JUMLAH UANG SAKU DAN KEBIASAAN MELEWATKAN SARAPAN BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI LEBIH ANAK SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Sarapan Pagi Terhadap Status Gizi Anak Usia Sekolah di SDN Gisikdrono 01 Semarang

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA

KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR DAN HUBUNGANNYA TERHADAP STATUS GIZI DI SEKOLAH DASAR SUNGAI RAMBUTAN KABUPATEN OGAN ILIR

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH DI SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

HUBUNGAN KONTRIBUSI BEBAN GLIKEMIK MAKANAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI SMP FULL DAY SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

PERBEDAAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA REMAJA DENGAN ORANG TUA DIABETES MELITUS (DM) DAN NON DM

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KEBUGARAN FISIK DAN IMEJ TUBUH DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SMA Dl KOTA BANDA ACEH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Kata kunci: pegawai negeri sipil, pola makan, aktivitas fisik, sikap, pengetahuan, status gizi

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI KLEDOKAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VISUAL AIDS TERHADAP SIKAP TENTANG JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V DI SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN OBESITAS PADA ANAK KELAS 2 DI SD MUHMMADIYAH MLANGI SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUPAN ENERGI DAN AKTIVITAS FISIK BERHUBUNGAN DENGAN Z-SCORE IMT/U ANAK SEKOLAH DASAR DI DAERAH PERDESAAN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

ASUPAN DAN KECUKUPAN GIZI ANTARA REMAJA OBESITAS DENGAN NON OBESITAS

Ardiansul Abram Sisfiani Sarimin Franly Onibala

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah di Kota Denpasar

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

ABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha

KEBIASAAN SARAPAN PAGI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI MURID SDN INPRES 3 TONDO, KOTA PALU. Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Bohari*

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SD NEGERI DI KELURAHAN TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING DAN REINFORCING DENGAN KEBIASAAN SARAPAN ANAK SEKOLAH DASAR (KASUS DI SDN WARU 2, SIDOARJO)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD ADVENT DI KOTA MEDAN TAHUN Oleh : SUNTHARA VIGNES MOOGAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa. latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi Siswi SMAN 3 Surabaya

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 KINTAMANI Remaja merupakan sebuah transisi

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA DI PONDOK PESANTREN AL-IZZAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

KEBIASAAN SARAPAN, STATUS GIZI, DAN KUALITAS HIDUP REMAJA SMP BOSOWA BINA INSANI BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Siswa Kelas IV dan V di Sekolah Dasar Tarakanita Gading Serpong

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

GAMBARAN UANG SAKU DAN PENGELUARAN KONSUMSI PANGAN PADA PENDERITA OVERWEIGHT DAN OBESITAS MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FREKUENSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP N 5 KARANGANYAR

GAMBARAN REMAJA OBESITAS TENTANG PENGETAHUAN POLA MENU SEIMBANG DI SMPN 30 MAKASSAR

Transkripsi:

