BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (a) auditor independen, (b) auditor pemerintah, (c) auditor internal.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH (JFP2UPD) DAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR (JFA)

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

Jenis jenis audit Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi yang mengarah pada perdagangan bebas kini

Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2013, Hal JURNAL AKUNTANSI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

2016, No atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Harianto dan Sudomo dalam Rofiaoh (2002:342) agency theory

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. responden yang terdiri atas lima Kantor Akuntan Publik dan 4 Universitas Negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB II LANDASAN TEORI

KUESIONER PENGARUH PERSEPSI ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. objektif dengan bantuan indera, (2) kesadaran dari proses-proses organis, (3)

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan yang telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). laporan keuangan tersebut, jasa audit yang dimaksud adalah dengan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi auditor merupakan suatu profesi yang memiliki pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian dari Ivan dan Nurul ini mengenai Faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB III METODE PENELITIAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi para pengguna (Purn amasari dan Hernawati,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

SKRIPSI PEMAHAMAN AUDITOR PEMERINTAH TERHADAP PELAKSANAAN KODE ETIK AKUNTAN PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan profesi kepercayaan dari masyarakat. Dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. BUMN mempunyai tanggung jawab yang semakin besar. (Trimanto dan Lena,

DAFTAR ISI v. ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv

Standar Auditing & Kode Etik

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012

BAB V PENUTUP. Bagian ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan, keterbatasan, implikasi dan saran-saran. Kesimpulan menjelaskan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan

2. Pertanyaan Mengenai Persepsi terhadap Kode Etik Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat dengan dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB III METODE PENELITIAN

Abstrak. Kata Kunci : Profesionalisme, Komitmen organisasi, Locus of Control Internal, Etika profesi dan Kinerja.

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Data

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Jenis Auditor Siti dan Eli (2009) menyatakan bahwa auditor dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (a) auditor independen, (b) auditor pemerintah, (c) auditor internal. Auditor Independen berasal dari kantor akuntan publik, bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis auditeenya. Independen dimaksudkan sebagai sikap mental auditor yang memiliki integritas tinggi, objektif pada permasalahan yang timbul dan tidak memihak pada kepentingan manapun. Auditor pemerintah adalah auditor yang berasal dari lembaga pemeriksa pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga pada tingkat tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah. Auditor Internal adalah pegawai dari suatu organisasi/perusahaan yang bekerja di organisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan dengan tujuan untuk membantu manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana

operasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan. Tabel 2.1 Perbandingan Jenis Auditor Jenis Auditor Pelaksana Jenis Pekerjaan Auditor Akuntan Publik a. Assurance Services Independen Auditor registered berdasarkan perikatan kerja Pegawai berasal dari b. Attestation Services c. Accounting & Compilation Service d. Other Services a. Financial Audits Pemerintah lembaga pemeriksa b. Audit Kinerja pemerintah 1. Audit ekonomis dan efisiensi organisasi 2. Audit atas Program Pemerintah dan BUMN (Efektivitas) Auditor Pegawai dari suatu Audit Kepatuhan Internal organisasi perusahaan (Compliance Audit) yang bekerja di dan Audit Operasional organisasi (Management Operasinal atau Audit)

secara rutin Sumber: Siti dan Eli (2009) Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 entang BPK, pemeriksa adalah orang yang melaksankan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dan atas nama BPK. Oleh karena itu, Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP) adalah jabatan yang mempunyai lingkup, tugas, tanggung jawab, da wewenang untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang didudukli oleh Pegawai Negri Sipil di instansi BPK. Jenjang jabatan dalam JFP adalah (a) Pemeriksa Pertama, (b) Pemeriksa Muda, (c) Pemeriksa Madya, (d) Pemeriksa Utama. Pemeriksa pertama memiliki pangkat Penata Muda golongan/ruang III/a atau Penata Muda Tingkat I golongan/ruang III/b. Pemeriksa Muda memiliki golongan/ruang III/c atau Penata Tingkat I golongan/ ruang III/d. Pemeriksa Madya memiliki pangkat Pembina golongan/ ruang IV/a atau pangkat Pembina Tingkat I golongan/ ruang IV/b atau Pembina Utama Muda golongan/ruang IV/c. Pemeriksa Utama memiliki pangkat Pembina Utama Madya golongan/ ruang IV/d atau Pembina Utama golongan/ ruang IV/e. Peran Pemeriksa dalam JFP dari yang terendah hingga ke yang tertinggi adalah sebagai berikut:

