Ferric hydroxide [Fe(OH) 3 ] appears to be reddish-brown in colour. This corrosion product is periodically scoured by gas flow.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN DAN WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA ALUMINIUM TERHADAP KEKERASAN

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI BAJA JIS S45C HASIL ELECTROPLATING NIKEL PADA APLIKASI MATERIAL CRYOGENIC

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

ANALISA PENGARUH KROM BAJA ASSAB DF 3 TERHADAP BENTUK KOROSI PADA TEGANGAN LISTRIK DAN WAKTU ELEKTROLAPTING

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PANDAHULUAN. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda. merupakan pelapisan logam pada benda padat yang mempunyai

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

STUDI PELAPISAN NIKEL DEKORATIF DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGKILAT NATRIUM KLORIDA UNTUK HOME INDUSTRY KERAJINAN LOGAM

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

Pengaruh Jarak Anoda-Katoda dan Durasi Pelapisan Terhadap Laju Korosi pada Hasil Electroplating Hard Chrome

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel pada Tembaga

BAB III METODE PENELITIAN

VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK. Yusep Sukrawan 1

PENGARUH SUHU LARUTAN ELEKTROLIT DAN WAKTU PELAPISAN TEMBAGA PADA PLAT BAJA LUNAK TERHADAP NILAI KETEBALAN ABSTRACT

LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK INDUSTRI KECIL PERALATAN RUMAH TANGGA DENGAN PELAPISAN LOGAM

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL

PENGARUH VARIASI TEGANGAN DAN WAKTU PELAPISAN TERHADAP KEKILAPAN, KEKERASAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN ALUMINIUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

PENGARUH VARIASI RAPAT ARUS TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ELEKTROPLATING SENG PADA BAJA KARBON RENDAH. Nizam Effendi *)

PENGARUH TEMPERATUR PERLAKUAN PANAS HASIL PELAPISAN Cu-Ni PADA BAJA KARBON ST-37 TERHADAP SIFAT MEKANIK

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

Teknika ATW(2013) halaman 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik.

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

STUDI PELAPISAN KROM PADA BAJA KARBON DENGAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN 10, 20, 30, 40, 50 MENIT DAN TEGANGAN 9 VOLT DENGAN ARUS 5 AMPERE

Hasil Penelitian dan Pembahasan

TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI TEGANGAN LISTRIK PADA PROSES PELAPISAN CHROME

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X. PENGARUH PELAPISAN NIKEL (Ni) TERHADAP LAJU KOROSI PADA IMPELLER POMPA

PENGARUH SUHU HEAT TREATMENT TERHADAP LAJU KOROSI MATERIAL PAGAR.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

PENGARUH WAKTU PENCELUPAN DAN TEMPERATUR PROSES ELEKTROPLATING TERHADAP KETEBALAN DAN KEKERASAN PERMUKAAN BAJA ST 42

STUDI PELAPISAN KROM DENGAN PROSES ELEKTROPLATING PADA HANDEL REM SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI RAPAT ARUS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH VARIASI RAPAT ARUS PADA HARD CHROME ELECTROPLATING TERHADAP KARAKTERISTIK PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH

KIMIA FISIKA (Kode : F-06)

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Melihat kerugian yang terjadi yang akan ditimbulkan oleh korosi. ini maka berbagai usaha dilakukan untuk dapat mencegah korosi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

Pengaruh Kuat Arus Terhadap Ketebalan Lapisan Dan Laju Korosi (Mpy) Hasil Elektroplating Baja Karbon Rendah Dengan Pelapis Nikel

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI CuCN DAN GELATIN DALAM ELEKTROLIT GEL CuCN TERHADAP KETEBALAN LAPISAN TEMBAGA PADA ELEKTROPLATING BAJA JIS G 3141

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PELAPISAN KROM DENGAN PROSES ELEKTROPLATING PADA HANDEL REM SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI WAKTU PENAHAN CELUP TERHADAP KETEBALAN LAPISAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating. dikategorikan sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing).