JUMLAH UANG SAKU DAN KEBIASAAN MELEWATKAN SARAPAN BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI LEBIH ANAK SEKOLAH DASAR Zia Rosyidah, Dini Ririn Andrias, Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia E-mail: ziarosyidah@gmail.com ABSTRAK Prevalensi gizi lebih di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Gizi lebih terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan. Gizi lebih perlu mendapat perhatian serius karena berhubungan dengan berbagai komplikasi masalah kesehatan di masa dewasa, termasuk diabetes dan penyakit jantung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara jumlah uang saku dan kebiasaan sarapan dengan status gizi lebih anak sekolah dasar. Penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional ini dilakukan di SDN Ploso I- Kecamatan Tambaksari Surabaya. Besar sampel adalah responden yang diambil secara simple random sampling pada siswa kelas IV dan V. Hubungan antar variabel dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 3,7% responden melewatkan sarapan. Rata-rata besar uang saku responden Rp.894,3 ± 3.,06. Status gizi responden sebagian besar terkategori obesitas (34,6%) dan gemuk (8,8%). Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara jumlah uang saku (p=0,000) dan kebiasaan sarapan (p=0,00) dengan status gizi lebih. Sehingga disimpulkan bahwa jumlah uang saku dan kebiasaan melewatkan sarapan berkontribusi pada terjadinya status gizi lebih anak sekolah dasar. Orang tua bertanggung jawab menyediakan makanan yang memenuhi gizi anak, membiasakan anak untuk sarapan di rumah, dan memberi uang saku anak tidak lebih dari Rp.894,3 ± 3.,06. Kata kunci: gizi lebih, sarapan, uang saku ABSTRACT The prevalence of overnutrition in Indonesia is increasing from year to year. Overnutrition occurs because of an imbalance between consumed and expended energy. Overnutrition needs a serious attention because it deals with a variety of health problem complications in adult, such as diabetes and heart disease. This research aims to analyze the association between the amount of pocket money and breakfast habit with overnutrition status in elementary school children. Analytical observational research with cross sectional design was conducted in SDN Ploso I- Tambaksari Surabaya. The sample size was, which was taken by using simple random sampling technique in 4th and th grade students. Association among variables were analyzed using Chi-Square test. The result showed that 3.7% of respondents skip breakfast. The mean of respondent s pocket money was IDR.894,3 ± 3.,06. Majority of respondents were obese (34.6%) and overweight (8.8%). Chi-Square test showed there was an association between the amount of pocket money (p=0.000) and breakfast habits (p=0.00) with overnutrition status. It can be concluded that the amount of pocket money and breakfast skipping habit contribute to overnutrition status in elementary school children. Parents are responsible for providing foods with adequate nutrition for children, habituate children to have breakfast at home, and provide pocket money to children with amount less than IDR.894,3 ± 3.,06. Keywords: breakfast, overnutrition status, pocket money PENDAHULUAN Status gizi lebih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemic global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani (WHO, 000). Status gizi lebih pada anak merupakan salah satu faktor risiko non communicable disease (NCDs) yang perlu mendapat perhatian serius karena berhubungan dengan berbagai komplikasi masalah kesehatan, termasuk diabetes dan penyakit jantung (WHO, 03). Secara global, prevalensi status gizi lebih pada dewasa mengalami peningkatan sebesar 7,% antara tahun 980 dan 03, sedangkan pada anak-anak, peningkatannya jauh lebih besar yaitu