a. anggota tim yang terdiri dari dua jenjang peran yaitu anggota tim yunior, dan anggota tim senior, b. ketua tim terdiri dari dua jenjang peran yaitu ketua tim yunior dan ketua tim senior, c. pengendali teknis, d. pengendali mutu. Pengertian masing-masing peran tersebut di atas adalah sebagai berikut: a. anggota tim yunior adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung jawab melaksanakan pemeriksaan dengan kompleksitas rendah dan dapat dapat disandang oleh pemeriksa pertama, b. anggota tim senior adalah peran yang dimiliki oleh peeriksa dengan tanggung jawab melaksanakan pemeriksaan dengan kompleksitas tinggi dan dapat disandang oleh pemeriksa pertama atau pemeriksa muda, c. ketua tim yunior adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung jawab memimpin pelaksanaan tugas pemeriksaan dengan kompleksitas rendah dan dapat disandang oleh pemeriksa pertama atau pemeriksa muda, d. ketua tim senior adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung jawab memimpin pelaksanaan tugas pemeriksaan dengan kompleksitas tinggi serta dapat disandang oleh pemeriksa muda atau pemeriksa madya, e. pengendali teknis adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung jawab terhadap teknis pelaksanaan dan dapat disandang oleh pemeriksa muda atau pemeriksa madya,

f. pengendali mutu adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung jawab terhadap mutu hasil pemeriksaan dan dapat disandang oleh pemeriksa mdaya atau pemeriksa utama. 2. Pemahaman Auditor Pemahaman sering juga dikatakan dengan persepsi. Persepsi mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Persepsi dapat juga dikatakan bagaimana individu melihat dan menafsirkan suatu objek. Individu akan bertindak berdasarkan persepsi mereka terhadap suatu objek, tanpa memperhatikan apakah persepsi tersebut menggambarkan realitas sesungguhnya. Menurut Mahmud (1990), di dalam ilmu psikologi pengertian persepsi ataupun pemahaman adalah menafsirkan stimulus yang telah ada dalam otak. Meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap individu, tetapi interpretasinya bisa berbeda-beda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) pemahaman didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. Walgito dan Bimo (1997) agar individu dapat menyadari dan membuat persepsi, ada bebrapa syarat yang harus dipenuhi yaitu: a. adanya obyek yang dipersepsikan, b. alat indera atau reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus (fisisologis), c. adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis).

Robins (1996) secara tegas menyatakan bahwa persepsi seorang individu terhadap suatu objek sangat mungkin berbeda dengan persepsi individu orang lain terhadap objek yang sama. Fenomena ini menurutnya dikarenakan oleh beberapa faktor yang digambarkan pada gambar di bawah. Faktor pada Pemersepsi Sikap Motif Kepentingan Faktor dalam Situasi Waktu Keadaan/ Tempat Kerja Keadaan Sosial Faktor pada Target Hal baru; Gerakan; Bunyi; Ukuran; Latar Belakang kedekatan Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sumber: Stephen P. Robins, 1996 Persepsi merupakan suatu proses, dengan demikian apabila stimulus yang diterima bersifat kompleks maka proses yang berlangsung juga akan semakin