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

ANALISA KEKUATAN BAHAN STEEL 304 TERHADAP KEKUATAN IMPAK BENDA JATUH BEBAS ABSTRAK

PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 BAB IV DATA PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

C U crit = (5) ρ where U crit is the critical velocity (ft/s), ρ is the gas/liquid mixture density (lb/ft 3 ) and C is constant that depends on the pipeline material. Data on gas chromatography analysis show that the natural gas transported by the pipeline contains mainly methane (CH 4 ) and by taking density of methane of around 4.82 kg/m 3 (0.3009 lb/ft 3 ) and for steel pipeline, API RP-14E suggests a C value of 100 then the critical gas velocity is : C 100 U crit = = =182.3 ft/s (6) ρ 0.3009 Or U crit = 55.57 m/s The calculated gas velocity of the pipeline is 23.87 m/s which is lower than U crit and based on API RP-14E point of view this velocity is acceptable. It seems that due to low gas flow velocity, free condensed water may separate out to form a discrete phase, especially at the bottom of the gas pipeline. If this condition occurs then pitting corrosion may take place its mechanism has been proposed by Trethewey and Chamberlain [8] as shown in Fig.6 Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) Universitas Lampung, anode according to the following reaction. H 2 O + ½ O 2 + 2e - 2OH - (8) The addition of the two half-reactions leads to the overall reactions as follow : Fe + H 2 O + ½ O 2 Fe(OH) 2 (9) The corrosion product of ferrous hydroxide [Fe(OH) 2 ] forms a diffusion-barrier layer around the pit mouth through which oxygen must diffuse. At the outer surface of the Fe(OH) 2 layer, access to dissolved oxygen is easy leading to the formation of ferric hydroxide, in accord with 2Fe(OH) 2 + H 2 O + ½ O 2 2Fe(OH) 3 (10) Ferric hydroxide [Fe(OH) 3 ] appears to be reddish-brown in colour. This corrosion product is periodically scoured by gas flow. Conclusions Conclusions that can be drawn from the present investigation are summarized as follows : 1. Pitting corrosion is the main cause of failure in the API 5L X46 gas pipeline. This pitting corrosion is promoted by free condensed water which separates from gas flows due to low gas velocity. 2. Pitting corrosion seems to be initiated by the damage of passive film due to chloride ions dissolved in condensed water. 3. Erosion may not significantly contribute to the damage of the gas pipeline since the gas velocity is relatively low. Fig.6. Mechanism of pitting corrosion [8] As water droplets forms at the pipeline steel, air-electrolyte interface receives more oxygen compared to the area at the centre of the drop. As a result, the area at the centre of the drop acts as anode, and oxidation takes place. Fe Fe 2+ + 2e - (7) In neutral and basic condition, oxygen present in the water subsequently consumes the electrons from Recommendations Some damage prevention options for gas pipeline are proposed as follows : 1. Inspection needs to be performed to optimize the process where the more condensate out of the gas, the better the pipe condition is. 2. Optimize or properly add corrosion inhibitor dosage. 3. Prevent entrainment of sand and solids in the gas phase by using for example sand screens or gravel packs. However, sand screens increase resistance to flow entering a well and hence affect its potential productivity. 4. Keep the flow velocity high so that uniform corrosion occurs rather than pitting corrosion. However, increasing flow velocity is restricted by critical velocity recommended by API RP-14E. 1205

References [1] Keera ST, Farid NA, Mohamed KZ. Imidazoline derivatives as corrosion inhibitors of carbon steels in crude oils and associated water. Energy Sources A Recovery Utilization and Environmental Effects 2012;34:1371-1383. [2] Tawancy HM, Al-Hadhrami LM, Al-Yousef FK. Analysis of corroded elbow section of carbon steel piping system of oil-gas separator vessel. Case Studies in Engineering Failure Analysis 2013;1:6-14. [3] Rodriguez MALH, Delgado DM, Gonzalez R, Unzueta AP, Solis RDM, Rodriguez J. Corrosive wear failure analysis in a natural gas pipeline. Wear 2007;263:567-571. Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) Universitas Lampung, [4] Palmer AC, King RA. Subsea pipeline engineering. Oklahoma : PennWell;2004. [5] Das GS, Khanna AS. Parametric study of CO 2 /H 2 S corrosion of carbon steel used for pipeline application. Int l Symposium of Research Students on Materials Science Engineering, Chennai, India; 2004. [6] Fontana MG. Corrosion Engineering. McGraw-Hill, 3 rd ed., New York; 1986. [7] Guo B, Song S, Chacko J, Ghalambor A. Offshore pipelines. Burlington : Gulf Professional Publishing; 2005. [8] Trethewey KR, Chamberlain J. Corrosion for Science and Engineering, Longman, 2 nd, Essex, UK;1995. 1206

