BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan dari si mayat kepada ahli waris yang masih hidup sudah terlaksana. Allah SWT sebagaimana termaktub dalam al-qur an.

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicapai dalam segala aspek hidup, termasuk kehakiman, politik,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Kewarisan dalam Islam (fiqh mawaris) 3 mendapat perhatian yang besar

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

Membahas Kitab Tafsir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri

BAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. Inilah sebabnya mengapa Islam sangat memperhatikan masalah keluarga dari pada

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam judul skripsi makelar mobil dalam perspektif hukum islam (Studi di

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD


BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

Dari hadits di atas kita dapat memahami bahwasanya pembagian harta waris dalam keluarga merupakan masalah yang krusial, yang mana dapat 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h.398

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

MODEL PENELITIAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan segala aktivitas hidup manusia. Seperti penelitian, penyuluhan,

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement

STUDI KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT. DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan manusia dengan cara menciptakan keharmonisan antara

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kaidah-kaidah hukum Islam yang telah mempunyai dalil yang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yang mendorong dirinya agar memperoleh sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siti Alifah Bezlina,2013

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang sempurna bagi individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan dalam dinamika hidup di dunia ini dalam ajaran Islam. Sehingga mewujudkan ketenangan hati setiap individu dan kedamaian masyarakat serta untuk kebahagiaan semua umat. 1 Islam mengatur seluruh kehidupan manusia, baik dalam masalah ubudiyah ataupun dalam hal muamalah. Segala kegiatan manusia itu telah diatur dalam al-qur an secara umum dan terperinci. Salah satu diantaranya adalah hukum Islam tentang muamalah. Muamalah merupakan satu sisi keunggulan yang ditawarkan oleh Islam kepada seluruh manusia. Hal ini tidak terlepas dari Tuhan yang menciptakan manusia maka Tuhan-lah yang paling tahu terhadap apa yang dibutuhkan oleh manusia, sehingga produk hukum yang diterapkan kepada manusia merupakan keadilan yang tepat bagi mereka. 2 Salah satu produk hukum yang berkaitan dengan kehidupan sesama manusia yaitu hukum tentang pembagian harta warisan. Karena semua orang menyadari bahwa kematian merupakan peristiwa yang pasti dialami oleh semua manusia. 1 Ali> Ah{mad al-jurjawi>, Hikmah di Balik Hukum Islam, ter. Erta Mahyudin Firdaus dan Mahmud Lukman Hakim, (Jakarta: Mustakim, cet. 1 2003), h. 270 2 Ibid.

2 Manusia mati tanpa membawa harta dan duniawinya, hanya amal dan perbuatan baiklah yang menjadi bekal dikehidupan selanjutnya. Harta tersebut ditinggalkan, kemudian masalah yang muncul adalah hendak diapakan harta tersebut dan apakah akan dibagikan kepada ahli waris atau diserahkan ke bait al-ma>l (lembaga keuangan). Permasalahan ini muncul setelah pemilik harta telah meninggal dunia, sehingga perlu adanya solusi untuk menjawabnya. Kondisi pelalihan harta kekayaan terus berjalan sehingga menimbulkan sengketa waris untuk pertama kalinya yang kemudian diajukan kepada Nabi Muhammad, sehingga kemudian turunlah ayat waris, ayat 11, 12 dan 176 dalam surat an-nisa yang menjelaskan bagian-bagian pasti (furu>d} muqaddarah) dalam pewarisan. 3 Di dalam Islam telah ada syari at yang jelas dan nyata tentang masalah warisan. Namun ada saja manusia yang membaginya sesuai dengan kehendak nafsu yang melekat pada dirinya. Hal demikian bukanlah permasalahan yang langka dalam lingkungan sekitar kita, tetapi merupakan permasalahan yang sudah menjamur dan sulit untuk dipecahkan. Dengan berbagai alasan dan kedok yang dusta, orang-orang yang seharusnya dapat bagian akhirnya tidak dapat bagian sama sekali. Mereka beranggapan bahwa hukum Allah tidaklah adil sehingga menyalahkan aturan-aturan yang telah disyari atkan oleh Islam. Konsekuensinya adalah rusaknya hubungan kekeluargaan dan persaudaraan di antara mereka. 4 3 Ali> bin Ah{mad bin Al-Wahidi>, Asba>b Nuzu>l al-qur a>n, al-maktabah al-sya>milah upgrade 3.59 (Kairo: Da>r al-kita>b al-jadi>d, 1969), h. 138. 4 Ibid.

