BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi negara maka penerimaan pajak sebesar-besarnya sesuai ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam kewajiban zakat memiliki makna yang sangat fundamental.

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB V PENUTUP. Mengutip peribahasa yang mengatakan Lain ladang lain belalang. Maka kata-kata

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kehidupan warga negara yang adil dan sejahtera. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan dominan dalam pos penerimaan negara (Suryadi,2006).

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

Title: The Variables that Affect Compliance of Muslim Merchants for Zakat Maal in the District of Cianjur

NPWP dan Pengukuhan PKP

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Bisa dikatakan, hampir semua sektor-sektor yang ada di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. Bila saat ini kaum muslimin sudah faham tentang kewajiban sholat dan

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN. pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB I PENDAHULUAN. semakin menurun, sehingga pendapatan perkapita masyarakat juga semakin kecil. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dukungan dana terutama yang berasal dari penerimaan dalam negeri. dari sektor pajak disajikan pada Tabel I di bawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu dari lima rukun islam. Zakat. sendiri merupakan tanggungan wajib yang harus dikeluarkan

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Kewajiban Perpajakan bagi Dokter

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber terpenting sebagai penghasilan bagi Negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERBEDAAN PENGETAHUAN WAJIB PAJAK PPh21 BERDASARKAN GENDER, USIA KERJA DAN TINGKAT PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

KONSEP PENGELOLAAN LAZIS

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. SWT. 1 Zakat juga merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam. Perintah

BAB 1 PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara yang mempunyai sumber daya yang luar biasa melimpah. Tidak hanya sumber daya alam saja tetapi juga sumber daya manusia yang besar.indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia (Indrita Hardiana, 2015).Dilihat dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan tumbuh dengan cepat. Dilihat dari sisi geologi, Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak terbentuk pegunungan yang kaya akan mineral. Daerah perairan di Indonesia kaya sumber makanan bagi berbagai jenis tanaman dan hewan laut, serta mengandung juga berbagai jenis sumber mineral (Kadek, 2008).Sedangkan menurut data dari Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Indonesia sampai dengan tahun 2015 mencapai angka 255 juta jiwa lebih yang juga depridiksi akan semakin meningkat tiap tahunnya. 1

Dari berbagai uraian di atas sudah semestinya Indonesia bisa menjadi salah satu negara terkaya di dunia karena berbagai aspek strategis tersebut. Namun di balik jumlah penduduk Indonesia yang semakin meledak tiap tahunnya ternyata ada fakta yang memprihatinkan yaitu jumlah penduduk miskin yang masih saja tinggi ratio nya. Kemiskinan adalah salah satu masalah kemanusiaan yang membelenggu bangsa Indonesia sejak dahulu sampai saat ini. Banyak faktor penyebab kemiskinan di antaranya yaitu laju pertumbuhan penduduk yang pesat tetapi tidak di barengi dengan kondisi ekonomi yang mapan, tingkat pengangguran yang tinggi dalam usia produktif, tingkat pendidikan yang rendah yang mempengaruhi kualitas SDM, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya perhatian dari pemerintah karena banyak kebijakan yang di keluarkan pemerintah yang tidak bisa mengangkat derajat rakyat miskin menjadi lebih baik lagi, dan terakhir adalah distribusi sumber daya yang tidak merata (Alvian Firman, 2015).Tetapi dalam setiap datangnya ujian pasti ada solusinya. Menurut Tri Hastuti (2008). Salah satu solusi dari penanganan kemiskinan adalah dengan mendorong perkembangan zakat. Hal itu dinilai lebih baik dibandingkan dengan berutang ke luar negeri. Namun, saat ini, pemerintah memilih menangani persoalan kemiskinan di Indonesia dengan mencari utang luar negeri. Beberapa waktu lalu, pemerintah membutuhkan dana sebanyak Rp 70 triliun untuk mengatasi kemiskinan tersebut. Sebanyak 80 persen di antaranya akan diperoleh melalui utang dari Bank 2

