas diketahui tiap variabel yaitu tingkat pengetahuan remaja memiliki nilai Critical Value 0,482, sikap remaja memiliki nilai Critical Value 0,475, perilaku remaja memiliki nilai Critical Value 0,741. Bila nilai r i konstanta r tabel (0,396) maka pertanyaan reliabel. Bila nilai r i < konstanta (0,396) maka pertanyaan tidak reliabel (Machfoedz, 2005). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Chi Square. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2012 di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. memiliki sikap baik dalam pemeliharaan organ reproduksi terdapat 58 responden (49,6%). Tabel 1.Karateristik responden berdasarkan umur pada siswi Tabel 4. Perilaku Siswi SMA Negeri 1 SMA Negeri 1 Wonosari Klaten Wonosari Klaten mengenai Umur(th) Jumlah(org) Prsentase 14 2 1.7 Jumlah 15 51 43.6 Perilaku (orang) 16 63 53.8 Baik 66 56.4 17 1 0.9 Berdasarkankarateristik responden, diketahui proporsi umur dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswi kelas X yang berumur 16 tahun sebanyak 63 orang (53,8%), hal ini lebih banyak daripada yang berumur 15 tahun yaitu sebanyak 51 orang (43,6%). Tabel 2. Pengetahuan Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten mengenai pemeliharaan organ reproduksi Pngtahuan Jumlah Persentase (orang) (%) Baik 58 49.6 Tidak Baik 59 50.4 Total 117 100,0 Tabel 2 diketahui siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten memiliki pengetahuan yang tidak baik mengenai pemeliharaan organ reproduksi terdapat 59 orang (50,4%) lebih banyak daripada siswi yang memiliki pengetahuan baik terdapat 58 orang (49,6%). Tabel 3. Sikap Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten mengenai pemeliharaan organ reproduksi Sikap Jumlah (orang) Persentase (%) Baik 58 49.6 Tidak Baik 59 50.4 Total 117 100.0 Tabel 3 diketahui bahwa responden memiliki sikap tidak baik dalam pemeliharaan organ reproduksi yaitu 59 responden (50,4%) dan responden yang pemeliharaan organ reproduksi Persentase (%) idak Baik 51 43.6 Total 117 100,0 Tabel 4 menunjukkan bahwa siswi yang memiliki perilaku tentang pemeliharaan organ reproduksi baik sebanyak 66 orang (56,4%) lebih banyak daripada siswi yang memiliki perilaku yang tidak baik 51 orang (43,6%). Tabel 5. Kejadian Keputihan Pada Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten kelas X Kejadian keputihan Jumlah (orang) Persentase (%) Ya 81 69,2 Tidak 36 30,8 Total 117 100.0 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar siswi SMA Negeri 1 Wonosari mengalami keputihan yaitu sebanyak 81 responden (69,3%) sedangkan yang tidak mengalami keputihan tersebut sebanyak 36 responden (30,8%). Dalam penelitian didapatkan data hanya mengarah pada keputihan fisiologis yaitu keputihan yang normal terjadi pada wanita saat ovulasi, menjelang dan beberapa hari sesudah haid. Dari 81 responden, sebesar 69,2% yang mengalami keputihan menyatakan cairan keputihan yang keluar tidak berwarna atau bening, lendir encer, kadang gatal, dan tidak berbau. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku siswi di SMA Negeri 1 Wonosari tidak bisa memelihara kesehatan organ reproduksi dengan baik dan benar, hal tersebut bisa disebabkan kurangnya pemberian