3 Tidak jarang harta warisan menjadi pemicu terjadinya pertengkaran, perpecahan, terputusnya tali silaturrahmi, bahkan pertumpahan darah dalam sebuah keluarga. Hal ini dikarenakan kezhaliman dan ketidak adilan di dalam pembagiannya. Terkadang seseorang berwasiat bahwa sepeninggalannya seluruh hartanya diwariskan kepada salah seorang anaknya saja, atau seluruh anaknya, namun dengan porsi yang dia tentukan semaunya. Atau dikuasai secara paksa oleh sebagian keluarganya sehingga sebagian keluarganya yang lain tidak mendapat bagian. Oleh karena itu perkara yang satu ini mendapat perhatian lebih di dalam Islam. 5 Hukum waris disyari atkan di dalam al-qur an dengan tujuan adanya keterikatan kasih sayang, memberi manfaat pada sanak keluarga sehingga terhindar dari kesenjangan keluarga yang dapat menyebabkan perselisihan di antara mereka. Dalam al-qur an surat al-nisa> ayat 11 Allah berfirman: Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. 6 Dari uraian ayat di atas memberikan arti bahwa bagian laki-laki dua kali bagian perempuan dengan alasan kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. 7 5 Muhammad Bin Sholeh, Panduan Praktis Hukum Waris Menurut al-qur an Dan Hadis, dalam http://pernikmuslim.com/hadits-al-quran/2217-panduan-praktis-hukum-warismenurut-al-qur-an-dan-as-sunnah-yang-shahih.html diakses pada hari minggu tanggal 02-11-2014. 6 Ayat al-qur an yang membahas tentang waris (pembagian warisan yang pasti) yang lain adalah QS. Al-Nisa> (4): 12 dan 176 7 Lihat surat al-nisa ayat 34.

4 Anak laki-laki juga bertanggung jawab atas segala pengaturan baik masalah yang khusus ataupun yang umum. Sebab lain mengapa seorang laki-laki lebih besar bagianya dari pada perempuan adalah laki-laki dibebani masalah hidup yang tidak mampu dijalankan oleh wanita. Laki-lakilah yang dapat membajak tanah dan tahan dengan kerja keras untuk mendapatkan hasil. Mereka juga yang mampu menjelajahi daratan untuk membiayai kehidupan keluarganya, serta menyebrangi lautan untuk perdagangan dan sebagainya. 8 Berbeda dengan anak perempuan yang selalu terikat dengan beberapa penghalang. Tidak ada aktifitas yang lain kecuali mengatur rumah tangga dan anak, walaupun sebagian perempuan dapat bekerja secara mandiri yang dapat membantu laki-laki dalam membantu urusan kebutuhan rumah tangga. Akan tetapi yang bertanggung jawab penuh memberi uang belanja untuk urusan rumah tangga adalah suaminya, sebagai suatu ketentuan yang sesuai dengan ketentuan agama. 9 Namun dalam realita kehidupan di sekitar kita pembagian harta warisan tersebut tidak sesuai dengan apa yang telah disyari atkan dalam al- Qur an. Misalnya dalam al-qur an disebutkan bahwa anak laki-laki mendapatkan harta warisan sama dengan bagian dua orang anak perempuan. 10 Akan tetapi dalam masyarakat disekitar kita melakukan pembagian harta warisan baik anak laki-laki ataupun perempuan memiliki porsi yang sama. Pembagian yang sama tersebut terjadi karena dengan 8 al-jurjawi>, Hikmah di Balik Hukum, h. 270 9 Ibid. 10 Q.S al-nisa> ayat 11

5 alasan menghindari adanya pemicu kesenjangan sosial, pertikaian, dan perpecahan antar keluarga. Berangakat dari problema di atas penulis ingin mengkaji lebih jauh bagaimana konsep utuh atau komprehensif mengenai waris dalam perspektif al-qur an. Melalui penelitian akademis ini penulis ingin mendialokkan al-qur an sebagai teks yang terbatas, dengan perkembangan problem sosial kemanusiaan yang tak terbatas. Hal ini mengingat betapa pun al-qur an turun di masa lalu dengan konteks dan lokalitas sosial budaya tertentu, tetapi ia mengadung nilai-nilai universal yang salih} li kulli zama>n wa maka>n. Di era kontemporer al-qur an perlu ditafsirkan sesuai dengan era kontemporer yang dihadapi umat manusia. 11 Pemahaman al-qur an bisa saja beda jika ditangkap oleh generasi yang berbeda, dengan kata lain ajaran dan semangat al-qur an bersifat universal, rasional dan sesuai dengan kebutuhan. Namun respon historis di mana tantangan zaman yang mereka hadapi sangat berbeda dan variasi, sehingga secara otomatis menimbulkan corak dan pemahaman yang berbeda. Berangkat dari uraian yang telah di paparkan di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh penafsiran waris dalam pandangan Muhammad Syah{u>r dalam kitab tafsirnya Nah{wa Us}u>l Jadi>dah Li al-fiqih al-isla>mi> dan al-kita>b wa al-qur a>n; Qira> ah Mu a>s}irah. Hal ini sudah menjadi keharusan untuk melihat kembali teks al-qur an tentang apa sesungguhnya pesan 11 Muh}ammad Syah}ru>r, al-kita>b wa al-qur a>n; Qira> ah Mu a>s}irah (Damaskus: Aha>li> li al-nasyr wa al-tawzi>, 1992), h. 33.