kompleks. Jika stimulus itu kompleks, maka persepsi merupakan reaksi terhadap keseluruhan situasi dari lingkungan. Jadi dapat dikatakan apabila proses terbentuknya persepsi berhubungan dengan berbagai rangkaian kejadian dan pengalaman, serta pengharapan dan penilaian terhadap sesuatu. Auditor mempunyai kewajiban untuk melihat dan menafsirkan kode etik dalam lingkup instansi mereka bekerja. Dengan adanya pemahaman terhadap kode etik, auditor mampu untuk berperilaku etik sesuai dengan peraturan yang ada dalam kode etik. Untuk menghasilkan perilaku terbaik, auditor akan selalu dihadapkan dengan masalah etik yaitu situasi yang dihadapi bila harus membuat pilihan diantara berbagai alternatif. 3. Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia dan dapat dipergunakan oleh akuntan yang bukan atau belum menjadi anggota Ikatan akuntan Indonesia (IAI). Menurut Sriwahjoeni (2000) kode etik adalah norma atau perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan dengan sejawat, dan antara profesi dan masyarakat. Di dalam kode etik terdapat muatan-muatan etik, yang pada dasarnya bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat menggunakan jasa profesi. Menurut Keraf (1998) terdapat dua sasaran pokok dari kode etik ini yaitu:

a. kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara sengaja ataupun tidak sengaja dari kaum professional, b. kode etik bertujuan melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilakuperilaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku dirinya professional. Di Indonesia, penegakan kode etik dilaksanakan oleh sekurangkurangnya enam unit organisasi yaitu: (a) Kantor Akuntan Publik, (b) Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik-IAI, (c) Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik-IAI, (d) Dewan Pertimbangan Profesi IAI, (e) Departemen Keuangan RI, (f) Badan Pemeriksa Keuangan. Selain keenam unit di atas organisasi di atas, pengawasan terhadap kode etik juga dapat dilakukan sendiri oleh para anggota pimpinan KAP. Menurut Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia adalah Kode Etik BPK, yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan Pemeriksa menjalankan tugasnya. Menu rut Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Pasal 2 Setiap Anggota BPK dan Pemeriksa wajib: a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku

b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. c. Menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalitas d. Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas BPK 4. Etika Profesi Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti karakter. Kata lain untuk etika dalah moralitas (morality), yang berasal dari bahasa latin yaitu mores yang berarti kebiasaan. Moralitas berpusat pada benar dan salah dalam perilaku manusia. Istilah Etika dilihat dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2007), memiliki arti adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat. Dalam hal etika profesi, sebuah profesi memilki memiliki komitmen moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi setiap profesi. Menurut Chua dkk(1994) menyatakan bahwa etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada pola kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu. Etika merupakan konsepsi yang paling mendasar dari tekstur kehidupan manusia. Etika memberikan pola didik dan pola asuh kepada individu untuk bertindak, berbuat, atau tidak berbuat. Etika dapat juga memberikan kerangka berpikir manusia menyadari hakikat kehidupan dalam segala dimensinya.

Dalam etika terdapat komponen-komponen moral, martabat, kultural, kemajemukan kaidah serta nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakannya dengan profesi lain yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku anggotanya (Boynton dan Kell, 2001). Kode etik berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi, terdapat empat prinsip dalam etika profesi (Keraf, 1998) yaitu: a. prinsip tanggung jawab, b. prinsip keadilan, c. prinsip otonomi, d. prinsip integritas moral. Arens, Elder dan Beasley (2000) etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai-nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai tersebut, walaupun kita memperhatikannya secara eksplisit. Menurut Arens dan Lobbecke (2000) karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan dan prinsip perilaku etika yaitu (a) tanggung jawab, (b) kepentingan masyarakat, (c) integritas, (d) Objektifitas dan independensi, (e) keseksamaan, (f) lingkup dan sifat jasa. Akuntan harus mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional. Akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang mendahulukan kepentingan masyarakat menghargai