Pengaruh Tegangan Listrik Pada Proses Pelapisan Chrome Terhadap Ketebalan Lapisan, Kekerasan dan Laju Korosi Baja Karbon Sedang (HQ760) di Lingkungan Air Laut M. Budi Nur Rahman (1), Aris Widyo Nugroho (2) (1)(2) Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jln Lingkar Selatan, Tamantirto,Kasihan Bantul, Yogyakarta 55183 E-mail : nurrahman_umy@yahoo.co.id Abstrak Korosi merupakan salah satu dari penyebab dari penurunan mutu logam. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk melindungi logam dari pengaruh korosi, salah satunya dengan metode pelapisan, selain menghasilkan keindahan dari segi dekoratif. Air laut merupakan lingkungan yang sangat korosif terhadap baja dan paduan karena kadar garam yang cukup tinggi. Korosi yang terjadi di lingkungan laut kebanyakan korosi sumuran akibat tingginya konsentrasi ion-ion klorida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi tegangan pada proses elektroplating krom terhadap ketebalan lapisan, kekerasan dan laju korosi yang dihasilkan. Pada penelitian ini material baja HQ (High Quality) 760, dilakukan proses elektroplating dengan bahan pelapis yang digunakan adalah nikel sebagai lapisan dasar dilanjutkan pelapisan krom dengan variasi tegangan 5; 7,5, 10 dan 12,5 volt, menggunkan rapat arus 2,5 A dan waktu celup selama 6 detik. Spesimen yang telah dilapisi krom dilakukan pengamatan dengan pembesaran 200X. Uji kekerasan mikro Vickers menggunakan pembebanan 200 gf dan waktu identasi 5 detik. Uji korosi dengan metode sel tiga elektroda, dengan larutan elektrolit dari air laut yang telah dilakukan pemurnian sebanyak 5 kali (P.5X). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan tegangan listrik pada proses elektroplating khrom dapat meningkatkan ketebalan lapisan, pada tegangan 5 dan 7,5V ketebalan lapisan sebesar 12,5 µm dan 20µm, untuk tegangan lebih besar cenderung konstan. Hal ini disebabkan ion-ion yang mengalir ke katoda akan semakin banyak dan semakin cepat menempel ke katoda, namun jika terlalu besar tegangan diberikan mengakibatkan terbakar. Semakin tebal lapisan nilai kekerasan semakin meningkat. Nilai kekerasan permukaan pada tegangan 5dan 7,5 V kekerasannya 307,4 kg/mm 2 dan 434,8 kg/mm 2 sedangkan untuk tegangan lebih besar peningkatannya relatif kecil. Peningkatan tegangan listrik akan menurunkan laju korosi, pada tegangan 5; 7,5 dan 12,5 V laju korosi berturut-turut sebesar 72,34 mpy, 69,68 mpy dan 58,97 mpy. Peningkatan ketebalan lapisan pasif kromium oksida ( ) akan mampu memperlambat laju korosi material. Keywords: elektroplating, baja HQ760, khrom, air laut P.5X Pendahuluan Pembuatan komponen atau peralatan dibutuhkan material dengan sifat fisik dan mekanik yang baik salah satunya ketahanan korosi. Logam mendominasi bahan baku pembuatan berbagai jenis peralatan baik yang sederhana sampai pada peralatan yang canggih. Konsekuensinya industri dituntut memperhitungkan dan memilih jenis bahan logam yang sesuai tuntutan konsumen serta kondisi pemakaiannya dapat terpenuhi. Seiring dengan waktu, mutu logam akan menurun akibat reaksi korosi. Korosi dapat menimbulkan kerugian ekonomis, pemborosan sumber daya alam dan tidak nyaman bagi manusia bahkan menyebabkan kematian. Penyelesaian masalah korosi sangat mahal karena menyangkut umur, penyusutan, efisiensi pemakaian, perawatan alat dan infrastruktur bahan peralatan dalam kegiatan industri agar konstruksinya dapat bertahan lebih lama. (Trethewey, K.R., Chamberlalin, J., 1991). Baja karbon merupakan suatu jenis logam yang cukup banyak digunakan dalam bidang teknik seperti kendaraan bermotor, alat olahraga, peralatan rumah tangga, peralatan kantor dan lain sebagainya. Mutu dari logam yang digunakan akan menurun akibat adanya suatu hubungan atau reaksi sehingga menyebabkan daya guna dari logam tersebut menjadi kurang maksimal, yang salah satunya adalah penurunan mutu logam yang disebabkan oleh reaksi korosi. Korosi elektrokmia menyebutkan bahwa proses korosi pada logam disebabkan karena logam tersebut mempunyai komposisi kimia yang tidak homogen, akibatnya ada perbedaan potensial yang dapat menimbulkan korosi galvanis, bila ada elektrolit seperti uap air dari udara Dexter, S. C., (1993). Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas permukaan material dimana korosi biasanya bermula. Perlakuan permukaan ditempuh melalui dua cara, yaitu pertama dengan menambah unsur lain/mengubah 1207