informasi tentang kesehatan reproduksi oleh guru, teman sebaya atau orang tua. Perilaku pemeliharaan kesehatan organ reproduksi dalam kehidupan sehari-hari yang baik dan benar merupakan faktor paling penting pada perilaku remaja dalam kehidupan reproduksinya. Tabel 6. Hubungan pengetahuan pemeliharaan organ reproduksi terhadap kejadian keputihan pada Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten Penget ahuan Baik Tidak baik Keputihan responden Keputihan % 29 50% 52 88,1% Tidak keputihan % 29 50% 7 11,9% Menunjukkan bahwa remaja yang mempunyai pengetahuan tentang pemeliharaan organ reproduksi yang tidak baik dan mengalami keputihan sebanyak 52 orang (88,1%), lebih tinggi dari pada responden yang tidak mengalami keputihan sebanyak 7 orang (11,9%). Dari tabel 10 diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik memiliki kecenderungan sama dengan responden yang mengalami keputihan dengan responden yang tidak mengalami keputihan (50,0%) terdapat 29 orang. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai statistik p = 0,000 ( 0,05). Berarti Ha diterima, sehingga ada hubungan antara pengetahuan tentang pemeliharaan alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada Siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Tabel 7. Hubungan sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi terhadap kejadian keputihan pada Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten p 0,000 Sikap Baik Tidak baik Keputihan responden Keputihan % 6 10,3% 30 50,8% Tidak keputihan 52 89,7% 29 49,2% P 0,000 Tabel 7 Menunjukkan bahwa remaja yang memiliki sikap baik tentang pemeliharaan organ reproduksi dan tidak mengalami keputihan sebanyak 52 orang (89,7%), hal ini cenderung lebih tinggi daripada responden dengan sikap baik dan mengalami keputihan sebanyak 6 orang (10,3%). Remaja yang memiliki sikap tidak baik dan mengalami keputihan sebanyak 30 orang (50,8%) dan sebagian lagi tidak mengalami keputihan sebanyak 29 orang (49,2%). Hasil analisis diperoleh nilai statistik p=0,000 0,05. Berarti Ha diterima, artinya ada hubungan antara sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada Siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Tabel 8. Hubungan perilaku pemeliharaan organ reproduksi terhadap kejadian keputihan pada Siswi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten periaku Baik Tidak baik Keputihan responden Keputihan % 14 21,2% 22 43,1% Tidak keputihan % 52 78,8% 29 56,9% p 0,010 Tabel 8 menunjukkan bahwa responden dengan perilaku baik tentang pemeliharaan kesehatan organ reproduksi cenderung lebih banyak yang tidak mengalami keputihan yaitu sebanyak 52 orang (78,8%), sedangkan responden dengan perilaku yang tidak baik tentang pemeliharaan kesehatan organ reproduksi yang mengalami keputihan terdapat 22

orang (43,1%) sedikit lebih rendah dari pada yang tidak mengalami keputihan terdapat 29 orang (56,9%). Hasil analisis diperoleh nilai statistik p 0,05 adalah 0,010. Berarti Ha diterima, artinya ada hubungan antara perilaku pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari, dengan nilai p = 0,000. 2. Ada hubungan antara sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari, dengan nilai p = 0,000. 3. Ada hubungan antara perilaku tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari, dengan nilai p = 0,010. Saran 1. Bagi Siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Siswi kelas X perlu mencari informasi tentang bagaimana cara pemeliharaan organ reproduksi yang baik dan benar. Hal itu diperlukan agar masalah-masalah kesehatan reproduksi bisa cepat diketahui dan cepat pula dalam proses penanganannya. 2. Bagi Institusi Sekolah Pihak sekolah juga perlu memberikan dorongan kepada anak didiknya untuk secara aktif mencari tahu informasi mengenai kesehatan reproduksi. Selain itu diperlukan penambahan pendidikan kesehatan reproduksi dalam mata pelajaran biologi. 3. Bagi peneliti lain Penelitian ini masih bisa untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya dengan faktor-faktor lain yang masih berhubungan dengan tingkat pengetahuan dalam pemeliharaan organ reproduksi terhadap kejadian keputihan. Faktor yang dapat dikembangkan antara lain faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, macam-macam informasi yang didapat responden untuk meningkatkan tingkat kesehatan reproduksi dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Astuti, P Marti. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Organ Reproduksi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri II Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun 2010. [Skripsi]. Yogyakarta : STIKES Alma Ata. Astuti, W, dkk. 2008. Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas X di SMU Negeri 2 Ungaran Semarang. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Volume 4, Nomor 2, Desember 2008. Halaman 59 65. Afriani, F.2005.Hubungan Beberapa Faktor Remaja Putri Terhadap Kejadian Keputihan di SMA 1 Salatiga Mei 2005.[skripsi] Arikunto,S.2006.Prosedur enelitian.suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Arikunto, S.2009.Manajemen Penelitian. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Admin.2008. Situasi Kesehatan Reproduksi dan Seksual Remaja di Bali http://remajabali.wordpress.com diakses pada tanggal 18 Oktober 2011 pukul 10.20 WIB. Agustina, F. 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol.3,No.3 Desember 2008. Budiman, N. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Wanita Pekerja Seks (Wps) Jalanan Dalam Upaya Pencegahan Ims dan Hiv/Aids di Sekitar Alun-Alun dan Candi Prambanan Kabupaten Klaten (Thesis). Semarang : UNDIP. http://eprints.undip.ac.id/18461/ BKKBN. 2008. Modul Pelatihan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor Sebaya. Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak- Hak Reproduksi. BKKBN. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja.http://belajarpsikologi.com/kese hatan reproduksi remaja/ diakses pada tanggal 16 Februari 2012 pukul 08.00 WIB Clayton, C.1995.Keputihan dan Infeksi Jamur Kandida Lain.Alih bahasa Adja Dharma dan F.X.Budiyanto. Jakarta :Arcan. Dahlan, M.2009.Besar Sampel dan Cara Pengembalian Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta:Salemba Medika. Depkes, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat, Kabupaten dan Kota Sehat. Jakarta : Departemen Kesehatan. Dinkes, 2003. Profil kesehatan propinsi Jawa Tengah 2003. http://www.dinkesjatengprov.go.id/do kumen/profil/2003/bab4.htm diakses pada tanggal 23 januari 2012 pukul 15.00 WIB. Emilia, O. 2008. Promosi Kesehatan Dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi. Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran UGM. Endarto, dkk. Parmadi Sigit. 2000. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Beresiko pada Remaja Di SMK Negeri 4 Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta. Febriana, K. 2012. KESEHATAN: Kanker Serviks Perlu Dideteksi Sejak Dini. http://www.solopos.com/2012/lifestyle/k esehatan/kesehatan kanker serviksperlu dideteksi sejak dini 182893 Hacker, N.et.al. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Ed. 2. Jakarta: Hipokrates. Hidayati, 2010. Kanker servik ancam kualitas hidup perempuan. http://jurnalmedika.com/edisi tahun 2010/edisi no 03 vol xxxvi 2010/172 kegiatan/213 kanker serviks ancamkualitas hidup perempuan diakses pada tanggal 24 april 2012 pukul 10.20 WIB. Huriah, dkk. 2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi oleh Kelompok Sebaya (Peer Group) terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta. Mutiara Medika. Vol. 8 No.2 :89-96. Juli 2008 Husni,F. 2005. Kesehatan Reproduksi Remaja. Maret 2005. http://www.suaramerdeka.com/harian/050 3/14/opi04.htm di akses pada tanggal 28 April 2012 pukul 10.20 WIB. Harahap. 2011. Referensi Kesehatan. http://creasoft.wordpress.com diakses pada tanggal 25 Oktober 2011 pukul 20.15 WIB.