Dunia (World Bank) dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Sedangkan berdasarkan hasil pengkajian Baznas, potensi zakat profesi satu tahun di Indonesia bisa mencapai sekitar Rp 32 triliun. Kalau potensi dana zakat tersebut didasari pemerintah dan dikelola dengan baik, maka permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat diatasi dengan segera tanpa harus berutang. Salah satu sumber pendanaan dari pemerintah yang dianggap sebagai primadona dari pendanaan negara adalah pajak. Peningkatan penerimaan dari sektor pajak ini dianggap lebih baik ketimbang dengan utang luar negeri dengan pembayaran bunga yang cukup besar. Dalam negara yang menganut ekonomi bebas, semua orang ingin dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan atau keinginan mereka, seperti cukup makan, tersedianya perumahan yang memadai, pelayanan kesehatan yang baik, fasilitas kesehatan yang cukup, dan sebagainya. Semua ini dapat dicapai bila pemerintah mampu menyediakan berbagai prasarana untuk menunjang pembangunan ekonomi. Untuk itu perlu usaha untuk mengerahkan dana-dana investasi yang bersumber dari tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, serta penerimaan devisa yang berasal dari ekspor dan jasa (dari pajak). Menariknya, kini di Indonesia sudah ada penerapan kebijakan zakat sebagai pengurang pajak. Dengan ini, dana zakat akan dapat terus tergali tanpa mengurangi pendapatan pajak yang diterima pemerintah. Dan salah satu negara yang berhasil menerapkan kebijakan ini adalah Malaysia. Pendapatan zakat dan pajak terus meningkat secara bersamaan di negara tersebut (Supiyanti, 2015). Banyak 3

orang berusaha menyamakan antara zakat dan pajak, sehingga konsekwensinya ketika seseorang sudah membayar pajak maka gugurlah pembayaran zakatnya. Sementara sebagian lain menolak bahwa zakat sama dengan pajak atau sebagai alternatif dari kewajiban zakat. Zakat dan pajak adalah dua pungutan wajib yang memiliki karakteristik berbeda (Tri Hastuti, 2008). Bagi seorang muslim ada tanggung jawab yang harus ditunaikannya ketika menerima penghasilan. Tanggung jawab tersebut meliputi tanggung jawab kepada agama yaitu membayar zakat dan tanggung jawab kepada negara yaitu membayar pajak. Lalu manakah yang utama untuk ditunaikan? Keduanya tentu sama-sama harus ditunaikan, namun sejatinya seorang harus menunaikan zakat terlebih dahulu karena secara hierarkhis kewajiban zakat tentu lebih tinggi karena langsung diperintahkan oleh Tuhan. Zakat merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat Islam yang mampu, baik zakat mal maupun zakat fitrah. Penggunaan lafal zakat dengan segala bentuknya di dalamal- Quran terdapat sebanyak 30 kali, dan 27 kali diantaranya digandengkan dengan kewajiban mendirikan shalat (Abdul Aziz Dahlan, 1996). Meskipun zakat memiliki hierarki yang lebih tinggi, namun tidak berarti seorang yang telah menunaikan zakat tidak lagi wajib membayar pajak. Bagi seorang muslim, membayar pajak sama wajibnya dengan membayar zakat. Hal tersebut setidaknya dikuatkan oleh sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Daaruquthni yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW 4