komposisi kimia dan kedua adalah dengan cara mengubah fasa atau struktur kristalnya melalui pemanasan pada temperatur tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan cepat (quench) atau pendinginan lambat, tergantung fasa atau struktur kristal yang diinginkan (Sujitno, T., 2003). Deposit plating krom-nikel pertama yang baik oleh Bottger pada tahun 1842, dengan proses komersial pertama dikembangkan tahun 1870 oleh Adam. Penggunaan asam borat baru diperkenalkan pada akhir abad lalu, kemudian khlorida digunakan untuk mencegah pasivitas anoda baru pada tahun 1906. Watts pada tahun 1916, menemukan formulasi bak plating yang baik. Usaha untuk meningkatkan ketahanan bahan terhadap laju korosi, karena ketahanan korosi merupakan suatu sifat intensif pada permukaan suatu bahan logam. Dengan mengacu kepada kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat korosi ini, kebutuhan penanggulangannya sangat diperlukan, walaupun dalam banyak hal korosi tidak dapat dihindarkan namun dapat dikendalikan. Air laut merupakan lingkungan yang mengandung kadar chlorida yang cukup tinggi. Lingkungan yang seperti ini merupakan lingkungan yang sangat korosif terhadap baja dan baja paduan. Air laut umumnya mengandung 3,5 % garam-garam, sedangkan garam utamanya adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Ion klorida termasuk ion agresif yang dapat menyerang lapisan pasif baja dan meningkatkan laju korosi. Salah satu jenis korosi yang sering terjadi ketika baja berada di lingkungan air laut adalah korosi sumuran. penelitian menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya korosi sumuran adalah ion-ion Cl - (Fontana.,M.G, 1987). Bettina, pada tahun 2000, telah berhasil melaksanakan penelitian pelapisan krom keras, dapat mencapai deposit krom 20-50 µm dengan kekerasan lebih dari 600 Hv, pada kandungan khromat 100-400 gram/liter, dan rata-rata endapan lapisan 1-1,5 µm/menit. Kvedaras (2006) melakukan penelitian kekuatan lelah dari pelat baja yang telah di krom, menggunakan objek baja yang di normalkan secara konstruksi dan dipilih komposisi kimia dengan kadar C = 0.49 %, Mn= 0.55 %, Si= 0.24 %, Cr= 0.6 %, Ni = 1.2 % dan Cu= 0.13 %. Spesimen dipersiapkan dengan diameter minimal 7.52 mm, panjang 20 mm kemudian pengujian fatique dengan frekuensi 3000 siklus/menit, diperoleh adanya peningkatan kekuatan fatik sebesar 17% terhadap material dasarnya. Kemudian di uji mikrografi potongan melintang menggunakan neophot mikroskop dengan