II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. matematika, perlu diciptakan situasi-situasi di mana siswa dapat aktif, kreatif

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB II KAJIAN TEORITIS

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh Indah Fajrina

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Matematika dari dulu hingga sekarang merupakan mata pelajaran yang sarat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT SIFAT CAHAYA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. memungkinkan manusia mengubah tingkah laku secara permanen. Sedangkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN PENDEKATAN SAVI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 KEPOHBARU TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Endang Tri Bawani

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari sikap kurang baik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutarmi 36 A, Surakarta

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. Pembelajaran IPA akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Landasan Teori mengenai Model Pembelajaran SAVI

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan dari fakta dilapangan, siswa seringkali merasa cepat

BAB II PENDEKATAN SAVI DENGAN BANTUAN MEDIA SIMULASI CROCODILE PHYSICS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMANTULAN CAHAYA

Dari beberapa definisi tersebut maka pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai sebuah pembelajaran yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. melakukan tindakan. Motivasi dalam belajar sangatlah penting dan

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AIR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 18 PADANG

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIK, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS MATEMATIK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (dalam Dahar, 1989:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fatmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. signifikan untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan. bangsa dan negara demi tercapainya sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mampu memantau tingkat perkembangan hasil belajar siswa.

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

Kata Kunci: Pemahaman Konsep, SAVI, IPS. Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2, 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari negara maju, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan banyak ahli. telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran

BAB I PENDAHULUAN. perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

Kata Kunci: pendekatan SAVI melalui metode eksperimen, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. a. Teori belajar behaviorisme menurut Sudjana (2002) bertolak pada asumsi bahwa manusia dapat berperilaku pasif (dikontrol oleh stimulus) dan aktif (dikontrol oleh respon) yang dikenal dengan teori stimulus respon (S R). Belajar dalam teori ini diartikan sebagai kondisi yang menghasilkan perubahan perilaku yang timbul terus menerus. b. Teori belajar kognitivisme Sudjana (2002) menyatakan bahwa terori belajar kognitif mengasumsikan bahwa perilaku manusia bersifat interaktif. Teori ini menekankan pada proses-proses intelektual yang kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman, dan pemecahan masalah yang merupakan aspek utama dalam pembelajaran. Salah satu tokoh teori belajar ini adalah Gagne.

10 Menurut Gagne (dalam Slameto, 2003) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Segala sesuatu yang dipelajari manusia terbagi menjadi lima kategori, yaitu keterampilan motoris (koordinasi gerakan badan), informasi verbal (seseorang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan menggambar), kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap. c. Teori belajar konstruktivisme Teori ini dikembangkan oleh Piaget dan merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif. Dalam teori ini guru tidak lagi berperan sebagai instruktur, melainkan sebagai fasilitator siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri. Hamzah (2008) mengemukakan bahwa teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalaman mereka. Siswa diutamakan untuk mengkonstruksi pengetahuannya melalui asimilasi (penyerapan informasi baru dalam pikiran) dan akomodasi (menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru). Horsley (1990) mengungkapkan bahwa teori belajar konstruktivisme memiliki pandangan seseorang pada umumnya melalui empat tahapan pembelajaran diantaranya: 1) Tahap apersepsi, pada tahap ini siswa digali pengetahuan awalnya tentang hal-hal yang akan mereka pelajari. 2) Tahap eksplorasi, tahap ini mengajak siswa untuk menemukan sendiri

11 konsep-konsep yang ia pelajari dengan mengungkkapkan ide-ide atau pengetahuan yang ada dalam dirinya. 3) Tahap diskusi dan penjelasan konsep, tahap ini siswa diupayakan untuk bekerjasama dengan temannya, berusaha menjelaskan pemahamannya kepada orang lain dan mendengar, bahkan menghargai temuan temannya. 4) Tahap pengembangan dan aplikasi konsep, merupakan tahap untuk mengukur sejauh mana siswa telah memahami suatu konsep dengan menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan ketiga teori belajar di atas, teori belajar yang memiliki pernanan dalam pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Tokoh lain dalam perkembangan teori belajar konstruktivisme adalah Vygotzky sebagai ahli konstruktivisme sosial. Vygotzky (dalam Slavin, 2000: 17) menyatakan bahwa faktor sosial juga mempengaruhi perkembangan intelektual seorang anak yang sedang mengalami pembelajaran. 2. Pendekatan SAVI DePorter (2005) mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditoral, dan modalitas kinistetik (somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukan melalui apa yang mereka dengar, dan pelajaran kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.

