BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

dokumen-dokumen yang mirip
PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan. tingkat kejahatan atau tindak pidana pembunuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi setiap kejahatan. Hal ini dimaksudkan agar setiap tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB II PERANAN POLISI SEBAGAI PENYIDIK DALAM MELAKUKAN PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap yang dilakukan oleh pelakunya. Dalam realita sehari - hari, ada

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang. menegaskan tentang adanya persamaan hak di muka hukum dan

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. masalah pelanggaran norma hukum saja, tetapi juga melanggar norma-norma

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. menindaklanjuti adanya laporan atau pengaduan tentang suatu perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Kebebasan dasar dan hak dasar itu yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM), yang

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KEPOLISIAN. polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat merubah cara hidup manusia. Perubahan-perubahan ini seiring

BAB II PERLINDUNGAN HAK- HAK TERSANGKA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI TINGKAT KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. penegak hukum yang memiliki hubungan fungsional sangat erat. Institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB II PENGATURAN ALAT BUKTI DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan Penyelidik. Dalam Pasal 1 angka 1 KUHAP 1 disebutkan bahwa penyidik adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 KUHAP 2 disebutkan bahwa Penyidikan itu adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa tampak jelas hubungan erat tugas dan fungsi penyidik dan penyelidik. Penyelidikan bukanlah fungsi yang berdiri sendiri, terpisah dari fungsi penyidikan, melainkan hanya merupakan salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan, yang mendahului tindakan lain 1 Lihat pasal 1 ayat 1KUHAP 2 Ibid 1

2 yaitu penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, penyelesaian dan penyerahan berkas perkara kepada Penuntut Umum. Ruang lingkup penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang undang. Penyelidikan dapat dilakukan oleh semua polisi, sementara penyidikan hanya dapat dilakukan oleh polisi yang berpangkat pembantu letnan satu (peltu) atau yang sekarang adalah inspektur polisi satu (iptu) dan penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) minimal golongan IIB. Penyelidik karena kewajibannya mempunyai wewenang menerima laporan, mencari keterangan dan barang bukti, menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri, dan mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Berdasarkan ketentuan pasal 16 ayat 1 KUHAP 3, untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik yang berwenang dapat melakukan penangkapan. Namun untuk menjamin hak hak asasi tersangka, perintah penangkapan tersebut harus didasarkan pada bukti permulaan yang cukup. Adapun bukti permulaan yang cukup adalah keterangan dan data yang 3 Ibid

3 terkandung dalam dua diantara : laporan kepolisian ; berita acara pemeriksaan polisi; laporan hasil penyelidikan; keterangan saksi/ahli; dan barang bukti. Penyelidikan yang dilakukan penyelidik dalam hal ini tetap harus menghormati asas praduga tak bersalah (presumption of innocence) sebagaimana yang disebutkan dalam penjelasan umum 3 c KUHAP. Penerapan asas ini tidak lain adalah untuk melindungi kepentingan hukum, dan hak-hak tersangka dari kesewenang wenangan aparat penegak hukum. Selanjutnya hasil dari kesimpulan hal ini disampaikan kepada penyidik. Sasaran atau target penyidikan adalah mengupayakan Pembuktian tentang tindak pidana yang terjadi, agar tindak pidananya menjadi terang atau jelas sekaligus menemukan siapa tersangka pelakunya. Apabila didapati tertangkap tangan, tanpa harus menunggu perintah penyidik, penyelidik dapat segera melakukan tindakan yang diperlukan, seperti penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan surat serta mengambil sidik jari dan memotret atau mengambil gambar orang atau kelompok orang yang tertangkap tangan tersebut. Selain itu penyelidik juga dapat membawa dan menghadapkan orang atau kelompok tersebut kepada penyidik. Dalam hal ini pasal 105 KUHAP menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyelidik berkoordinasi, diawasi dan diberi petunjuk oleh penyidik. Sepeda motor merupakan alat transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Sebagai suatu bentuk alat transportasi, sepeda motor