hasil ketebalan yang dicapai 10 µm. Namun belum adanya dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh tegangan listrik terhadap kekerasan dan ketahanan korosi dari logam yang dilakukan elektroplating krom. Proses elektroplating krommerupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan laju korosi logam dan pelapisan khrom juga sudah sangat populer di dunia plating, berbagai barang rumah tangga, industri otomotif dan lain-lain. Dalam melakukan proses elektroplaing pada material logam, tidak lepas dari suatu masalah, baik masalah yang ditimbulkan oleh kualitas material yang akan diproses ataupun masalah yang ditimbulkan oleh proses elektrolessdan elektroplaing itu sendiri. Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tegangan listrik pada proses elektroplating krom pada material logam khususnya pada material baja HQ 760 terhadap ketebalan lapisan, kekerasan hasil lapisan dan laju korosi pada lingkungan laut. Metoda Eksperimen & Fasilitas Yang Digunakan Bahan yang diuji adalah baja karbon sedang High Quality (HQ 760) dengan komposisi karbon 0,42 0,5%, mangan 0,5 0,8%, silicon 0,4%, belerang 0,02 0,04 dengan paduan krom, molibdum dan nikel sebesar 0,64% (PT. Tira Andalan Steel, 2012). Larutan yang digunakan antara lain: 1)larutan pembersih (HCl dan H 2 SO 4 ); 2)larutan pelapis nikel (Nikel Sulfat, Nikel Chlorida, Boric Acid); 3)larutan pelapis krom (Chromic acid (CrO 3 ) dan asam sulfat). Proses pelapisan dilakukan di PT. Bina Krom, Bogem, Sleman, Yogyakarta. Pengujian kekerasan, struktur makro dan struktur mikro dilakukan di laboratorium Diploma Teknik Mesin UGM. Uji korosi dilakukan di laboratorium PT. APB-BATAN Yogyakarta. Pengujian kekerasan mikro Vickers menggunakan beban 200 gf selama 5 detik, Perhitungan kekerasan didasarkan pada panjang diagonal segi-empat bekas injakan (penekanan identor), Nilai kekerasannya disebut dengan kekerasan Vickers atau VHN (Vickers Hardness Number)dengan rumus 1.berikut : HV =... (1) Dimana :P = beban tekan yang diberikan (kg) dan D = diagonal bekas injakan penetrator (mm) Pengukuranuji korosi dilakukan dengan memberikan potensial pada elektroda kerja dari 2500mV sampai dengan 2500 mv dengan laju scanning 20 mv/menit. Larutan korosi yaitu air laut P.5X. (P.5 X artinya air laut yang digunakan telah dilakukan pemurnian sebanyak 5 kali, yaitu dimana untuk menghasilkan 1 liter elektrolit, digunakan 800 ml aquades ditambah dengan 200 ml air laut). Pemurnian air laut 1208