pernah berkata, Sesungguhnya dalam harta ada kewajiban lain, di luar zakat. Pemenuhan kewajiban perpajakan tersebut pada hakekatnya merupakan perwujudan ketaatan seorang muslim kepada ulil amri (pemerintah) serta sebagai partisipasi sekaligus sebagai toleransi untuk mendukung kepentingan umum. Dalam Siti Julaiha (2009) zakat profesi sangat potensial dalam mengentaskan kemiskinan, hal ini dapat kita lihat pada ilustrasi berikut: Jika ada seorang pejabat memiliki kekayaan senilai 6 milyar rupiah maka dengan mengikuti ketentuan zakat yaitu 2,5% dari total harta kekayaan seseorang harus dikeluarkan, maka pejabat tersebut hanya wajib mengeluarkan sekitar 150 juta rupiah. Ini baru potensi zakat dari seorang pejabat, belum kita hitung potensi dari pejabat-pejabat yang lain. Sementara jika memberikan zakat setahun sekali dengan hanya 2,5 kg beras dan diberikan kepada tetangga, maka beras tersebut hanya cukup untuk mengatasi kebutuhan makan tetangga beberapa kali saja. Hal ini membuktikan bahwa zakat profesi sangat potensial dalam mengetaskan kemiskinan apalagi jika dikelola dengan baik. Dalam ilmu ekonomi, setiap usaha dan produksi akan menghasilkan barang atau jasa, keduanya mempunyai nilai atau harga, bahkan kenyataan menunjukkan bahwa hasil jasa berupa gaji, honorarium, atau imbalan lainnya lebih besar dari barangbarang komoditi jenis harta yang keluar dari perut bumi, seperti gaji pegawai kantor, tenaga pengajar, dosen, dokter, pengacara,konsultan, dan lainnya. 5

Adapun korelasi zakat dan pajak adalah sama-sama mempunyai fungsi pemungutan. Zakat di pungut oleh badan yang resmi di bentuk oleh pemerintah dan badan yang tidak resmi. Badan yang resmi di bentuk oleh pemerintah misalnya adalah BAZ (Badan Amil Zakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) sedangkan badan yang non resmi ialah ta mir masjid-masjid di pemukiman penduduk yang di bentuk oleh masyarakat di sekitar masjid itu sendiri. Kemudian untuk pajak di pungut oleh badan resmi yang di bentuk oleh pemerintah di bawah Kementrian Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak yang tersebar di seluruh Indonesia berbentuk kantor-kantor pajak. Kantor pajak yang di bentuk oleh pemeritah ini lebih efektif dan efisien dalam melaksanakan pemungutan, pengelolaan, dan pengawasan pajak. Sedangkan badan pemungut zakat non resmi melalui ta mir mesjid sangat tidak efisien terutama dalam penyaluran zakat itu sendiri karena penyalurannya tidak bisa tersebar merata kepada para mustahik yang membutuhkan karena keterbatasan sarana, dana, maupun SDM. Untuk memfasilitasi pembayaran zakat yang di lakukan oleh umat muslim di Indonesia maka pemerintah menerbitkankepres No 8 Tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Dengan fakta bahwa subjek pajak terbesar adalah kaum muslim yang jumlahnya 87% dari total penduduk Indonesia, pemerintah berupaya untuk meminimalkan kewajiban ganda yang memberatkan terutama untuk umat Islam. Karena mereka mempunyai dua kewajiban yaitu membayar zakat sebagai perintah agama dan membayar pajak kewajiban yang harus 6

di tunaikan sebagi warga negara. Untuk mengatasinya dilakukan upaya titik temu antara pajak dan zakat sehingga kedua kewajiban tersebut dapat dilaksanakan oleh umat Islam tanpa memberatkannya. Pemerintah membuat peraturan yang dapat menjadi solusi bagi kewajiban ganda yaitu pajak dan zakat yang dialami oleh umat Islam ini dalam Undang- Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat dan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. Di dalam kedua undang-undang ini, zakat atas penghasilan yang telah dibayarkan oleh wajib pajak beragama Islam kepada badan atau lembaga yang disahkan oleh pemerintah, dapat dikurangkan dari laba atau pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak. Dengan adanya kedua undang-undang di atas di harapkan mampu mengurangi beban berganda yang di tanggung oleh masyarakat muslim khususnya sekaligus juga dapat mendorong WP Pribadi untuk lebih tertib dan sadar diri dalam melaporkan dan menyetorkan pajaknya kepada negara. Karena jumlah WP yang melaporkan SPT tahun pajak 2013, hanya 8,28 juta atau 32% dari total 26 juta WP. Kepatuhan pelaporan SPT tersebut lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya sebanyak 9,93 juta atau 38% dari total 26 juta WP. Angka itu jauh lebih kecil dari negaranegara lain di dunia. 7