Media Gizi Indonesia, Vol. 0, No. Januari Juni 0: hlm. 6 47,% (WHO, 03). Di negara maju, prevalensi obesitas anak sebesar 3,8% pada laki-laki dan,6% pada perempuan dan di negara berkembang sebesar,9% pada laki-laki serta 3,4% pada perempuan (Marie Ng, dkk., 03). Angka prevalensi obesitas pada anak-anak lebih tinggi di negara berpendapatan tinggi dibanding negara berpendapatan rendah dan menengah. Namun, secara jumlah absolut, lebih banyak anak obesitas yang tinggal di negara berpendapatan rendah dan menengah, dibanding di negara berpendapatan tinggi (WHO, 03). Di Indonesia, prevalensi nasional status gizi lebih pada anak terus mengalami peningkatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 00 dan 03 menunjukkan prevalensi gizi lebih Nasional pada anak sekolah (6- tahun) mengalami peningkatan dari 9,% menjadi 8,8%. Provinsi Jawa Timur memiliki prevalensi gizi lebih sebesar,4% pada tahun 00 dan melebihi prevalensi Nasional. Penelitian yang telah dilakukan oleh Yaqin dan Faridha tahun 04 di SDN Ploso II Kecamatan Tambaksari Surabaya (sekarang menjadi SDN Ploso I- Surabaya) menghasilkan data bahwa prevalensi gizi lebih sebesar 0%, yang terdiri dari 8% gemuk dan % sangat gemuk, dimana prevalensi tersebut melebihi prevalensi Kota Surabaya berdasarkan hasil Riskesdas tahun 007 sebesar 8,9%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat masalah gizi lebih di SDN Ploso I- Surabaya. Status gizi lebih sering dikaitkan dengan kebiasaan melewatkan sarapan. Hasil penelitian Rampersaud, dkk (00) menunjukkan bahwa melewatkan sarapan dapat berisiko untuk menjadi obesitas dan memiliki gangguan kesehatan. Hasil penelitian Alamin (03) di SDN Sukorejo Semarang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara sarapan pagi di rumah dengan konsumsi makanan jajanan di sekolah. Anak yang terbiasa melewatkan sarapan cenderung lebih sering mengonsumsi makanan jajanan di sekolah. Makanan jajanan berfungsi sebagai makanan yang pertama kali masuk pencernaan bagi anak yang tidak terbiasa sarapan sehingga jajanan menjadi penting artinya (Hidayati dkk, 007). Anak-anak dan remaja yang terbiasa melewatkan sarapan berisiko 3 kali lebih tinggi untuk mengonsumsi jajanan dan sulit mengontrol nafsu makan mereka sehingga dapat menyebabkan obesitas (Kral, 0). Apalagi, 9% anak diberi uang saku oleh orang tuanya sehingga kemungkinan untuk membeli makanan jajanan lebih tinggi (Depkes RI, 0). Lawrence Green dalam Notoatmodjo (003) mengungkapkan bahwa perilaku konsumsi makanan berkalori tinggi dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap), faktor pemungkin (kesibukan orang tua, lingkungan sosial, dan besarnya uang saku), serta faktor penguat (dukungan teman dan promosi media). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara jumlah uang saku dan kebiasaan sarapan dengan status gizi lebih anak sekolah dasar. METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SDN Ploso I- Surabaya Kecamatan Tambaksari Surabaya tahun ajaran 04/0 dengan jumlah untuk kelas IV sebesar 3 siswa dan jumlah untuk kelas V sebesar 4 siswa sehingga total populasi dalam penelitian ini adalah 4 siswa. Besar sampel adalah siswa yang dipilih secara acak dengan metode Simple Random Sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 0. Status gizi lebih dinilai secara antropometri dengan indikator IMT/U. Anak dikategorikan gemuk jika Z-score IMT/U dan dikategorikan obesitas jika Z-score IMT/U (Kemenkes RI, 00). Berat badan diukur minimal dua kali menggunakan alat timbang badan digital dan tinggi badan diukur menggunakan microtoise dengan ketelitian 0, cm. Data dikumpulkan melalui wawancara terhadap anak sekolah menggunakan kuesioner terstruktur. Uang saku yang ditanyakan adalah jumlah uang saku dalam sehari dan jumlah uang saku yang digunakan untuk membeli makanan jajanan dalam sehari. Kebiasaan sarapan dikategorikan menjadi tidak pernah jika dalam seminggu terakhir tidak pernah sarapan di rumah, dikategorikan menjadi kadang-kadang jika sarapan di rumah sebanyak 3 kali dalam seminggu