bertujuan agar konsentrasi NaCl tidak terlalu pekatkarena ketebatasan alat yang digunakan dalam membaca hasil grafik pengujian. Dalam penelitian ini laju korosi dengan menggunakan metode elektrolisis sel tiga elektroda memiliki arti bahwa laju korosi adalah kedalaman korosi pada suatu bahan dalam kurun waktu tertentu, atau biasa diartikan sebagai struktur material dalam mengalami korosi. Pada pengujian ini akan diukur intensitas arus korosi ( ) spesimenyang dicelupkan kedalam larutan dengan media larutan korosi yaitu air laut. Ketepatan penentuan harga sangat diperlukan, karena berbanding lurus dengan laju korosi suatu logam didalam lingkungannya. Dengan mengukur besar arus yang mengalir pada rangkaian sel tiga elektroda, laju korosi dapat dihitung menggunakan rumus pada persamaan 2 berikut (Jones, D.A., 1991): r = 0,129..(2) dimana: r = laju korosi (mpy) i = rapat arus korosi (μa/ cm ) EW = berat equivalen = massa jenis campuran (gr/cm 3 ) Rapat arus korosi (I kor ) diperoleh dari hasil ekstrapolasi kurva potensial-logaritma intensitas arus yaitu dengan cara menentukan titik perpotongan garis Tafel reaksi reduksi ( c ) dan garis tafel reaksi oksida ( a ) pada garis potensial korosi (E kor ). Nilai c dan aditentukan dengan persamaan 3 berikut: a = β a log dan c = β c log... (3 ) Dimana: c = tafel reaksi reduksi, a = tafel reaksi oksidasi, i c = arus pada reaksi katoda, i a = arus pada reaksi anoda, i o = i a = - i c = i kor = rapat arus saat perubahan reaksi reduksi menuju oksidasi, β c = gradien tafel reksi katoda, a = gradien tafel reksi anoda. Hasil dan Pembahasan Proses electroplating dilakukan pada suhu 45 o C dengan waktu celup selama + 6 detik dengan variasi tegangan listrik 5; 7,5; 10 dan 12,5 V. Hasil pelapisan yang terbentuk cukup tebal, begitu juga terhadap kondisi permukaan lapisan hasil proses elektroplating yang terbentuk cukup halus seperti terlihat pada Gambar 1. Adanya cacat pada permukaan spesimen yang berupa bayang-bayang hitam seperti bayangan asap pada permukaan spesimen disebut staining yang menjadi pembatas antara daerah yang mendapatkan pelapisan yang lebih tebal dibandingkan dengan daerah yang lainnya. Jika diamati lebih cermat, daerah pinggiran dari material adalah daerah yang kurang terlapisi dengan baik, hal ini dikarenakan reduksi oksidasi paling memungkinkan terjadi lebih cepat di daerah yang luasannya besar. Kemungkinan lain penyebab dari warna gelap permukaan spesimen tersebut berasal dari laju pendinginan spesimen yang terlalu cepat setelah spesimen diangkat dari bak plating (Purwanto., Huda, S., 2005). Dimana pada saat spesimen diangkat dari bak plating, spesimen masih dalam keadaan panas kemudian langsung dicelupkan ke dalam air. Besi atau baja apabila dalam keadaan panas kemudian dicelupkan ke dalam air dingin, maka akan terbentuk warna gelap pada bagian permukaan dari besi/baja tersebut. (a) (b) Gambar 1. Hasil pelapisan electroplating pada medium carbon steel (HQ 760) selama 6 detik. (a) Tegangan listrik 5 V; (b) Tegangan listrik 10 V Pearlite Ferrite Lapisan krom Gambar 2. Foto struktur mikro spesimen setelah dilakukan elektroplating krom dengan tegangan listrik7,5 volt dengan pembesaran 200X. Proses electroplatingtidak mampu menggetarkan kristal logam dasar, maka tidak terjadi difusi atau tidak terjadi perubahan pada bentuk struktur kristal logam dasar baja HQ 760 seperti terlihat pada Gambar 2. Lapisan nikel-krom terlihat jelas perbedaannya dengan raw material dimana tidak terlihat adanya ion-ion nikel dan krom yang masuk ke dalam permukaan benda. Besarnya tegangan listrikmempengaruhi ketebalan hasil proseselectroplating. Semakin besar tegangan listrik yang digunakan, ketebalan lapisan permukaan yang terbentuk akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan tegangan listriksangat mempengaruhi jumlah muatan 1209