Berbeda dengan posisi zakat di Indonesia yang hanya menjadikan salah satu bagian dari komponen biaya yang dapat mengurangi penghasilan neto, di Malaysia zakat telah dijadikan sebagai pengurang langsung PPh atau sebagai kredit pajak. Dengan demikian, beban ganda yang harus ditanggung oleh umat Islam yang juga merupakan wajib pajak tidak hanya diminimalkan, tetapi dihilangkan dengan adanya kebijakan tersebut. Di Malaysia sendiri kebijakan zakat sebagai kredit pajak baru berlaku pada tingkat individu. Satu hal yang perlu dicermati dari penerapan zakat sebagai kredit pajak di Malaysia adalah adanya peningkatan penerimaan zakat dan pajak secara bersamaan pasca penerapan kebijakan ini (Irfan S. Beik, 2007: 88). Dalam Laporan Kementrian Keuangan Malaysia Tahun 2006 dan Laporan Pusat Keuangan Zakat Malaysia Tahun 2006 terungkap bahwa penerimaan pajak dan zakat memiliki korelasi positif. Fakta ini memunculkan usulan yang menyebutkan bahwa zakat bukan dianggap sebagai biaya, melainkan zakat dapat mengurangi langsung pajak penghasilan sebagai kredit pajak (Hafidhuddin, 2007). Usulan ini muncul antara lain dari Baznas serta FOZ sebagai asosiasi organisasi pengelola zakat Indonesia yang mewadahi BAZ dan LAZ di Indonesia. Berdasarkan pemikiran dan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, untuk meneliti mengulas lebih lanjut penelitian ini di susun dengan judul ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PAJAK 8

PENGHASILAN: PENGARUHNYA TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK, PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR PAJAK, DAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK (PENERIMA ZAKAT). 1.2 Rumusan Masalah Semenjak berlakunya Undang- Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat dan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, di harapkan bisa megurangi beban berganda yang di tanggung terutama oleh wajib pajak muslim pada saat menyetorkan zakat dan pajak penghasilnnya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah yang akan di teliti selanjtnya akan di rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah zakat sebagai pengurang pajak penghasilan mampu meningkatkan motivasi WP dalam menyetorkan PPH Orang Pribadi? 2. Apakah zakat sebagai pengurang pajak penghasilan dapat mengurangi penerimaan pajak negara? 3. Apakah zakat yang di setorkan melalui BAZ/LAZ Pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (mustahik khususnya)? 9

1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh zakat sebagai pengurang pajak dalam meningkatkan motivasi WP dalam menyetorkan PPH Orang Pribadi? 2. Menganalisis apakah zakat sebagai pengurang pajak penghasilan dapat mengurangi penerimaan pajak negara dari sektor pajak? 3. Menganalisis zakat yang di setorkan melalui BAZNAS mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (mustahik khususnya)? 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, di harapkan dapat memperluas khasanah ilmu ekonomi khusunya ilmu akuntansi/pajak. 2. Bagi masyarakat, di harapkan mampu memberikan informasi tentang zakat yang bisa di kurangkan dalam pajak penghasilan. 3. Bagi pemerintah, di harapkan penelitian ini bisa menjadi masukan dalam penyempurnaan kebijakan yang sudah di keluarkan sebelumnya menjadi kebijakan baru yang lebih efektif, efisien dan lebih terasa manfaatnya terhadap masyarakat luas. 10