Indarsita, D. 2006. Hubungan Faktor Eksternal dengan Perilaku Remaja Dalam Hal Kesehatan Reproduksi di SLTPN Medan Tahun 2002. Jurnal Ilmiah PANNMED. Vol.1, No.1,Juli 2006. Ibrahim, Z. 2002. Psikologi Wanita. Bandung : Pustaka Hidayah. Irianto, K, dkk.2004.gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Trama Widya. Iswati, E. 2010. Awas Bahaya Penyakit Kelamin. Jogjakarta : Diva Press. Kustriyani, M. 2009. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Siswi Sebelum dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang Keputihan Di SMU Negeri 4 Semarang.[Skripsi]. Semarang : Fakultas Kedokteran, UNDIP. Kognisi. 1997. Anak Remaja dan Keluarga. Majalah Ilmiah Fakultas Psikologi UMS. Marwanti, S. 2004. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Praktek Perawatan Organ Reproduksi Eksternal Pada Siswi di SLTP Negeri 27 Kota Semarang. [Skripsi] Maryanti, D, dkk. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktek. Yogyakarta : Nuha Medika. Miqdad, A.A.A.,2001. Pendidikan Seks Bagi Remja Menurut Hukum Islam.Yogyakarta : Mitra Pusaka. MDGs, 2011. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milennium Indonesia http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004 /BI/IndonesiaMDG_BI_Goal5.pdf diakses pada tanggal 9 Desember 2011 pukul 13.30 WIB. Machfoedz, I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Machfoedz, I, dkk. 2005.Tehnik Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan Keperawatan. Yogyakarta : Fitramaya. Murti, 2010. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatis di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : PT.Asdi Mahasatya. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.Asdi Mahasatya. Notoatmodjo, S. 2011. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Nadesul, H. 2008. Cara Sehat Menjadi Perempuan. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara. Nanda, 2008. Millenium Development Goals 2015 in Indonesia. http.//www.skyscrapercity.com/archiv e/index.php/t-565841.html diakses pada tanggal 30 Desember 2010 pukul 19.00 WIB. Nadesul, H. 2009. Resep Mudah Tetap Sehat, Cerdas Menaklukkan Semua Penyakit Orang Sekarang. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara. Outlook. 2000. Kesehatan Reproduksi Remaja : Membangun Perubahan yang bermakna. Vol.6.Jakarta : UNFPA Okanegara, 2007. Dunia Remaja Indonesia. http://duniaremajaindonesia.blogspot. com/2007/09/kondisi-remajaindonesia-saat-ini.html diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pukul 08.30 WIB. Prasetyowati, Y, dkk.2009. Hubungan personal hygiene dengan kejadian

keputihan pada siswa smu muhammadiyah 1 metro. Jurnal kesehatan Metro Sai Wawai. Vol.II, No.2 Edisi Desember 2009,ISSN: 19779-469X:45-51. Pudiastuti, R. 2010. Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan.Jakarta : PT. Indeks. Prihatiningsih, D, dkk.2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Volume 4, Nomor 1. Juli 2008. Hal 16-23. Raurel, R. 2012. Setiap 1 jam wanita meninggal karena kanker servik. http://adajendeladunia.blogspot.com/20 12/04/setiap jam 1 wanita indonesiameninggal.html Saryono, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jogjakarta:Mitra Cendikia Press. Sarwono, S.2008. Psikologi Remaja. Edisi revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Soetjiningsih.2004.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV. Sagung Seto. Siswosudarmo, dkk. 2008. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi.Fakultas Kedokteran UGM. Jogjakarta: Pustaka Cendekia Press. Suryoputro, dkk. 2006. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah : Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Jurnal Kesehatan, Makara. Vol.10, No. 1. Juli 2006: 29-40. Sugiyono.2010.Statistik Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta. Sastroasmoro, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:Sagung Seto. Smeltzer, S.C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Brunner & Suddarth/ editor, alih bahasa agung waluyo. Jakarta : EGC. Syaifuddin.2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa. Jakarta : Salemba Medika. Sarjadi. 1995. Patologi Ginekologik. Jakarta : Hipokrates. Uyun, Z.1997.Remaja dan Kesehatan Reproduksi.Kognisi : Majalah Ilmiah Fakultas Psikologi UMS Wulandari, A. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika. Widyastuti, dkk.2009.kesehatan Reproduksi.Yogyakarta : Fitramaya. Yuliarti, N. 2009. A-Z Women Health & Beauty, Paduan Sehat dan Cantik bagi Wanita.Ed.I. Jogjakarta: Andi.