listrik yang mengalir dari anoda ke katoda, yaitu dimana semakin besar tegangan listrikyang diberikan maka jumlah ion-ion yang mengalir ke katoda akan semakin banyak dan semakin cepat menempel ke katoda. Namun, jika tegangan listrik yang diberikan terlalu besar, ada kemungkinan besar lapisan yang terbentuk pada spesimen akan menjadi hangus. Peningkatan ketebalan terbesar pada tegangan 7,5 V sebesar 20 µm.peningkatan tegangan elektroplating selanjutnyamenghasilkan peningkatan ketebalan relatif kecil, pada tegangan 10 dan 12,5V dihasilkan ketebalan lapisan 22,5 µm dan 25 µm seperti terlihat pada Gambar 3. Gambar 4.Hubungan tegangan listrik proses elektroplatingterhadapnilai kekerasanbaja HQ 760 Nilai kekerasan raw material sebesar 219 kg/mm 2, sampai tegangan listrik 7,5V mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar 435 kg/mm 2. Pada tegangan lebih tinggikenaikan nilai kekerasan relatif kecil, untuk 10 dan 12,5V sebesar 455 kg/mm 2 dan 474 kg/mm 2. Adanya pelapisan nikel dan krom meningkatkan nilai kekerasan material, namun pengujian kekerasan yang dilakukan bukan kekerasan lapisannya. Ujung indentor menembus lapisan krom sehingga yang terukur merupakan gabungan kekerasan kekerasan krom dan raw material. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 3.Hubungan tegangan listrik proses elektroplating terhadapketebalan lapisan Semakin besar tegangan yang digunakan maka jumlah muatan yang mengalir dan menempel pada katoda akan semakin bertambah dan proses pengendapan akan lebih cepat, sehingga untuk waktu pelapisan yang sama akan didapatkan jumlah endapan yang lebih banyak dan menyebabkan lapisan yang dihasilkan akan semakin tebal. Tebal lapisan mempengaruhi nilai kekerasan, dimana semakin tebal lapisan hasil elektroplating yang terbentuk maka harga kekerasan yang diperoleh juga akan semakin bertambah (Adnyani, A.I., Triadi, A.A., 2009). Sehingga semakin besar tegangan listrik proses elektroplaating akan meningkatkan kekerasan material. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 5. Nilai kekerasan penampang melintang diukur dari permukaan. Ketebalan lapisan sampai tegangan 12,5V sebesar 25µm, nilai kekerasan pada jarak 20 µm dari permukaan sebesar 780 kg/mm 2 sedangkan untuk pengujian berikutnya menghasilkan nilai kekerasan yang hampir sama dengan raw material sebesar 260 kg/mm 2.Ion-ion Cr dan Ni dengan proses elektroplating tidak terdifusi kedalam struktur kristal material dasar, kemungkinan besar hal ini dikarenakan suhu larutan pada proses elektroplating tidak mampu mendifusikan ion-ion untuk masuk ke dalam struktur raw material. Ketebalan lapisan mempengaruhi laju korosi material, dimana pada lapisan yang tebal kandungan chromium oksida (CrO 2 ) yang menghambat laju korosi semakin banyak. Semakin besar tegangan listrik yang digunakan pada proses elektroplating, akan menghasilkan angka laju korosi yang semakin rendah, ketahanan terhadap serangan korosi akan semakin baik seperti pada Gambar 6. 1210