kepentingan masyarakat dan mewujudkan komitmen pada profesionalisme. Akuntan harus melaksanakan semua tanggung jawab professional dan integritas tinggi untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat,. Akuntan harus mempertahankan objektifitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab professional. Akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik yang harus bersikap independensi dalam kenyataan dan penampilan pada waktu melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya. Akuntan harus mematuhi standar teknik dan etika profesi, berusaha keras untuk meningkatkan kompetensi dan mutu jasa dan melaksanakan tanggung jawab professional dengan melakukan kemampuan terbaik. Seorang akuntan dalam menjalankan praktik sebagai akuntan publik harus mematuhi prinsip-prinsip perlaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan. 5. Hambatan Penegakan Kode Etik Ada dua alasan mengapa orang bertindak tidak etis, yang pertama adalah standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum, dan alasan yang kedua seseorang memilih bertindak semaunya. Baik alasan pertama maupun alasan yang kedua tetap saja bahwa tindakan seseorang tersebut tidak etis dan perlu adanya penanganan atas tindakan etis tersebut. Pelanggaran serupa banyak dilakukan oleh anggota masyarakat atau anggota profesi perlu dipertanyakan apakah aturan-aturan yang berlaku masih perlu tetap dipertahankan atau dipertimbangkan untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan lingkungan.

Beberapa hambatan dalam penegakan kode etik antara lain: a. sikap anggota profesi yang mendua, pada satu sisi menolak setiap pelanggaran terhadap kode etik tetapi pada sisi lain memberikan pembenaran atas pelanggaran tersebut, b. adanya sifat sungkan dari sesama anggota profesi untuk saling mengadukan pelanggaran kode etik, c. belum jelasnya tentang mekanisme pemberian sanksi dan proses peradilan atas kasus-kasus baik dalam anggran dasar maupun anggaran rumah tangga. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Variabel yang digunakan Hasil Penelitian Ananto (2002) Siek Yen (2003) Independen Persepsi auditor Independen, auditor Internal Dependen Kode Etik IkatanAkuntan Indonesia Independen Persepsi akuntan publik, akuntan non-publik Dependen Auditor memahami kode etik Ikatan Akunta Indonesia Akuntan tidak memiliki persepsi positif terhadap kode etik akuntan Indonesia

kode etik akuntan Indonesia Sumber: Penulis, 2011 Penelitian yang dilakukan Ananto (2002) bertujuan untuk membandingkan pendapat atau persepsi secara empiris terhadap kode etik umum akuntan Indonesia antara auditor independen yang bekerja pada KAP (Kantor Akuntan Publik) dengan auditor intern perusahaan manufaktur maupun dagang yang beroperasi di wilayah Surakarta. Adapun instrumen kode etik yang dipakai mengadopsi dari kode etik berdasarkan kongres tahun 1994, yaitu kode etik untuk akuntan secara umum yang mempunyai lima faktor yaitu: kepribadian, kecakapan profesional, tanggung jawab, pelaksanaan kode etik, dan penafsiran dan penyempurnaan kode etik. Sehubungan dengan masalah tersebut, hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah Ho: tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara auditor independen dan auditor intern terhadap kode etik akuntan Indonesia dan H 1 : terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara dua kelompok responden tersebut. Alat analisis instrumen yang digunakan adalah Pearson Correlation Product Moment untuk uji validitas, cronbach alpha untuk uji reliabilitas,one Sample Kolmogorov Smirnov untuk melihat normalitas data. Untuk mengetahui bahwa varian antar kelompok tidak berbeda secara signifikan (homogen) menggunakan Levene s Test of Equality of Variances. Sedangkan alat uji hipotesis menggunakan Independent Sample T Test, hal ini karena