Zia dkk., Jumlah Uang Saku dan Kebiasaan Melewatkan Sarapan 3 terakhir, dan dikategorikan selalu sarapan jika sarapan di rumah lebih dari 3 kali dalam seminggu terakhir. Uji statistik yang digunakan yaitu Uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan 9% (α = 0,0). Penelitian ini telah lolos kaji etik dari komisi etik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga No: 03-KEPK. HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata usia responden 0,6 ± 0,78 tahun dengan proporsi yang hampir berimbang antara laki-laki (,9%) dan perempuan (48,%). Ratarata uang saku per hari sebesar Rp.894,3 ± 3.,06 dengan uang saku minimal Rp.000,00 dan maksimal Rp.000,00. Sebesar 67,3% responden memiliki uang saku per hari di atas ratarata tersebut. Rata-rata uang saku yang digunakan untuk membeli makanan jajanan adalah sebesar Rp 3.76,9 ±.080,, dengan jumlah uang saku untuk membeli jajan minimal Rp 00,00 dan maksimal Rp.000,00. Uang saku yang besar mengakibatkan anak cenderung lebih sering mengonsumsi makanan jajanan di sekolah (French, 004). Beberapa penelitian lain menunjukkan rata-rata besar uang saku anak sekolah dasar di Jawa cukup beragam, antara lain Rp. pada siswa SD di Kota Batu (Kristianto, dkk., 03), Rp 00 Rp 0.000 di Semarang (Aprilia, 0), dan Rp 7.7,8 pada penelitian lain di Semarang (Putra, 009). Peningkatan sosial ekonomi anak akan diiringi dengan peningkatan konsumsi makanan jajanan dan makanan yang manis. Apabila makanan yang dikonsumsi berkalori tinggi, maka akan berisiko terhadap terjadinya status gizi lebih. Kebiasaan jajan merupakan salah satu kebiasaan makan yang kurang baik apabila makanan jajanan yang dikonsumsi kurang berkualitas atau mengganggu makanan utama (Rosyidah, 0). Moehji (003) menyebutkan bahwa anak usia 6 tahun menolak sarapan pagi di rumah dan meminta uang saku sebagai gantinya. Kebiasaan sarapan terlihat belum banyak dilakukan oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 3,7% responden yang tidak pernah sarapan walaupun sebesar 44,% responden selalu sarapan. Permasalahan Tabel. Karakteristik Responden, Jumlah Uang Saku, Kebiasaan Sarapan, dan Status Gizi di SDN Ploso I- Surabaya Tahun 0 Variabel n (%) Karakteristik Responden Umur 9 tahun 0 tahun tahun tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Uang Saku Total dalam Sehari < Rp.894,3 ± 3.,06 Rp.894,3 ± 3.,06 Uang Saku yang Digunakan untuk Membeli Jajanan < Rp 3.76,9 ±.080, Rp 3.76,9 ±.080, Kebiasaan Sarapan Tidak pernah Kadang-kadang Selalu Aktivitas Fisik Rendah Tinggi Status Gizi Obesitas Gemuk Normal Kurus Sangat kurus 4 0 3 7 3 3 49 3 7,7 38, 44, 9,6,9 48, 3,7 67,3,8 94, 3,7 3, 44, melewatkan sarapan pada anak dan remaja tidak hanya terjadi di Indonesia. Analisis Rampersaud, dkk (00) terhadap hasil-hasil penelitian di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa menunjukkan sebesar 0 30% anak dan remaja terbiasa melewatkan sarapan. Masih cukup tingginya proporsi anak sekolah yang melewatkan sarapan patut mendapat perhatian serius, mengingat pentingnya sarapan bagi anak. Bukti ilmiah menunjukkan sarapan dapat membantu memperbaiki fungsi kognitif yang berhubungan dengan memori, prestasi belajar dan tingkat kehadiran di sekolah (Rampersaud, dkk., 00). Kebiasaan sarapan yang baik juga berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih sehat dan aktivitas fisik yang lebih tinggi pada anak sekolah (Sandercock, dkk., 00). Sedangkan anak yang tidak pernah sarapan akan kekurangan energi dalam beraktivitas, selain itu 0 8 0,0 34,6 8,8 3, 9,6 3,8