Peningkatan tegangan listrik akan menurunkan laju korosi, pada tegangan 5; 7,5 dan 12,5 V laju korosi berturut-turut sebesar 72 mpy, 70 mpy dan 59 mpy. Peningkatan ketebalan lapisan pasif kromium oksida (CrO 2 ) akan mampu memperlambat laju korosi material. Untuk mendapatkan laju korosi dibawah 50 mpy dari persamaan linier yang diperoleh, tegangan listrik yang diperlukan pada proses electroplating pada suhu 45 o C dan waktu pencelupan 6 detik menggunakan tegangan listrik 17,5V. Gambar 6. Hubungan tegangan listrikproses elektroplating terhadap laju korosi baja HQ 760 Kenaikan tegangan yang digunakan akan membuat lapisan pasif CrO 3 yang menempel pada permukaan spesimen akan semakin bertambah. Dengan bertambahnya lapisan pasif CrO 3 yang terbentuk akan mampu memutuskan interaksi antara logam dasar terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. Hasil proses elektroplating krom menggunakan tegangan 12,5 V, laju korosi yang dihasilkan 59 mpy, dimana laju korosi ini belum mencapai pada kelompok logam dengan laju korosi yang memadai, karena laju korosi yang dihasilkan belum mencapai dibawah 50 mpy. Seiring dengan meningkatnya tegangan listrik yang digunakan maka laju korosi yang dihasilkan akan semakin menurun. Dengan persamaan yang diperoleh dari hasil pengujian dapat diperhitungkan tegangan yang diperlukan agar laju korosi dibawah 50 mpy yaitu pada tegangan listrik 17,5 Vdengan laju korosi ± 47.6 mpy. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan proses electroplating pada suhu 45 o C dan waktu pencelupan 6 detiktidak mampu menyebabkan ion-ion khrom terdifusi ke dalam permukaan material, sehingga batas lapisan krom dengan material dasar terlihat jelas. Peningkatan tegangan listrik pada proses elektroplating khrom dapat meningkatkan ketebalan lapisan, pada tegangan 5 dan 7,5V ketebalan lapisan sebesar 12,5 µm dan 20µm, untuk tegangan lebih besar cenderung konstan. Hal ini disebabkan ion-ion yang mengalir ke katoda akan semakin banyak dan semakin cepat menempel ke katoda, namun jika terlalu besar tegangan diberikan mengakibatkan terbakar. Semakin tebal lapisan, nilai kekerasan semakin meningkat. Nilai kekerasan permukaan pada tegangan 5dan 7,5 V kekerasannya 307,4 kg/mm 2 dan 434,8 kg/mm 2 sedangkan untuk tegangan lebih besar peningkatannya relatif kecil. Ucapan Terima kasih Peneliti mengucapkan terima kasih kepada LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah mendanai penelitian ini melalui Program Penelitian Kemitraan. Selain itu, terima kasih juga kami sampaikan kepada Humaidi yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Nomenklatur D diagonal bekas injakan penetrator (mm) EW berat equivalen ion (26,5) I rapat arus korosi (μa/ cm ) i a arus pada reaksi anoda i c arus pada reaksi katoda i kor rapat arus saat perubahan reaksi reduksi menuju oksidasi P beban tekan kekerasan Vickers (kg) R laju korosi (mpy) Greek letters gradien tafel reksi anoda gradien tafel reksi katoda tafel reaksi oksidasi tafel reaksi reduksi massa jenis campuran (gr/cm 3 ) Referensi Adnyani, A.I., Triadi, A.A., Pengaruh Kuat Dan Distribusi Arus terhadap Ketebalan Dan kekerasan Lapisan Krom Pada Stoneware Dan Earthenware, Teknik Elektro, Universitas Mataram (2009). Bettina, K.,Mathias, O., Sirqudvock, Hexavalent Chromium, Sur. Tec 875(2000). Dexter, S. C., Role of micropouling in marine corrosion, Biofouling, Vol.7.97-127(1993). Fontana, M.G., Corrosion Enginering, Thrid Edition, Mc Graw-Hill Book Company, Inc, Tokyo(1987). Fontana, M.G., Greene, N.D Corrosion Engineering, Chapter 4, McGraw-Hill Book Co., New. York,( 1978),. 1211

Jones, D.A., Principle And Prevention Of Corrosion, Macmillan publishing Co, New York (1991). Purwanto, Huda,S., Teknologi Industri ElektroplatingSemarang, Universitas Diponegoro, Semarang, (2005),. Sujitno, T., Aplikasi Plasma dan Teknologi Sputtering Untuk Surface Treatmen, Workshop Sputtering untuk Rekayasa Permukaan Bahan, P3TM-BATAN,Yogyakarta, (2003). Trethway, K.R., Chamberlain, J., Korosi untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasawan, Pt. Gramedia Pustaka Pratama, Jakarta(1991). Kvedaras, V., Vilys, J., and Ciuplys, V., Fatique Strenght of Chromium Plated Steel, Vol. 12 No. 1 h 1320 1392, (2006), Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) 1212