6 moral yang dikandungnya, dalam konteks apa al-qur an diturunkan, bagaimana ayat-ayat tersebut dihadapkan dan dikontekstualisasikan dengan realitas sosial kekinian. Adapun alasan penulis memilih Muh}ammad Syah}ru>r sebagai objek kajian lebih disebabkan karena pendapatnya dalam masalah ini cukup dinamis dan kontroversial. Penafsiran Syah}ru>r sangatlah kotroversial jika dibanding dengan para penafsir pada umumnya. Dan tidak jarang para ulama tafsir yang menentang pemikirannya, bahkan yang lebih ekstrem menganggap penafsiranya adalah sesat. Akan tetapi dianggap dinamis dengan permasalahan kontemporer sehingga pada akhirnya akan menghasilkan suatu penafsiran yang relevan dengan kajian waris yang selalu menuntut keadilan sosial. Dalam kitabnya Nah{wa Us}u>l Jadi>dah Li al-fiqih al-isla>mi> dan al- Kita>b wa al-qur a>n; Qira> ah Mu a>s}irah Muh}ammad Syah{ru>r memberikan warna yang khas dan berani berbeda dalam kajian waris sehingga penafsiranya dapat memperkaya khazanah penafsiran al-qur an khususnya yang bercorak fiqih. Berangkat dari hal tersebut penulis ingin mencoba mengupas lebih dalam terhadap pemikiran Muh}ammad Syah{ru>r terkait masalah waris dalam al-qur an.

7 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dikemukan di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana metode penafsiran ayat-ayat waris menurut Syah{ru>r? 2. Bagaimana implikasi penafsiran Syah{ru>r terhadap ayat-ayat wari>s dalam al-qur an? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui metode tentang penafsiran ayat-ayat waris dalam al-qur an menurut Syah{ru>r 2. Mengetahui implikasi penafsiran Syah{ru>r terhadap ayat-ayat waris dalam al-qur an D. Kegunaan Penelitian 1. Teoritis Salah satu diantara kegunaan yang diharapkan dari hasil dari penelitian ini adalah berguna baik bagi kepentingan akademis maupun masyarakan luas terutama umat islam yang ada di indonesia. Selain itu diharapkan juga banyak membantu usaha peningkatan dan pengamalan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-qur an. Dan dalam ranah ilmu tafsir dapat memperbanyak khazanah keilmuan al-qur an. 2. Praktis

8 Dalam tatanan praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi satu pemahaman bagi umat islam modern, terutama bagi pemuda pemudi islam agar menjadi generasi yang kuat dalam hal akidah ataupun akhlaq. Hasil dari penelitian ini diharapkan minimal mampu mengembangkan khazanah Islamiah. Dan harapan selanjutnya terhadap penelitian ini adalah untuk mengetahui peta dasar hukum-hukum syari at tentang konsep waris. Lebih-lebih penelitian ini diharapkan bisa sebagai bahan pertimbangan jika masih terdapat kejanggalan dalam diri seseorang atau kelompok mengenai hukum konsep waris, atau pun hanya sebagai tambahan pengetahuan dan juga referensi. E. Metode penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (Library Reseasrch) yaitu penelitian yang model penelitianya mengumpulkan data-data berdasarkan literatur buku-buku karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. 12 Dalam konteks ini penulis memfokuskan pada penelusuran tafsir Muh}ammad Syah{ru>r yang menjadi obyek kajian penelitian pustaka. Penelitian perpustakaan ini diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti. 12 Sutrisno Hadi, Metode Research (Yogyakarta: Fakultas UGM, 1996), 7