4 Media Gizi Indonesia, Vol. 0, No. Januari Juni 0: hlm. 6 juga kurang berkonsentrasi, mudah lelah, dan mudah mengantuk. Hasil pengukuran status gizi menunjukkan bahwa sebagian besar responden terkategori obesitas yakni sebesar 34,6%. Apabila dijumlahkan antara kategori obesitas dan gemuk maka didapat angka prevalensi gizi lebih sebesar 63,4%. Hasil tersebut melebihi prevalensi hasil penelitian sebelumnya oleh Yaqin dan Faridha (04) di mana prevalensi gizi lebih di SDN Ploso I- Surabaya hanya sebesar 0%. Prevalensi tersebut jauh di atas prevalensi Kota Surabaya berdasarkan hasil Riskesdas tahun 007 sebesar 8,9%. Tingginya prevalensi obesitas di lokasi penelitian menunjukkan perlunya perhatian serius. Sebab, anak yang mengalami obesitas berisiko mengalami obesitas pula ketika dewasa, dan obesitas pada masa dewasa berhubungan secara kuat dengan comorbidity yang berkontribusi terhadap penyakit cardiovascular dan diabetes (WHO, 03). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara responden yang mendapat uang saku lebih dari atau sama dengan rata-rata sebagian besar (88,6%) yang memiliki status gizi lebih. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah uang saku dengan status gizi lebih (P < 0,0). Penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya penggunaan uang saku untuk membeli makanan jajanan berhubungan dengan kejadian gizi lebih. Menurut Budiyanto (009), faktor yang memengaruhi status gizi seseorang salah satunya adalah tingkat konsumsi zat gizi, ketersediaan pangan, dan tingkat pendapatan. Bagi anak sekolah, tingkat pendapatan dapat diartikan dengan besar uang saku. Besar uang saku yang dimiliki anak sekolah menentukan daya beli terhadap makanan selama anak tersebut berada di luar rumah. Semakin tinggi jumlah uang saku yang didapatkan, semakin tinggi daya beli dalam membeli makanan jajanan. Umumnya, semakin besar uang saku anak sekolah, maka akan semakin besar kemampuan membeli makanan dan mendorong konsumsi berlebih. Jumlah uang saku yang lebih besar membuat anak sekolah sering mengonsumsi makanan jajanan yang mereka sukai tanpa menghiraukan kandungan gizinya. Mereka memiliki kebebasan untuk memilih sendiri makanannya dan cenderung membeli makanan yang menarik tanpa memperhatikan apakah makanan tersebut bergizi seimbang atau tidak. Pemilihan makanan yang salah pada akhirnya dapat memengaruhi status gizi anak (Rosyidah, 0). Tabel. Hubungan antara Jumlah Uang Saku dan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi Lebih Anak Sekolah Dasar di SDN Ploso I- Surabaya Tahun 0 Jumlah Uang Saku dan Kebiasaaan Sarapan Jumlah Uang Saku < Rp.894,3 ± 3.,06 Rp.894,3 ± 3.,06 Kebiasaan Sarapan Tidak pernah Kadang-kadang Selalu Status Gizi Total Gizi Kurang Gizi Normal Gizi Lebih n (%) n (%) n (%) N (%) 4 9,4,7,9 33,3 8,7 0 0 8,8,7,9 8,3 43, 3 7,8 88,6 88, 8,3 47,8 3 3 P 0,000 0,00 Tabel 3. Hubungan antara Jumlah Uang Saku dengan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Dasar di SDN Ploso I- Surabaya Tahun 0 Jumlah Uang Saku Jumlah Uang Saku < Rp.894,3 ± 3.,06 Rp.894,3 ± 3.,06 Kebiasaan Sarapan Total Tidak Pernah Kadang-Kadang Selalu n (%) n (%) n (%) N (%) 3 4,6 40,0 4 8 3,,9 0 3 8,8 37, 3 P 0,7