Beberapa ciri-ciri yang mencerminkan gaya belajar yang dinyatakan oleh DePorter kemudian dikemukakan oleh Collin Rose (2003), yang dipertegas oleh Roebyarto (2008) dalam blognya sebagai berikut. 1. Pelajar visual senang menggambar diagram, gambar, dan grafik, serta menonton film. Mereka juga suka membaca kata tertulis, buku, poster berslogan, bahan belajar berupa teks tertulis yang jelas. 2. Pembelajaran auditori dengan mendengar informasi baru melalui penjelasan lisan, komentar, dan kaset. Mereka senang membaca teks kunci dan merekamnya di kaset. 3. Pembelajaran fisik (somatis) senang pembelajaran praktek supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, misalnya: menggaris bawahi, mencorat-coret, dan menggambarkan. 12 Gaya belajar yang dikemukakan oleh DePorter dan Rose tersebut kemudian ditambahkan oleh Meier (2000) menjadi empat gaya belajar dengan tambahan gaya belajar intelektual yang bercirikan sebagai pemikir. Intelektual menunjukkan apa yang pembelajar lakukan dalam pikirannya sebagai kemampuan merenungkan pengalaman untuk menghubungkan, mengartikan, merencanakan, dan menilai apa yang mereka pelajari. Dengan berperannya intelektual dalam pembelajaran dimana pikiran mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman (diharapkan) menjadi kearifan. Penerapan pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual dengan menggunakan semua indera dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang demikian disebut dengan pendekatan SAVI. Takari (2008: 12) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI adalah pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik dan akivitas intelektual serta penggunaan semua indera.

13 Menurut Meier dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook (2000) anak kecil adalah contoh pembelajar yang hebat, karena mereka melibatkan aktifitas tubuh dan indera yang dimilikinya sehingga pembelajaran dapat terjadi dengan maksimal. Berbeda dengan pembelajar yang hanya duduk dalam mengikuti pembelajaran, mereka sulit berkonsentrasi karena pikiran mereka tertidur ketika mereka tidak memiliki kesempatan keterlibatan fisik. Meier (2000: 42) mengemukakan bahwa: Learning doesn't automatically improve by having people stand up and move around. But combining physical movement with intellectual activity and the use of all the senses can have a profound effect on learning. I call this SAVI learning. The components are easy to remember. 1. Somatic: Learning by moving and doing. 2. Auditory: Learning by talking and hearing. 3. Visual: Learning by observing and picturing. 4. Intellectual: Learning by problem solving and reflecting. Takari (2008: 27) menyatakan bahwa dari keempat aspek atau unsur dari SAVI itu harus dilaksanakan keseluruhan dalam satu pembelajaran, agar pembelajaran yang dilaksanakan setiap pertemuan bisa optimal. Adapun penjelasan dari keempat unsur dari SAVI adalah sebagai berikut: a. Somatik Somatik berasal dari bahasa Yunani yaitu soma yang berarti tubuh. Somatik dalam SAVI menyatakan pembelajaran yang melibatkan sentuhan dan gerakan tangan saat belajar. Beberapa contoh pengunaan fisik yang diungkapkan Meier (2000: 45) dalam pembelajaran SAVI: 1) mempresentasikan cara kerja sebuah peralatan; 2) membuat sesuatu;