9 2. Pendekatan penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan kajian pustaka yang terfokus kepada karya tafsirnya Muh}ammad Syah{ru>r. Dalam kajian ini penulis menggunakan pendekatan linguistik dan analisis matematika modern. Sedangkan mengenai teknik penulisan penulis merujuk kepada buku Pedoman Penulisan Tesis dan Makalah Progrram Pasca Sarjana IAIN Tulunganng. Sedangkan pedoman tarjamah al-qur an penulis mengikuti tarjamah al-qur an yang diterbitkan oleh Departemen Agama. 3. Objek kajian Objek kajian yang paling mendasar yaitu penafsiran Muh}ammad Syah{ru>r terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan Waris dalam tafsirnya Nah{wa Us}u>l Jadi>dah Li al-fiqih al-isla>mi>. dan al-kita>b wa al- Qur a>n; Qira> ah Mu a>s}irah 4. Sumber data yaitu: Sumber data penelitian ini menjadi sumber data dibagi menjadi dua a. Data Primer Penelitian yang akan dilakukan penulis adalah menyangkut kajian tokoh tafsir. Data primer yang digunakan adalah seluruh karya Syah{ru>r yang berkaitan dengan tema pembahasan. Di antara buku yang digunakan sebagai sumber primer ini adalah: al-kita>b

10 wa al-qur a>n; Qira> ah Mu a>s}irah, dan Nah{wa Us}u>l Jadi>dah Li al- Fiqih al-isla>mi>, karya Muh>ammad Syah{ru>r. Data primer merupakan rujukan utama yang dijadikan sebagai bahan obyek penelitian. Kegunaan data primer ini untuk menunjang proses kajian penelitian terhadap masalah yang akan diteliti. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang berasal dari buku-buku yang ada hubungannya dengan pembahasan yang dimaksud. Data-data yang menunjang itu diharapkan nantinya mampu membantu dalam menganalisa permasalahan yang ada. Diantara bahan yang digunakan sebagai sumber sekunder ini adalah semua buku, artikel, jurnal, informasi dari internet yang mendukung terhadap tema yang dikaji. 5. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu mengumpulkan berbagai karya pustaka, tesis, disertasi, artikel dan bentuk informasi lain yang bersifat ilmiah dan mempunyai keterkaitan erat dengan tema yang dibahas. 13 Berdasarkan sumber data di atas, maka buku-buku (kitab) yang membicarakan tentang waris akan penulis kumpulkan atau himpun, kemudian dikembangkan dengan mengumpulkan keterangan-keterangan dari 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 202.

11 buku-buku penunjang. Dari data-data tersebut kemudian dirangkai secara runtut dan analisa dengan harapan untuk menghasilkan sebuah karya yang argumentatif yang bisa dipertanggungjawabkan. 6. Teknis Analisis data Dalam penelitian ini penulis menempuh, menggunakan analisis deskriptif, eksplanatori, kritis. Analisis deskritif merupakan pemaparan apa adanya terhadap apa yang terdapat atau dimaksud oleh teks dengan cara memparafrasekannya dengan bahasa peneliti. Analisis ini merupakan cerminan dari pemahaman peneliti terhadap teks yang bersangkutan. Secara praktis, analisis ini berupaya menyimpulkan makna sebuah teks. Setelah menganalisis secara deskriptif penulis akan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis eksplanatori. Analisis ini berfungsi memberi penjelasan yang lebih mendalam daripada sekadar mendeskripsikan makna sebuah teks. Analisis ini memberi pemahaman, antara lain, mengenai mengapa dan bagaimana fakta itu muncul dan sebab-sebab apa yang melatarbelakanginya. Setelah mencapai titik tersebut kemudian penulis akan menapaki analisis kritis baik secara internal maupun eksternal. F. Sistematika Pembahasan dalam tesis yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi dalam enam bab.

12 Bab Pertama merupakan pendahuluan yang didalamnya berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, sistematika pembahasan. Bab kedua menjelaskan tentang kajian teori yang di dalamnya memuat pengertian waris, sejarah tentang proses lahirnya waris dalam Islam, penafsiran ulama terhadap teks waris, tahap-tahap perkembangan pewarisan Islam, tujuan waris, penelitian terdahulu. Bab ketiga menjelaskan tentang setting historis Syah}ru>r yang meliputi Biografi Syah}ru>r yang memuat riwayat hidup, perjalanan intelektual, setting historis sosial politik serta karya-karyanya, beberapa pendapat para kritikus terhadap muhammad Syah}ru>r, selain itu juga menjelaskan tentang prinsip metodologis dan dasar-dasar penafsirannya. Bab keempat menjelaskan pewarisan yang meliputi; pewarisan, metode penafsiran ayat-ayat waris, ayat-ayat waris dan penafsirannya Syah}ru>r, aplikasi pembagian waris, implikasi penafsiran Syah{ru>r terhadap ayat-ayat wari>s dalam al-qur an. Bab kelima menjelaskan tentang perbedaan antara fiqih waris menurut Syah}ru>r dengan fiqih waris klasik, di dalamnya meliputi; Fiqih waris dalam perspektif Syah}ru>r, fiqih waris klasik, beberapa tanggapan dan kritik. Bab keenam merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saransaran.