Zia dkk., Jumlah Uang Saku dan Kebiasaan Melewatkan Sarapan Gizi lebih pada anak sekolah dasar juga berkaitan dengan kebiasaan sarapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara responden yang memiliki status gizi lebih, sebagian besar (88,%) mempunyai kebiasaan tidak pernah sarapan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi lebih (P < 0,00). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Ristiana (009) dan Ahmad (0), yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kebiasaan sarapan dengan status gizi. Hasil penelitian McCormick, dkk., (00) pada anak sekolah di Fiji juga menunjukkan bahwa semakin sering anak melewatkan sarapan maka risiko terjadinya kegemukan menjadi lebih tinggi. Pada anak yang tidak sarapan kemungkinan akan mengurangi rasa lapar dengan membeli makanan jajanan, yang justru kurang seimbang dari segi kandungan gizi. Menurut Siagian (004), melewati pagi hari tanpa sarapan mengakibatkan perubahan pada ritme, pola, dan siklus waktu makan. Orang yang tidak sarapan merasa lebih lapar pada siang dan malam hari daripada mereka yang sarapan sehingga mereka akan mengonsumsi lebih banyak makanan pada waktu siang dan malam hari. Asupan makanan yang disimpan pada malam hari akan berakibat pada meningkatnya glukosa yang disimpan sebagai glikogen. Karena aktivitas fisik pada malam hari sangat rendah, glikogen kemudian disimpan dalam bentuk lemak dan menyebabkan terjadinya gizi lebih. Rampersaud dkk (00), dalam meta analisisnya menyimpulkan bahwa melewatkan sarapan merupakan perilaku yang banyak ditemukan pada anak dengan gizi lebih dan cenderung berhubungan dengan pola makan yang salah serta aktivitas fisik yang rendah. Anak yang melewatkan sarapan cenderung kurang melakukan aktivitas fisik sehingga dapat berkontribusi terhadap keseimbangan energi positif dan peningkatan berat badan. Penyebabnya adalah ketidakseimbangan energi yang masuk dan energi yang keluar. Apabila dilakukan uji hubungan menggunakan uji Chi-Square, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah uang saku dengan kebiasaan sarapan (P > 0,0). Hasil ini didukung oleh penelitian Hermina, dkk (009) bahwa uang saku bukan merupakan faktor pemungkin terhadap kebiasaan sarapan. Kebiasaan sarapan dikaitkan dengan ketersediaan makan pagi di rumah dan menunjukkan adanya hubungan. KESIMPULAN DAN SARAN Jumlah uang saku melebihi Rp.894,3 ± 3.,06 dan kebiasaan melewatkan sarapan berkontribusi pada terjadinya status gizi lebih anak sekolah dasar. Orang tua sebaiknya menyediakan serta membiasakan anaknya untuk sarapan pagi di rumah sebelum anak berangkat sekolah, memberi uang saku anak tidak lebih dari Rp.894,3 ± 3.,06, dan dapat membawakan bekal sekolah untuk mengurangi kemungkinan anak membeli makanan jajanan di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, S., Waluyo, & Farissa F. (03). Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dan Jajan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di SD Negeri Kledokan Depok Sleman Yogyakarta. Medika Respati, 8(). Diakses dari http://journal.respati.ac.id/ index.php//medika/article/viewfile/9/9 Alamin, R. L., & Syamsianah, A. (04). Hubungan Sarapan Pagi di Rumah dan Jumlah Uang Saku dengan Konsumsi Makanan Jajanan di Sekolah pada Siswa SD N Sukorejo 0 Semarang. Jurnal Gizi, 3(). Diakses dari http://jurnal.unimus. ac.id/index.php/jgizi/article/view/36 Aprillia, B. A. (0). Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan Jajanan pada Anak Sekolah Dasar (Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang). Diakses dari http:// eprints.undip.ac.id/3606/ Budiyanto, A. K. (009). Gizi dan Kesehatan. Malang: Bayu Media dan UMM Press. Departemen Kesehatan RI. (0). Jejaring Informasi Pangan dan Gizi Edisi II. Jakarta: Depkes RI. French, S., & Mary S. Food advertising and marketing directed at children and adolescents in the US. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, (),. Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC466/