data yang dihasilkan terdistribusi normal dan terdiri dari dua kelompok sampel yang diuji secara independen. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan persepsi auditor independen dan auditor intern di wilayah penelitian di Surakarta atau Ho diterima. Sedangkan hasil perhitungan untuk mean menunjukkan bahwa mean auditor independen dan mean auditor intern perusahaan sama-sama mempunyai mean positif. Dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa persepsi kedua kelompok responden tersebut baik. Penelitian ini masih mempunyai banyak keterbatasan diantaranya adalah kemungkinan kesalahan interpretasi dari instrumen pernyataan yang disajikan sehingga respon bias kemungkinan terjadi dalam penelitian ini. Keterbatasan yang lain adalah mengenai teknik pengambilan sampel sebaiknya menggunakan metode convenience sampling karena peneliti mempermudah dalam pengambilan sampel tersebut. Implikasi dari penelitian ini, meskipun secara umum hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa etika auditor independen dan auditor intern sudah baik, namun ada juga temuan yang menunjukkan beberapa auditor baik independen maupun intern perusahaan yang masih memiliki etika yang kurang sesuai dengan aturan yang ada. Harapan dari penelitian ini agar supaya para auditor dalam melaksanakan profesinya tetap mengacu kepada aturan yang sudah ada yaitu kode etik akuntan Indonesia dan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik). Penelitian yang dilakukan Siek Yen (2003) bertujuan untuk menguji secara empiris apakah akuntan memiliki persepsi yang positif terhadap kode

etik akuntan Indonesia,apakah terdapat perbedaan persepsi terhadap kode etik antara akuntan publik dan akuntan non publik. Penelitian ini dilakukan pada akuntan publik dan akuntan non publik yang berada di kota Medan. Adapun instrument kode etik yang dipakai dalam penelitian ini adalah kode etik akuntan Indonesia yang telah disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 22 September 1990. Hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini H 1 : Akuntan di kota Medan memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik, H 2 : Akuntan di kota Medan tidak memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik. Alat analisis instruen yang digunakan adalah reliabilitas dengan menggunakan teknik analisis varians (Anova) Hyot, One Sample Kolmogorov Smirnov untuk melihat normalitas data, uji homogenitas, dan uji t. Sedangkan alat uji hipotesis menggunakan Independent Sample T Test, hal ini karena data yang dihasilkan terdistribusi normal dan terdiri dari dua kelompok sampel yang diuji secara independen. Hasil dari penelitian yang dilakukan Siek Yen menunjukkan bahwa akuntan di Medan tidak memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik dan tidak adanya perbedaan persepsi antara akuntan publik dan akuntan non publik terhadap kode etik. Akuntan publik dan akuntan non publik memiliki persepsi yang negative terhadap kode etik. Harapan dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi antara akuntan publik dan akuntan non-publik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ananto dan Siek Yen memiliki perbedaan dalam hal teknik pengambilan sampel, item kode etik yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan obyek penelitian yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan kemampuan responden untuk menjawab kuesioner yang ciukur dari pengalaman, motif, sikap dan pengetahuan responden. Alat instrument untuk menganalisis data juga terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan. C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah uatu model yang menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu maslah tertentu. Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut: BPK Perwakilan Auditor Pelaksanaan Kode Pemaha Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Bada n Pemeriksa Keuangan di setiap provinsi hanya mempunyai satu perwakilan. Setiap anggota BPK adalah seorang auditor ataupun pemeriksa. Dalam melaksanakan tugas auditor harus berpedoman kepada kode etik. Pemahaman Auditor berpengaruh terhadap pelaksanaan kode etik sehingga tidak terjadi pelanggaran seperti tidak menerapkan sistem pengendalian mutu, tidak mematuhi kode etik, dan tidak mematuhi peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan kode etik menunjukkan bagaimana seorang auditor berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku yang ada di instansi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 2. Hipotesis Berd asarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: H 0 : Tidak terdapat perbedaan pemahaman antara auditor yunior dan senior dalam pelaksanaan kode etik akuntan H 1 : Terdapat perbedaan pemahaman antara auditor yunior dan senior dalam pelaksanaan kode etik akuntan