4 merupakan alat transportasi yang proses kepemilikannya cenderung lebih mudah oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena sepeda motor merupakan alat transportasi yang lebih murah dari alat transportasi lainnya, sepeda motor juga sebagai barang yang sangat berharga bagi pemiliknya. Kehilangan motor merupakan hal yang tidak diinginkan, terlepas dari apakah memiliki jaminan asuransi kendaraan bermotor penuh atau tidak. Memang menjaga motor menjadi suatu keharusan dan selalu menjaga kehati-hatian adalah hal yang paling utama. Berdasarkan pengalaman penulis selama menjalani magang di Polsekta Lowokwaru dalam kurun waktu selama 2 (dua) bulan yaitu pada bulan April hingga bulan Juni 2010, penulis menemukan bahwa wilayah hukum polsekta Lowokwaru ini merupakan wilayah yang sangat rawan akan terjadinya pencurian kendaraan bermotor. Hal ini di sebabkan oleh hampir 80% wilayah hukum polsekta lowokwaru adalah lingkungan perguruan tinggi, yang mana dalam setiap tahunnya selalu ada pendatang baru dari luar wilayah ini berdatangan guna menuntut ilmu. Dengan tingginya angka pencurian kendaraan bermotor di wilayah ini, sudahkah pihak yang berwajib dalam hal ini Polsekta Lowokwaru melakukan penegakan hukum guna mengurangi angka pencurian kendaraan bermotor. Berangkat dari keingintahuan inilah yang menjadikan alasan penulis mengangkat judul Tinjauan Yuridis Sosiologis Penyidikan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi di wilayah hukum Polsekta Lowokwaru).

5 B. Rumusan Masalah Setelah menggali dan menelaah uraian tersebut diatas maka dalam hal penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, maka penulis membatasi penelitian ini pada perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Polsekta Lowokwaru? 2. Bagaimana modus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dalam penyidikan di Polsekta Lowokwaru? Dalam rumusan masalah nomor 2 (dua), penulis hanya membatasi pada modus kejahatan yang digunakan oleh pelaku tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Polsekta Lowokwaru. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui strategi penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Polsekta Lowokwaru. 2. Untuk mengetahui modus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dalam penyidikan di Polsekta Lowokwaru.

6 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan Hukum Acara Pidana khususnya dalam hal penyidikan tindak pidana pecurian kendaraan bermotor. 2. Secara Praktis a. Bagi aparat kepolisian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat mengenai praktek penyidikan khususnya dalam tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. b. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana atau gambaran yang jelas kepada masyarakat tentang modus kejahatan pencurian kendaraan bermotor dan masyarakat dapat mengantisipasi dan mengurangi, mencegah terjadinya pencurian kendaraan bermotor. E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis yaitu suatu pendekatan ilmu hukum dan ilmu sosiologis yang ditempuh melalui penelitian yang sistematis dan terkontrol berdasarkan suatu kerangka

7 pembuktian untuk memastikan, memperluas dan menggali atau mendapatkan data secara langsung dari lapangan terhadap obyek yang diteliti, baik data primer sebagai data utama serta data sekunder sebagai data pendukung atau pelengkap. 4 Dari segi yuridis yang memandang hukum sebagai gejala sosial yang terjadi dimasyarakat sesuai dengan norma-norma yang ada sebagaimana tertuang dalam perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pendekatan sosiologis digunakan untuk mengkaji berlakunya aturan hukum yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan ketika diterapkan dimasyarakat atau melihat realita yang terjadi dimasyarakat. 2. Lokasi Penelitian Sehubungan permasalahan yang diangkat oleh penulis, maka penulis memilih Polsekta Lowokwaru sebagai lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan berdasarkan pengalaman penulis selama menjalani magang di Polsekta Lowokwaru dalam kurun waktu selama 2 (dua) bulan yaitu pada bulan April hingga bulan Juni 2010, penulis menemukan bahwa wilayah hukum polsekta Lowokwaru ini merupakan wilayah yang sangat rawan akan terjadinya tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dikarenakan dalam wilayah Polsekta Lowokwaru termasuk daerah yang padat penduduk dan terdapat banyak rumah kost dimana kepemilikan sepeda motor banyak terdapat di wilayah ini sehingga menarik minat penjahat melakukan pencurian yang mana mengakibatkan banyaknya pencurian kendaraan bermotor di wilayah hukum Polsekta Lowokwaru. 4 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktik, Sinar Grafika, Jakarta. 2002.hlm. 16