6 Media Gizi Indonesia, Vol. 0, No. Januari Juni 0: hlm. 6 Hermina, A. N., & Rina A. (009). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebiasaan Makan Pagi pada Remaja Putri di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research), 3(), 94-00. Diakses dari http://ejournal. litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/ view/48 Hidayati, S.N., Rudi I., & Boerhan H. (007). Obesitas pada Anak. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Kementrian Kesehatan RI. (0). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 99/ Menkes/SK/XII/00 tentang Standar Antropometri Penilian Status Gizi Anak. Diakses dari http://gizi.depkes.go.id/ Kral, T. V., Whiteford, L. M., Heo, M., & Faith, M. S. (0). Effects of eating breakfast compared with skipping breakfast on ratings of appetite and intake at subsequent meals in 8-to 0-yold children. The American journal of clinical nutrition, 93(), 84-9. Diakses dari http:// ajcn.nutrition.org/content/ 93//84.short Kristianto, Y., Bastianus D. R., & Annasari M. (03). Faktor Determinan Pemilihan Makanan Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(), 489-494. Marie, N., Tom F., Margaret R., Blake T., & Nicholas G. (04). Global, regional, and national prevalence of overweight and obesity in children and adults during 980 03: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 03. The Lancet, 384(994), 766-78. Diakses dari http://www.sciencedirect. com/science/article/pii/s04067364604608 McCormick, T., Thomas J. J., Bainivualiku A., Khan A. N., & Becker A. E. (00). Breakfast Skipping as A Risk Correlate of Overweight and Obesity in School-Going Ethnic Fijian Adolescent Girls. Asia Pacific journal of clinical nutrition, 9(3), 37. Diakses dari http://www. ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/08008 Moehji, S. (003). Ilmu Gizi, Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar Sinanti Bhratara. Notoatmodjo, S. (003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta. Putra, A. E. (00). Gambaran Kebiasaan Jajan Siswa di Sekolah (Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang). Diakses dari http:// eprints.undip.ac.id/4807/ Rampersaud, G. C., Pereira, M. A., Girard, B. L., Adams, J., & Metzl, J. D. (00). Breakfast habits, nutritional status, body weight, and academic performance in children and adolescents. Journal of the American Dietetic Association, 0(), 743-760. Diakses dari http://www.ncbi. nlm.nih.gov/pubmed/883 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (03). Riset Kesehatan Dasar 03. Jakarta: Balitbangkes, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Ristiana, S. (009). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Sarapan dengan Status Gizi dan Indeks Prestasi Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No. 083 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 009. Diakses dari http:// www.researchgate.net/ Rosyidah, Z. (0). Hubungan antara Jumlah Uang Saku, Kebiasaan Sarapan, dan Pola Konsumsi Makanan Jajanan dengan Status Gizi Lebih Anak Sekolah Dasar (Studi di SDN Ploso I- Kecamatan Tambaksari Surabaya) (Skripsi Tidak terpublikasi). Universitas Airlangga, Surabaya. Sandercock, G.R.H., Voss C., & Dye L. (00). Associations between Habitual School-day Breakfast Consumption, Body Mass Index, Physical Activity, and Cardiorespiratory Fitness in English Schoolchildren. European Journal of Clinical Nutrition, 64(0), 086-09. Diakses dari http://www.nature.com/ejcn/journal/v64/ n0/abs/ejcn004a.html Siagian, A. (004). Hubungan Sarapan dan Obesitas. Diakses dari http://www.kompas. com/ WHO. (000). Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic. Geneva: WHO Technical Report Series. WHO. (03). Interim Report of the Commision on Ending Childhood Obesity. Geneva: WHO Technical Report Series. Yaqin, M. K., & Faridha N. (04). Prevalensi Obesitas pada Anak Usia SD Menurut IMT/U di SD Negeri Ploso II No 3 Surabaya. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, (). Diakses dari http://ejournal.unesa.ac.id/ index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/article/ view/80/0