14 3) mempresentasikan histogram dan alat-alat statistik lainnya; 4) memanipulasi komponen sebuah sistem; 5) melakukan latihan belajar aktif (simulasi, permainan, dan lain-lain); dan 6) menciptakan belajar yang aktif dalam kelompok. b. Auditori Belajar dengan auditori menurut Takari (2008: 22) adalah belajar dari suara, dialog, membaca keras, bercerita, berbicara dengan dirinya sendiri, mengingat bunyi, mengingat lagu, mengingat dan mendengarkan CD, dan membaca di dalam hati. Adapun contoh belajar dengan auditori menurut Meier (2000: 47) dapat dilakukan dengan: siswa secara berpasangan menjelaskan satu sama lain secara rinci apaapa yang mereka pelajari dan apa yang akan mereka lakukan dan berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah secara kreatif. Dalam penelitian ini penerapan belajar dengan auditori dilakukan dengan bercerita (mempresentasikan sesuatu), berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah secara kreatif, dan mengemukakan pendapat. c. Visual Belajar dengan visual menurut Takari (2008: 23) berarti belajar penggunaan indera, khususnya mata, untuk melihat, memperhatikan, dan mengamati. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dave Meier dan Dr. Owen Caskey tentang efek dan citra mental pada belajar ditemukan bahwa orang yang menggunakan pencitraan (simbol) dalam mempelajari informasi teknis dan ilmiah ratarata memiliki ingatan jangka pendek 12% lebih baik daripada mereka yang tidak

dan 26% lebih baik untuk ingatan jangka panjangnya. Hasil ini berlaku untuk setiap orang tanpa memandang usia, etnik, gender, atau cara belajar yang dipilih. 15 Menurut Takari (2008: 24) setiap siswa akan lebih mudah paham atau menguasai isi pembelajaran, apabila dapat melihat langsung sesuatu yang sedang dipelajarinya dari dunia nyata. Bahkan terkadang, siswa dapat belajar lebih baik lagi apabila mereka menciptakan sendiri benda-benda tersebut. d. Intelektual Belajar intelektual menurut Takari (2008: 26) berarti: penggunaan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Selain itu intelektual juga diartikan sebagai perenungan diri, menciptakan memecahkan masalah, dan membangun makna. Menurut Meier (2000: 50) aspek intelektual dalam pembelajaran akan tercipta jika peserta didik terlibat dalam kegiatan seperti: memecahkan masalah, menganalisis eksperimen, melakukan perencanaan strategis, membangkitkan ide-ide kreatif, merumuskan pernyataan, menerapkan ide-ide baru untuk pekerjaan, menciptakan makna pribadi, dan berpikir melalui implikasi dari ide. Meier (dalam Yulianti, 2011: 34) mengemukakan beberapa alasan mengenai landasan diterapkannya pendekatan SAVI dalam kegiatan belajar sehari-hari khususnya pembelajaran matematika, yaitu: 1) dapat terciptanya lingkungan yang positif (lingkungan yang tenang dan menggugah semangat); 2) melibatkan siswa sepenuhnya (aktif dan kreatif); 3) adanya kerja sama diantara siswa; 4) menggunakan metode yang bervariasi; 5) dapat menggunakan belajar kontekstual; 6) dapat menggunakan alat peraga.

Contoh penerapan SAVI dalam pembelajaran matematika menurut Yulianti (2011: 35), diantaranya: 1) Siswa dapat belajar sedikit dengan melihat, mengamati, menggambar, melukis, mencipta, serta mendemonstrasikan media belajar dan alat peraga. (Visual) 2) Siswa dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka melakukan sesuatu ketika sedang belajar, misalnya memeragakan konsep sambil mempelajari langkah demi langkah. (Somatik) 3) Membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. (Auditori) 4) Memikirkan cara menerapkan informasi yang mereka dapatkan, atau siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka dengan memecahkan masalah (Intelektual) jika mereka secara simultan menggerakkan tubuhnya (Somatik) untuk memeragakan alat peraga (Visual), sambil membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (Auditori). 16 Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan SAVI dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Siswa mengeksplorasi pengetahunnya tentang materi yang akan dipelajari. (Somatik dan Visual) 2) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang. 3) Siswa membuat alat peraga berupa bangun segiempat untuk dianalisa sifatsifatnya sehingga siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas pada bangun tersebut, serta menyelesaikan beberapa soal yang berkaitan dengan materi. (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual) 4) Beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang lain memberikan tanggapan. (Auditori, Visual, dan Intelektual) 5) Siswa bersama dengan guru menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide pada proses belajar mengajar dan siswa mengerjakan latihan soal sebagai tugas individu. (Intelektual)