8 3. Sumber Data Dalam hal ini, sumber data yang dipergunakan ada dua macam yaitu: a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari penelitian dilapanga. Dalam hal ini penulis mendapatkan dari arsip-arsip yang diperoleh dari Polsekta Lowokwaru. Serta melakukan wawancara atau interview kepada penyidik yang pernah melakukan penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan undang-undang yaitu KUHP, KUHAP, dan UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, guna mendapatkan aturan hukum yang berkaitan dengan penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. b. Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah data yang berasal dari bahan pustaka yaitu pengumpulan data, bahan-bahan yang harus digali dari kepustakaan, misalnya internet, majalah, buku-buku yang berhubungan dengan penyidikan kejahatan pencurian bermotor. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi lapangan (field research), yakni adalah pengumpulan data secara langsung dilapangan melalui:

9 a. Wawancara Wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkompeten dan relevan dengan permasalahan yang diangkat, pengamatan secara langsung terhadap obyek permasalahan yang diangkat. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara langsung kepada: 1) Aiptu Widi Wijaya Danurejo. SH, beliau adalah Kanit Reskrim Polsekta Lowokwaru. 2) Bripka Bambang Yiyik, beliau adalah penyidik di Polsekta Lowokwaru. b. Dokumentasi Dokumentasi terhadap data-data dilapangan yang berkaitan dengan penyidikan kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Dalam hal ini peneliti melakukan dokumentasi terhadap berita acara pemeriksaan pencurian kendaraan bermotor dan buku register kejahatan pencurian kendaraan bermotor dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir yaitu antara bulan Januari 2010 sampai Desember 2010 di Polsekta Lowokwaru. 5. Analisa Data Metode yang digunakan untuk menganalisa data yang didapat adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggambarkan atau memaparkan secara jelas data-data dan kondisi atau kenyataan dilapangan, kemudian dianalisa dengan merujuk aturan hukum serta teori-teori yang terkait dengan permasalahan yang diangkat sehingga diperoleh jawaban yang faktual dan obyektif mengenai permasalahan dan ditunjang dengan interpretasi hukum

10 yaitu interpretasi sosiologis, yaitu interpretasi atau penafsiran hukum yang menyesuaikan peraturan perundang-undangan dengan hal-hal konkrit yang ada di dalam masyarakat. E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi 4 bab yaitu BAB I PENDAHULUAN Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah yakni memuat alasan pentingnya penelitian yang akan dilakukan dan faktor-faktor yang mendorong dilakukannya penelitian berdasarkan permasalahan yang ada, perumusan masalah yakni memuat pertanyaan-pertanyaan yang fokus dan spesifik terhadap masalah yang akan diteliti serta merupakan dasar dari pemilihan judul penelitian, tujuan penelitian yakni memuat pernyataan singkat tentang apa yang hendak dicapai dalam penelitian, manfaat penelitian yakni menguraikan dan menjelaskan kegunaan secara teoritis maupun aplikatif dari penelitian, metode penelitian yakni menguraikan cara pelaksanaan penelitian mulai dari merumuskan pendekatan penelitian yang digunakan hingga bagaimana menganalisis hasil penelitian, dan sistematika penulisan yakni merupakan kerangka penulisan hukum ini nantinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Merupakan bab yang dimana dalam bagian ini peneliti menyajikan teori-

11 teori maupun kaidah-kaidah yang bersumber dari peraturan perundangundangan maupun literatur-literatur yang akan dipakai untuk mendukung analisis yang akan diberlakukan pada penelitian ini. Teoriteori yang dipergunakan antara lain berkaitan dengan pengertian penyidik, wewenang penyidik, hal-hal yang berkaitan dengan penyidikan, Pengertian penyelidikan dan wewenang penyelidik, tinjauan tentang tindak pidana, tinjauan tentang tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, tinjauan tentang kejahatan, faktor-faktor penyebab kejahatan dan tinjauan tentang strategi dan modus. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Merupakan bab yang berisi tentang uraian hasil penelitian dan pembahasan permasalahan yang diutarakan serta dianalisis secara deskriptif kualitatif dan ditunjang dengan interpretasi hukum yaitu interpretasi sosiologi yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Adapun pemaparan gambaran analisis penulis lebih terfokus pada strategi penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dan bagaimana modus kejahatan yang di gunakan oleh pelaku BAB IV PENUTUP Merupakan bagian terakhir yang berisi penutup meliputi kesimpulan dan saran ataupun rekomendasi, dari apa yang peneliti paparkan sebelumnya.