17 3. Pemahaman Konsep Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Sedangkan menurut Toermoedy (2010) konsep dalam matematika adalah pengertian abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan objek atau kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut. Hudoyo (1999: 63) menyatakan bahwa: belajar matematika melibatkan struktur hirarki atau urutan konsep-konsep yang mempunyai tingkatan lebih tinggi dan dibentuk atas dasar konsep atau pengalaman yang sudah ada, sehingga belajar matematika harus terus menerus dan berurutan karena belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu pemahaman dan mempengaruhi hasil belajar. Menurut Dinner (dalam Simanjuntak, 1992) agar pemahaman konsep-konsep matematika dapat dipahami oleh siswa lebih mendasar harus diadakan pendekatan belajar dalam mengajar antara lain, yaitu (a) peserta didik yang belajar matematika harus menggunakan benda-benda kongkrit dan membuat abstraksi dari konsepkonsepnya, (b) materi pelajaran yang akan diajarkan harus ada hubungannya dengan yang sudah dipelajari, (c) supaya peserta didik mendapatkan sesuatu dari belajar matematika harus mengubah suasana abstrak dengan menggunakan simbol, dan (d) matematika adalah ilmu seni kreatif karena itu harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, sehingga materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan

sekedar hafalan, melainkan dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. 18 Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil tes evaluasi pemahaman konsep. Adapun indikator pemahaman konsep adalah sebagai berikut: 1. Menyatakan ulang suatu konsep. 2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. 3. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep. 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. 6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. B. Kerangka Pikir Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian. Penggunaan pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap konsep pemahaman matematis siswa. Keanekaragaman pendekatan mengajar yang ada pada saat ini merupakan alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk memilih pendekatan mana yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah segiempat. Segiempat merupakan materi yang penerapannya banyak ditemui di lingkungan

sekitar sehingga pembelajarannya akan lebih mudah dipahami jika menggunakan alat peraga atau benda yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. 19 Dalam penelitian ini digunakan pembelajaran dengan pendekatan SAVI yaitu pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan aktifitas intelektual serta melibatkan semua indera yang berpengaruh besar dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan SAVI akan menciptakan lingkungan yang menggugah semangat siswa karena pada pembelajaran ini siswa dapat melakukan pembelajaran yang melibatkan sentuhan dan gerakan tangan (penerapan somatik) seperti melakukan latihan belajar aktif (simulasi dan permainan) dan membuat alat peraga. Selain itu, pendekatan SAVI juga menerapkan belajar dengan audio dimana siswa mempresentasikan sesuatu, berdiskusi untuk memecahkan masalah secara kreatif, dan bebas mengemukakan pendapatnya. Dengan pendekatan SAVI, belajar juga harus melibatkan penggunaan indera (visual), khususnya mata, untuk melihat, memperhatikan, dan mengamati, sehingga siswa akan lebih mudah memahami isi pembelajaran. Selain hal-hal tersebut di atas, pendekatan SAVI juga menerapkan belajar intelektual dalam proses pembelajarannya. Belajar intelektual dalam hal ini bukan berarti belajar tanpa emosi, melainkan belajar dengan menggunakan kecerdasan siswa untuk memecahkan masalah, menganalisis, melakukan perencanaan strategis, membangkitkan ide-ide kreatif, merumuskan pernyataan, dan menerapkan ide-ide baru. Jika keempat unsur-unsur dalam SAVI, yaitu somatik, auditori, visual, dan intelektual, ini diterapkan dalam suatu proses pembelajaran, maka akan tercipta pembelajaran yang efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang

20 ditawarkan guru selama ini (pembelajaran konvensional). Jika pembelajaran yang demikian berlangsung pada pembelajaran matematika, tentunya hal tersebut akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa. C. Anggapan Dasar Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa selain faktor yang diteliti pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianggap sama. D. Hipotesis Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis dari penelitian ini, yaitu penerapan pendekatan pembelajaran SAVI berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.